BAB II LANDASAN TEORI. Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses. a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kurikulum nya masing-masing. Standar Kompetensi Dokter ini

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai sikap, dan terakhir akan dibahas teori-teori mengenai lingkungan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

BAB II PENGGUNAAN MEDIA PADA PEMBELAJARAN MENERAPKAN DASAR-DASAR ELEKTRONIKA

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran yang lebih efektif dan efisien. Upaya tersebut meliputi peningkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu (Turney, 2007). Pembelajaran anatomi berguna dalam identifikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tanggung jawab dan peranan di universitas. Stres yang tidak

PROFIL PERILAKU BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA PGRI 3 PADANG By:

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Learning)

BAB V PEMBAHASAN. penelitian yang telah diuraikan dalam Bab II, maka diperoleh hal-hal sebagai

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB V PEMBAHASAN. A. Deskripsi Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Belajar dan Pembelajaran A. Belajar dan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU R.I. No. 20 Tahun 2003,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Kurikulum Pendidikan Dokter di FK UNS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

2013 GAMBARAN SIKAP MAHASISWA D-III KEPERAWATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DALAM MENGIKUTI PROSES BELAJAR BAHASA JEPANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukan sosial. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam. dimasyarakat yang ditetapkan oleh budaya.

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

VOL. 5 NO. 1 MARET 2016 ISSN:

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. laku (kemampuan) pada diri siswa, seperti yang sebelumnya tidak tahu. menjadi tahu, yang sebelumnya tidak paham menjadi paham, yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. seseorang sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

TINJAUAN PUSTAKA. mahasiswa dapat berbagi ide dengan kelompoknya, mengidentifikasi isuisu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB II LANDASAN TEORI

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193

Build the world with studying..

Metode Praktikum Untuk Melatih Kemampuan Psikomotorik Siswa Pada Materi Tekanan Dan Getaran Di Kelas Viii Smp N 1 Kayuagung. Murniati, Eka Noviyanti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Gagne (dalam Slameto, 2007:43) lima kategori hasil belajar yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. peristiwa, fenomena-fenomena alam yang terjadi di alam. Secara umum istilah

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang dijalankan secara

II. KERANGKA TEORETIS. Persepsi dalam arti luas menurut Leavitt (2006:27) dapat diartikan Pandangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 M O D U L 1 R E G U L A S I D A N K E S E L A R A S A N K U R I K U L U M

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

RANAH RANAH. Misalnya : istilah fakta aturan urutan metode

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep tentang Locus of control (pusat kendali) pertama kali

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kegiatan Asistensi Seperti yang telah disebut di atas, asistensi istilah lainnya yaitu Peer Asisted Learning (PAL). PAL merupakan tindakan atau proses memperoleh pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan dari mahasiswa yang berbeda maupun setara tingkat akademis atau pengalamannya. Dalam proses PAL ini diperankan seluruhnya oleh mahasiswa (Henning et al., 2008). Strategi PAL antara lain : a. Peer Teaching and Learning (belajar dan saling mengajari antarteman sebaya) : Di sini mahasiswa mengajari siswa lainnya, ada yang berperan sebagai murid dan ada yang menggantikan peran guru. Peer teaching di sekolah kedokteran sering diterapkan dalam pengaturan pembelajaran laboratorium sebagai peer teaching timbal balik, di mana siswa bergantian antara peran guru dan rekan pelajar lainnya. Diharapkan dengan mengajari temannya, siswa terbantu untuk lebih menguasai materi. Karena saat akan mengajari, siswa tentu akan belajar terlebih dahulu dan jika materi diajarkan kepada orang lain akan tahu dimana letak materi yang tidak dikuasainya. Sehingga siswa bisa optimal dalam menguasai suatu materi. 5

6 b. Peer Assessment and Feedback (Mengavaluasi dan memberikan umpan balik antarteman sebaya) : Siswa menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran siswa lain. Penilaian teman sebaya dapat menjadi patokan kemajuan pelatihan siswa dalam pembelajaran klinisnya. Dalam mengevaluasi teman sebaya tentunya siswa harus menguasai materi terlebih dahulu untuk menyatakan bahwa temannya salah ataupun benar. Oleh karena itu, evaluasi oleh siswa sendiri memaksa siswa menguasai suatu materi (Henning et al., 2008). c. Peer Mentoring (Mentoring dengan teman sebaya) : Hubungan antarsiswa saling mendukung, saling berbagi dan saling memberi dorongan positif satu sama lain. Mentoring biasanya digambarkan sebagai hubungan profesional jangka panjang antara dua individu, satu sebagai mentor dan yang lain sebagai peserta didik, untuk tujuan pengembangan pembinaan profesional. Biasanya, seorang mentor lebih berpengalaman daripada teman yang menjadi peserta didik. Karena untuk bisa mementori harus menguasai materi dan bersikap profesional. Yang dimaksud profesional di sini yaitu siswa yang diamanatkan menjadi mentor harus membimbing siswa sampai siswa tersebut paham dan hal ini berjangka panjang karena tidak hanya sekali mengajari siswa yang diajari langsung paham, tapi perlu beberapa kali bahkan memerlukan trik khusus agar siswa yang dibinanya dapat menguasai materi. Pengalaman sangat diperlukan

7 untuk menjadi mentor ini, baik dalam menguasai keadaan maupun memastikan siswa yang diajarinya paham (Pitney, 2006). d. Peer Leadership (peran kepemimpinan dengan teman sebaya) : Siswa memimpin siswa lain dengan menjadi instruktur klinis. Dalam peran kepemimpinan ini siswa bertanggung jawab untuk mengkoordinasi keadaan. Dengan pengalaman ini mahasiswa merasakan pengalaman sebagai pemimpin untuk menumbuhkan keprofesionalannya. Dalam proses belajar, kepemimpinan perlu dimiliki agar suasana belajar mendukung untuk belajar (Henning et al., 2008). Asistensi di sekolah kedokteran sering diterapkan pada kegiatan laboratorium khususnya laboratorium anatomi. Dalam teknisnya, masingmasing universitas berbeda-beda dalam menerapkannya. Seperti di University of North Caroline, ada yang bersifat mentoring yaitu beberapa siswa menjadi mentor didepan kelas dan yang lain mendengarkan. Ada yang dibuat kelompok 8-10 mahasiswa secara bergantian bertukar peran mengajari dan diajari. Cara ini dianggap lebih efektif dibanding dosen menerangkan di depan seperti kuliah. Dalam kegiatan laboratorium, di UNS ada beberapa tahapan. Tahapan pertama yaitu diadakan kegiatan asistensi dengan cara asisten laboratorium (teman sebaya yang telah menguasai materi laboratorium) menjadi mentor di depan kelas. Tahapan kedua, diadakan pretes sebagai ukuran kompetensi mahasiswa diperbolehkannya mengikuti praktikum. Tahapan ketiga, kegiatan

8 praktikum di laboratorium dengan dibentuk kelompok 10-11 mahasiswa yang diajari oleh asisten laboratorium. Tahapan keempat responsi (ujian) untuk dinyatakan lulus pada kegiatan laboratorium tersebut (Henning et al., 2008; Bagian Anatomi FK UNS, 2013). PAL telah berkembang di bidang pendidikan kedokteran dan sejajarnya. Secara teori, PAL telah berhasil dengan strateginya yaitu para siswa ada yang berperan mengajar sebagai guru dan yang lainnya sebagai muridnya, para siswa saling berbagi pengetahuan dan pengalaman belajar atau dikenal sebagai kesesuaian kognitif yang memungkinkan siswa lebih paham karena dalam menjelaskan konsep-konsep menggunakan bahasa yang mudah dipahami sesama siswa. Pada pelaksanaannya, PAL atau kegiatan asistensi memerlukan sarana dan prasarana penunjang untuk kebutuhan berlangsungnya kegiatan asistensi, komunikasi yang baik antara pengajar dan siswa yang diajar, durasi yang dibutuhkan selama berlangsungnya kegiatan asistensi, dan waktu pelaksanaan diadakannya kegiatan asistensi. Sehingga hasil dari PAL dapat dimaksimalkan (Yu et al., 2011). Hasil dari metode PAL antara lain: a. Kognitif : Pengembangan keterampilan penalaran klinis dan pengambilan keputusan klinis serta pengembangan lebih lanjut dari pengetahuan yang ada, tercermin dari peningkatan skor penilaian akademik.

9 b. Psikomotorik : Kompetensi dan pengembangan keterampilan klinis yang ditunjukkan dalam penguasaan keterampilan dan kemampuan untuk melakukan, baik yang dilaporkan sendiri atau tercermin dalam skor kinerja klinis (Yu et al., 2011). Di Inggris, pengakuan dan manfaat PAL telah dinyatakan oleh General Medical Council (GMC) bahwa PAL dapat membantu mahasiswa dalam menguasai ketrampilan mengajar yang sesuai (Yu et al., 2011). 2. Persepsi Persepsi merupakan suatu proses yang melibatkan kemampuan otak (kognisi) dalam menerjemahkan stimulus terhadap informasi sensorik yang diterima alat indra manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan memengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, di antaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi positif maupun negatif akan

10 tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita yang akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Solso et al., 2008; Sugihartono, 2007; Waidi, 2006). Dikatakan sebagai persepsi jika : a. Ada objek yang dipersepsi. b. Ada perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. c. Ada alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus. d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon (Sunaryo, 2004). Faktor-faktor yang berperan dalam persepsi antara lain : a. Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan dan langsung mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor (Walgito, 2004). b. Alat indera, saraf dan susunan saraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Selain itu juga harus ada saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan saraf,

11 yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang (Walgito, 2004) c. Persepsi Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan individu, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya (Walgito, 2004). Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kegiatan asistensi yang memerlukan sarana dan prasarana penunjang untuk kebutuhan berlangsungnya kegiatan asistensi, komunikasi antara pengajar dan siswa yang diajar, durasi yang dibutuhkan selama kegiatan asistensi, dan waktu

12 pelaksanaan diadakannya kegiatan asistensi, dapat memengaruhi persepsi positif maupun negatif pada mahasiswa. Persepsi positif atau negatif ini memengaruhi motivasi mahasiswa dalam belajar mandiri untuk menguasai materi yang diberikan pada kegiatan asistensi. Sehingga dapat pula memengaruhi hasil akhir tujuan belajar (Solso et al., 2008; Sunaryo, 2004; Walgito, 2004). 3. Tujuan Pembelajaran Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Sedangkan tujuan pembelajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses pembelajaran (Benyamin, 2003). Melalui belajar diharapkan dapat terjadi perubahan (peningkatan) kognitif, afektif, dan psikomotor. a. Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif dibedakan atas 6 tingkatan dari yang sederhana hingga yang tinggi, yakni: 1) Pengetahuan, meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. 2) Pemahaman, meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang dipelajari. 3) Penerapan, meliputi kemampuan menerapkan metode dan kaidah

13 untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. 4) Analisis, meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. 5) Sintesis, meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau sistem baru. 6) Evaluasi, meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria tertentu (Winkel, 1999; Dimyati dan Modjiono, 1994) b. Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Ranah afektif terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang kompleks, yakni: 1) Penerimaan, yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut. 2) Pemberian respon, yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap fenomena atau stimuli. 3) Penilaian atau penentuan sikap, yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu. 4) Organisasi, yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk

14 menentukan keterhubungan di antara nilai-nilai. 5) Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang (Bloom, 2003). c. Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut dapat diklasifikasikan atas: 1) Persepsi, meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing perangsang. 2) Kesiapan melakukan suatu pekerjaan, meliputi kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. 3) Gerakan terbimbing, meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerak peniruan. 4) Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar, karena sudah dilatih sebelumnya. 5) Gerakan kompleks, meliputi kemampuan untuk melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara lancar, tepat, dan efisien. 6) Penyesuaian pola gerakan, meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.

15 7) Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri (Winkel, 1999; Fleishman dan Quaintance, 1984) Keberhasilan pembelajaran sendiri dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik) dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri peserta didik). Faktor internal meliputi kecerdasan, kemampuan, bakat, motivasi, dan lain sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan alam, sosialekonomi, pendidik, metode pembelajaran, kurikulum, program, materi pelajaran, sarana dan prasarana. Faktor-faktor ini dapat menjadi penghambat maupun penunjang (Hamalik, 2008).

16 B. Kerangka Pemikiran Asistensi 1. Sarana dan prasarana 2. Komunikasi antara pengajar dan siswa 3. Durasi yang diperlukan 4. Waktu pelaksanaan 5. Hasil yang dirasakan Kecerdasaan, bakat, kemampuan Kegiatan pembelajaran lain dalam satu blok (tutorial, kuliah) Persepsi tentang asistensi Motivasi Sosial-ekonomibudaya, lingkungan dan situasi belajar Kemandirian belajar Pencapaian tujuan pembelajaran Kognitif Afektif Psikomotorik Keterangan: / : variabel yang diteliti / : variabel yang tidak diteliti Gambar 1. Kerangka Pemikiran

17 C. Hipotesis Semakin baik persepsi mahasiswa tentang kegiatan asistensi laboratorium anatomi maka semakin tinggi pencapaian tujuan pembelajaran.