BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi mengalami goncangan yang luar biasa di 10

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

2017, No c. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tenta

2016, No ) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas Pe

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No d. bahwa Badan Pengatur telah melakukan evaluasi terhadap usulan harga jual gas PT Pertagas Niaga melalui Surat President Director Nom

2016, No c. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tenta

2016, No Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga yang Dibangun oleh Pemerintah, Badan Usaha wajib mengusulkan harga jual Gas Bumi untuk Rumah Ta

2017, No pada hari Selasa tanggal 22 Agustus 2017 sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Nomor 03/BA-Sid/BPH Migas/Kom/2017 tanggal 22 Agustu

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

2017, No Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga yang Dibangun oleh Pemerintah, Badan Usaha wajib mengusulkan harga jual Gas Bumi untuk Rumah Ta

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

BAB I PENDAHULUAN. Konversi energi dari minyak tanah ke gas adalah program nasional yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LATAR BELAKANG PASAR DOMESTIK GAS BUMI TERBESAR ADA DI PULAU JAWA YANG MEMILIKI CADANGAN GAS BUMI RELATIF KECIL;

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

BAB I PENDAHULUAN. saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan serta mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

2015, No d. bahwa telah dilaksanakan Sidang Komite pada hari Rabu tanggal 12 Agustus 2015 sebagaimana tertuang dalam Berita Acara Nomor 26/BA-S

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

VI. SIMPULAN DAN SARAN

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

5^nu MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang

LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

SUMMARY REPORT SEMINAR TATA NIAGA GAS BUMI DAN BBM Forum Energizing Indonesia (FEI) Jakarta, 22 November 2017

2 Distribusi Gas Bumi Untuk Rumah Tangga Yang Dibangun Oleh Pemerintah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

Mengingat ; 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia

FORUM ENERGIZING INDONESIA Optimalisasi Pemanfaatan Gas Bumi Domestik untuk Ketahanan Energi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin menarik untuk dicermati, karena terjadi fluktuasi harga BBM

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengatur

2017, No khususnya untuk sektor Rumah Tangga dan Pelanggan Kecil; c. bahwa sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 34 ayat (2) dan ayat (3) Peratu

PERAN INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI MELALUI PEMBANGUNAN KILANG MINI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berusaha mendapatkan pemenuhan kebutuhan primer maupun sekundernya. Sumber

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

CAPAIAN SUB SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI SEMESTER I/2017

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada harga minyak mentah dunia pada tahun Pergerakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 05/P/BPH Migas/III/2005 TENTANG

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 10/P/BPH Migas/II/2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya alam. Salah satunya adalah gas bumi.

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini seluruh perusahaan beroperasi dalam lingkungan usaha yang terus

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DAFTAR ISI. Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar Lampiran... xi Intisari... xii Abstract... xiii

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Kontribusi batubara terhadap kebutuhan total energi dunia berkisar 23%.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

3.1. TAHAP PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

Disampaikan dalam rangka : National Conference IIA Agustus 2015 Jogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Saham perusahaan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri minyak dan gas bumi mengalami goncangan yang luar biasa di 10 tahun terakhir ini. Kesulitan dalam investasi dan usaha dibidang minyak dan gas bumi ini mencapai puncaknya saat harga minyak mentah dunia mencapai US$145 per barrel di pertengahan tahun 2008. Harga ini kemudian anjlog menjadi US$40 diakhir 2008. Pada tahun 2009-2011 harga minyak kembali merangkak naik dari US$75 hingga sekitar US$100. Situasi ini telah memicu krisis ekonomi global dan meroketnya harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia, yang pada gilirannya memberikan tekanan fiskal negara karena menggelembungnya subsidi BBM. Situasi inilah yang mendorong pemerintah semakin fokus untuk mengganti penggunaan BBM dengan gas bumi. Gas bumi, yang sering juga disebut sebagai gas alam atau gas rawa, adalah bahan bakar fosil hasil proses alami berupa hidrokarbon, yang terutama terdiri dari metana (CH 4 ), yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer akan berupa fasa gas, yang diperoleh dari proses penambangan Minyak dan Gas Bumi (ESDM [2011]). Untuk selanjutnya dalam tulisan ini, istilah gas, gas bumi dan gas alam dapat saling dipertukarkan penggunaannya. 1

2 Gambar 1.1. Komposisi Gas & Pemanfaatannya. (Bahan Paparan Pertagas [2011]) Dalam sejarahnya, cadangan gas yang cukup besar ditemukan di Sumatera Selatan pada tahun 1960-an, yang segera dimanfaatkan dengan dibangunnya jaringan pipa transmisi dan disalurkan ke Pabrik Pupuk Sriwidjaja. Pada tahun awal 1970-an dikembangkanlah jaringan transmisi di Jawa Barat untuk mendukung industri mendukung fasilitas baja di Cilegon, dan kemudian di Kalimantan Timur untuk Kilang LNG Bontang, yang disusul dengan pembangunan pabrik Pupuk Kalimantan Timur. Pada tahun 1977, pemanfaatan gas berkembang lebih jauh lagi dengann dibangunnya Pabrik Pupuk Iskandar Muda dan Asean Aceh Fertilizer di Aceh serta fasilitas Kilang LNG di Arun. Sehingga pada tahun 1980- an, dengan telah beroperasinya kilang LNG Bontang dan Arun secara penuh,

3 Indonesia menjadi eksportir LNG terbesar didunia (Pertagas, Agustus 2011). Posisi ini bertahan sekitar 20 tahun, dan pada awal tahun 2000-an, Qatar dan Australia telah berhasil mengambil alih posisi sebagai eksportir LNG terbesar nomor satu dan dua dunia. Seperti diuraikan diatas, pada awalnya pemanfaatan gas bumi memang tidak menjadi prioritas, karena produsen gas enggan untuk mengembangkan cadangan yang tidak terlalu besar. Terlebih jika lokasi sumber gas terpencil dan tidak ada infrastruktur transportasinya. Disamping itu, harga gas juga rendah dan tidak kompetitif dibandingkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang mendapatkan subsidi Pemerintah. Berbeda dengan sistem pada produksi minyak bumi, pengembangan dan penjualan gas hanya berdasarkan volume secara ekonomi (Reserves Depletion Gas Sales). Perubahan yang mendasar terjadi pada awal tahun 2000-an, dimana Pemerintah menghapus subsidi BBM untuk industri. Hal ini berdampak cukup besar, dimana harga BBM industri meningkat pesat sehingga konsumen industri mencoba beralih dari BBM ke gas bumi, dan menyebabkan permintaan gas meningkat tajam. Namun demikian, peningkatan permintaan ini sulit dipenuhi oleh produsen gas, karena pengembangan lapangan gas membutuhkan waktu dan biaya besar, sedangkan harga gas domestik masih rendah dibandingkan harga minyak mentah. Undang-undang No. 21 tahun 2001 yang mengatur tentang

4 industri gas dan minyak bumi menjadi pemicu semakin cepatnya industri gas berkembang (Pertagas, [Agustus 2011]). Pada tahun 2006, terbitlah Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional, yang tujuan dan sasarannya mewujudkan energy mix yang optimal pada tahun 2025. Minyak bumi yang pada tahun 2006 masih 52%, ditargetkan menjadi kurang dari 20% pada tahun 2025; gas bumi dari 29%, menjadi lebih dari 30%; batubara dari 15%, menjadi lebih dari 33%; energi terbarukan yang masih 2%, menjadi 15%; dan bahan bakar lain yang berasal dari pencairan batubara, dari 1% menjadi lebih dari 2%. Dengan situasi seperti diatas, muncullah permasalahan demand vs supply dalam industri gas, dimana demand dalam negeri naik dengan cepat yang tidak bisa dipenuhi oleh supply. Muncul pula masalah terkonsentrasinya demand di Jawa, yang letaknya terpisah jauh dari supply. Kesenjangan ini diperparah dengan belum tersedianya infrastruktur transportasi gas yang memadai. Pada sisi lain, terdapat tarik-menarik atas kebutuhan dalam negeri yang meningkat pesat, dengan keterikatan kontrak ekspor jangka panjang, serta adanya kesenjangan harga ekspor yang tinggi dibandingkan dengan harga domestik yang rendah. Hal ini membuka peluang besar bagi industri hulu untuk menggenjot naik produksi gasnya, salah satunya adalah Pertamina. Melalui anak perusahaannya di

5 bidang hulu, yakni Pertamina EP dan Pertamina HE, Pertamina muncul sebagai produsen gas terbesar kedua setelah PT Total Indonesie EP. Peluang besar juga muncul di sektor hilir, dimana keunggulan daya-saing akan muncul jika memiliki dan menguasai infrastruktur transportasi gas. Kompetensi Pertamina dalam mengelola usaha gas selama 30 tahun, menjadi salah satu dasar untuk membentuk strategic business unit di sektor hilir industri gas bumi. Strategic business unit ini kemudian diubah menjadi perseroan tersendiri bernama PT Pertamina Gas, selanjutnya disebut Pertagas, yakni perusahaan yang bergerak di sektor hilir dalam peran usaha niaga gas, transportasi gas, pemrosesan gas dan distribusi gas, serta bisnis lainnya yang terkait dengan gas alam dan produk turunannya. Struktur industri hilir gas nasional secara umum terdiri dari Usaha Pengolahan, Usaha Pengangkutan, Usaha Penyimpanan, dan Usaha Niaga. Taksonomi bidang usaha industri gas direpresentasikan sebagai berikut:

6 Gambar 1.2. Taksonomi Bidang Usaha Industri Gas (DESDM [2005] ). Industri gas yang padat investasi dan memiliki entry barrier yang relatif tinggi membentuk struktur pasar oligopoli. Peran regulator industri gas cukup dominan, termasuk dalam penentuan harga gas. Harga gas non pipa ditentukan secara business-to-business, sedangkan harga gas pipa ditetapkan oleh BPH Migas terkait dengan Peraturan BPH Migas No 16/P/BPH Migas/VII/ tahun 2008 tentang Penetapan Tarif Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa (toll fee). Harga gas bumi yang diperuntukkan bagi industri dan PLN ditetapkan oleh pemerintah, sesuai dengan pasal 72 Peratuan Pemerintah (PP) No 30 tahun 2009. Adapun perusahaan hilir gas nasional paling terkemuka adalah PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) TbK, yang menguasai dan memimpin pasar industri gas nasional tanpa ada pesaing yang berarti sampai dengan lahirnya

7 Pertagas. PGN menguasai 5900 km pipa transmisi dan distribusi serta mampu melakukan transportasi gas sebanyak 840 MMScfd, dan melakukan distribusi gas sebanyak 800 MMScfd. Jaringan transmisi gas milik PGN terutama berada di Sumatra, dan sekarang terhubung ke Jawa-barat, sementara pipa distribusinya menguasai wilayah Sumatra Utara, Jawa Barat bagian utara, Jakarta, dan Surabaya dan sekitarnya (PGN, Company Profile [2011]). Pertagas, sebagai anak perusahaan PT. Pertamina (Persero), langsung mewarisi kemampuan transmisi gas dan minyak bumi dari Pertamina. Sampai dengan tahun 2009 saja, sudah mampu melaksanakan transportasi gas sebanyak 1.276 MMScfd yang sudah langsung mampu melampaui prestasi PGN. Disamping itu, Pertagas juga sudah mampu melaksanakan tranportasi minyak bumi sebanyak 9.646 BOPD. Pertagas menunjukkan kemajuan yang sangat tinggi. Keuntungan bersih melesat dari Rp. 243 milyar di akhir tahun 2008, menjadi diatas 808 miliar diakhir tahun 2011 dan 1,213 triyun pada akhir 2012. Peningkatan ini sebesar 49% dibanding 2011 (year-on-year). Volume usaha juga meningkat dengan baik. Namun demikian, masih jauh tertinggal jika dibandingkan dengan PGN, yang keuntungan bersih tahun 2008 sebesar Rp. 1,281 trilyun, melesat menjadi Rp. 7,654 triyun diakhir 2011 dan Rp. 8,86 triyun sepanjang tahun 2012, atau naik 30,3% dibanding 2011 (year-on-year).

8 1.2. Perumusan Masalah Upaya Pertagas untuk menjadi pemimpin pasar industri gas nasional mengindikasikan hasil-hasil yang cukup memuaskan, terbukti dengan peningkatan keuntungan bersih yang berlipat ganda hanya dalam beberapa tahun terakhir. Saat ini Pertagas telah menjadi runner up dalam industri gas nasional. Pertanyaannya kemudian adalah: Apakah strategi pertumbuhan yang sudah dikembangkan oleh Pertagas dalam beberapa tahun terakhir ini sehingga mampu menjadi runner-up dalam memimpin industri gas nasional? Apakah pilihan value proposition pertumbuhan PT Pertagas untuk bisa menjadi pemimpin pasar industri gas nasional dimasa mendatang? 1.3. Tujuan Penelitian Pada penelitian ini akan dikaji struktur industri gas nasional saat ini, dimana akan didapat gambaran posisi Pertagas saat ini dan relatif terhadap PGN selaku pemimpin pasar. Setelah diketahui apakah value proposition yang dipilih PGN hingga mampu menjadi pemimpin pasar, akan dikaji pula apa pilihan value proposition Pertagas sebagai dasar strateginya untuk mengejar ketertinggalannya terhadap PGN.

9 Penelitian ini juga akan bisa digunakan oleh Pertagas sebagai referensi dalam penyusunan dan evaluasi strateginya lebih lanjut untuk mempercepat capaiannya sebagai pemimpin pasar industri gas nasional. 1.4. Kerangka Analisis Untuk mendapatkan strategi pertumbuhan yang sudah dikembangkan oleh Pertagas dalam beberapa tahun terakhir ini, dilakukan beberapa langkah analisis: Lingkungan ancaman dari luar Pertagas menggunakan the five-forces model Porter sebagai alat analisisnya. Dimana akan didapatkan threat of entry, threat of rivalry, threat of substitute, threat of suppliers, threat of buyers, dan secara keseluruhan akan menentukan level dari threat in an industry. Struktur industri yang sudah didapatkan gambarannya tersebut, akan tetap digunakan untuk melihat peluang yang muncul. Berdasarkan literatur telah didapat beberapa generik struktur industri yang akan melahirkan peluang yang berbeda. Industri gas nasional yang sebenarnya sudah berusia lebih dari seabad ini, kemudian berubah pada tahun 2000-an menjadi emerging industy. PGN tentu saja mendapatkan peluang sebagai first-mover advantage, sebagaimana juga menghadapi dis-advantage sebagai first-mover. Peluang apakah yang didapatkan oleh Pertagas sebagai second-movers.

10 Setelah mendapatkan gambaran makro dari lingkungan luar yang bisa menjelaskan mengenai kecenderungan, maka akan dilakukan kajian mengenai kekuatan dan kelemahan dari dalam perusahaan Pertagas sendiri. Untuk itu akan diidentifikasi kapabilitas dan sumberdaya internal yang dimiliki oleh Pertagas, dengan menggunakan value-chain analysis Porter. Sumberdaya yang teridentifikasi tersebut akan diuji dalam kerangka-kerja yang disebut dengan VRIO (value-rarityimitability-organization). Jika sumberdaya tersebut memenuhi syarat VRIO, maka dapat dikatakan bahwa sumberdaya tersebut bisa diandalkan sebagai competitive advantage Pertagas. Atas dasar sumberdaya tersebut diatas, Pertagas melakukan pilihan strategi pertumbuhan dengan melakukan ekspansi ke bisnis saat ini, baik dengan melakukan pengembangan produk, pasar, dan cakupan geografis. Disamping itu, Pertagas juga melaksanakan strategi integrasi vertikal (perluasan rantai nilai). Disamping menentukan pilihan strategi pertumbuhan, agar PT Pertagas benar-benar bisa menjadi pemimpin pasar industri gas nasional dimasa mendatang, perlu ditentukan pilihan value proposition-nya. Perusahaan yang berhasil jadi pemimpin pasar dunia di industrinya masing-masing seperti Dell Computer, Home Depo, dan Nike, dengan seksama memilih value proposition yang tepat bagi produk mereka masing-masing, apakah value disciplines operational excellence, customer intimacy, ataukah product

11 leadership. Karena sudah ada PGN yang saat ini menjadi pemimpin pasar di industri gas, maka urutan analisis yang akan dilakukan adalah: Dimana posisi PGN dalam skema value frontier, dan apa pilihan value proposition-nya; setelah itu kemudian dilakukan juga terhadap Pertagas. Sebagai second-movers, bagaimana Pertagas memanfaatkan peluang yang muncul, dengan memanfaatkan dis-advantage yang dialami PGN sebagai first-mover. Dalam strategi partnership yang dipilih oleh Pertagas untuk memanfaatkan peluang yang ada, apa dasar pemilihan partner tersebut, apa keunggulannya, dan bagaimana bentuk partnershipnya (JV, equity alliances, atau bentuk lain) Bagaimana mengimplementasikan value disciplines pilihan Pertagas untuk melakukan percepatan pertumbuhan. Bagaimana percepatan itu akan semakin baik jika strategi go-public nanti telah dilakukan. 1.5. Batasan Permasalahan Informasi yang digunakan hanya yang tersedia di Pertagas semata, dilengkapi dengan penelusuran menggunakan internet.

12 Struktur industri yang disusun adalah struktur industri nasional, sehingga beberapa perusahaan MNC dibidang gas tidak diikutkan dalam analisis. Jika ada pembatasan yang dihadapi Pertagas sebagai anak perusahaan Pertamina (persero), dimana strategi tersebut ditetapkan oleh Pertamina (persero) sebagai holding, maka hal tersebut akan dianggap sebagai given. 1.6. Metoda penulisan penelitian Penyususnan penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metoda studi kasus. Penulis hanya akan melihat dari pilihan-pilihan strategi Pertagas. Laporan keuangan dan sebagainya tidak akan ikut dianalisis, hanya digunakan sebagai indikator semata. Untuk itu, penelitian ini akan dilakukan dengan: Studi literatur Wawancara Analisis dan Kesimpulan. Adapun sistematika penulisan penelitian ini akan disusun sebagai berikut: Bab-1 Pendahuluan, yang akan menjelaskan secara keseluruhan latar belakang permasalahan, alasan mengapa judul penelitian ini dipilih, kerangka teori dan metoda penelitian, serta kesimpulan seperti apa yang diharapkan.

13 Bab-2 Landasan Teori, akan membahas kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini. Ada beberapa teori yang akan digunakan sebagai elemen dari kerangka teori yang digunakan di penelitian ini. Bab-3 Pengumpulan dan Pengolahan Data, menguraikan hasil-hasil pengumpulan dan pengolahan data mengenai Pertagas dan PGN sebagai dua pemimpin industri gas saat ini. Bab-4 Analisis, dimana kerangka teori tersebut akan digunakan dalam analisis struktur industri, pesaing khususnya PGN, pilihan strategi Pertagas dalam strategi pertumbuhannya, dan analisis strategi Pertagas untuk menjadi Pemimpin pasar di industri gas nasional. Bab-5 Kesimpulan yang akan menyampaikan dan mendeskripsikan apakah strategi pertumbuhan yang sudah dipilih Pertagas selama ini dapat dipertahankan untuk mencapai tujuan dan sasaran Perusahaan, ataukan diperlukan penyesuaian seiring dengan dinamika bisnis gas nasional dan global.