I. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN

PEMBAHASAN UMUM. Pembukaan tanah sulfat masam untuk persawahan umumnya dilengkapi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan

, NO 3-, SO 4, CO 2 dan H +, yang digunakan oleh

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

I. PENDAHULUAN. Perubahan dramatis paradigma pemanfaatan sumberdaya alam yang terjadi

BAB. VII. PEMBAHASAN UMUM. Konsentrasi Fe dalam Tanah dan Larutan Hara Keracunan Fe pada Padi

Pengelolaan tanah dan air di lahan pasang surut

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik dan Klasifikasi Bakteri Metanotrof Metanotrof sebagai Bakteri Pengoksidasi Metan

Pengelolaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut

PENGELOLAAN LAHAN BASAH DI INDONESIA YANG BERKELANJUTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 12. Dinamika unsur N pada berbagai sistem pengelolaan padi sawah tanah Inseptisol, Jakenan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. (CH 2 O)n + n O 2 n CO 2 + n H 2 O + e - (1) mikrob (CH 2 O)n + nh 2 O nco 2 + 4n e - + 4n H + (2)

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Jenuh Air

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Padi IP 400. Padi IP 400 merupakan salah satu jenis program penanam padi yang

Pengelolaan Air di Areal Pasang Surut. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tumbuhan hutan yang dibudidayakan. Tanaman ini memiliki respon yang

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan gambut yang terdapat di daerah tropika diperkirakan mencapai juta hektar atau sekitar 10-12% dari luas

TINJAUAN PUSTAKA. Produksi dan Emisi CO 2. lingkungan yang belum ada mekanisme pasarnya. Jenis barang dan jasa yang

TINJAUAN PUSTAKA. Survei memiliki arti yang bermacam-macam. Survei menurut Oxford

TINJAUAN PUSTAKA. survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DIES NATALIS KE-52 FAKULTAS PERTANIAN UNLAM

PEMBAHASAN UMUM. Gambar 52. Hubungan antara nisbah C/N dengan fluks CO 2. Fluks CO2. (mg CO2 kg tanah -1 harī 1 )

TINJAUAN PUSTAKA. Karakteristik Lahan Sawah. reduksi (redoks) dan aktifitas mikroba tanah sangat menentukan tingkat

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

Fluks Metana dan Karakteristik Tanah pada Budidaya Lima Macam Tanaman

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Produksi dan Emisi Metan Dari Lahan Sawah. dan sisanya (Sekitar 30%) berasal dari sumber-sumber alami (Mudiyarso and

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH DIMENSI DAN JARAK SALURAN DRAINASE TERHADAP DINAMIKA LENGAS TANAH ABSTRAK

HASIL. Gambar 4 Fluks CH 4 dari beberapa perlakuan selama satu musim tanam pada sawah lahan gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA Produksi dan Emisi Metan dari Lahan Sawah

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, baik secara terus-menerus sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

PERCEPATAN PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN RAWA BERKELANJUTAN DAN LESTARI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

TINJAUAN PUSTAKA. baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija.

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Sawah. tanaman padi sawah, dimana padanya dilakukan penggenangan selama atau

Pertemuan 10 : PERMASALAHAN LAHAN LEBAK UNTUK PERTANIAN. Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI SIFAT KIMIA TANAH BERPIRIT AKIBAT LAMA PENGERINGAN DAN KEDALAMAN MUKA AIR TANAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Caisin (Brassica chinensis L.) merupakan salah satu jenis tanaman sayuran

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

KARAKTERISTIK LAHAN MARGINAL DIKALIMANTAN TENGAH SERTA POTENSINYA UNTUK KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

Rizki Annisa Nasution*, M. M. B. Damanik, Jamilah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari 3 golongan ecogeographic yaitu Indica, Japonica, dan Javanica.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kedelai. Lingkungan Tumbuh Kedelai

BAB I PENDAHULUAN. tunggang dengan akar samping yang menjalar ketanah sama seperti tanaman dikotil lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. secara hayati. Mikroba penambat nitrogen hidup bebas pada tanah sawah

TINJAUAN PUSTAKA. sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian (potensial), asalkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Mineralisasi N dari Bahan Organik yang Dikomposkan

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 09: Sifat Kimia (2)- Mineral Liat & Bahan Organik Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter diatas permukaan

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

Perlu Inovasi Teknologi Mengurangi Emisi Gas Rumah Kaca dari Lahan Pertanian

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. jagung juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan ternak dan industri

Tata at Ai a r Rawa (Makr

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Sawah. sawah yang menentukan keberlanjutan sistem budidaya padi sawah adalah sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK

TINJAUAN PUSTAKA. adalah tanah-tanah bereaksi masam (ph rendah) dan miskin unsur hara, seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pupuk tersebut, maka pencarian pupuk alternatif lain seperti penggunaan pupuk

PENGEMBANGAN DAN KONSERVASI LAHAN GAMBUT

PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan sulfat masam adalah lahan yang memiliki horizon sulfidik atau

TEKNIK PENGAMBILAN EKSTRAK CONTOH AIR TANAH PADA BEBERAPA KEDALAMAN UNTUK ANALISIS DI LAHAN SULFAT MASAM1 RINGKASAN

LAHAN GAMBUT TERDEGRADASI SRI NURYANI HIDAYAH UTAMI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGOLAHAN TANAH BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

5/15/2012. Novitasari,ST.,MT

PEMBAHASAN UMUM. Sedangkan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan kedelai 25 sampai 30 c

PENDAHULUAN. Kacang Tanah merupakan tanaman polong polongan kedua terpenting

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sulfat masam merupakan salah satu jenis lahan yang terdapat di kawasan lingkungan rawa dan tergolong ke dalam lahan bermasalah karena tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan tingkat kesuburan yang rendah. Ciri khas tanah sulfat masam adalah adanya bahan sulfidik yang banyak mengandung pirit. Pirit ini mempunyai sifat yang unik dan bergantung pada keadaan air. Keberadaan pirit di lahan sulfat masam menjadi kendala berat dalam pengembangan lahan rawa untuk budidaya padi. Pirit umumnya dijumpai pada tanah sulfat masam yang kaya akan bahan sulfidik hasil dari endapan marin. Bahan sulfidik adalah bahan tanah mineral atau organik yang mengandung senyawa belerang mudah teroksidasi, memiliki ph 3,5 dan jika diinkubasi dengan ketebalan 1 cm pada keadaan kapasitas lapangan, aerob, dan suhu ruangan selama delapan minggu, akan mengalami penurunan ph 0,5 satuan dan penurunan ph tersebut mencapai nilai 4,0 (Soil Survey Staff, 2010). Permasalahan muncul ketika pirit terpapar oleh oksigen akibat kekeringan yang panjang maupun setelah dilakukan drainase atau penggalian saluran yang mengakibatkan pirit teroksidasi. Satu mol pirit teroksidasi akan menghasilkan 4 mol asam sulfat sehingga mengakibatkan pemasaman tanah (Dent and Ponds, 1995). Faktor yang memiliki peranan penting dalam keberhasilan usahatani di lahan sulfat masam diantaranya adalah pemanfaatan bahan organik dan 1

pengelolaan air. Keberadaan bahan organik di lahan rawa memiliki fungsi untuk mempertahankan suasana reduksi sehingga oksidasi pirit dapat ditekan. Reddy and DeLaune (2008) mengatakan bahan organik berperan sebagai donor elektron dan mempengaruhi nilai potensial redoks tanah dan merupakan indikator yang menunjukkan kondisi oksidatif dan reduktif tanah. Selain itu bahan organik memiliki kemampuan mengkhelat unsur-unsur meracun dalam tanah seperti Fe 2+ (besi ferro) yang merupakan hasil reduksi Fe 3+. Dobermann and Faihurst (2000) mengatakan pada kondisi tergenang keracunan Fe lebih sering terjadi dibandingkan keracunan Al karena ion OH - yang dilepaskan dalam proses reduksi akan bereaksi dengan Al terlarut menjadi Al hidroksida yang sukar larut. Pengikatan logam ataupun ion yang ada di dalam larutan tanah dipengaruhi oleh keberadaan asam humat dan asam fulvat. Asam humat dan fulvat yang dapat menyumbangkan muatan negatif tanah dan berfungsi sebagai koloid organik. Gugus fenolat dan karboksilat dari asam fulvat ini membentuk cakar yang mempunyai afinitas yang sangat kuat bagi ion-ion logam trivalen seperti Al dan Fe (Bourbonniere and Creed, 2006). Produksi padi di lahan rawa juga ditentukan oleh pemberian air yang cukup dan waktu penggenangan (Kongchum, 2005). Pengaturan air melalui sistem satu arah (one-way flow system) selain dapat mencegah dan menekan teroksidasinya pirit karena penggenangan kondisi tanah menjadi reduktif dan pencucian/penggelontoran dapat mengurangi akumulasi unsur-unsur meracun. Sistem satu arah dilakukan dengan memasukkan air ke petakan sebelum tanah 2

dibajak, kemudian air tersebut dikeluarkan setelah pengolahan tanah selesai dan pencucian akan berjalan baik bila air cukup tersedia, baik dari hujan maupun air pasang (Subagyono et al., 1999 cit Suriadikarta, 2005). Masyarakat tradisional Kalimantan Selatan (Suku Banjar) untuk mempertahankan kondisi reduktif terhadap tanah adalah dengan melakukan konservasi air yaitu membuat tabat (dam overflow) di sepanjang saluran handil (tersier) dengan memanfaatkan luapan air pada saat pasang besar (dua kali dalam sebulan pada saat pasang besar) sehingga oksidasi pirit dapat dicegah atau ditekan dan proses penggelontoran juga berjalan lancar. Residu tanaman berupa jerami padi sisa panen dan gulma lokal purun (Eleocharis dulcis) adalah sumber utama bahan organik di lahan sulfat masam yang telah lama dimanfaatkan masyarakat lokal di desa Tanjung Harapan Kabupaten Barito Kuala sebagai bahan organik. Pola pengelolaan bahan organik oleh masyarakat lokal pada kondisi tergenang akan mengakibatkan terjadinya proses dekomposisi anaerobik dan bakteri metanogen hidup pada kondisi tersebut. Metanogen merupakan bakteri penghasil metana (CH4). Tanaman padi tidak hanya sebagai media fluks CH4 tetapi juga fluks CO2 karena eksudat akar merupakan salah satu sumber energi bagi bakteri metanogen dan metana hasil proses metanogenesis serta biomassa akar merupakan sumber karbon dan energi bagi bakteri metanotrof di zona perakaran. Upaya mitigasi emisi CH4 dan CO2 dari lahan pertanian telah banyak dilakukan melalui beberapa teknik budidaya seperti pengelolaan air dan bahan 3

organik dapat memperkecil emisi gas rumah kaca. Ada tiga macam pengelolaan air yang diterapkan pada pertanian di Indonesia yaitu: tergenang terus menerus, irigasi berselang dan irigasi tadah hujan (Setyanto and Hidayat, 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggenangan tanah secara terus menerus dengan tinggi 5 cm memberikan emisi metana 254 kg CH4 ha -1 musim -1 dan irigasi berselang memberikan emisi metana 136 kg CH4 ha -1 musim -1. Sedangkan upaya mitigasi gas rumah kaca melalui pengelolaan bahan organik pada budidaya padi di lahan sawah dapat dilakukan dengan proses pengomposan yang dapat memperbaiki kualitas bahan organik. Hasil penelitian Wihardjaka (2012) menunjukkan pemberian kompos jerami padi di lahan padi sawah melepaskan emisi sebesar 73.2 ± 6.6 kg CH4 ha -1 musim -1 lebih rendah dibandingkan dengan pemberian jerami padi segar sebesar 93.5 ± 4.0 CH4 ha -1 musim -1. Selain itu kontribusi dekomposisi seresah juga mempengaruhi produksi CO2 pada permukaan tanah. Hasil penelitian Sampanpanish (2012) emisi CO2 dari lahan sawah di Thailand yang diberi bahan organik pupuk kandang sebesar 377,35 mg/m 2 /hari lebih rendah dibandingkan lahan sawah yang diberi pupuk kimia emisi CO2 yang dilepaskan sebesar 534,11 mg/m 2 /hari. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas diperlukan informasi yang lebih terperinci dan akurat tentang pengelolaan bahan organik dan pengelolaan air di lahan sulfat masam agar menjadi berkelanjutan. Lahan rawa pasang surut berbeda dengan lahan sawah lainnya dalam beberapa aspek yang terkait dengan emisi gas rumah kaca yaitu: ph tanah yang 4

sangat masam, keberadaan unsur Al dan Fe yang afinitasnya terhadap bahan organik kuat serta pengelolaan air yang hanya tergantung pada pasang surut air laut, sehingga dipandang perlu untuk melakukan penelitian yang difokuskan pada lahan sulfat masam dengan intensitas penggunaan lahan yang berbeda terhadap pengelolaan bahan organik dan pengelolaan air dalam upaya meningkatkan produktivitas tanaman padi sawah serta menekan emisi gas CH4 dan CO2. 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui karakteristik tanah sulfat masam alami dan tanah sulfat masam intensif yang menjadi tapak penelitian serta bahan bahan organik lokal yang digunakan sebagai bahan penetral kemasaman 2. Mendapatkan jenis bahan organik dan sistem pengelolaan air yang tepat dalam memperbaiki watak tanah sulfat masam dan meningkatkan pertumbuhan tanaman padi 3. Mengkaji pengaruh bahan organik lokal dan pupuk N, P, K dalam meningkatkan produktivitas tanaman padi dan menekan emisi CH4 dan CO2 di lahan sulfat masam 5