HASIL DISKUSI KELOMPOK II

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

Langkah-langkah/opsi kebijakan spesifik apa saja yang perlu dilakukan/dikeluarkan untuk memastikan agar implementasikan proyek-proyek berbasis lahan

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

Menuju Pembangunan Hijau Kabupaten Kutai Barat: Tantangan Deforestasi dan Peluang Mengatasinya

GREEN BUSINESS: Konsep dan Arah Kebijakan. Endah Murniningtyas DeputiBidanng SDA-LH Kementerian PPN/Bappenas

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN

Provinsi Kalimantan Timur. Muhammad Fadli,S.Hut,M.Si Kepala Seksi Pemeliharaan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Prov. Kaltim

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN LINTAS KABUPATEN/KOTA UNTUK USAHA PERKEBUNAN

Resiko Korupsi dalam REDD+ Oleh: Team Expert

EXSPOSE PENGELOLAAN PERTAMBANGAN, KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DI PROVINSI LAMPUNG

STRATEGI IMPLEMENTASI RAD-GRK

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAROLANGUN NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

Monitoring Implementasi Renaksi GN-SDA oleh CSO. Korsup Monev GN-SDA Jabar Jateng DIY Jatim Semarang, 20 Mei 2015

WG-Tenure. Laporan Evaluasi dan Pendalaman Hasil Assesment Land Tenure KPHP Seruyan Unit XXI Kalimantan Tengah Seruyan Februari 2014

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 219/PMK.011/2012 TENTANG

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 219/PMK.011/2012 TENTANG

KERANGKA ACUAN KERJA

Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)

BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

POTRET KETIMPANGAN v. Konsentrasi Penguasaan Lahan ada di sektor pertambangan, perkebunan dan badan usaha lain

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT PADA IUPHHK-HTI. Oleh : Dr. Bambang Widyantoro ASOSIASI PENGUSAHA HUTAN INDONESIA

Pertemuan Koordinasi GCF Bali, Juni 2014

Boks 1 PELUANG DAN HAMBATAN INVESTASI DI PROPINSI RIAU. I. Latar Belakang

BUPATI KAUR PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

RINGKASAN. Murung Raya STRATEGI PERTUMBUHAN EKONOMI HIJAU. Sektor terpilih untuk pertumbuhan. ekonomi hijau

meliputi pemilihan: pola tanam, tahapan penanaman (prakondisi dan penanaman vegetasi tetap), sistem penanaman (monokultur, multiple cropping), jenis

Harmonisasi Kebijakan dan Peraturan Perundangan

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

RPP INSTRUMEN EKONOMI LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2000 TENTANG DANA PERIMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.10/Menhut-II/2010 TENTANG MEKANISME DAN TATA CARA AUDIT KAWASAN HUTAN

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

Cakupan Paparan : Outlook industri pulp dan kertas (IPK) Gambaran luasan hutan di indonesia. menurunkan bahan baku IPK

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 1 TAHUN 2017

Ketahanan Pangan. Laporan Komisi ke Menko Perekonomian KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA

Peluang untuk Meningkatkan Produktivitas dan Profiabilitas Petani Kecil Kelapa Sawit di Kalimantan Tengah

PERATURAN BERSAMA GUBERNUR JAWA TIMUR DAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 20 TAHUN 2013 NOMOR TENTANG

West Kalimantan Community Carbon Pools

Transparansi merupakan komponen kunci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

STATUS LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN YANG BERALIH FUNGSI MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN. Noor Azizah*

REVITALISASI KEHUTANAN

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

REMBUK NASIONAL BIDANG 8 LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JAKARTA, 23 OKTOBER 2017

KSN Mamminasata. Menuju Pertumbuhan Ekonomi Hijau

BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN

INDIKATOR RAMAH LINGKUNGAN UNTUK USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PENAMBANGAN TERBUKA BATUBARA

PERANAN KEPOLISIAN DALAM MENGATASI KONFLIK PERKEBUNAN DI INDONESIA

CONTOH BENTUK/MODEL KERJA SAMA DAERAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

3. Pola hubungan spasial intra-interregional di Kapet Bima dapat diamati dari pergerakan arus barang dan penduduk antar wilayah, yakni dengan

Dekade Berbagi Akses Penyediaan Lahan Untuk Kesejahteraan Petani Berkelanjutan

Daftar Tabel. Kualitas Air Rawa... I 28 Tabel SD-15. Kualitas Air Sumur... I 29

Daftar Tabel. halaman. Bab I Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya A. Lahan dan Hutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Analisis high and best value use (HBU)

PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT: PERSPEKTIF LINGKUNGAN. Mukti Sardjono, Saf Ahli Menteri Pertanian Bidang Lingkungan,

SISTEMATIKA PENYAJIAN :

Transkripsi:

HASIL DISKUSI KELOMPOK II

LANGKAH/OPSI KEBIJAKAN UTK MEMASTIKAN PROYEK DI TIGA SEKTOR DAPAT BERJALAN DALAM UPAYA PENGURANGAN EMISI?

1. Identifikasi rencana detail MP3EI di Kaltim termasuk di dalamnya data base, potensi emisi dan opsi mitigasi 2. Penguatan Kelembagaan dalam konteks pengawasan dan evaluasi pelaksanaan MP3EI 3. Percepatan diarahkan kepada Existing perijinan dan bukan pada penerbitan ijin baru 4. Membangun energi terbarukan dengan pemanfaatan biomassa khususnya limbah 5. Pertajaman program pembangunan di Kaltim termasuk targettarget pertumbuhan ekonomi, memastikan konsep pembangunan hijau diakomodasi dalam MP3EI serta pembatasan program-program

6. Peningkatan efisiensi lahan LANJUTAN 7. Menegakkan kewenangan provinsi dalam pengawasan pembangunan termasuk kepastian kewenangan 8. Singkronisasi perijinan dari pusat, provinsi dan kabupaten/kota termasuk pengawasan yang dilakukan secara berjenjang 9. Pengetatan pemberian ijin baik perpanjang maupun peningkatan produksi dengan memperhatikan daya dukung lingkungan 10. Penggunaan tata ruang sebagai instrumen untuk pengendalian pembangunan (pemanfaatan lahan)

11. Study Daya dukung Kaltim dalam mengakomodasi investasi MP3EI LANJUTAN 12. Mengintegrasikan ekonomi lingkungan dalam menyusun opsi-opsi pembangunan (termasuk PDRB Hijau, yang memperhitungkan aspek biaya lingkungan). 13. Proposal proyek MP3EI sudah memasukkan pengelolaan lingkungan 14. AMDAL harus diperkuat dengan memasukkan aspek2 resiko lingkungan termasuk valuasi resiko lingkungan 15. Perlu peningkatan pemahaman aturan/hukum lingkungan bagi penegak hukum

LANJUTAN 16. Capacity building di semua level pemerintahan terkait dengan pengelolaan lingkungan dan pembangunan 17. Mengkaji kemungkinan diterapkannya land swap, termasuk identifikasi lahan kritis, identifikasi masalah dan hambatan yang dihadapi, mendorong diskursus yang lebih luas tentang kemungkinan ini 18. Kepastian kawasan bagi investasi yang masuk termasuk aspek tenurial, tumpang tindih ijin, klaim 19. Mengembangkkan sistem insentive dan dis-insentive bagi pembukaan hutan berdasarkan ijin yang diberikan misal melalui mekanisme pajak 20. Pemanfaatan limbah yang lebih maksimal untuk sumber energi terbarukan

Penetapan kuota lahan untuk tambang LANJUTAN Mengklasifikasi setiap konsesi kebun berdasarkan stok karbon, perluasan kebun dilakukan pada tingkat emisi karbon tertentu Penguatan masyarakat (sosial) dengan memasukkan FPIC dalam proses pengembangan proyek. Peningkatan nilai tambah produk untuk meningkatkan daya saing Pengembangan riset untuk identifikasi biomassa/limbah yang potensial sebagai sumber energi Pembatasan produksi tambang (pengaturan produksi dengan dasar kinerja lingkungan)

ASPEK2 TEKNIS APA SAJA (SOSIAL, TEKNOLOGI, MANAJEMEN) YANG PERLU DILAKUKAN OLEH PELAKU USAHA DAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MEMASTIKAN IMPLEMENTASI PROYEK MP3EI SEJALAN DENGAN PENGURANGAN EMISI? 1. Pemanfaatan limbah yang lebih maksimal untuk sumber energi terbarukan 2. Pelaku usaha mendorong FPIC pada pengembangan proyek 3. HCFV 4. Diversifikasi produk HTI kebun (biomassa) untuk sumber energi perlu difikirkan feasibility-nya

LANJUTAN 5. Mengembangkan kemitraan dengan masyarakat sebagai program CSR (misal pada pengembangan media jamur) diharapkan dapat meredam konflik dan pemberdayaan ekonomi. Perlu dilanjutkan secara penuh baik dari hulu hingga hilirnya. 6. Tambang: Pembatasan dan pengaturan jumlah produksi berdasarkan kuota luasan lahan tambang Peningkatan biaya perijinan untuk ijin pinjam pakai Pengajuan rencana reklamasi sejak awal Dokumen lingkungan harus sudah ada baru boleh ekspoiltasi Konsistensi aturan perijinan yang ada 7. Peningkatan reklamasi tambang (pra, penambangan dan pasca) mendorong Gubernur menggunakan kewenangan dekonsentrasi pada pengawasan tambang. Termasuk penegakan aturan dan pengawasan

TERIMA KASIH