PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
STRATEGI KOMUNIKASI PETANI SAYURAN ORGANIK DALAM MENCARI DAN MENGGUNAKAN INFORMASI PERTANIAN BERBASIS GENDER. Krishnarini Matindas

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

PRAKTEK BUDIDAYA PERTANIAN YANG BAIK (Good Agricultural Practices) PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP

I PENDAHULUAN. kehutanan, perternakan, dan perikanan. Untuk mewujudkan pertanian yang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kiprah Perempuan Dalam Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. potensi besar untuk dikembangkan. Potensi tersebut meliputi nilai ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian Rancangan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

Good Agricultural Practices

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Penelitian. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian.

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) PILOT PROJECK PENGEMBANGAN OPTIMASI LAHAN SENSITIVE GENDER TAHUN 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

PENDAHULUAN Latar Belakang

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

pestisida dan permodalan (Sisfahyuni, 2008).

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Permasalahan Dalam Pengembangan Pertanian Organik. Amaliah, SP

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEMBAHASAN UMUM Visi, Misi, dan Strategi Pengelolaan PBK

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. revolusi hijau. Hasilnya pada tahun 1984 Indonesia dapat mencapai swasembada

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dewasa ini, masyarakat sebagai konsumen utama produk hasil

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

I. PENDAHULUAN. orang pada tahun (Daryanto 2010). Daryanto (2009) mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Agro Ekologi 1

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNIK ANALISIS GENDER. Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd

I. PENDAHULUAN. produksi pertanian baik secara kuantitas maupun kualitas. Pada tahun 1984

BAB I PENDAHULUAN. karena setiap negara menginginkan proses perubahan perekonomian yang lebih

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

PENERAPAN PUG DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Investasi Industri Perbenihan Kentang Menguntungkan (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dan antar pemangku kepentingan pembangunan. Keseimbangan diartikan sebagai keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial,

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN PERTANIAN ORGANIK DI KABUPATEN JEMBRANA

KONTRIBUSI PENDAPATAN USAHA PERIKANAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI PADI SAWAH DI DESA KALIBENING KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

POLICY BRIEF KAJIAN KESIAPAN SEKTOR PERTANIAN MENGHADAPI PASAR TUNGGAL ASEAN 2015

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Dewasa ini masyarakat mulai memberi perhatian lebih besar pada kualitas makanan termasuk sayuran yang mereka konsumsi. Masyarakat menghendaki produk sayuran yang sehat, aman dikonsumsi dan mutunya baik. Perkembangan ini didukung oleh menguatnya kesadaran peduli lingkungan dan gaya hidup sehat masyarakat. Promosi gaya hidup sehat back to nature membuat permintaan akan sayuran organik meningkat. Sayuran organik memang diminati konsumen yang bersedia membayar lebih mahal untuk produk pangan yang sehat, aman dan ramah lingkungan. Keadaan tersebut didukung pula oleh keinginan dan kesadaran di kalangan petani untuk memproduksi sayuran dengan menghindari pupuk kimia sintetis dan zat pengatur tumbuh, karena alasan lingkungan, sosial ekonomi, kemandirian dan kesehatan. Di beberapa daerah juga telah bermunculan lahan/pekarangan atau ladang/tegalan pertanian sayuran organik yang diusahakan oleh petani. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Badan Standarisasi Nasional mengesahkan Standar Nasional Indonesia tentang Sistem Pangan Organik yang telah tersusun dalam SNI 01-6729-2002 dan berisi panduan tentang cara-cara budidaya pangan organik. Sistem pertanian organik adalah kegiatan usaha tani secara menyeluruh sejak proses produksi sampai proses pengolahan hasil (pascapanen) yang bersifat ramah lingkungan dan dikelola secara alami (tanpa penggunaan bahan kimia sintetis dan rekayasa genetika), sehingga menghasilkan produk yang sehat dan bergizi. Jika dilihat manfaatnya, pengembangan pertanian organik sudah selayaknya diupayakan, karena dapat menjadi solusi bagi petani untuk mendapatkan sarana produksi pertanian dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia dan melestarikan praktek-praktek kearifan lokal. (Ditjen Hortikultura 2007; 2008). Berdasarkan uraian di atas, petani dengan usahatani sayuran organik akan membutuhkan informasi pertanian yang relevan untuk mengembangkan usahataninya. Memperoleh informasi pertanian yang tepat memang bukan hal yang mudah bagi petani. Kebutuhan terhadap informasi pertanian membuat petani mencari informasi melalui berbagai saluran komunikasi untuk selanjutnya menggunakan informasi tersebut.

2 Wesseler dan Brinkman (2003) menyatakan bahwa pelaku utama dalam pembangunan pertanian adalah petani laki-laki dan perempuan yang selalu membutuhkan informasi pertanian. Momsen (2001) berpendapat bahwa petani perempuan sering kehilangan kontrol terhadap sumberdaya dan umumnya tidak disertakan untuk akses dalam hal memperbaiki kemampuan dalam metode pertanian. Memahami aktivitas komunikasi mencari dan menggunakan informasi pertanian pada petani laki-laki dan petani perempuan, dapat mengungkap perbedaan respons petani laki-laki dan perempuan terhadap informasi pertanian yang mereka terima, termasuk perbedaan dalam peluang untuk akses informasi, kebutuhan dan minat (Eashwar 2003; Servaes 2002; Everts 1998). Informasi pertanian adalah salahsatu isu sentral dalam mencapai keberhasilan pembangunan pertanian dan merupakan sentral dalam aktivitas komunikasi. Melalui proses komunikasi yang ditelusuri pada petani sayuran organik laki-laki dan perempuan, dapat diketahui perbedaan akses dan kontrol mereka terhadap informasi pertanian. Perbedaan akses dan kontrol informasi pertanian adalah salah satu penyebab terjadinya kesenjangan gender. Isu gender dalam pembangunan muncul karena kurang memperhatikan kenyataan bahwa masyarakat sebagai target pembangunan terdiri dari segmen-segmen yang berbeda khususnya perempuan dan laki-laki. Mereka mempunyai kebutuhan, kepedulian, kesulitan dan pengalaman yang berbeda. Mengabaikan kepentingan gender dapat memunculkan kesenjangan gender, kesenjangan terhadap perempuan atau bisa juga kesenjangan terhadap laki-laki (Kem PP dan PA 2010). Lagi pula partisipasi aktif petani laki-laki dan perempuan dalam proses pembangunan sangat dibutuhkan, karena dapat mempercepat tercapainya tujuan pembangunan. Karena itu, relasi gender dalam pembangunan pertanian melalui aktivitas komunikasi mencari dan menggunakan informasi pertanian perlu menjadi perhatian, karena sesuai dengan tujuan mencapai Pembangunan Millenium (MDGs) butir ketiga tentang kesetaraan gender serta Inpres No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender /PUG (Hubeis 2010). Melalui rancangan strategi komunikasi informasi pertanian berbasis gender, diharapkan informasi pertanian yang tersedia akan sesuai dengan kebutuhan petani dan kesenjangan gender dapat diatasi. Akses dan kontrol informasi pertanian dapat setara antara petani sayuran organik laki-laki dan perempuan. Apabila penggunaan informasi pertanian dapat optimal, diharapkan petani sayuran organik laki-laki dan perempuan

3 dapat mengambil keputusan yang tepat untuk mengelola usahatani sayurannya. Berdasarkan alasan tersebut di atas, penelitian strategi komunikasi petani dalam mencari dan menggunakan informasi pertanian berbasis gender memang perlu dilakukan. Perumusan masalah Berdasarkan aktivitas komunikasi dapat diketahui perbedaan akses dan kontrol petani terhadap informasi pertanian. Odame (2004) berpendapat laki-laki dan perempuan bukan suatu kelompok yang homogen dan mempunyai perbedaan dalam aspirasi, pengalaman serta kebutuhan terhadap informasi maupun saluran komunikasi serta mempunyai aktivitas komunikasi yang berbeda pula. Umumnya petani laki-laki dan perempuan ingin mempunyai akses dan mencari informasi pertanian karena merasa belum yakin akan sesuatu, misalnya belum yakin tentang pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan bahan alami. Pengkajian melalui aspek komunikasi untuk mengetahui relasi gender dalam usahatani sudah menjadi trend strategi kebijakan pembangunan pertanian sejak tahun 1980an, dengan berbagai topik penelitian seperti gender dan teknologi dalam aktivitas pertanian, tingkat pengambilan keputusan, terpaan informasi dan pelatihan yang dibutuhkan, kegiatan kegiatan yang menghasilkan income dan sebagainya. Penelitian ini menganalisis relasi gender melalui aspek komunikasi dan data yang dihasilkan dapat memperlihatkan antara lain, relasi gender dalam aktivitas komunikasi pada akses dan kontrol informasi, selektivitas terhadap materi informasi pertanian dan saluran komunikasi, kemampuan mempertimbangkan mutu informasi dan mutu saluran komunikasi yang menyampaikan informasi pertanian, serta penggunaan informasi. Data tersebut dapat menjadi umpan balik untuk kebutuhan merancang strategi komunikasi informasi pertanian berbasis gender. Strategi komunikasi informasi pertanian berbasis gender menampilkan bahwa informasi pertanian dirancang berdasarkan kebutuhan petani, pengalaman memproses informasi pertanian petani laki-laki dan perempuan dengan memperhatikan opini beberapa tokoh masyarakat di lokasi penelitian. Supiandi (2008) berpendapat perempuan dan laki-laki perlu mendapat akses untuk memperoleh informasi. Untuk mendapat akses berawal dari aktivitas komunikasi masing-masing individu seperti tindakan pasif yang hanya menerima terpaan informasi dari sumber

4 melalui berbagai saluran komunikasi, aktif mencari melalui berbagai saluran komunikasi yang ada atau mencari secara interaktif. Berdasarkan penelitian Sunarno (2007) di Provinsi Jawa Barat, terbukti bahwa program pembangunan dan sumberdaya pembangunan lebih banyak ditujukan kepada nelayan laki-laki dari pada perempuan. Penelitian ini berbeda, karena meneliti aktivitas komunikasi petani sayuran organik laki-laki dan perempuan dalam mencari informasi pertanian, mengurai kesenjangan gender dalam perbedaan akses dan kontrol informasi, faktor-faktor komunikasi yang dapat diakses serta penggunaan informasi pertanian untuk kepentingan usahatani. Tujuan akhir penelitian ini adalah merancang strategi komunikasi informasi pertanian yang berbasis gender untuk kepentingan petani sayuran organik lakilaki dan perempuan dalam mengembangkan usahataninya. Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah : Seperti apa strategi komunikasi informasi pertanian berbasis gender dimana terdapat akses dan kontrol yang setara pada petani sayuran organik laki-laki dan perempuan melalui aktivitas komunikasi mencari dan menggunakan informasi pertanian? Dari pertanyaan penelitian di atas dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1 Seperti apa karakteristik petani, pola pembagian kerja, relasi gender dalam akses dan kontrol pada informasi pertanian, faktor - faktor komunikasi dan penggunaan informasi pertanian pada petani laki-laki dan perempuan yang berusahatani sayuran organik? 2 Sejauhmana hubungan pola pembagian kerja, relasi gender dalam akses dan kontrol informasi pertanian dengan faktor-faktor komunikasi, hubungan pola pembagian kerja dan relasi gender dalam akses dan kontrol informasi pertanian dengan penggunaan informasi pertanian, hubungan faktor-faktor komunikasi dengan penggunaan informasi pertanian, hubungan karakteristik petani laki-laki dan petani perempuan dengan penggunaan informasi pertanian? 3 Seperti apa strategi komunikasi informasi pertanian yang berbasis gender?

5 Tujuan Penelitian Petani sayuran organik baik laki-laki maupun perempuan selalu membutuhkan informasi pertanian untuk mengembangkan usahataninya. Namun tidak semua informasi yang tersedia sesuai dengan kebutuhan dan minat petani. Perilaku memilih informasi melalui berbagai saluran komunikasi, memproses informasi yang sudah diperoleh dan menggunakannya, dapat memperlihatkan kesenjangan komunikasi pada petani laki-laki dan perempuan dalam hal akses dan kontrol informasi, kemampuan memproses dan memanfaatkan informasi pertanian, mempraktekkan informasi yang akhirnya dapat mengembangkan usahatani sayuran organik dan memperbaiki kesejahteraan petani dan keluarganya. Berdasarkan uraian tersebut beberapa tujuan spesifik penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1 Mengidentifikasi karakteristik petani, pola pembagian kerja, relasi gender dalam akses dan kontrol pada informasi pertanian, faktor-faktor komunikasi dan penggunaan informasi pertanian pada petani laki-laki dan perempuan yang berusahatani sayuran organik. 2 Menganalisis hubungan pola pembagian kerja serta relasi gender dalam akses dan kontrol pada informasi pertanian dengan faktor-faktor komunikasi, hubungan pola pembagian kerja serta relasi gender dalam akses dan kontrol pada informasi pertanian dengan penggunaan informasi pertanian, hubungan faktor-faktor komunikasi dengan penggunaan informasi pertanian, hubungan karakteristik petani dengan penggunaan informasi pertanian pada petani laki-laki dan perempuan yang berusahatani sayuran organik. 3 Merancang strategi komunikasi informasi pertanian yang berbasis gender. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut: 1 Dalam aspek praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk merancang strategi komunikasi informasi pertanian yang berbasis gender dan sebagai masukan bagi pengambil kebijakan. 2 Secara akademis penelitian ini diharapkan bermanfaat karena memberi kontribusi pada pengembangan ilmu komunikasi pembangunan pertanian dan pedesaan.

6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dalam aspek komunikasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dan menganalisis apa yang sudah dilakukan petani laki-laki dan perempuan untuk mendapatkan informasi pertanian, apa yang dipikirkan petani sesudah mendapatkan informasi yang berkaitan dengan mutu informasi dan mutu saluran komunikasi, serta penggunaan informasi pertanian pada petani laki-laki dan perempuan dengan usahatani sayuran organik. Analisis dilakukan dengan mengaplikasikan teori komunikasi di lapangan dengan memanfaatkan data kuantitatif didukung data kualitatif, serta gabungan analisis SWOT dan AHP. Keseluruhan data dipergunakan sebagai bahan untuk merancang strategi komunikasi informasi pertanian yang berbasis gender. Penelitian Terdahulu yang Terkait dengan Penelitian Ini Beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan aspek komunikasi maupun gender dan pembangunan yang dilakukan di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jayawijaya Papua dan Kalimantan, umumnya berkisar mengenai kurangnya kesempatan akses pada informasi dari petani laki-laki dan perempuan seperti yang dilakukan oleh: a) Sunarno (2007) mengenai Kesetaraan gender dalam pembangunan perikanan di Kabupaten Subang Jawa Barat, dengan metode survei dan studi kasus, temuannya belum ada kesetaraan gender dalam program perikanan pantai bagi nelayan laki-laki dan perempuan. Menyusun strategi pembangunan perikanan pantai responsif gender. b) Murdianto et al., (2001) mengenai Studi gender dalam industri rumah tangga gula aren di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, dengan metode studi kasus. Temuan penelitian adalah pengrajin perempuan masih memerlukan terpaan informasi dan penyuluhan mengenai pengolahan gula aren. c) Sitepu (2007), mengenai Desain sistem pengelolaan lahan kering berkelanjutan berbasis gender di Provinsi DI Yogyakarta, dengan metode studi kasus. Temuan penelitian yang berkaitan dengan komunikasi antara lain petani laki-laki dan petani perempuan membutuhkan informasi tentang penggunaan sumber air dari sumur ladang dan sumur embung. d) Hartomo (2007) meneliti tentang Kebijakan sistem usahatani berkelanjutan responsif gender di Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah dengan metode analisis

7 deskriptif melalui studi kasus. Temuan penelitian adalah perempuan lebih dominan dari pada laki-laki dalam pengolahan hasil panen dan pemasaran, sedangkan merawat, memelihara tanaman, penyiraman dan menentukan teknis pengolahan hasil panen dilakukan bersama laki-laki dan perempuan. Akses informasi dominan pada laki-laki, karena laki-laki lebih aktif pada pertemuan kelompok tani secara regular. Kontrol informasi dilakukan bersama oleh laki-laki dan perempuan. e) Septiana (2008) meneliti Pengaruh Model dan Suara Narator Video terhadap peningkatan pengetahuan tentang air bersih berbasis gender. Metode penelitian eksperimen kuasi dengan terpaan media video yang menampilkan model laki-laki dan perempuan serta suara narator laki-laki dan perempuan terhadap 80 pegawai terdiri dari 40 pegawai perempuan dan 40 pegawai laki-laki. Temuan penelitian yakni media video sebagai saluran komunikasi, efektif untuk diakses oleh kedua gender dan berpengaruh positif apabila kedua gender diberi peluang yang sama, artinya terpaan informasi tidak hanya ditujukan kepada salah satu gender saja. f) Srini (2001) meneliti Gender and Development in Jayawijaya. Metode kualitatif mengenai kesehatan dan gizi keluarga, proses pendidikan dan penyadaran tentang kesetaraan gender pada perempuan dan laki-laki di pedesaan di Kanggime dan Mamit. Temuan penelitian adalah proses komunikasi melalui saluran kelompok lebih dominan dilakukan oleh laki-laki, akses informasi juga dominan pada laki-laki. Bukti empiris memperlihatkan masih ada kesenjangan gender dalam akses dan kontrol informasi antara petani laki-laki dan perempuan. Umumnya akses dan control informasi pada perempuan masih minim. Perempuan dan laki-laki mempunyai perbedaan dalam mencari informasi karena masing-masing mempunyai aspirasi, pengalaman dan kebutuhan yang berbeda. Melalui penelitian terdahulu dapat diidentifikasi bahwa petani laki-laki dan perempuan di pedesaan masih membutuhkan introduksi teknologi. Namun masih sedikit penelitian yang mengungkapkan perbedaan antara petani laki-laki dan perempuan dalam aktivitas mencari informasi untuk akses dan kontrol, selektivitas materi informasi, kemampuan mempertimbangkan informasi dan kemampuan komunikasi menggunakan informasi pertanian serta rancangan strategi berbasis gender pada petani sayuran.

8 Berdasarkan identifikasi masalah, rujukan teoritis serta penelitian terdahulu, kerangka konsep pada Gambar 1, memaparkan kondisi yang menghambat dalam pengembangan usahatani sayuran organik yaitu bila masih terdapat situasi minimnya akses dan kontrol informasi pada salah satu gender, sumberdaya manusia petani sebagai pengguna informasi masih lemah, saluran komunikasi belum berfungsi optimal, ketersediaan informasi belum sesuai dengan kebutuhan maupun minat petani laki-laki dan perempuan. PETANI SAYURAN ORGANIK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN KONDISI YANG MENGHAMBAT: -Minimnya akses dan kontrol informasi pada petani perempuan. -SDM petani lemah. KONDISI YANG MENDUKUNG: -Informasi pertanian, saluran komunikasi sesuai kebutuhan dan kondisi petani. -Sarana komunikasi menunjang. -Informasi pertanian diakses dan dikontrol setara. KOMUNIKASI INFORMASI PERTANIAN BERBASIS GENDER Aktivitas mencari informasi pertanian: 1. Akses 2. Kontrol UMPAN BALIK KONDISI YANG DIINGINKAN: -Ketersediaan informasi pertanian sesuai kebutuhan -Informasi pertanian diakses dan dikontrol setara -Mampu menggunakan informasi pertanian sehingga pengelolaan usahatani sayuran organik dapat optimal KONDISI YANG TIDAK DI INGINKAN: Akses dan kontrol informasi pertanian hanya dominan pada salah satu gender. Gambar 1 Alur komunikasi informasi pertanian dari kondisi yang diinginkan dan tidak diinginkan

9 Kondisi yang mendukung yaitu informasi pertanian dan saluran komunikasi sesuai dengan kebutuhan dan kondisi petani laki-laki dan perempuan sebagai pengguna, terdapat infrastruktur komunikasi yang menunjang seperti keberadaan penyuluh, LSM, stasiun radio, media cetak, warung internet untuk berbagai informasi pertanian tersedia dan dapat diakses oleh petani sayuran organik laki-laki dan perempuan. Kondisi yang diinginkan adalah ketersediaan informasi pertanian sesuai kebutuhan, informasi pertanian diakses dan dikontrol setara oleh petani laki-laki dan perempuan, mampu menggunakan informasi pertanian untuk mengelola usahatani. Kondisi yang tidak diinginkan adalah apabila informasi pertanian hanya dominan diakses dan dikontrol oleh satu pihak saja. Novelty Berbagai penelitian tentang aktivitas mencari informasi dan menganalisis perbedaan gender terkait dengan program maupun akses dan kontrol terhadap sumberdaya pembangunan pada petani maupun nelayan sudah banyak dilakukan dengan berbagai pendekatan. Terutama dalam hal memetakan aktivitas produktivitas langsung, produktivitas tidak langsung dan aktivitas sosial. Namun menggabungkan pola pembagian kerja, relasi gender untuk akses dan kontrol pada informasi pertanian dan faktor-faktor komunikasi dengan penggunaan informasi pada komunitas petani sayuran organik yang dilanjutkan dengan merancang strategi komunikasi informasi berbasis gender, belum banyak dibahas dalam berbagai studi. Hal ini sangat penting karena aspirasi, pengalaman komunikasi, kebutuhan serta minat petani laki-laki dan perempuan terhadap informasi pertanian dapat saja tidak sama. Melalui pendekatan pada petani sayuran organik laki-laki dan perempuan dapat diketahui perilaku komunikasi akses dan kontrol informasi. Bila akses dan kontrol dominan pada salah satu pihak, maka komunikasi informasi pertanian belum berbasis gender karena belum memperhatikan dengan setara aspirasi, pengalaman dan kebutuhan petani laki-laki dan perempuan. Hal ini memperlihatkan pentingnya suatu strategi komunikasi informasi pertanian yang berbasis gender, agar ke depan petani sayuran organik laki-laki dan perempuan dapat mempunyai akses dan kontrol setara terhadap informasi pertanian sehingga pengelolaan usahatani sayuran organik dapat optimal.

10 Penelitian ini menggunakan metode survei dan wawancara mendalam untuk memahami perbedaan kognisi yang berperan dalam membentuk perilaku petani laki-laki dan perempuan. Hal ini merupakan refleksi suatu usaha untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi sosial yang dikaji. Berbagai penelitian yang baik sering mengkombinasikan aspek-aspek pendekatan kuantitatif serta kualitatif melalui wawancara mendalam dan penelitian ini juga melakukan hal tersebut. Berdasarkan uraian di atas, kebaruan atau novelty penelitian strategi komunikasi petani sayuran organik dalam mencari dan menggunakan informasi pertanian berbasis gender adalah 1 Menganalisis aktivitas komunikasi petani laki-laki dan perempuan yang ber usahatani sayuran organik dalam mencari dan menggunakan informasi pertanian dengan mengacu pada teori komunikasi. 2 Merancang strategi komunikasi informasi pertanian sayuran organik berbasis gender, melalui kombinasi pendekatan kuantitatif yang didukung pendekatan kualitatif, analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) dan pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). (a) Data kuantitatif untuk menganalisis aktivitas mencari, akses dan kontrol serta menggunakan informasi pertanian laki-laki dan perempuan yang berusahatani sayuran organik. Wawancara mendalam untuk data kualitatif yang digunakan untuk menganalisis pengalaman petani laki-laki dan perempuan saat mencari untuk akses dan kontrol pada informasi pertanian serta penggunaan informasinya yang belum terungkap melalui pendekatan kuantitatif. (b)analisis SWOT untuk merancang strategi komunikasi informasi pertanian organik berbasis gender sebagai solusi dari kesenjangan akses dan kontrol informasi. (c) Pendekatan AHP untuk mengetahui urutan prioritas berdasarkan faktor-faktor yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan strategi komunikasi informasi pertanian berbasis gender 3 Mengembangkan konsep dan merancang strategi komunikasi informasi pertanian berbasis gender untuk melengkapi strategi komunikasi sebelumnya. 4. Penelitian ini bersifat holistik dengan melibatkan petani sayuran organik laki-laki dan perempuan, penyuluh, aparat Dinas Pertanian, LSM, ketua kelompok tani.