BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, khususnya pada pertumbuhan gigi desidui anak. Banyak orang

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Gigi merupakan jaringan keras pada rongga mulut yang berfungsi

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB I PENDAHULUAN. Air sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia agar tetap sehat dan aktif. Minum air

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

STUDI PENGARUH KONSUMSI SUSU KEDELAI TERHADAP KADAR KALSIUM DALAM ASI (AIR SUSU IBU)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein, berbagai vitamin dan mineral (Widodo, 2003). Susu adalah cairan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Kelenjar saliva 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mengevaluasi keberhasilan perawatan yang telah dilakukan. 1,2,3 Kemudian dapat

Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

Dr.Or. Mansur, M.S. Dr.Or. Mansur, M.S

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya.

LARUTAN PENYANGGA (BUFFER) Disusun Oleh: Diah Tria Agustina ( ) JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Erosi gigi adalah luruhnya jaringan keras gigi yang disebabkan oleh asam

SALIVA SEBAGAI CAIRAN DIAGNOSTIK RESIKO TERJADINYA KARIES PUTRI AJRI MAWADARA. Dosen Pembimbing : drg. Shanty Chairani, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. diterima oleh dokter gigi adalah gigi berlubang atau karies. Hasil survey

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mandibula baik kanan maupun kiri, pada anak umur 6-16 bulan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Makanan yang pertama kali dikonsumsi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi dan mulut dengan asupan nutrisi (Iacopino, 2008). Diet yang

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) ASI Ekslusif 6 Bulan

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berpengaruh pada pola makan dan pemilihan makanan serta

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. akan zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein, dan

BAB II TINJAUAN TEORI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan menggunakan bahan pakan sumber kalsium (ISA, 2009). kerabang maka kalsium dapat diserap sampai 72% (Oderkirk, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Asupan makanan pada bayi setelah lahir adalah ASI (Roesli, 2005). WHO

PENENTUAN KUALITAS AIR

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

TENTANG KATEGORI PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan kehidupan (living fluid) yang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi dan tidak ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah dilahirkan setidaknya dalam waktu 30 menit setelah lahir, karena daya isap bayi saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya (Soetjiningsih, 1997). Sebelum genap berusia 6 bulan, bayi hanya memperoleh ASI tanpa ada pemberian makanan ataupun minuman lainnya atau dalam masyakarat biasa disebut dengan ASI eksklusif. Di tahap ini, ASI telah dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi (Nazarina, 2008). ASI yang matur mengandung 3-5% lemak, 0,8-0,9% protein, 6,9-7,2% karbohidrat (laktosa) dan 0,2% mineral. Kandungan mineral yang terkandung dalam ASI adalah natrium, kalium, kalsium, magnesium, fosfor, dan klorida. Dalam berbagai penelitian, konsentrasi kalsium dalam ASI dilaporkan bervariasi yaitu berkisar antara 25 hingga 35 mg per 100 ml ASI (Jenness, 1979). Kebutuhan kalsium untuk bayi akan didapatkan dari air susu ibu (Heffner dan Schust, 2006). Peranan kalsium pada bayi tidak lain adalah membantu proses mineralisasi pada tahap proses pembentukan gigi (Tjäderhane dkk, 1995), sehingga konsumsi ASI pada tahap ini sangat dibutuhkan mengingat bayi memperoleh kebutuhan kalsiumnya dari ASI. Menurut Jarjou dkk (2012), ASI berkontribusi sebesar 94% 1

2 terhadap asupan kalsium bayi usia 3 bulan, sedangkan pada bayi usia 12 bulan ASI berkontribusi sebesar 62%. World Health Organization (WHO) merekomendasikan ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, kemudian dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun dengan penambahan makanan pendamping. Menurut Purwanti (2004), bayi yang mendapatkan ASI eksklusif menunjukkan rata-rata pertumbuhan gigi sudah mulai terlihat pada bayi berusia 5-6 bulan dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif. Hal ini menunjukkan bahwa ASI baik untuk proses pertumbuhan gigi bayi. Asupan kalsium yang cukup akan mempercepat proses pertumbuhan gigi. Gigi yang sudah tumbuh akan membantu bayi dalam melatih pengunyahan, sehingga usia setelah 6 bulan adalah waktu yang baik bagi bayi untuk mulai dikenalkan dengan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Kandungan kalsium yang terkandung dalam ASI lebih sedikit daripada kandungan kalsium dalam susu sapi atau susu formula. Jumlah yang sedikit ini tidak menimbulkan efek yang buruk, melainkan dapat diserap keseluruhan dalam usus bayi. Kandungan kalsium yang terlalu tinggi dalam susu sapi atau susu formula sebagian besar akan dibuang melalui sistem urinaria dan pencernaan karena tidak dapat dicerna. Kalsium yang tidak diserap akan memperberat kerja usus bayi untuk mengeluarkan, dan dapat mengganggu keseimbangan (ekologi) dalam usus bayi (Purwanti, 2004). Kandungan mineral yang terkandung dalam ASI ini konsentrasinya konstan selama masa laktasi. Asupan nutrisi maternal tidak mempengaruhi

3 konsentrasi mineral dalam ASI. Penelitian yang telah dilakukan oleh Garg dkk (1988, sit. Emmet dan Rogers, 1997) menyatakan bahwa tidak ada pula pengaruh status nutrisi maternal terhadap konsentrasi kalsium dan magnesium, sehingga kandungan kalsium pada ASI stadium III ini akan konstan selama masa laktasi. Cairan saliva merupakan sekresi eksokrin yang terdiri dari sekitar 99% air, yang mengandung protein dan macam-macam elektrolit. Elektrolit utama yang terkandung dalam keseluruhan saliva (whole saliva) adalah natrium, kalium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat, tiosianat, dan fluor. Konsentrasi protein dan elektrolit-elektrolit tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber kelenjar saliva, laju aliran saliva, durasi stimulasi, ritme biologis, sifat stimulus, dan variasi hormon (de Almeida dkk, 2008; Dawes, 2008). Ion kalsium merupakan salah satu komponen elektrolit saliva yang penting untuk kesehatan rongga mulut. Konsentrasi ion kalsium ini selain dapat dipengaruhi oleh hal-hal di atas, juga dapat dipengaruhi oleh asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh, termasuk air susu ibu (Dawes, 2008; Meikawati dkk, 2005; Heffner dan Schust, 2006). Kalsium saliva penting untuk mendukung kapasitas buffer saliva. Kapasitas buffer saliva merupakan kemampuan saliva menjaga kestabilan ph rongga mulut, menetralkan asam maupun basa dalam rongga mulut, dan berkontribusi dalam kesehatan gigi dan mulut, yang berfungsi untuk melindungi rongga mulut dari mikroorganisme patogen (Adegboye dkk, 2013; Darwita dkk, 2010; Mandel, 1989, sit. Franco dkk, 2014). Jika kadarnya rendah, maka kapasitas buffer dalam saliva menjadi turun. Keadaan ini dapat menyebabkan ph saliva

4 menjadi rendah. Saliva dengan kalsium yang cukup akan mencegah ph rongga mulut bayi menjadi asam (Edgar, 1992). Pradhan dkk (2012) menyatakan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan rongga mulut untuk pembersihan (oral clearance) dari zat-zat yang telah terdeposit ke dalam rongga mulut dan saliva adalah sekitar 8 menit, sehingga diharapkan setelah melewati 8 menit rongga mulut sudah bersih dari sisa-sisa makanan atau minuman yang dikonsumsi sebelumnya. Menurut Erickson dan Mazhari (1999) bayi yang mengonsumsi ASI memiliki kapasitas buffer saliva yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang mengonsumsi susu sapi. Pada menit ke-10 setelah minum ASI, ph saliva bayi akan mulai mengalami peningkatan namun tidak signifikan. ASI memiliki kadar kalsium, fosfat, protein, dan histidin yang lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi, namun memiliki konsentrasi asam organik 2-3 kali lebih tinggi. Kalsium dan fosfat dalam ASI mampu mem-buffer ion hidrogen bebas yang berhubungan dengan asam organik sehingga ASI mampu mempertahankan ph saliva mendekati netral. Kalsifikasi gigi desidui pertama kali dimulai pada usia 4 bulan IU (intra uterin) yaitu pada gigi insisivus sentral bawah, sedangkan pada gigi permanen kalsifikasi akan terjadi pertama kali pada saat bayi lahir yaitu pada gigi molar satu atas dan bawah (Scheid, 2012). Kalsifikasi gigi ini tidak terlepas dari proses metabolisme kalsium. Darah dan cairan interseluler harus mengandung ion kalsium untuk pengendapan dalam jumlah yang cukup. Salah satu faktor yang mempengaruhi penambahan ion tersebut salah satunya adalah asupan kalsium selama proses kalsifikasi berlangsung (Beverlander, 1996). Kebutuhan kalsium

5 harus selalu terpenuhi selama proses kalsifikasi gigi masih berlangsung agar proses ini dapat berjalan optimal. Peranan kalsium dalam proses kalsifkasi adalah untuk membentuk enamel dan dentin yang dimulai pada bell stage (Berkovitz dkk, 2009). Di usia 6 bulan, kalsifikasi gigi desidui yang masih berlangsung adalah gigi insisivus sentral atas, insisivus lateral atas bawah, kaninus atas bawah, molar satu atas bawah, dan molar dua atas bawah serta beberapa gigi permanen (McCall dan Schour, 1944, sit. Scheid, 2012). Pada usia ini, gigi desidui akan mulai erupsi. Gigi yang pertama kali erupsi adalah gigi insisivus sentral bawah. Saat gigi mengalami erupsi, maka pada saat itu pula proses kalsifikasi gigi tersebut telah usai (Almatsier, 2004). B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan masalah bagaimanakah pengaruh pemberian ASI terhadap kadar kalsium saliva bayi pada masa ASI eksklusif? C. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pengaruh ASI terhadap kadar kalsium saliva bayi menurut sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Jarjou dkk (2012) meneliti mengenai pengaruh ASI terhadap asupan kalsium bayi dengan cara menghitung asupan kalsium bayi yang

6 berasal dari ASI yang didapat dari hasil perkalian antara banyaknya asupan ASI (L/hari) dengan konsentrasi kalsium ASI (mg/l). D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air susu ibu terhadap kadar kalsium saliva bayi pada masa ASI eksklusif. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian dapat memberikan tambahan informasi ilmiah di bidang kedokteran gigi anak khususnya pengaruh pemberian ASI terhadap kadar kalsium dalam saliva bayi. 2. Bagi klinisi Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan ilmu kedokteran gigi anak khususnya dalam bidang pencegahan, serta dapat dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya. 3. Bagi masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat tentang kecukupan kadar kalsium saliva bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan gigi bayi.