Catur Setiya Sulistiyana*, Susi Susanti* Dosen fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati *, ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PENDERITA TENTANG PENULARAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TANRUTEDONG KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

Maria Jita Iba Badu¹, Tedy Candra Lesmana², Siti Aspuah³ ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,

Identifikasi Faktor Resiko 1

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

J. Teguh Widjaja 1, Hartini Tiono 2, Nadia Dara Ayundha 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

GAMBARAN KONDISI FISIK RUMAH PASIEN PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TASIKMADU KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN. oleh Myobakterium Tuberk ulosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

PENATALAKSANAAN TINDAKAN BATUK EFEKTIF PADA PASIEN TB PARU DI RUMAH SAKIT KHUSUS PARU PALEMBANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Dukungan Keluarga, Pengetahuan, dan Pendidikan Penderita Tuberkulosis (TB Paru) Terhadap Kepatuhan Minum Obat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Andalas Kota Padang

Ari Kurniati 1, dr. H. Kusbaryanto, M. Kes 2 ABSTRAK

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

Marieta K. S. Bai, SSiT, M.Kes. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN KEJADIAN TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk

ABSTRAK. Sri Ariany P, 2009, Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II: J. Teguh Widjaja, dr., Sp.P., FCCP

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN PENGOBATAN TUBERKULOSIS DI WILAYAH PUSKESMAS NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNGANOM KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE AND MOTIVATION OF TB PATIENTS TOWARDS PREVENTION OF TB TRANSMISSION IN REGION PUSKESMAS KEBUN HANDIL IN JAMBI CITY 2015

BAB I PENDAHULUAN. program pokok pembangunan di bidang kesehatan masih menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PENDERITA TUBERCULOSIS PARU DI PUSKESMAS GATAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

Transkripsi:

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Keluarga Pasien Tuberkulosis Paru dengan Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Kesunean dan Pegambiran Kota Cirebon Jawa Barat Catur Setiya Sulistiyana*, Susi Susanti* Dosen fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati *, ABSTRAK Latar belakang : Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Prevalensi penyakit TB semakin meningkat tercatat di Puskesmas Kesunean pada tahun 2013 sebesar 1,5% dan di Kelurahan Pegambiran angkat kejadian Tuberkulosis paru tinggi. Hal ini terjadi karena upaya pencegahan TB paru belum dilaksanakan secara maksimal. Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga Paien TB paru terhadap upaya pencegahan penyakit tuberkulosis. Metode Penelitian: Menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, sampel dalam penelitian ini adalah 32 keluarga pasien TB paru yang berada di wilayah puskesmas Kesunean dan Pegambiran yang didapat dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dan mengisi kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah uji korelasi spearman dan uji regresi logistic Hasil : Analisis univariat menunjukan bahwa pengetahuan cukup didapatkan 17 responden (53,1%), sikap cukup 20 responden (62,5%) dan upaya pencegahan baik 23 responden (71,9%). Analisis bivariat dengan uji korelasi spearman. pada taraf kepercayaan 95%, pengetahuan memiliki hubungan dengan upaya pencegahan penyakit tuberkulosis (p= 0,010) dengan Correlation Coefficient : 0,446, sikap memiliki hubungan dengan upaya pencegahan penyakit tuberkulosis (p= 0,019) dengan Correlation Coefficient : 0,414. Analisis multivariat dengan analisis regresi logistik di dapatkan bahwa variabel yang paling mempengaruhi upaya pencegahan penyakit TB adalah pengetahuan dengan nilai p= 0,040 dengan nilai (OR = 0,096). Kesimpulan : Semakin baik pengetahuan dan sikap keluarga pasien TB paru maka akan semakin baik pula upaya pencegahannya. Kata Kunci :Pengetahuan, Sikap dan Upaya Pencegahan Penyakit TB ABSTRACT Background : Tuberculosis (TB) is an infection disease which it caused by Mycobacterium tuberculosis. Prevalence increased in 2013 at Kesunean primary health care reported 1,5% cases and also at Pegambiran. This happen doe to the prevention hasn t done optimally by citizen from Kesunean dan Pegambiran district. Purpose : The purpose of this research was determine the relationship of the level of knowledge and family TB patient s attitudes due the effort from prevention tuberculosis disease. Methods : This research is quantitative analysis with cross sectional design. The sample of this research was 32 respondents (family TB patient s) from Kesunean region and Pegambiran primary health care with simple random sampling. The instruments use a questionnaire with deep interview. Bivariat Analysis used is Spearman Correlation Test and Ordinal Regression. Result : The result of univariat analysis showed 17 respondents ( 53,1%) of have enough knowledge about the prevention of TB, 20 respondents (62,5%) of have enough attitude about the prevention of TB and 23 respondents(71,9%) have good effort of preventing TB disease. Bivariat analysis with Spearman Correlation Test with 95% confidence level, the result found that there a relationship between knowledge and the prevention of TB (p = 0.010) with Correlation Coefficient = 0, 446, and there were a relationship between family TB patient s attitude and (p = 0.019) with Correlation Coefficient: 0,414. The multivariate analysis with logistic regression showed that variables that most influence the prevention of TB disease is knowledge with (p=0,040) with (OR=0,096). Conclusion : the better of knowledge level and family tuberculosis patient attitude, the better of family s effort about preventing tuberculosis Keywords: Knowledge, Attitude and Prevention Tuberculosis Disease

Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh yang lainnya. TB Paru merupakan penyebab kematian nomor tiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan atas (ISPA) pada semua golongan umur.tb Paru juga penyebab penyakit nomor satu pada kelompok penyakit menular atau penyakit infeksi. (WHO, 2011) Tuberkulosis (TB) adalah penyebab paling umum kematian terkait infeksidi seluruh dunia. Pada tahun 1993, Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) menyatakan TB sebagai keadaan darurat kesehatan masyarakat global. (Vandana Batra,2014). Walaupun strategi DOTS telah terbukti sangat efektif untuk pengendalian TB, tetapi beban penyakit TB di masyarakat masih sangat tinggi. Dengan berbagai kemajuan yang dicapai sejak tahun 2003, diperkirakan masih terdapat sekitar 9,5 juta kasus baru TB, dan sekitar 0,5 juta orang meninggal akibat TB di seluruh dunia (WHO, 2009). Selain itu, pengendalian TB mendapat tantangan baru seperti ko-infeksi TB/HIV, TB yang resisten obat dan tantangan lainnya dengan tingkat kompleksitas yang makin tinggi. Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan jumlah penderita TB di Indonesia sekitar 528 ribu atau berada di posisi tiga di dunia setelah India dan Cina (PPTI, sumber WHO Global Tuberculosis Control 2010). Di Indonesia setiap menit muncul satu penderita baru TB paru, setiap dua menit muncul satu penderita baru TB paru yang menular, sehingga setiap menit sekali 1 orang meninggal akibat TB. Jumlah penderita TB paru di Indonesia pada tahun 2003 tercatat 581.243 di bawah India 1.820.369 dan Cina 1.447.947 (Lely dkk, 2008). Laporan WHO pada tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia (PPTI, sumber WHO Global Tuberculosis Control 2010). Hasil survei prevalensi TB tahun 2004 mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku menunjukkan bahwa 96% keluarga merawat anggota keluarga yang menderita TB dan hanya 13% yang menyembunyikan keberadaan mereka. Meskipun 76%

keluarga pernah mendengar tentang TB dan 85% mengetahui bahwa TB dapat disembuhkan, akan tetapi hanya 26% yang dapat menyebutkan dua tanda dan gejala utama TB. Cara penularan TB dipahami oleh 51% keluarga dan hanya 19% yang mengetahui bahwa tersedia obat TB gratis (Depkes, 2011). Pencegahan penyakit merupakan komponen dalam pelayanan kesehatan. Upaya pencegahan penyakit tuberkulosis dilakukan untuk menurunkan angka kematian yang disebabkan oleh penyakit tuberculosis. Upaya pencegahan tersebut terdiri dari menyediakan nutrisi yang baik, sanitasi yang adekuat, perumahan yang tidak terlalu padat dan udara yang segara merupaka tindakan yang efektif dalam pencegahan TB (Francis, 2011) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan keluarga pasien TB paru dengan penyakit TB paru. Juga mengetahui sikap keluarga pasien TB paru dengan penyakit TB paru. Serta mengetahui upaya pencegahan keluarga pasien TB paru dengan penyakit TB paru. Dan juga membuktikan hubungan pengetahuan keluarga pasien TB paru dengan upaya pencegahan penyakit tuberkulosis paru. Membuktikan hubungan sikap keluarga pasien TB paru dengan upaya pencegahan penyakit tuberkulosis paru. Membuktikan hubungan pengetahuan dan sikap keluarga pasien TB paru dengan upaya pencegahan penyakit tuberkulosis paru. Perlu diketahui bahwa Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis (Djojodibroto, 2009). Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri tahan asam atau serta dapat bertahan dalam tubuh manusia selama bertahun- tahun. Penyakit ini ditularkan melalui droplet yang mengandung basil tersebut (airborne disease) yang bergantung pada beberapa banyak tuberkel yang diinhalasi dan pertahanan tubuh dari individu yang terinfeksi (resistensi pejamu). (Staf Pengajar FK Univ. Sriwijaya, 2008) Penyebab penyakit tuberculosis adalah bakteri Mycobacterium tuberculosisdan Mycobacterium bovis.kuman tersebut memiliki ukuran 0,5 4 mikron x 0,3 0,6 mikron dengan bentuk basil tipis, lurus atau agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (Widoyono, 2005). Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran

panjang 1 sampai 4 mm dengan tebal 0,3 sampai 0,6 mm. Sebagian besar komponen Mycobacterium tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen.oleh karena itu, Mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi.daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis (Somantri, 2007). Mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik.bakteri ini juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob (Widoyono, 2008). Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100 C selama 5-10 menit atau pada pemanasan 60 C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam (Widoyono, 2008) Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis ditularkan melalui udaran (droplet nuclei) Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberculosis tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat. Masa inkubasinya 3-6 bulan (Widoyono, 2008). Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional, dengan sampel keluarga pasien TB yang berada di wilayah kerja puskesmas Pegambiran dan Kesunean, yang di dapat dengan teknik simple random sampling. Analisis yang di gunakan univariat dan bivariat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap keluarga pasien TB terhadap upaya pencegahan tuberkulosis. Sampel dipilih dengan berbagai kriteria. Sampel haruslah Memiliki keluarga yang terdiagnosa TB Paru pada bulan Januari 2014 Agustus 2014, sudah berusia 20 tahun, dapat membaca, menulis dan berkomunikasi secara aktif, serta bersedia menjadi koresponden

Hasil Karakteristik responden berdasarkan status pekerjaannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. 1 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaannya Pekerjaan Jumlah Presentasi Bekerja 14 43.8% pendidikan yang tinggi, dan 25 orang (78,1%) responden dengan tingkat pendidikan yang rendah. Karakteristik responden berdasarkan pengetahuan dapat dilihat pada tabel 3: Tabel. 3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Pengetahuan Jumlah Persentase(%) Tidak Bekerja 18 56.3% Kurang 1 3.1 Cukup 17 53.1 Total 32 100% Data tersebut memperlihatkan bahwa responden yang bekerja berjumlah 14 orang (43,8%), dan 18 orang (56,3%) responden yang tidak bekerja. Tabel. 2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pendidikan Jumlah Presentasi Tinggi 7 21.9% rendah 25 78.1% Total 32 100% Baik 14 43.8 Total 32 100 Data diatas memperlihatkan bahwa 1 responden (3,1%) responden dengan tingkat pengetahuan kurang, 17 responden (53,1%) responden dengan tingkat pendidikan cukup dan 14 responden (43,8%)dengan tingkat pengetahuan baik. Tabel. 4 Distribusi Responden Berdasarkan sikap Sikap Jumlah Persentase(%) Buruk 9 28,1 Cukup 20 62,5 Tabel 2 merupakan tabel distribusi berdasarkan tingkat pendidikan respoden. Data diatas memperlihatkan bahwa 7 orang (21,9%) responden dengan tingkat Baik 3 9,4 Total 32 100%

Data tabel 4 diatas memperlihatkan bahwa 9 responden (28,1%) responden dengan sikap buruk, 20 responden (62,5%) responden dengan sikap cukup dan 3 responden (9,4%)dengan tingkat pengetahuan baik. Tabel. 5 Distribusi Upaya Pencegahan Upaya Jumlah Presentasi Kurang 1 3,1 Cukup 8 25,0 Baik 23 71,9 Total 32 100% Data diatas memperlihatkan bahwa 1 responden (3,1%) responden dengan upaya pencegahan kurang, 8 responden (25,1%) responden dengan upaya pencegahan cukup dan 23 responden (71,9%)dengan upaya pencegahan baik. Hubungan pengetahuan dengan upaya pencegahan tuberkulosis paru dianalisis dengan menggunakan uji Rank- Spearman didapatkan nilai p= 0,010 dengan Correlation Coefficient : 0,446. Hubungan sikap keluarga dengan upaya pencegahan tuberkulosis paru dianalisis dengan menggunakan uji Rank-Spearman didapatkan nilai p= 0,019 dengan Correlation Coefficient : 0,414 Analisis multivariat menggunakan resgesi logistic multivariate. Ini dilakukan untuk mengetahui hubungan variabel independen secara bersamaan terhadap variabel dependen. Variabel yang memiliki nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 layak masuk kedalam model analisis multivariate, yaitu pengetahuan dan sikap dengan menggunakan metode backward. Pada penelitian ini skala yang dipakai peneliti yaitu ordinal, maka sebelum melakukan analisis multivariat penulis melakukan transformasi data dari skala ordinal menjadi skala nominal dengan mengikutsertakan salah satu kategori ke kategori lain. Hasil analisis regresi logistic dapat di lihat pada tabel 8 Berdasarkan hasil analisis regresi logistik multivariat step 1 diperoleh bahwa pengetahuan memiliki nilai p= 0,104 dengan nilai OR = 0,144 dengan nilai interval kepercayaan 95% antara 0,014 1,493. Pada sikap memiliki nilai p=0,208 dengan nilai OR=0,308 dengan nilai kepercayaan 95% antara 0,049-1,927. Pada analisis step 2 harus mengeliminasi nilai signifikan yang mendekati 1. Maka diperoleh hasil bahwa pengetahuan memiliki nilai p= 0,040 dengan nilai OR = 0,096 dengan nilai interval kepercayaan 95% antara 0,010 9,00.

Tabel. 6 Hubungan Pengetahuan keluarga tenteng upaya pencegahan tuberkulosis paru Pengetahuan klasifikasi pencegahan kurang cukup baik Total Nilai p Nilai r Kurang 0 1 0 1 0,010 0,446 Cukup 1 6 10 17 Baik 0 1 13 14 Total 1 8 23 32 Tabel. 7 Hubungan Sikap keluarga tentang upaya pencegahan tuberculosis paru Klasifikasi Sikap Klasifikasi Pencegahan Nilai p Nilai r Kurang Cukup Baik Total Buruk 1 4 4 9 0,019 0.414 Cukup 0 4 16 20 Baik 0 0 3 3 Total 1 8 23 32 Tabel 8 Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Upaya Pencegahan Sig. Exp(B) 95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1 a Pengetahuan.104.144.014 1.493 Sikap.208.308.049 1.927 Constant.011 14.847 Step 2 a Pengetahuan.040.096.010.900 Constant.013 13.000

Pembahasan Hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan metode Rank-Spearman untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap upaya pencegahan penyakit TB paru didapatkan arah korelasi yang searah dan nilai korelasi yang cukup yaitu 0,446 dengan nilai p = 0,010. Hal ini menunjukan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan penyakit TB paru karena tingkat signifikansinya <0,05. Artinya semakin baik pengetahuan keluarga pasien TB paru maka akan semakin baik pula upaya pencegahan penyakit TB yang dilakukan. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik, namun masih didapatkan sebagian dari responden memiliki pengetahuan tentang TB paru yang kurang, hal ini dapat terjadi oleh karena kemungkinan kurangnya informasi formal atau non formal yang didapatkan oleh responden maupun tidak adekuatnya informasi yang didapatkan oleh responden maupun tidak adekuatnya informasi yang diterima oleh responden. Hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti dengan metode Rank-Spearman untuk mengetahui hubungan antara sikap keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit TB paru didapatkan arah korelasi yang searah dan nilai korelasi yang cukup yaitu 0,414 dengan nilai p = 0,019. Hal ini menunjukan ada hubungan yang signifikan antara sikap keluarga dengan upaya pencegahan penyakit TB paru karena tingkat signifikansinya <0,05. Artinya semakin baik sikap keluarga pasien TB paru maka akan semakin baik pula upaya pencegahan yang dilakukan terhadap penyakit TB paru tersebut. Berdasarkan hasil analisa mengenai hubungan antara sikap keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit TB paru di kecamatan lebakwungkuk dapat disimpulkan sesuai dengan penelitian terkait bahwa responden dengan tingkat pengetahuan yang baik dan sikap yang positif memiliki tindakan pencegahan penyakit tuberkulosisyang baik. hal ini dapat diartikan bahwa pengetahuan dan sikap merupakan penunjang dalam melakukan perilaku sehat. Dari hasil analisis regresi logistik multivariat diperoleh hasil bahwa yang palingberpengaruh antara pengetahuan dan sikap keluarga pasien TB paru dengan upaya pencegahan penyakit TB paru adalah pengetahuan keluarga TB paru karena memiliki nilai p= 0,040 dengan

nilai OR = 0,096 dengan nilai interval kepercayaan 95% antara 0,010 9,00 artinya Jika keluarga pasien memiliki pengetahuan baik maka cenderung akan melakukan upaya pencegahan sebesar 9,6 kali lipat. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munir et.all (2014) yang menyatakan bahwa perilaku yang berdasarkan pengetahuan akan berdampak baik dari pada perilaku yang tidak berdasarkan pengetahuan yang baik. maksudnya disini pasien dan keluarga lebih menjaga kesehatan, jika sudah terkena penyakit TB paru dapat melakukan pencegahan terhadap anggota keluarga lain dan sekitarnya Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dari 32 responden didapatkan bahwa Keluarga pasien TB paru sebagian memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 14 (43.8%) responden, Keluarga pasien TB paru sebagian memiliki sikap yang positif yaitu sebanyak 3(9.4%) responden. Keluarga pasien TB paru sebagian memiliki upaya pencegahan yang baik yaitu sebanyak 23(71.9%) responden Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan upaya pencegahan penyakit tuberkulosis dengan arah positif dengan kekuatan cukup. (p= 0,010, dengan Correlation Coefficient : 0,446). Sehingga semakin baik pengetahuan keluarga pasien TB maka akan semakin baik pula upaya pencegahannya. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap keluarga terhadap upaya pencegahan penyakit tuberculosis dengan arah postif dengan kekuatan cukup. (p= 0,019, dengan Correlation Coefficient : 0,414). Sehingga semakin baik sikap keluarga pasein TB maka akan semakin baik pula upaya pencegahannya. Hasil analisis regresi logistik multivariat di dapatkan bahwa variabel yang paling mempengaruhi upaya pencegahan penyakit TB adalah pengetahuan dengan nila (p= 0,040 dengan OR = 0,096) dengan nilai interval kepercayaan 95% antara 0,010 9,00. Jika keluarga pasien memiliki pengetahuan baik maka cenderung akan melakukan upaya pencegahan sebesar 9,6 kali lipat. Penelitian ini mengharapkan agar Promosi kesehatan tentang penyakit TB paru dan pencegahannya agar ditingkatkan kembali, supaya dapat menumbuhkan kesadaran kepada masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan penyakit TB paru.penelitian dapat dikembangkan

dengan jumlah populasi lebih banyak dan jumlah variable yang diteliti juga ditambah sehingga dapat menghasilkan hasil yang lebih akurat. Analisa yang digunakan untuk peneliti selanjutnya tidak hanya pada analisa univariat dan bivariat saja, tetapi dapat dilakukan analisa secara multivariat. Daftar Pustaka 1. Azwar. (2007) Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. 2. Departemen Kesehatan RI. (2011) Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia 2010-2014: Jakarta. 3. Djojodibroto, D. (2009) Respirologi (respiratory medicine). Jakarta, EGC. 4. Francis, C. (2011) Perawatan Respirasi. Jakarta, Erlangga 5. Kurniasari, N. (2008) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita TBC Dengan Keteraturan Dalam Pengobatan TBC Di UPTD Puskesmas Cibogo Kabupaten subang tahun 2008.[Online] 6. Lely NP. (2012) Kemandirian Masyarakat dalam Perilaku Pencegahan Penularan Penyakit TB Paru. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan- Vol. 15 No. 2 April 2012: 162-169 7. Notoatmodjo, S. (2007) Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta, Rineka Cipta. 8. Perkumulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI). (2010)Buku Saku PPTI. Jakarta. 9. Price,S., dkk. (2005) Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit Edisi 6. Jakarta, EGC. 10. Somantri, I. (2007) Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta, Salemba Medika. 11. Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. (2008) Kumpulan Kuliah Farmakologi Ed 2. Jakarta, EGC. 12. Sudoyo, A. (2009) Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta, Interna Publishing EGC 13. Widoyono. (2008) Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta, Erlangga.