V. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
The Growth Responses of Tancang (Bruguiera gymnorrhiza (L.) Lamk.) Seedlings on Inundation Level in Mangrove Area of Sedyatmo Highway, North Jakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemanasan global yang terjadi pada beberapa tahun terakhir ini menyebabkan

KAJIAN PEMBERIAN KOMPOS BATANG PISANG DAN PUPUK NPK PADA PEMBIBITAN TANAMAN JATI

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tajuk. bertambahnya tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar tajuk, berat kering tajuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. aquades, larutan hara hidroponik standart AB Mix (KNO 3, Ca(NO 3 ) 2,K 2 SO 4,

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara, Medan. Penelitian dilakukan bulan Juni 2011 Oktober 2011.

PELAKSANAAN PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pengamatan Buah per Tandan. Perkembangan ini dapat dilihat dari beberapa indikator seperti jumlah buah,

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

RESPON PERTUMBUHAN SEMAI BAKAU (Rhizophora mucronata LAMK.) TERHADAP TINGKAT KEDALAMAN DAN LAMA PENGGENANGAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta dalam suhu ruang. Parameter penelitian di. normal di akhir pengamatan (Fridayanti, 2015).

I. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian

V HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

~. ~ ~ ~, ~~~~ ~~ ~~ ~ ~,~-.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

Yuda Purnama 1, Iwan Hilwan 1 dan Cecep Kusmana 1

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

TINJAUAN PUSTAKA. membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa

BAB I PENDAHULUAN. kering yang nyata, tipe curah hujan C F, jumlah curah hujan rata-rata 1.200

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2017 di Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. tanaman yang bersifat tak terbalikkan (irreversible) Bertambah besar ataupun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

Transkripsi:

17 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah pertumbuhan tinggi, pertumbuhan diameter batang, panjang buku, jumlah buku, jumlah daun, jumlah cabang, berat kering total, nisbah pucuk akar, dan prosentase tumbuh tanaman. Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan tanaman dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan dan blok terhadap variabel pertumbuhan semai Variabel Perlakuan Blok/ kelompok Pertumbuhan tinggi semai * Pertumbuhan diameter batang Panjang buku Jumlah buku Jumlah daun Jumlah cabang * * * Berat kering total (BKT) * Nisbah pucuk akar (NPA) * Prosentase tumbuh tanaman * * : berpengaruh nyata menurut uji F pada taraf 5%, : tidak nyata. Dari tabel di atas diperoleh hasil bahwa perlakuan menyebabkan respon yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun, berat kering total (BKT), nisbah pucuk akar (NPA), dan prosentase tumbuh tanaman. Adapun semua respon pertumbuhan semai, kecuali variabel jumlah cabang, tidak menampakan perbedaan antara individu semai yang diletakkan di blok naungan dan tanpa naungan. Secara rinci, tabel hasil pengolahan data dapat dilihat pada Lampiran 3. Pertumbuhan Tinggi Semai Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa perlakuan tingkat penggenangan memberi pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi semai. Pengaruh tingkat penggenangan terhadap pertumbuhan tinggi disajikan pada Tabel 2.

18 Tabel 2 Hasil uji Duncan pengaruh tingkat penggenangan terhadap pertumbuhan tinggi semai Tingkat penggenangan A1 A A2 Rata-rata pertumbuhan tinggi (cm).33 ab*.17 a.15 b Tabel tersebut menyatakan bahwa tingkat penggenangan yang menghasilkan rata-rata pertumbuhan tinggi semai paling baik adalah A1 dengan nilai.33 cm. Hasil ini diilustrasikan pada Gambar 3. Hasil uji lanjut Duncan tersebut juga menunjukkan bahwa perlakuan tingkat penggenangan A2 tidak memiliki pengaruh yang sama dengan A terhadap respon pertumbuhan tinggi semai..35.3.33ab Tinggi Pertumbuhan Tinggi (cm).25.2.15.1.17a.15b.5 A1 A A2 Tingkat Penggenangan A1 A A2 Tinggi.33.17.15 Gambar 3 Pertumbuhan tinggi semai Pertumbuhan Diameter Batang Pada Tabel 3 yang diilustrasikan pada Gambar 4 dapat dilihat pengaruh tingkat pengggenangan terhadap pertumbuhan diameter batang semai.

19 Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh tingkat penggenangan terhadap pertumbuhan diameter batang Tingkat penggenangan Rata-rata pertumbuhan diameter (mm) A.2 a* A1.1 b A2.1 b Pada Tabel 3 dapat diketahui pula bahwa perlakuan A menghasilkan pengaruh yang berbeda dengan perlakuan A1 dan A2. Namun, antara perlakuan A1 dan A2 tidak berbeda pengaruhnya..2a Pertumbuhan Diameter Batang (cm).2.15.1.5.1b.1b Diameter AO A1 A2 Diameter.2.1.1 Gambar 4 Pertumbuhan diameter batang semai Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Tabel 1) dapat dilihat bahwa perlakuan tingkat penggenangan berpengaruh terhadap pertumbuhan diameter batang, sedangkan blok tidak memberikan pengaruh. Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 3) menunjukkan bahwa semai tancang yang memiliki nilai rata-rata diameter tertinggi adalah semai pada tingkat penggenangan batas leher akar (kontrol), yaitu sebesar.2 cm. Tingkat Penggenangan Pertumbuhan Panjang Buku Menurut hasil sidik ragam pada Tabel 1, terlihat bahwa baik perlakuan tingkat penggenangan maupun blok atau kelompok tidak mempengaruhi respon pertumbuhan jumlah buku batang pada semai.

2 Pertambahan Jumlah Buku Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Tabel 1) terlihat bahwa baik perlakuan tingkat penggenangan maupun blok atau kelompok tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah buku batang pada semai. Perubahan Jumlah Daun Tabel 4. Pengaruh tingkat penggenangan terhadap jumlah daun dapat dilihat pada Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh tingkat penggenangan terhadap perubahan jumlah daun Tingkat penggenangan Rata-rata perubahan jumlah daun A.23 a* A1 -.5 b A2 -.97 c Dari hasil analisis sidik ragam (Tabel 1) dapat diketahui bahwa perlakuan tingkat penggenangan memberikan pengaruh terhadap respon variabel jumlah daun pada tanaman, sedangkan blok atau kelompok tidak memberikan pengaruh. Hasil uji lanjut Duncan (Tabel 4) menunjukkan bahwa jumlah daun meningkat sebesar.23 pada penggenangan batas leher akar (kontrol). Pada Gambar 5 dapat diketahui pula bahwa antar taraf perlakuan memiliki pengaruh yang berbeda terhadap variabel perubahan jumlah daun. Tanda negatif (-) pada penggenangan A1 dan A2 mengindikasikan jumlah daun yang berkurang dari jumlah awal. Perubahan Jumlah Daun.4.2 -.2 -.4 -.6 -.8.23a -.5b -.97c Daun -1 A A1 A2 Tingkat Penggenangan Gambar 5 Perubahan jumlah daun semai

21 Pertambahan Jumlah Cabang Pengaruh blok atau kelompok terhadap pertambahan jumlah cabang dapat dilihat pada Tabel 5 yang diilistrasikan pada Gambar 6. Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh blok atau kelompok terhadap pertambahan jumlah cabang Blok/ kelompok Rata-rata pertambahan jumlah cabang Naungan.17 a* Terbuka (tanpa naungan). b Pertambahan Jumlah Cabang.2.15.1.5.17a Naungan.b Tanpa naungan Blok atau Kelompok Cabang Gambar 6 Pertambahan jumlah cabang semai Pertambahan jumlah cabang memiliki hasil analisis sidik ragam (Tabel 1) yang berbeda dari variabel pertumbuhan lainnya. Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh hasil bahwa yang berpengaruh terhadap respon pertambahan jumlah cabang tanaman adalah pengaruh blok atau kelompok. Pertambahan jumlah cabang pada blok naungan memberikan pengaruh yang berbeda dengan blok tanpa naungan. Berdasarkan nilai rata-ratanya dapat diketahui bahwa perbedaan dari kedua blok tersebut tidak terlalu signifikan, yaitu hanya sebesar.17. Berat Kering Total Pengaruh tingkat penggenangan terhadap berat kering total atau biomassa disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil uji Duncan pengaruh tingkat penggenangan terhadap berat kering total Tingkat penggenangan Rata-rata berat kering total (g) A 34.65 a* A1 22.392 ab A2 16.33 b

22 Berat kering total merupakan pertambahan dari berat kering pucuk dan berat kering akar. Hasil analisis sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan adanya respon pada biomassa terhadap perlakuan tingkat penggenangan. Namun, blok atau kelompok tidak memberikan pengaruh terhadap variabel biomassa tersebut. Menurut hasil uji lanjut Duncan (Tabel 6 dan Gambar 7), rata-rata nilai berat kering total tertinggi pada semai adalah sebesar 34.65 gram. Pada Gambar 1 diketahui bahwa tingkat penggenangan A1 tidak memberikan pengaruh yang berbeda dengan penggenangan A dan A2 terhadap respon biomassa. Namun demikian, penggenangan A menghasilkan pengaruh yang berbeda dengan penggenangan A2. 34.65a BKT Berat Kering Total (g) 35 3 25 2 15 1 5 22.392ab A A1 A2 BKT 34.65 22.392 16.33 Tingkat Penggenangan Gambar 7 Berat kering total semai 16.33b Nisbah Pucuk Akar pada Tabel 7. Pengaruh tingkat penggenangan terhadap nisbah pucuk akar ditunjukkan Tabel 7 Hasil uji Duncan pengaruh tingkat penggenangan terhadap nisbah pucuk akar Tingkat penggenangan Rata-rata nisbah pucuk akar A 1.3418 a* A1 A2 1.2636 a.67 b

23 Nisbah pucuk akar merupakan perbandingan antara nilai biomassa pucuk dan biomassa akar tanaman. Hasil analisis sidik ragam (Tabel 1) menunjukan bahwa tingkat penggenangan memberikan pengaruh terhadap respon variabel nisbah pucuk akar. Sebaliknya, variabel nisbah pucuk akar tidak menunjukkan perbedaan respon atas pengelompokkan ke dalam blok naungan dan tanpa naungan. Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan di Tabel 7 dan Gambar 8 terlihat bahwa penggenangan pada batas leher akar (kontrol) memiliki nilai rata-rata nisbah pucuk akar tertinggi sebesar 1.3418. Di samping itu, dapat dilihat pula bahwa tingkat penggenangan A tidak memiliki respon yang berbeda dengan penggenangan A1. Namun, penggenangan A2 menghasilkan respon yang berbeda dengan penggenangan A dan A1. 1.4 1.3418a 1.2636a NPA Nisbah Pucuk Akar 1.2 1.8.6.4.2 A A1 A2 NPA 1.3418 1.2636.67 Tingkat Penggenangan Gambar 8 Nisbah pucuk akar semai.67b Prosentase Tumbuh Tanaman Prosentase tumbuh merupakan indikator untuk mengetahui tingkat ketahanan tanaman terhadap perlakuan tingkat penggenangan dan blok atau kelompok. Adapun nilai prosentase tumbuh tanaman tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

24 Tabel 8 Prosentase tumbuh tanaman Blok Naungan Tanpa naungan Penggenangan Jumlah Awal Minggu pengamatan % tumbuh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12 A 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 1. A1 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 1. A2 7 7 7 7 7 4 4 4 4 4 4 3 3 42.86 A 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 1. A1 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 1. A2 7 7 7 7 7 7 6 5 5 4 4 3 3 42.86 Berdasarkan Tabel 8 terlihat bahwa semai dapat tumbuh baik pada tingkat penggenangan hingga batas leher akar (A) dan penggenangan A1,baik dalam kondisi naungan maupun tanpa naungan. Namun, pada kedua blok terjadi penurunan prosentase tumbuh semai di tingkat penggenangan A2. 5.2 Pembahasan Luas lahan hutan mangrove di Indonesia serta adanya berbagai permasalahan lingkungan terkait hutan mangrove menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu solusi dalam restorasi hutan mangrove secara tepat dengan menggunakan jenis yang adaptif terhadap tingkat penggenangan. Seperti yang diungkapkan Pulver dalam Setyawan et al. (24), faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam restorasi mangrove mencakup stabilitas tanah dan pola penggenangan. Jenis mangrove yang digunakan dalam penelitian ini adalah B. gymnorrhiza. Pertumbuhan B. gymnorrhiza diukur berdasarkan beberapa variabel. Variabel tersebut antara lain, pertumbuhan tinggi, diameter, panjang buku, jumlah buku, jumlah daun, jumlah cabang, berat kering total (biomassa), nisbah pucuk akar serta prosentase tumbuh tanaman. Berdasarkan hasil sidik ragam pada Tabel 1, faktor tingkat penggenangan dan blok ada yang memberikan pengaruh dan ada yang tidak berpengaruh terhadap variabel-variabel pertumbuhan. Kedua faktor tersebut diharapkan dapat memberikan respon pertumbuhan semai B. gymnorrhiza yang memiliki daya tahan paling baik pada tempat tumbuh yang ekstrim. Hal ini terkait informasi yang menyebutkan bahwa B. gymnorrhiza merupakan jenis yang toleran, artinya toleran terhadap daerah yang terlindung maupun yang mendapat sinar matahari langsung (Noor et al. 26). Di samping itu, B. gymnorrhiza juga

25 termasuk jenis yang mampu tumbuh baik pada kondisi yang selalu tergenang (Kusmana et al. 25). Berdasarkan hasil penelitian melalui hasil sidik ragam (Tabel 1) diketahui bahwa faktor tingkat penggenangan menyebabkan respon yang berbeda terhadap variabel pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun, BKT, NPA, dan prosentase tumbuh semai. Hal ini berarti bahwa tingkat penggenangan mempengaruhi semai untuk memberikan respon yang berbeda-beda pada variabel-variabel tersebut. Blok atau kelompok percobaan ini terbagi dalam blok naungan dan tanpa naungan. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa blok memberikan pengaruh yang berbeda terhadap respon dari variabel-variabel pertumbuhan, kecuali variabel jumlah cabang. Pertambahan jumlah cabang pada blok naungan memberikan pengaruh berbeda dengan blok tanpa naungan. Akan tetapi berdasarkan nilai rata-ratanya, pertambahan jumlah cabang pada blok naungan lebih baik meskipun perbedaan nilainya tidak terlalu signifikan. Pengaruh blok naungan tersebut diduga akibat adanya enzim auksin yang aktif pada kondisi gelap. Oleh sebab itu, tunas cabang bertambah jumlahnya pada semai yang diletakkan pada blok naungan. Hasil uji lanjut dari perlakuan penggenangan yang memberikan pengaruh respon berdasarkan hasil sidik ragam menjelaskan bahwa B. gymnorrhiza memberikan respon pertumbuhan dengan nilai rata-rata lebih tinggi pada tingkat penggenangan A (kontrol). Secara umum, pengaruh penggenangan A1 tidak berbeda dengan A. Semai pada tingkat penggenangan A2 menunjukkan nilai rata-rata parameter pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan kedua tingkat penggenangan lainnya. Perbedaan respon pertumbuhan semai tersebut disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, rendahnya ketersediaan oksigen untuk pertumbuhan semai. Media tumbuh semai yang berupa lumpur menyebabkan kondisi tanpa oksigen (anaerob) sehingga oksigen yang dibutuhkan tanaman untuk proses respirasi harus diperoleh dari atmosfer (Nybakken 1992). Rendahnya ketersediaan oksigen untuk pertumbuhan semai dikarenakan semai belum mempunyai akar lutut yang dapat membantu untuk penyerapan oksigen. Selain itu, lamanya penggenangan diduga akan semakin menyulitkan tanaman untuk memperoleh oksigen. Sumber

26 informasi lain menyatakan bahwa tinggi dan lamanya genangan akan berpengaruh terhadap ketersediaan oksigen yang dibutuhkan tanaman untuk proses fotosintesis dan respirasi (Anonim dalam Halidah 29). Oleh sebab itu, tingkat penggenangan yang cukup tinggi seperti pada taraf perlakuan A2 menyebabkan respon pertumbuhan B. gymnorrhiza yang kurang optimal serta prosentase hidup yang lebih rendah. Indikator yang umum digunakan untuk mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bibit adalah berat kering total (BKT) atau biomassa. Ini dikarenakan biomassa dapat menggambarkan efisiensi proses fisiologis di dalam tanaman. Nilai BKT sekaligus menunjukan nilai biomassa suatu tanaman dan berbanding lurus dengan nilai biomassa tersebut. Dengan demikian, semakin tinggi nilai biomassa, maka akan semakin baik pula pertumbuhan bibit. Hal ini disebabkan selama masa hidupnya atau selama waktu tertentu tanaman membentuk biomassa yang mengakibatkan pertambahan berat dan diikuti dengan pertambahan dimensi lain yang dapat dinyatakan secara kuantitatif (Sitompul dan Gurio 1995). Berdasarkan hasil sidik ragam (Tabel 1) untuk variabel biomassa dapat diketahui bahwa tingkat penggenangan menyebabkan terjadinya respon terhadap berat kering total tanaman. Hal ini berarti masing-masing taraf perlakuan penggenangan mengalami respon yang berbeda terhadap berat kering total tanaman. Nilai rata-rata biomassa atau BKT tertinggi pada penggenangan A menunjukkan terjadinya proses metabolisme yang baik pada semai. Semakin baik atau semakin efisien proses fisiologis tanaman, maka berat kering tanaman akan semakin besar. Ini berarti tanaman mampu menyerap unsur hara yang tersedia untuk digunakan dalam proses pertumbuhan (Salissburry dan Ross 1995). Harjadi (1991) mengungkapkan bahwa besarnya cahaya yang tertangkap pada proses fotosintesis menunjukkan biomassa, sedangkan besarnya biomassa dalam jaringan tanaman mencerminkan bobot kering. Namun, berdasarkan Tabel 1 diketahui pula bahwa tidak terjadi perbedaan respon pada semai yang dikelompokkan ke dalam blok naungan dan tanpa naungan. Hal ini diduga karena B. gymnorrhiza merupakan jenis yang toleran terhadap naungan. Selain biomassa, terdapat variabel yang juga merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan tanaman, yaitu nisbah pucuk akar (NPA). NPA

27 menggambarkan perbandingan antara kemampuan tanaman dalam menyerap air dan mineral dengan proses transpirasi dan luasan fotosintesis dari tanaman (Lewenussa 29). Pertumbuhan tanaman yang baik dan normal ditunjukan dengan nilai rasio pucuk-akar yang seimbang. Hal ini mengindikasikan bahwa bagian pucuk dan akar tanaman akan kokoh dan tidak mudah roboh karena sistem perakaran tanamam mampu menopang pertumbuhan pucuknya (Wibisono 29). Berdasarkan hasil uji lanjut Duncan, nilai rata-rata NPA tertinggi adalah pada penggenangan kontrol (A) sebesar 1.3418 dan tidak berbeda pengaruhnya dengan penggenangan A1. Hasil ini menandakan bahwa bagian pucuk tanaman berkembang lebih baik dibandingkan bagian akar tanaman. Nilai tersebut menunjukkan pula bahwa pertumbuhan tanaman pada kedua penggenangan tersebut cukup seimbang. Artinya, pertumbuhan pada bagian pucuk yang baik didukung pula oleh perakaran yang baik. Ini sesuai dengan informasi dari Duryea dan Brown (1984) dalam Ramadani (28) yang menyebutkan bahwa bibit dikatakan baik jika interval nisbah pucuk akar antara 1 3 dengan nilai bibit terbaik. Lain halnya dengan penggenangan A2, penggenangan A2 ini memiliki nilai rata-rata NPA semai yang paling rendah. Nilai NPA pada penggenangan tersebut mengindikasikan pertumbuhan bagian akar lebih baik dibandingkan pertumbuhan pucuknya. Hal ini terjadi terkait jumlah daun yang berkurang dari jumlah daun awal akibat terciptanya kondisi stres pada semai oleh perlakuan penggenangan. Berdasarkan hasil pengamatan yang ditunjukkan pula pada Lampiran 2, jumlah daun pada semai berkurang disebabkan gugur daun atau rontok seperti yang terilustrasikan pada Tabel 4. Bahkan ada semai yang tidak terdapat daun sama sekali pada saat pemanenan untuk pengukuran biomassa. Inilah yang menyebabkan berat kering pucuk yang merupakan hasil penjumlahan dari berat kering batang, cabang, dan daun menjadi berkurang. Oleh karena itulah nilai nisbah pucuk akarnya pun menjadi lebih rendah.