TINJUAN YURIDIS KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA Oleh : Nuzulia Kumala Sari, SH, MH * Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA PEMIKIRAN III.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung kepada

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan pembangunan ekonomi nasional. Bank berfungsi. menghimpun dana dari masyarakat (to receive deposit) dan kemudian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu tujuan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. lepas dari peran Bank sebagai lembaga keuangan. Menurut Susilo (2000:6) secara

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan baru. Persaingan dan perkembangan yang cukup pesat pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI KREDIT

I. PENDAHULUAN. Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayat 2 dijelaskan bahwa, bank adalah badan usaha yang menghimpun

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara. Di Indonesia, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah kredit melalui perbankan. penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha. Bank

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua ahli ekonomi berpendapat bahwa modal merupakan faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT PERBANKAN. yang relatif kecil sampai jumlah yang cukup besar, sehingga ada berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pendapatan yang merata. Namun, dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat memiliki peran dan posisi yang sangat strategis dalam. kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 bahwa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. strategi dalam rangka mengefisienkan dana dari masyarakat seperti dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. 10 November 1998 tentang perbankan, menyatakan bahwa yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus

I. PENDAHULUAN. sektor jasa keuangan pada umumnya dan pada perbankan khususnya. Pertumbuhan ekonomi dapat terwujud melalui dana perbankan atau potensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang (Kasmir, 2002:23). Bank adalah merupakan salah satu badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima

BAB I PENDAHULUAN. sangat fundamental dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. perbankan, juga tidak lepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia bank,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat (1) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara berkembang yang sekarang ini sedang. Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4 (empat) yaitu, melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

Transkripsi:

TINJUAN YURIDIS KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA Oleh : Nuzulia Kumala Sari, SH, MH * Abstrak Dunia perbankan di Indonesia telah menjadi tulang punggung perekonomian negara di mana sebagai salah satu pelaku utamanya, bank mempunyai peranan penting sebagai lembaga intermediary (perantara) antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyerasikan dan mengembangkan unsur-unsur trilogi pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan adalah menyerap dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Penyaluran kembali dana kepada masyarakat yaitu melalui pemberian kredit perbankan. Oleh karena itu kredit perbankan mempunyai peranan yang besar bagi masyarakat di Indonesia. Kata Kunci : Bank, Kredit Perbankan. A. PENDAHULUAN Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menyerasikan dan mengembangkan unsur-unsur trilogi pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan adalah menyerap dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat. Penyaluran kembali dana kepada masyarakat yaitu melalui pemberian kredit perbankan. Hal ini terutama karena fungsi bank sebagai perantara pihak-pihak surplus of funds (kelebihan dana) dan pihak luck of funds (memerlukan dana). Sebagai agent of development bank merupakan alat pemerintah dalam membangun perekonomian bangsa melalui pembiayaan semua jenis usaha pembangunan, yaitu sebagai financial intermediary (perantara keuangan) yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara. * Nuzulia Kumala Sari adalah Dosen Fakultas Hukum Universitas Jember (UNEJ) & Alumni Magister Hukum UNDIP Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 52

Dunia perbankan di Indonesia telah menjadi tulang punggung perekonomian negara di mana sebagai salah satu pelaku utamanya, bank mempunyai peranan penting sebagai lembaga intermediary (perantara) antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Pada awal kemunculannya, praktek perbankan hanya terbatas pada tukar menukar uang yang berlanjut ke usaha penerimaan tabungan, penitipan maupun peminjaman uang dengan memungut bunga pinjaman. 1 Sejalan dengan perkembangannya, di Indonesia sendiri dunia perbankan telah menjadi cerminan kondisi perekonomian nasional melalui berbagai kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam rangka peningkatan taraf perekonomian secara lebih menyeluruh, sebagai contohnya adalah memburuknya perekonomian di kawasan Asia telah memberi dampak secara langsung atas terjadinya krisis moneter di Indonesia sejak tahun 1997. Tabel 1.1 di bawah ini menunjukkan rangkaian krisis yang terjadi di Indonesia mulai tahun 1997. Krisis mulai muncul dengan menurunnya nilai tukar mata uang negara negara di kawasan ini terhadap dollar Amerika, kemudian disertai dengan penurunan kegiatan perdagangan di pasar bursa yang mengakibatkan terhentinya modal yang masuk sehingga banyak perusahaan perusahaan yang tidak mampu untuk mengoptimalkan produksinya. 1 OP. Simorangkir, dalam Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi Offsets, Yogyakarta, 2000, hal. 3. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 53

TABEL 1.1 RANGKAIAN KRISIS DI INDONESIA MULAI TAHUN 1997 No Jenis Keterangan 1. Krisis Moneter Depresiasi kurs rupiah terhadap dollar Neraca pembayaran negatif 2. Krisis Perbankan Likuidasi 16 bank Pembentukan BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) untuk menyehatkan perbankan Adanya Bank Beku Operasi (BBO) dan Bank Take Over (BTO) Utang luar negeri membengkak 3. Krisis Ekonomi Tingkat suku bunga pinjaman sangat tinggi Kelumpuhan untuk sektor riil Tingkat inflasi sangat tinggi PHK di berbagai sektor riil 4. Krisis Sosial Tingkat pengangguran meningkat Jumlah penduduk miskin meningkat Kerusuhan dan penjarahan disertai unsur SARA Kriminalitas meningkat 5. Krisis Kepercayaan Kepercayaan kepada pemerintah menurun drastis Demonstrasi dan unjuk rasa oleh mahasiswa Hujatan terhadap mantan presiden Soeharto Tuntutan oleh mahasiswa, masyarakat dan politik 6. Krisis Politik Terbentuknya parpol parpol baru Demonstrasi dan unjuk rasa anti pemerintah Sinisme dan hujatan terhadap pemerintah Pro dan kontra sidang istimewa MPR Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 54

Sumber : OP. Simorangkir (2000) 2 Berdasarkan tabel 1.1 diatas, pada waktu itu pemerintah mengambil kebijakan darurat untuk melikuidasi puluhan bank yang mempunyai nilai NPL ( Non Performing Loan) besar sebagai akibat dari pengelolaan manajemen risikonya yang belum optimal sehingga berdampak munculnya negative spread yaitu selisih negatif antara pendapatan yang diterima dengan biaya yang harus dikeluarkan yang berarti bahwa kewajiban perbankan lebih tinggi dari modal yang dimilikinya yang pada akhirnya mempengaruhi jumlah kecukupan modal perbankan yang memenuhi likuiditasnya. Kinerja perbankan nasional pada saat itu juga dapat dikategorikan buruk dan mengalami kebangkrutan mengingat regulasi, supervisi, dan sumber daya manusia yang ada tidak mampu menanggulangi perubahan lingkungan bisnis. Hal ini terbukti dengan munculnya berbagai masalah yang timbul mulai dari penyalahgunaan kredit yang melebihi BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit), munculnya NPL (Non Performing Loans), CAR (Capital Adequacy Ratio) yang di bawah standar yang ditetapkan BI sampai pada akhirnya dilaporkan terdapat 70 85 persen kredit masuk dalam kategori kredit bermasalah. Kemudian untuk mengatasi hal ini, pemerintah mencoba mengatasinya dengan membentuk BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional). Selain mengalami krisis moneter dan perbankan, bangsa Indonesia pada waktu itu juga mengalami krisis ekonomi, sosial, kepercayaan dan politik. Beberapa indikator terjadinya krisis-krisis tersebut diatas nampak pada tabel 1.1. Krisis moneter dan perbankan memberi dampak negatif terhadap kondisi ekonomi pada waktu itu secara bersamaan. Tingkat bunga kredit dan inflasi yang tergolong tinggi menyebabkan kelumpuhan di sektor riil sehingga banyak terjadi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) untuk mengurangi beban pengeluaran-pengeluaran yang wajib dilakukan oleh 2 Ibid. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 55

perusahaan terhadap karyawannya. Berlanjut ke krisis sosial, PHK yang banyak dilakukan perusahaan menyebabkan tingkat pengangguran meningkat yang secara otomatis meningkatkan jumlah penduduk miskin. Kemiskinan yang terus meningkat, secara bersamaan menimbulkan kecenderungan masyarakat kita untuk melakukan kriminalitas misalnya dengan melakukan penjarahan disertai adanya kerusuhan yang banyak terjadi pada waktu itu. Secara garis besar, kondisi di atas cukup memberi gambaran bagi kita bahwa kondisi sosial bangsa Indonesia pada waktu itu juga ikut terpuruk. Keberadaan lembaga perbankan selain berpengaruh terhadap dunia usaha, dimana hampir semua dunia usaha mengandalkan jasa financial perbankan, juga telah banyak menyerap tenaga kerja jutaan orang. Fungsi utama bank merupakan fungsi (tumpuan) yang sangat penting bagi masyarakat dan dunia usaha adalah sebagai tempat penyimpanan dana masyarakat, dan memberikan kredit kepada masyarakat. Dari uraian di atas maka permasalahan yang dapat disusun antara lain: 1. Bagaimana tinjauan yuridis kredit perbankan di Indonesia? 2. Bagaimana hubungan hukum antara bank dengan nasabah dalam melakukan kegiatan kredit? B. PEMBAHASAN B.1. Tinjauan Yuridis Kredit Perbankan di Indonesia 1. Pengertian Kredit Menurut OP. Simorangkir, kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang, barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang akan terjadi pada waktu yang akan datang. Kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang, yang dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit atau antara kreditur dan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling menanggung risiko. Singkatnya kredit Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 56

dalam arti luas didasarkan atas komponen kepercayaan, risiko dan pertukaran ekonomi di masa-masa yang akan datang. 3 Berdasarkan uraian tersebut di atas setidak-tidaknya terdapat 4 (empat) unsur kredit adalah, sebagaimana digambarkan dalam gambar sebagai berikut: Kepercayaa n Risiko Unsur Kredit Waktu Prestasi Intisari dari Kredit adalah unsur kepercayaan. Unsur lainnya adalah mempunyai perimbangan tolong menolong. Selain itu dilihat dari pihak kreditur, unsur penting dalam kegiatan kredit sekarang ini adalah untuk mengambil keuntungan dari modal dengan mengambil kontraprestasi sedangkan di pandang dari segi debitur, adalah adanya bantuan dari kreditur untuk menutupi kebutuhan yang berupa prestasi. Hanya saja antara prestasi dan kontraprestasi tersebut ada suatu masa yang memisahkannya. Kondisi ini mengakibatkan adanya risiko yang berupa ketidaktentuan, sehingga oleh karenanya, diperlukan jaminan dalam pemberian kredit 4. Thomas Suyatno 5 mengemukakan empat unsur perkreditan yaitu sebagai berikut: 1. Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 3 Ibid. hal 1-2. 4 Mohammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal 369-371. 5 Thomas Suyatno, dalam Muhammad Djumhana, Ibid. hal 3. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 57

2. Tenggang waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur waktu ini, terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang akan diterima pada masa yang akan datang. 3. Degree of risk, yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Semakin lama kredit itu diberikan semakin tinggi pula tingkat risikonya. 4. Prestasi, atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun karena kehidupan ekonomi modern sekarang ini didasarkan kepada uang, maka transaksi-transaksi kredit yang menyangkut uang lah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan. 2. Fungsi Kredit Kredit pada awal perkembangannya mengarahkan fungsinya untuk merangsang bagi kedua belah pihak untuk saling menolong, untuk tujuan pencapaian kebutuhan baik dibidang usaha maupun kebutuhan sehari-hari. Suatu kredit mencapai fungsinya apabila secara sosial ekonomis baik debitur, kreditur maupun masyarakat membawa pengaruh pada tahapan yang lebih baik, maksudnya baik bagi pihak debitur maupun kreditur mendapatkan kemajuan. Kemajuan tersebut dapat digambarkan apabila mereka memperoleh keuntungan juga mengalami peningkatan kesejahteraan, dan masyarakat dan negara pun mengalami suatu penambahan dari penerimaan pajak, juga kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 58

Kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan mempunyai fungsi: 6 1. meningkatkan daya guna uang. 2. meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. 3. meningkatkan daya guna dan peredaran barang. 4. salah satu alat stabilitas ekonomi. 5. meningkatkan kegairahan berusaha. 6. meningkatkan pemerataan pendapatan. 7. meningkatkan hubungan internasional 3. Jenis-Jenis Kredit Munir Fuady menggolongkan kredit dalam beberapa penggolongan sebagai berikut: 7 a. Berdasarkan jangka Waktu 1) Kredit Jangka Pendek, yakni kredit yang berjangka waktu tidak lebih dari 1 tahun. 2) Kredit Jangka Menengah, kredit yang mempunyai jangka waktu antara 1 sampai 3 tahun. 3) Kredit Jangka Panjang, merupakan kredit yang berjangka waktu di atas 3 tahun. b. Berdasarkan Dokumentasi 1) Kredit dengan perjanjian kredit tertulis. 2) Kredit tanpa surat perjanjian kredit. c. Berdasarkan Kolektibilitas 1) Kredit Lancar 2) Kredit Kurang Lancar 3) Kredit di Ragukan 6 Thomas Suyatno, dalam Muhammad Djumhana, Ibid, hal 14-16. 7 Munir Fuady, Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal 15-20. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 59

4) Kredit Macet d. Berdasarkan Bidang Ekonomi 1) Kredit untuk sektor pertanian, perburuhan dan sarana pertanian, 2) Sektor Pertambangan, 3) Sektor Perindustrian. 4) Sektor listrik, gas dan air. 5) Sektor Konstruksi. 6) Sektor Perdagangan, restoran dan hotel. 7) Sektor Pengangkutan, perdagangan dan Komunikasi. 8) Sektor Jasa. 9) Kredit untuk sektor-sektor lain-lain. e. Berdasarkan Tujuan Penggunaannya 1) Kredit konsumtif, yang diberikan kepada debitur untuk keperluan konsumsi, seperti kredit profesi, perumahan, pembelian alat-alat rumah tangga dan lain-lain. 2) Kredit Produktif, terdiri dari (a) Kredit Investasi; yang di peruntukan untuk membeli barang modal atau barang-barang tahan lama seperti tanah, mesin dan lain-lain. (b) Kredit Modal Kerja; untuk membiayai pembelian modal lancar seperti barang dagangan, bahan baku dan sebagainya. (c) Kredit Likuiditas; diberikan untuk membantu perusahaan yang kesulitan likuiditas. f. Berdasarkan Obyek yang di Transfer 1) Kredit uang, di mana pemberian dan pengembalian kredit dilakukan dalam bentuk uang. 2) Kredit Bukan Uang, di mana kredit diberikan dalam bentuk barang dan jasa serta pengembaliannya dilakukan dalam bentuk uang. g. Berdasarkan Waktu Pencairan nya 1) Kredit Tunai Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 60

2) Kredit Tidak tunai h. Berdasarkan Waktu Penarikannya 1) Kredit sekali jadi 2) Kredit Rekening Koran 3) Kredit Berulang-ulang. 4) Kredit Bertahap 5) Kredit tiap transaksi i. Dilihat dari Pihak Kreditur nya 1) Kredit Terorganisasi, yang diberikan kepada badan-badan yang terorganisir secara legal misalnya koperasi, bank dan sebagainya. 2) Kredit Tidak Terorganisasi, kredit yang diberikan oleh seorang atau sekelompok orang-orang ataupun badan yang tidak resmi untuk memberi kredit: seperti kredit rentenir, kredit penjual, kredit pembeli. j. Berdasarkan Negara asal kreditur 1) Kredit Domestik. 2) Kredit Luar Negeri k. Berdasarkan Jumlah Kreditur 1) Kredit dengan Kreditur Tunggal, merupakan kreditur nya hanya satu orang atau satu badan hukum saja. 2) Kredit Sindikasi, kredit di mana pihak kreditur nya terdiri dari beberapa badan hukum. 4. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit Pemberian kredit oleh suatu lembaga atau perorangan kepada lembaga atau perorangan tidak begitu saja dilakukan, tetapi harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut 8 : a. Prinsip Kepercayaan, Prinsip ini sangat penting dari kreditur akan manfaatnya kredit bagi debitur sekaligus kreditur. 8 Munir Fuady, Ibid, hal 21-27. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 61

b. Prinsip Kehati-hatian, dalam pemberian kredit harus memperhatikan unsur kehati-hatian. c. Prinsip 5 C, yaitu Character (kepribadian), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Condition of Economy (kondisi ekonomi) dan Collateral (agunan). d. Prinsip 5 P, yaitu Party (para pihak), Purpose (Tujuan), Payment (Pembayaran), Profitability (perolehan laba), Protection (perlindungan). e. Prinsip 3 R, yaitu Return (hasil yang diperoleh), Repayment (pembayaran kembali), Risk Bearing Ability (kemampuan menanggung Risiko). B.2. PERAN HUBUNGAN ANTAR BANK DENGAN KREDITUR DALAM PENYALURAN KREDIT Sebagai suatu badan usaha, dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank selalu melakukan hubungan hukum. Hubungan hukum tersebut diatur dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata), yang dapat ditinjau dari: 1. Dasar Pengaturan Hubungan Hukum Secara teori, hubungan hukum terjadi karena adanya perikatan. Perikatan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda Verbintenis 9 sementara Sri Soedewi Macjchun Sofwan mengartikan verbintenis, dengan istilah perutangan, sedangkan Achmad Ichsan mengartikan dengan perjanjian. Perikatan adalah suatu perhubungan hukum, antara dua orang/pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain, yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu. Pihak yang berhak menuntut sesuatu disebut kreditur (si ber piutang), 9 Hartono, Hadisoeprapto, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Yogyakarta, Liberty, 1984, hal 27. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 62

sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan disebut debitur (si berhutang). 10 Perjanjian ada yang lahir karena Undang-Undang dan ada yang lahir dari perjanjian. Perjanjian merupakan suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada seorang lain, atau di mana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu. 11 2. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Obyek suatu perikatan, merupakan hak dari kreditur dan kewajiban debitur, yang biasa disebut sebagai prestasi. Prestasi tersebut dapat berupa: a. melakukan sesuatu, b. melakukan perbuatan dan c. tidak melakukan suatu perbuatan. Dengan demikian, hak dari kreditur adalah menuntut prestasi, dan kewajiban debitur adalah memenuhi prestasi, sesuai dengan apa yang diperjanjikan. 3. Berakhirnya Hubungan Hukum Perikatan merupakan hubungan hukum, berakhirnya hubungan hukum setelah perikatan hapus. Cara hapusnya suatu perikatan sebagaimana dalam Pasal 1381 KUH Perdata adalah sebagai berikut: 12 a. karena pembayaran, b. penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan, c. pembaharuan utang d. Perjumpaan utang atau kompensasi, 10 Subekti, Hukum Perjanjian, Internusa, Jakarta, 1979 hal 1. 11 Ibid hal. 36. 12 Subekti, Ibid hal 64. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 63

e. Percampuran utang, f. Musnahnya barang yang terutang, g. Pembebasan Utang, h. Batal/pembatalan, i. Berlakunya suatu syarat batal dan j. Lewatnya waktu. C. PENUTUP C.1. Kesimpulan 1. Kredit perbankan telah diatur dalam KUHPerdata dan peraturan perundangan. yang berlaku di bidang perbankan. Terdapat empat unsur perkreditan, yaitu Kepercayaan, Tenggang waktu, Degree of risk, dan Prestasi. Prinsip dalam pemberian kredit yaitu Prinsip Kepercayaan, Prinsip Kehati-hatian, Prinsip 5 C, Prinsip 5 P, Prinsip 3 R. 2. Hubungan hukum antara bank dengan nasabah dalam melakukan kegiatan kredit diatur dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) dan peraturan perundangan. yang berlaku di bidang perbankan. DAFTAR PUSTAKA Djumhana, Mohammad, Hukum Perbankan di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000. Fuady, Munir Hukum Perkreditan Kontemporer, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996. Hadisoeprapto, Hartono, Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, Yogyakarta, Liberty, 1984. Remy Syahdeini, Sutan Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, Institut Bankir Indonesia, Jakarta, 1993. Simorangkir, OP., dalam Untung, Budi, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi Offsets, Yogyakarta, 2000. Subekti, Hukum Perjanjian, Internusa, Jakarta, 197 Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI 64