BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan global. World Health Organization. pembedahan pada tahun Di negara bagian AS yang hanya berpopulasi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mencapai tujuan yang optimal. (Depkes R.I. 2001)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dan social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) adalah sistem dimana Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kepada pasien (Komisi disiplin ilmu kesehatan, 2002). kebutuhan pasien, tenaga pemberi layanan dan institusi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Rumah Sakit merupakan tempat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions dari WHO Patient Safety

RUS DIANA NOVIANTI J

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelamatkan pasien. Untuk menjalankan tujuannya ini, rumah sakit terdiri atas

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN PRAKTIK KESELAMATAN PASIEN BEDAH DI RUMAH SAKIT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang bertujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. salah-prosedur, salah-pasien operasi, adalah kejadian yang

BAB I PENDAHULUAN. (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient safety),

BAB I PENDAHULUAN. berdampak terhadap pelayanan kesehatan, dimana dimasa lalu pelayanan. diharapkan terjadi penekanan / penurunan insiden.

Key words : surgical safety checlist, surgery room, patients safety

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berawal ketika Institute of Medicine menerbitkan laporan To Err Is

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian. Pada November 1999, the American Hospital Asosiation (AHA) Board of

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi risiko, identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana sekarang banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang

BAB II PELAYANAN BEDAH OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PERAWAT DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN TERAPI OBAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilaporkan tuntutan pasien atas medical error yang terjadi pada dirinya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 10, No. 3, Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (patient safety) merupakan suatu variabel untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagian masyarakat menyatakan bahwa mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia

HUBUNGAN PELAKSANAAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST DAN KEJADIAN INFEKSI POST OPERASI MAYOR

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sub sistem dari sistem pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang bersifat kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kurangnya aktivitas fisik (Wild et al., 2004).Di negara berkembang, diabetes

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masyarakat sekitar rumah sakit ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan

PROGRAM KERJA BIDANG KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT TINGKAT III BALADHIKA HUSADA TAHUN 2016

Nasution (2004) berpendapat bahwa mutu mencakup suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Penilaian pasien terhadap mutu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. bisa didapatkan di rumah sakit. Hal ini menjadikan rumah sakit sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan di berbagai belahan dunia dan merupakan risiko terhadap sistem

mendapatkan 5,7% KTD, 50% diantaranya berhubungan dengan prosedur operasi (Zegers et al., 2009). Penelitian oleh (Wilson et al.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR (Situation, Background, Assesment, Recommendation) Di RSUD Kota Mataram ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. melindungi pekerja dari mesin, dan peralatan kerja yang akan menyebabkan traumatic injury.

BAB I PENDAHULUAN. dipisah-pisahkan. Keselamatan pasien adalah bagian dari mutu. Diantara enam sasaran mutu,

Abstrak Inisiatif Penerapan WHO Safety Surghical Check List (SSCL) di RS di Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUESIONER MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM KESELAMATAN PASIEN

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. keras mengembangkan pelayanan yang mengadopsi berbagai. perkembangan dan teknologi tersebut dengan segala konsekuensinya.

ABSTRAK. Tinjauan Patient Safety Pada Tata Laksana di Instalasi Kamar Bedah RS Immanuel Bandung Tahun 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, padat karya, padat profesi, padat sistem, padat mutu dan padat risiko,

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern ini banyak ibu yang memilih melakukan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST WHO DI RSUD JARAGA SASAMEH KABUPATEN BARITO SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Centre for Disease Control (CDC) memperkirakan setiap tahun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. paradigma. Pekerjaan perawat yang semula vokasional hendak digeser menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan pasien adalah sebuah sistem pencegahan cedera terhadap pasien dengan

Kata Kunci: Sign In, Kepatuhan Safe Surge

BAB 1 PENDAHULUAN. kesalahan. Keselamatan pasien ( patient safety) telah menjadi isu gelobal termasuk juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Darurat (IGD) rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA PERAWAT DALAM PENERAPAN PROGRAM PATIENT SAFETY

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C

BAB 1 PENDAHULUAN. Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, komponen penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keselamatan ( safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk pasien yang membutuhkan perawatan akut atau mendesak. (Queensland

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

BAB IV METODE PENELITIAN. ditetapkan di Ruang Pemulihan RSUP Dr. Kariadi Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keselamatan pasien merupakan salah satu dari sekian banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Nursing error sering dihubungkan dengan infeksi nosokomial, salah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun belakangan ini banyak pemberitaan tentang layanan rumah sakit, bukan karena kualitas pelayanan yang berkualitas yang masuk kedalam pemberitaan publik tetapi cenderung pada banyaknya layanan kesehatan yang buruk yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien dan keluarga pasien. Hal ini berkaitan dengan konsep keselamatan pasien yang belum dilaksanakan sepenuhnya (Daud et.al., 2007). Konsep keselamatan pasien merupakan konsep dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan tidak menimbulkan kerugian bagi pasien yang dirawat (Shojania et al., 2001).. D Konsep ini sudah lama ada sejak zaman Hipocrates, tetapi baru pada tahun 1999 konsep ini menjadi sorotan dunia setelah Institute of Medicine (IOM) mempublikasikan laporan penelitian yang berjudul To Err is Human: Building A safer Health System mengenai banyaknya pasien yang meninggal di Amerika Serikat akibat dari medical eror di rumah sakit yang mencapai 44.000 98.000 jiwa (Kohn et al., 2000)engan adanya laporan ini mendorong para pelaku pemberi layanan kesehatan untuk memfokuskan kembali sistem layanan yang diberikan dan proses perawatan yang dilakukan oleh dokter, perawat, farmasis, serta dokter gigi untuk berfokus pada keselamatan pasien. Perawatan bedah merupakan salah satu bagian dari pelayanan kesehatan di rumah sakit yang memberikan perawatan kesehatan bagi pasien di seluruh dunia, sekitar 234 juta operasi dilakukan di seluruh dunia setiap tahunnya (Haynes et al., 2009). 50% dari mereka yang menerima perawatan bedah mengalami surgical adverse event atau efek samping bedah yang sebenarnya dapat dicegah (World Health Organization/WHO, 2008). Di negara maju angka kematian pada pasien bedah rata-rata 0,4 0,8% per tahun sedangkan angka kejadian komplikasi antar 3 17% per tahun, dan pada negara berkembang tidak menutup kemungkinan untuk mencapai angka yang lebih tinggi. Komplikasi pasca pembedahan seringkali menjadi kenyataan yang tidak menyenangkan yang harus dihadapi 1

pasien maupun dokter yang merawat, dan kebanyakan kasus komplikasi yang terjadi merupakan kasus komplikasi yang sebenarnya dapat dihindari (Gawandee et al., 1999). Pada tahun 2008 WHO mempublikasikan pedoman yang berisi langkahlangkah praktis untuk memastikan keselamatan pasien dalam perawatan operasi (surgical safety checklist guidelines). Pedoman tersebut berisikan tiga elemen utama yaitu : checklist tindakan sebelum menginjeksikan anastesi, checklist tindakan sebelum insisi dan checklist tindakan sebelum pasien meninggalkan kamar operasi. Uji coba terhadap checklist ini telah dilakukan oleh Haynes et al. pada tahun 2007-2008 yang menunjukkan hasil penggunaan surgical safety checklist di ruang operasi pada delapan rumah sakit yang berbeda berdampak positif pada penurunan angka komplikasi dari 11% menjadi 7% dan penurunan angka kematian pasca tindakan bedah dari 1,5% menjadi 0,8%. Weiser et al. 2010 juga telah menerapkan surgical safety checklist ini di delapan rumah sakit berbeda yang menangani perawatan bedah. Hasil penelitian menunjukkan penurunan angka kematian dan komplikasi akibat pembedahan. Dari total 1750 pasien yang harus dilaksanakan operasi dalam 24 jam (emergency) dibanding 842 pasien sebelum pengenalan surgical safety checklist dan 908 pasien setelah pengenalan surgical safety checklist. Dari 842 pasien yang belum diberikan pengenalan surgical safety checklist mendapat komplikasi pembedahan 18,4% (N=151) dan setelah diberikan pengenalan surgical safety checklist angka komplikasi menjadi 11,7% (N=102). Data kematian sebelum pengenalan surgical safety checklist 3,7% menjadi 1,4%. Beberapa penelitian tentang penggunaan surgical safety checklist di beberapa daerah di dunia menghasilkan bahwa surgical safety checklist dapat menurunkan angka kematian dan komplikasi (Haynes et.al., 2011; Truran et al., 2011; Van Klei et al.,2012) serta dapat mencegah kejadian wrong site surgery dalam tindakan bedah orthopaedics (Panesar, 2011). Keutamaan dalam meningkatkan tindakan bedah yang aman dan mementingkan keselamatan pasien inilah yang melatarbelakangi terbentuknya surgical safety checklist, tetapi bila item dalam checklist tersebut tidak sesuai 2

dengan tindakan bedah yang menggunakan spesialisasi maka hal ini dapat beresiko untuk membahayakan bahkan sampai menimbulkan kematian terhadap pasien. Sehingga diharapkan semua tindakan bedah dengan spesialisasi tertentu dapat mengadaptasi item-item dalam checklist sehingga lebih dapat memaksimalkan keselamatan pasien dalam setiap tindakan bedah yang dilakukan dan sesuai dengan spesialisasi tindakan bedah tersebut (Clark et.al, 2010). RSGM Prof.Soedomo merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sekaligus sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan profesi dan spesialisasi dibidang kedokteran gigi. Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) ini telah berdiri sejak tahun 2005 dan telah menangani berbagai macam keluhan di bidang spesialisasi kedokteran gigi. Macam tindakan perawatan yang tersedia antara lain perawatan konservasi, orthodontik, periodontik, prosthodontik, dan oral maxilofacial surgery atau yang lebih dikenal dengan bedah mulut. Dokter gigi dengan spesialisasi bedah mulut ini melakukan perawatan terhadap pasien dengan dua kategori bedah yaitu bedah mayor (major dental surgery) dan bedah minor (minor dental surgery). Dalam menangani pasien dengan indikasi bedah minor harus diterapkan beberapa prinsip dasar yang dilakukan sebelum pembedahan, saat tindakan bedah berlangsung, dan pasca operasi. Sebelum melakukan tindakan pembedahan diperlukan pengecekan terhadap seluruh kondisi fisik pasien, riwayat kesehatan, dan riwayat allergi jika ada. Saat melakukan tindakan pembedahan harus dalam kondisi asepsis dan atraumatik serta selalu melakukan kontrol perdarahan dan monitoring vital sign sebelum anastesi, selama proses pembedahan dan pasca efek anastesi hilang (Peterson, 1998; Pedersen, 1996). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Seiden dan Barach pada tahun 2006, diperoleh data bahwa tingkat kejadian wrong-side atau wrong-site terbanyak kedua di Amerika dilakukan oleh praktisi medis di bidang kedokteran gigi sebesar 18,1% dan kejadian wrong-procedure, dan wrong-patient adverse events sebesar 41%. Knepil (2012) meninjau laporan-laporan yang masuk ke NHS (National Health Service) antara tahun 1995-2010 menunjukkan bahwa bidang bedah mulut dan maksilofasial, serta bedah dentoalveolar menempati jumlah 3

terbesar untuk klaim kelalaian dalam hal salah mengekstraksi/mencabut gigi. Pada tahun 2010/2011 the National Reporting and Learning System (NRLS) dari National Patient Safety Agency(NPSA) mendapat laporan sebanyak 20 kejadianwrong tooth extraction, yang menyumbang 5% dari semua insideninsiden kelalaian yang telah dilaporkan. Dengan adanya gambaran data tersebut diharapkan para praktisi bedah terutama spesialisasi bedah mulut untuk lebih meningkatkan tindakan bedah yang aman dan mementingkan keselamatan pasien. Aktifitas bedah mulut minor yang bisa dilakukan untuk perawatan rawat jalan memiliki karakteristik khusus yang membuatnya berbeda dengan tindakan bedah mulut mayor, sehingga mendorong perlunya dilakukan adaptasi checklist untuk meningkatkan tindakan yang aman dan mementingkan keselamatan pasien. Bernando Perea-Pérez et al.(2011) memaparkan beberapa kekhasan tersebut antara lain: Pertama, kurangnya kontrol kepatuhan menaati instruksi sebelum operasi dan kemungkinan terjadinya komplikasi pasca operasi merupakan sifat alami dari tindakan rawat jalan. Kedua, penggunaan utama dari anastesi lokal atau locoregional anaesthesia. Ketiga, prosedur bedah minor banyak dilakukan di klinik-klinik kecil baik swasta maupun layanan pemerintah, luasnya penggunaan tindakan ini menyulitkan untuk mengumpulkan data tentang kejadian adverse event. Keempat,sedikitnya tenaga kesehatan yang ambil bagian dalam penanganan bedah minor sehingga semakin sedikit pula kehadiranpengamat luar. Mengingat karakteristik khusus ini sehingga muncul kebutuhan untuk mengadaptasi surgical safety checklistyang diterbitkan WHO untuk perawatan rawat jalan di bidang bedah mulut dengan tetap mempertahankan prinsip kesederhanaan, kemudahan penggunaan dan dapat diukur. B. Perumusan Masalah Bagaimana pelaksanaan surgical safety checklist yang telah diadaptasi khusus untuk ambulatory oral surgery (perawatan rawat jalan bedah mulut) terhadap pasien dengan spesialisasi di bagian bedah mulut RSGM Prof.Soedomo Yogyakarta? 4

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum penelitian : Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar dapat dilaksanakan surgical safety checklist pada perawatan rawat jalan dalam spesialisasi bedah mulut dan maksilafasial di bagian Bedah Mulut RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta. 2. Tujuan khusus penelitian : Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara kesesuaian penggunaan surgical safety checklist yang telah diadaptasi dalam perawatan rawat jalan untuk operasi bedah mulut dengan kejadian yang tidak diinginkan dalam perawatan rawat jalan di dalam SMF spesialisasi bedah mulut RSGM Prof.Soedomo Yogyakarta, dan mendapatkan nilai kejadian yang tidak diinginkan di dalam SMF spesialisasi bedah mulut RSGM Prof.Soedomo Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam penerapan penggunaan surgical safety checklist dalam prosedur perawatan rawat jalan dengan spesialistik tertentu yaitu dalam spesialisasi bedah mulut. 2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan di bidang bedah mulut yang berorientasi pada keselamatan pasien di RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi rumah sakit untuk pembuatan standar prosedur bedah yang mengutamakan keselamatan pasien, khususnya pada bagian bedah mulut. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang praktek keselamatan di bagian bedah mulut RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta dengan menggunakan surgical safety checklist belum pernah dilakukan, tetapi terdapat penelitian yang serupa pada bidang bedah secara 5

umum (Haynes et al., 2009; Verdaasdonk et al., 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Haynes et al. 2009 dengan judul A Surgical Safety Checklist to Reduce Morbidity and Mortality in a Global Population memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut : 1. Persamaan pada penelitian ini dan yang dilakukan oleh Haynes et al. 2009 menggunakan metode penelitian observational. 2. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada disiplin ilmu yang menjadi obyek penelitian, pada penelitian yang dilakukan oleh Haynes et al. 2009 ini terfokus pada perawatan bedah secara umum sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis berfokus pada tindakan bedah mulut. 3. Tujuan pada penelitian yang dilakukan oleh Haynes adalah untuk melihat penurunan angka kematian postoperative setelah dilakukan intervensi, sedangkan pada penelitian ini untuk mendiskripsikan patient safety practices dalam perawatan Oral Maxillo Facial Surgery di bagian Bedah Mulut RSGM Prof. Soedomo Yogyakarta. Verdaasdonk et al. (2008) meneliti Requirements for the design and implementation of checklists for surgical processes. Penelitian Verdaasdonk et al.(2008 )menggunakan bantuan sistem database di internet (The Google Scholar, Medline, dan Pubmed databases) untuk pengumpulan data dan mencari penggunaan checklist dalam ruang operasi, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui apakah penggunaan checklist ini memang dibutuhkan dalam proses perawatan bedah dan melihat efektifitas penggunaan dalam proses perawatan bedah. Merina (2011) meneliti penggunaan surgical safety checklist WHO pada prosedur penatalaksanaan pembedahan di kamar operasi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Meuraxa Kota Banda Aceh. Penelitian ini menggunakan surgical safety checklist WHO yang terdiri dari sembilas belas item dan penelitian ini menggunakan observasional dengan mengunakan rancangan cross sectional. Pada tesis yang ditulis oleh Siagian (2011) tentang pelaksanaan surgical patient safety terhadap adverse events pasca operasi bedah digestif di instalasi 6

bedah Rumash Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Dr.Sardjito Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan penelitian prospektif observasional dengan rancangan longitudinal study. Penelitian Siagian menggunakan enam item. Penelitian pelaksanaan surgical safety checklist dilakukan pada disiplin ilmu bedah digestif di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Hasil penelitian menyatakan bahwa pelaksanaan surgical safety checklist belum konsisten dilaksanakan dan pelaksanaan surgical safety checklist berhubungan dengan terjadinya adverse events pasca operasi bedah digestif di Instalasi Bedah Sentral (IBS) RSUP Dr. Sardjito. 7