BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan media sosial Twitter sebagai media komunikasinya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meskipun bank darah telah berusaha memberikan persediaan darah yang adekuat,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi situasi tersebut. Salah satu kiat tersebut adalah dengan

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 10 TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengukur hemoglobin pada sejumlah volume darah. Kadar normal hemoglobin

BAB 1 PENDAHULUAN. hendak menjalani tindakan operasi, pasien dengan kelainan darah bawaan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Darah dibutuhkan untuk kondisi darurat tertentu, misal seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Donor darah atau transfusi darah adalah salah satu hal penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan

KEBIJAKAN PENYEDIAAN DARAH PALANG MERAH INDONESIA. Pengurus Pusat PALANG MERAH INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat dalam rangka peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

Pengelolaan dan pelaksanaan usaha transfusi darah ditugaskan kepada Palang Merah Indonesia, atau Instansi lain yang ditetapkan oleh Menteri.

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN TRANSFUSI DARAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKAMARA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. DBD (Nurjanah, 2013). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis karena

BAB I PENDAHULUAN. diakses dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah bertanggung jawab atas

BAB I PENDAHULUAN. yang menimbulkan respon ketidaknyamanan bagi ibu hamil (Bartini, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga menyulitkan masyarakat jika membutuhkan darah (Susanto, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. penentu status kesejahteraan negara. Hal tersebut dikarenakan Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas (Rampengan, 2008)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENGANTAR. Wilayah Indonesia terletak pada jalur gempa bumi dan gunung berapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam secara langsung memberikan dampak buruk pada kehidupan

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara sukarela untuk disimpan di bank darah yang digunakan untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kematian maternal menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat dibandingkan dengan waktu waktu sebelumnya, misalnya

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. sudah beberapa kali mengalami perubahan. Pada tanggal 1 Maret 2005, BBM jenis Premium dan Solar kembali dinaikkan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. PMI merupakan sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupannya. Sehat sendiri perlu didasari oleh suatu perilaku, yaitu perilaku

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Donor darah adalah proses pengambilan darah dari. seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut academic dishonesty sudah tidak dapat terelakkan lagi di kalangan

BAB I PENDAHULUAN. persepsi negatif dan mengarah pada diskriminasi dalam berbagai aspek kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas Pauh. dilakukan penentuan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. darah manusia yang umum dikenal, dan merupakan penggolongan darah yang

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana. maupun buatan manusia bahkan terorisme pernah dialami Indonesia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berada pada periode triple

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN DARAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. derajat kesehatan wanita. Menurut World Health Organization (WHO), setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. mentalnya bertambah, pada masa ini juga anak-anak sudah mulai. mengenal dunia luar sehingga pada masa ini anak-anak sangat rentan

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan persediaan di Unit Donor Darah Palang Merah Indonesia (UDD

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

TRANSFUSI DARAH (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1980 Tanggal 19 April 1980) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Donasi darah merupakan praktik klinis yang umum. dilakukan. Pada tahun 2012 World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, tetapi bukannya tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ketersediaan kantong darah di Indonesia masih. sangat kurang, idealnya 2,5% dari jumlah penduduk untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN DONOR DARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

BAB I PENDAHULUAN. respon terhadap penanggulangan bencana sangat berperan penting.

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan sebagai upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya. Dengan memperhatikan pentingnya peranan kesehatan bagi masyarakat Indonesia, maka diperlukan upaya yang lebih memadai bagi peningkatan derajat kesehatan secara menyeluruh dan terpadu. Salah satu upaya kesehatan dapat dilakukan dengan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dengan transfusi darah (UU No 23 tahun 1992). Transfusi darah adalah bagian dari pelayanan kesehatan rakyat dan merupakan suatu bentuk pertolongan yang sangat berharga kepada umat manusia. Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi perencanaan, pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian darah, dan tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan (PP No 7 tahun 2011). Pemakaian darah yang semakin meningkat menyebabkan terjadinya kepincangan antara pengadaan darah dan kebutuhan darah. Kebutuhan transfusi darah secara universal untuk menangani pasien anemia berat, pasien dengan kelainan darah bawaan, pasien yang mengalami kecederaan parah, pasien yang hendak menjalankan tindakan bedah operatif dan pasien yang mengalami penyakit liver ataupun penyakit lainnya yang mengakibatkan tubuh pasien tidak dapat memproduksi darah atau komponen darah sebagaimana mestinya. Pada negara berkembang, transfusi darah juga diperlukan untuk menangani kegawat daruratan melahirkan dan anak-anak malnutrisi yang berujung pada anemia berat (Tako et al., 2007). Dalam menunjang tercapainya tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals/MGDs) transfusi darah berperan dalam mewujudkan tujuan ke-5 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dengan menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga perempatnya antara tahun 1990 sampai tahun 2015, karena salah satu 1

2 penyebab kematian ibu adalah komplikasi kehamilan yang menyebabkan pendarahan. Di Indonesia, 500.000 wanita hamil meninggal setiap tahun, 28% nya dikarenakan kehabisan darah (Armida, 2010). Transfusi darah juga diperlukan untuk manajemen Demam Berdarah Dengue (DBD) dan bencana alam. Syok DBD yang tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan anoksia jaringan, asidosis metabolic dan berakhir dengan kematian. Salah satu cara penanggulangan syok dan pendarahan adalah dengan hemoterapi. Pemberian transfusi darah diberikan pada keadaan manifestasi pendarahan nyata, sedangkan plasma darah dan atau suspensi trombosit untuk pasien dengan pendarahan masif (Depkes, 2004). Berdasarkan data penyakit DBD di Kota Yogyakarta, dari tahun ke tahun selalu ada kasus DBD. Pada tahun 2010 terdapat 26 orang yang menderita DBD setiap 10.000 jiwa (Dinkes Kota Jogja, 2010). Peningkatan kebutuhan darah di Yogyakarta juga dikarenakan seringnya terkena bencana. Dalam laporan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 2009-2013 disebutkan bahwa secara geologis DIY merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang rawan terhadap bencana alam. Potensi bencana alam yang berkaitan dengan bahaya geologi di Yogyakarta meliputi bahaya alam Gunung Merapi, bahaya gerakan tanah/batuan dan erosi, bahaya banjir dan kekeringan, serta bahaya gempa bumi dan tsunami (Perda No 4 tahun 2009). Bencana alam yang terjadi dapat mendorong peningkatan kebutuhan darah yang tidak sedikit, sehingga dibutuhkan para pendonor darah, terutama pendonor darah tetap sukarela. Pendonor darah adalah orang yang menyumbangkan darah atau komponennya kepada pasien untuk penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pendonoran darah dilakukan dengan sukarela dan harus memberikan informasi yang benar perihal kesehatan dan perilaku hidupnya (PP No 7 tahun 2011). Dengan merekrut pendonor darah sukarela berarti kita sudah merekrut pendonor darah berisiko rendah, karena para pendonor darah sukarela biasanya cenderung menyumbangkan darah secara teratur akan mempunyai risiko rendah terhadap infeksi yang dapat ditularkan melalui transfusi (Julia & Sumantri, 2010).

3 Unit Donor Darah (UDD) merupakan tempat pelaksana teknis pelayanan transfusi darah. Adapun pelayanan darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar dengan tujuan kemanusiaan dan tidak untuk tujuan komersial. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengatur pengerahan dan pelestarian pendonor darah untuk menjamin ketersediaan darah (PP No 7 tahun 2011). Istilah Unit Transfusi Darah (UTD) sejak tanggal 6 Januari 2011 berdasarkan SK PP No. 002/KEP/PP PMI/I/2011 namanya secara resmi diganti menjadi UDD. Saat ini di seluruh Indonesia terdapat 188 UDD yang terletak di setiap kota dan kabupaten. Namun seiring dengan adanya pemekaran daerah setelah otonomi daerah menjadi 408 UDD (PMI, 2013). Di DIY terdapat 5 UDD yang tersebar di tiap kabupaten dan kota. Setiap UDD harus melakukan pendataan pendonor darah melalui sistem informasi. Pendataan sebagaimana dilakukan dengan tujuan untuk pelestarian pendonor darah secara nasional (PP No 7 tahun 2011). UDD PMI Kota Yogyakarta yang telah menggunakan Sistem Informasi Manajemen (SIM) dengan komputerisasi yang terhubung jaringan dalam pendataan pendonor darah, sehingga memudahkan pemanggilan kembali pendonor darah sukarela untuk mendonorkan darah secara rutin. Jumlah penduduk Kota Yogyakarta adalah 462.752 jiwa (BPS, 2012). Kebutuhan darah menurut Hollan (2009) adalah 2% dari jumlah penduduk suatu wilayah, yaitu 13.883 kantong darah per tahun atau membutuhkan sekitar 4.623 pendonor tetap yang mendonorkan darahnya secara rutin 2 sampai 3 kali dalam satu tahun. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan direktur UDD PMI Kota Yogyakarta tanggal 10 Februari 2012 kenyataannya UDD PMI Kota Yogyakarta membutuhkan darah sekitar 36.000 kantong darah per tahun, sedangkan untuk memenuhi permintaan darah dari pasien rumah sakit hanya mampu memenuhi sekitar 50% dari permintaan tiap bulan. Hal ini disebabkan UDD PMI Kota Yogyakarta tidak hanya melayani rumah sakit lingkup Kota Yogyakarta saja, namun juga banyak permintaan dari luar DIY seperti Kabupaten Klaten dan Kabupaten Purworejo. Jumlah seluruh pendonor darah yang tercatat dalam buku register donor darah periode tahun 2012 adalah 15.000 orang pendonor, dengan

4 rincian 3.150 orang pendonor pengganti (21%) dan 11.850 (79%) orang pendonor darah sukarela. Anjuran WHO dalam Deklarasi Melbourne pada bulan Juni 2009 mencanangkan pencapaian 100% donor darah sukarela di setiap negara di dunia pada tahun 2020 (WHO, 2010). Dari pendonor sukarela di atas tidak semuanya menjadi pendonor darah tetap, hanya 60% yang mendonorkan darahnya secara rutin. WHO (1988) menyebutkan bahwa pendonor rutin adalah orang yang menyumbangkan darah 2 sampai 3 kali setahun dan terus menyumbangkan setidaknya sekali setahun. Penyebaran informasi dan persuasi merupakan aspek penting dari perekrutan pendonor darah. Pendonor mendapatkan informasi mengenai kebutuhan negara untuk donor darah, kekurangan darah dan kecepatan serta kemudahan. Komunikasi tertulis seperti brosur, poster dan leaflet informasi adalah segala bentuk komunikasi tertulis yang penting. Bahan harus menarik perhatian, mudah dipahami, dan menjadi selaras dengan kondisi setempat (Hollan, 1990). Bila kita tinjau dari sisi budaya masyarakat Jawa, khususnya masyarakat DIY dalam Pergub DIY No 17 tahun 2010 disebutkan bahwa masyarakat DIY mempunyai potensi budaya intangible (tidak bisa diraba/non fisik) seperti gagasan, ide, sistem nilai atau norma, karya seni, sistem sosial atau perilaku sosial yang berlaku dalam masyarakat yang tinggi. Theory of planned behaviour (TPB) merupakan salah satu teori yang menghubungkan sikap dan perilaku yang merupakan penyempurnaan dari theory of reasoned action, selain sikap dan norma subjektif, TPB menambahkan perceived behaviour control (PBC) atau self-efficacy yang berasal dari Social Cognitive Theory. Self-efficacy sebagai keyakinan bahwa seseorang dapat berhasil melaksanakan perilaku untuk mendapatkan hasil tertentu yang lebih produktif, dalam hal ini self-efficacy merupakan prasyarat penting dalam perubahan perilaku (Ajzen, 1991). TPB telah dibuktikan dalam banyak penelitian. Penelitian sebelumnya yang menggunakan pendekatan TPB di Australia untuk melihat intensi mendonorkan darah pada orang yang bukan pendonor dan pendonor baru menunjukkan bahwa sikap, norma subjektif, self-efficacy, norma moral, penyesalan, kecemasan dari pendonor darah sebelumnya dan identitas diri

5 sebagai pendonor darah secara signifikan dapat mempengaruhi terhadap intensi orang-orang untuk mendonorkan darahnya (Robinson et al., 2008). Berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Robinson (2008) dengan pendekatan TPB dan hasilnya mempunyai pengaruh adanya intensi untuk mendonorkan darah pada orang yang bukan pendonor dan pendonor baru, maka penelitian ini terfokus pada berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang untuk mendonorkan darah secara tetap sukarela. Dalam hal ini peneliti mencoba mengkaitkan antara intensi mendonorkan darah dengan TPB oleh Ajzen (2005) yaitu sikap, norma subjektif dan PBC. Dari latar belakang yang telah dikemukakan diatas, perlu diteliti hubungan sikap, norma subjektif dan PBC dengan intensi pendonor darah sukarela untuk mendonorkan darah secara rutin di UDD PMI Kota Yogyakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan data dan fakta yang diuraikan dalam latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Masalah Umum : Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan intensi pendonor darah Yogyakarta? 2. Masalah Khusus : a. Apakah ada hubungan antara sikap dengan intensi pendonor darah Yogyakarta? b. Apakah ada hubungan antara norma subjektif dengan intensi pendonor darah sukarela untuk mendonorkan darah secara rutin di UDD PMI Kota Yogyakarta? c. Apakah ada hubungan antara PBC dengan intensi pendonor darah Yogyakarta?

6 d. Apakah ada peran masing-masing variabel sikap, norma subjektif dan PBC terhadap intensi pendonor darah sukarela untuk mendonorkan darah secara rutin di UDD PMI Kota Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan intensi pendonor darah Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus : a. Diketahuinya hubungan antara sikap dengan intensi pendonor darah Yogyakarta. b. Diketahuinya hubungan antara norma subjektif dengan intensi pendonor darah sukarela untuk mendonorkan darah secara rutin di UDD PMI Kota Yogyakarta. c. Diketahuinya hubungan antara PBC dengan intensi pendonor darah Yogyakarta. d. Diketahuinya peran masing-masing variabel sikap, norma subjektif dan PBC terhadap intensi pendonor darah sukarela untuk mendonorkan darah secara rutin di UDD PMI Kota Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu dibidang KIE dan promosi kesehatan, terutama penerapan TPB dalam menyusun strategi untuk melestarikan program donor darah tetap sukarela. 2. Bagi Unit Donor Darah Penelitian ini dapat memberi masukan kepada UDD Kota Yogyakarta dalam program rekrutmen donor darah sehingga akan semakin banyak pendonor sukarela yang mendonorkan darah secara rutin.

7 3. Bagi Peneliti lain Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi peneliti lain, khususnya para peneliti yang akan melakukan penelitian di bidang serupa. E. Keaslian Penelitian Setelah melakukan kajian pustaka atas beberapa penelitian serupa, ditemukan beberapa penelitian yang sejenis yang mengkaji tentang penerapan TPB terhadap motivasi seseorang melakukan perilaku sukarela, khususnya yang tekait dengan perilaku seseorang untuk mendonorkan darahnya secara sukarela. Penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian relevan terdahulu, seperti diuraikan berikut : 1. Robinson et al. (2008), melakukan penelitian yang berjudul Predicting intentions to donate blood among nondonors in Australia: an extended theory of planned behavior. Hasil Penelitian : Variabel standar dalam TPB (sikap, norma subjektif dan PBC) diperluas dengan variabel prediktor yaitu moral, norma subjektif, kecemasan berhubungan signifikan dengan intensi orang yang bukan pendonor dan pendonor darah baru untuk menyumbangkan darah pertama kalinya. Persamaan Penelitian : Variabel independen yaitu sikap, norma subjektif, dan PBC. Perbedaan Penelitian : Lokasi, subjek dan variabel dependen adalah intensi untuk mendonorkan darah pertama kali, sedangkan dalam penelitian ini adalah intensi untuk mendonorkan darah secara sukarela. 2. Renate et al. (2006), melakukan penelitian yang berjudul Study on the knowledge, beliefs, perceptions, attitudes and practices on voluntary nonremunerated blood donations in Namibia. Hasil Penelitian: Pengetahuan, keyakinan, sikap, praktek, komunikasi/media mempengaruhi sumbangan donor darah tetap sukarela di Namibia.

8 Persamaan penelitian : Variabel dependen yaitu pada donor darah tetap. Perbedaan penelitian : Desain penelitian, tempat, waktu dan variabel bebasnya, dimana (Renate et al., 2006) variabel bebasnya adalah pengetahuan, keyakinan, praktek, komunikasi/media, sedangkan dalam penelitian ini, norma subjektif, dan PBC. 3. Giacomini & Wilson (2009), melakukan penelitian yang berjudul Strategies to increase recruitment of voluntary and habitual blood donors. Hasil Penelitian : Ada kebutuhan untuk mengembangkan strategi komunikasi untuk mengurangi rasa takut dan untuk memotivasi sumbangan darah. Selain itu, ada kebutuhan untuk mengembangkan filosofi perawatan berdasarkan humanisasi untuk meningkatkan perekrutan donor darah sukarela dan menjadi suatu kebiasaan. Persamaan penelitian : Topik yaitu donor darah secara rutin. Perbedan penelitian : Lokasi dan desain penelitian dimana (Giacomini & Wilson, 2009) menggunakan desain penelitian kualitatif dan dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif.