BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

dokumen-dokumen yang mirip
V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Tambunan

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Produksi Mencerminkan Tingkat Pendapatan

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN SEWA, BUNGA DAN KEUNTUNGAN SEWA EKONOMI DAN PENDAPATAN PINDAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan besar), kehutanan, peternakan, dan perikanan (Mubyarto, 1977 : 15).

metode penulisan, serta sistematika penyajian.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

II. TINJAUAN PUSTAKA

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. terdahulu oleh Arifatul Chusna (2013) dalam penelitiannya Pengaruh Laju

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan melakukan pembangunan baik dalam jangka pendek dan jangka

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

CENGKEH DAN KELAPA TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua atau lebih input (sumberdaya) menjadi satu atau lebih output. Dalam

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Arief Rahman Yuditya (2010) hasil jumlah lapangan pekerjaan tidak diimbangi

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINAJUAN PUSTAKA. pengertian pendapatan adalah: Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Hart (1973) setelah melakukan penelitian terhadap penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

HALAMAN PENGESAHAN...

PBAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan teori merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

Add your company slogan. Biaya. Teori Produksi LOGO

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari Negara Kesatuan

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

ABSTRAK. Kata Kunci: pertumbuhan ekonomi, inflasi, investasi, pertumbuhan ekonomi.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. menukar yang didasarkan atas kehendak suka rela dari masing-masing pihak.

BAB I PENDAHULUAN. potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (self balance), ketidakseimbangan regional (disequilibrium), ketergantungan

BAB II URAIAN TEORITIS

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III KERANGKA PEMIKIRAN

IDENTIFIKASI POTENSI EKONOMI DI PEDESAAN

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

Pertumbuhan PDB atas dasar harga konstan tahun 1983

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan sektor industri. Ilmu ini menjadi satu ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses pembangunan dan pemacu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ditinjau dari segi keberadaan dan fungsinya, ekonomi pertanian diharapkan berperan aktif dan sangat dibutuhkan dalam upaya pembangunan pertanian. Hal ini dapat tercapai dengan meningkatkan produktivitas sebagai pendapatan masyarakat juga dapat ditingkatkan (Daniel, 2002:15-17). Arsyad (2004:327), menyatakan peranan sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi sangat penting karena sebagian besar anggota masyarakat di negara-negara miskin menggantungkan hidupnya pada sektor tersebut. Oleh karena itu, dengan jalan meningkatkan produksi tanaman pangan dan tanaman perdagangan mereka dan atau dengan menaikkan harga yang mereka terima atas produk-produk yang mereka hasilkan. Ada tiga tahap perkembangan pembangunan pertanian (Arsyad, 2004:329) yaitu sebagai berikut :

1) Tahap Pertanian Tradisional (subsisten) Pada tahap pertanian tradisional, produksi pertanian, dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu atau dua macam tanaman saja (biasanya jagung atau padi) yang merupakan sumber pokok bahan makanan. Dimana penanaman atau penggunaan hanya sedikit sekali, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia merupakan faktor produksi yang dominan. 2) Tahap Pertanian Tradisional menuju Pertanian Modern Penganekaragaman pertanian (diversified farming) merupakan suatu langkah pertama yang logis dalam masa transisi dari pertanian tradisional (subsisten) ke pertanian modern (komersial). Pada tahap ini terdapat beberapa tanamantanaman perdagangan yang baru seperti: buah-buahan, kopi, teh, kelapa dan lain-lain. 3) Tahap Pertanian Modern Pertanian modern atau dikenal dengan istilah pertanian spesialisasi menggambarkan tingkat pertanian yang paling maju. Pertanian spesialisasi ini berkembang sebagai respon terhadap dan sejalan dengan pembangunan yang menyeluruh di bidang-bidang lain dalam ekonomi nasional. Dalam pertanian modern (spesialisasi), pengadaan pangan, untuk kebutuhan sendiri dan jumlah surplus yang bisa dijual, bukan lagi merupakan tujuan pokok. Menurut Gemmel (1994:492), sumbangan sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi dapat dinilai dari alasan-alasan sebagai berikut.

1) Pertanian pada umumnya merupakan sektor dominan di negara-negara berkembang menurut sumbangannya terhadap penyerapan tenaga kerja total dan pendapatan. 2) Pertumbuhan sektor non pertanian di negara-negara sedang berkembang sangat tergantung pada peningkatan penyediaan pangan yang mantap. 3) Proses transfer tenaga kerja dari pertanian ke industri mengurangi tekanan pendudukan terhadap lahan. 4) Laju pemupukan modal di negara-negara sedang berkembang dapat meningkat dengan adanya kemajuan sektor pertanian. 5) Pertanian dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat kepada neraca pembayaran dengan meningkatkan perencanaan suatu negara dari ekspor atau dengan menghasilkan produk-produk pertanian pengganti impor. 6) Perekonomian agraris yang terus tumbuh dibarengi dengan distribusi pendapatan di sektor pertanian yang adil akan memperbesar permintaan total sehingga membantu proses industrialisasi. 2.1.2 Konsep Produksi Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output sehingga nilai barang terus bertambah. Input terdiri dari barang dan jasa yang digunakan dalam proses produksi, dan output adalah barang dan jasa yamg dihasilkan dalam suatu proses produksi (Adiningsih, 1999:3). Produksi adalah sebagai tempat kegiatan yang menimbulkan tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru (Ahyari, 1985:6).

Produksi secara lebih luas adalah suatu proses yang menciptakan atau memperbesar nilai suatu barang. Setiap proses produksi mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah hubungan teknis yang menghubungkan antar faktor produksi atau disebut pula masukan atau input dan hasil produksinya. Dalam keadaan teknologi tertentu imbalan antara input dan output tercemin dalam rumusan produksinya. Rumus fungsi produksi Q f x x, x,..., 1, 2 3 Keterangan : x n Q = Tingkat produksi (output) x 1 x, x,... = Berbagai input yang digunakan., 2 3 x n Sudarsono (1995:122), menyatakan bahwa biasanya untuk menghasilkan satusatuan produk digunakan lebih dari satu proses produksi. Metode produksi adalah kombinasi dari faktor-faktor produksi yang dibutuhkan untuk memproduksi satusatuan produk. Faktor produksi pertanian terdiri dari luas areal, tenaga kerja, modal dan teknologi. Selain itu, terdapat juga faktor pendukung yang bersifat mendukung produksi seperti kebijakan harga dan kebijakan non harga. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan teori produksi. Dalam teori ekonomi diambil pula asumsi dasar mengenai sifat dan fungsi produksi yaitu fungsi dari semua produksi dimana semua produsen dianggap tunduk pada suatu hukum yang disebut The Law of

Diminishing Returns. Hukum ini menyatakan bahwa apabila satu macam input ditambah penggunaannya sedangkan input-input yang lain tetap, maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan tadi mula-mula menaik, tetapi kemudian seterusnya menurun bila input tersebut terus ditambah (Boediono, 1982:64). 2.1.3 Konsep Luas Areal Tanah sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan tempat dimana suatu produksi dapat dihasilkan. Dalam usaha pertanian di Indonesia, faktor produksi tanah mempunyai kedudukan yang penting. Daniel (2002:56), menyatakan luas penguasaan lahan pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Luas pemilikan atau penguasaan lahan sangat berhubungan dengan efisiensi usaha tani dan juga usaha pertanian. Dalam sebuah perkebunan misalnya, penggunaan masukan akan semakin efisien bila luas lahan yang dikuasai semakin besar. Pada usaha tani yang memiliki lahan yang cukup luas, juga sering terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan teknologi. Sudah pasti hal ini bisa terjadi pada usaha tani yang tidak dilakukan dengan manajemen yang baik dan terarah. Kejadian ini bisa diterima berdasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang, karena hal berikut :

a) Lemahnya pengawasan pada faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan dan tenaga kerja. b) Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu, yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut. Yang dimaksud luas areal dalam penelitian ini adalah keseluruhan wilayah atau areal yang menjadi tempat penanaman kelapa dalam. Luas areal yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah areal yang menghasilkan kelapa dalam yang ada di Provinsi Bali tahun 1994-2006 dalam satuan hektar. 2.1.4 Hubungan Luas Areal dengan Produksi Kelapa Dalam Menurut Mubyarto (1990:91-93), luas areal adalah keseluruhan wilayah yang menjadi tempat penanaman atau mengerjakan proses penanaman areal menjamin jumlah atau hasil yang akan diperoleh sebab tidak semua areal yang ditanami dan tidak semua areal dimanfaatkan dengan baik. Jika luas areal meningkat maka produksi juga meningkat dan sebaliknya jika luas areal yang digunakan sedikit maka produksi juga akan menurun karena kelapa dalam yang di tanam sedikit. Jadi, hubungan antara luas areal dengan produksi mempunyai hubungan positif. 2.1.5 Konsep Tenaga Kerja Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud tenaga kerja adalah suatu kekuatan fisik dan otak manusia, yang tidak dapat dipisahkan dalam pertanian di Indonesia dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu tenaga kerja dalam usaha tani kecil-kecilan atau usaha tani rakyat dan tenaga kerja dalam usaha pertanian yang besar-besaran

yaitu perkebunan, kehutanan, peternakan dan sebagainya. Usaha tani sebagian besar tenaga kerja berasal dari keluarga. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani ini merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan uang sehingga dengan cara ini ongkos produksi dapat ditekan. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang digunakan untuk membantu proses produksi. Tenaga kerja tidak dapat dipisahkan dengan manusia atau penduduk. Penduduk adalah semua orang yang mendiami suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu. Tenaga kerja (man power) adalah penduduk usia kerja yaitu berumur 10-64 tahun merupakan penduduk yang potensial yang dapat bekerja untuk memproduksi barang atau jasa. Angkatan kerja adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Sementara, yang bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tapi tidak terlibat dalam suatu usaha atau tidak terlibat dalam kegiatan produktif yang menghasilkan barang atau jasa (Daniel, 2002:87). Menurut Daniel (2002:90-91), pertanian rakyat yang sering dikenal dengan usaha tani kecil, sering menggunakan tenaga kerja anak-anak dan wanita. Tenaga kerja kepala keluarga ditambah istri dan anak petani disebut tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Bila pekerjaan tidak dapat diselesaikan oleh dan hanya TKDK, baru digunakan tenaga kerja luar keluarga (TKLK) yang dibayar. Para petani bermodal dengan usaha tani berskla besar seperti perkebunan, peternakan, usaha kehutanan, dan lainnya tidak digunakan tenaga kerja anak-anak dan tidak dikenal

tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Seluruh pekerjaan pada pertanian berskala besar dibayar sesuai dengan tingkat upah yang berlaku. Di negara-negara maju, produktivitas tenga kerja digunakan sebagai tolak ukur kemajuan sektor pertanian. Sementara di negara kita dan juga di negara berkembang lainnya, tenaga kerja merupakan faktor produksi yang paling kurang dibandingkan dengan tanah dan modal, sehingga peningkatan produktivitas sulit dan tidak berguna dilakukan. Apalagi setelah terjadinya industrialisasi pada dasawarsa tujuh puluhan. Peningkatan produktivitas semakin tidak bisa ditingkatkan, karena tenaga kerja yang tersisa hanya lanjut usia dan wanita. Tenaga muda yang lebih banyak tidak berminat pada sektor pertanian lebih tertarik pada sektor industri di perkotaan dan ramai-ramai pindah kekota untuk mencari pekerjaan (Daniel, 2002:88). Setiap usaha pertanian yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja. Oleh karena itu, dalam analisa ketenagakerjaan di bidang pertanian, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh besarnya curahan tenaga kerja. Curahan tenaga kerja yang dipakai adalah besarnya tenaga kerja efektif yang dipakai. Pengaruh tenaga kerja terhadap produksi tidak sama pada setiap cabang produksi juga dalam satu cabang produksi itu sendiri. Keadaan ini bergantung pada usaha produksi apakah dia padat karya (labour intensive) atau padat modal (capital intensive). Pada penelitian ini tenaga kerja yang digunakan bersifat padat karya (labour intensive) karena usaha perkebunan kelapa dalam dilakukan pada daerah yang berlimpah tenaga kerja.

2.1.6 Hubungan Jumlah Tenaga Kerja dengan Produksi Kelapa Dalam Samuelson (1999:64), menyatakan apabila masyarakat menginginkan lebih banyak barang atau jasa, maka akan semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan pada lahan yang terbatas luasnya. Sesuai dengan hukum The law of diminishing returns, setiap tambahan pekerja baru akan semakin sedikit pada titik tertentu memberikan output tambahan artinya penggunaan tenaga kerja mempunyai titik maksimal untuk memaksimalkan dalam menghasilkan barang dan jasa yang mempunyai nilai tambah. Jadi jumlah tenaga kerja juga sangat berpengaruh terhadap produksi kelapa dalam, jika penggunaan tenaga kerja meningkat maka produksi kelapa dalam juga akan meningkat dan begitu juga sebaliknya. Jadi, antara jumlah tenaga kerja dengan produksi kelapa dalam mempunyai hubungan positif. 2.1.7 Harga Komoditi Suatu pasar dalam ilmu ekonomi adalah dimana saja terjadi transaksi antara penjual dan pembeli. Selain itu pasar juga merupakan pertemuan antara kurva permintaan dan penawaran. Sukirno (2000:76), menyatakan harga yang dimaksud adalah harga barang komoditi yang diminta oleh pasar. Permintaan barang ditentukan oleh faktor-faktor seperti: a) Harga barang itu sendiri. b) Harga barang lain yang punya kaitan dengan barang tersebut. c) Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat.

d) Cita rasa masyarakat. e) Jumlah penduduk. f) Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang. Menurut Sukirno (2000:86), harga komoditas yang ditawarkan di pasar ditentukan oleh beberapa faktor yaitu : a) Harga dan komoditas b) Harga komoditas yang lain c) Biaya produksi yaitu biaya untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan mentah. d) Tujuan dari perusahaan e) Tingkat teknologi yang digunakan. Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harga. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi tingkat harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut (Sukirno, 2000:76). Menurut Daniel (2002:135), hukum penawaran dinyatakan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan unutk menawarkan barangnya apabila harganya rendah. Harga diatur oleh ketersediaan barang. Kadang-kadang hukum ini bisa tidak berlaku apabila terjadi kebijaksanaan penetapan harga atas suatu komoditas yang berkaitan erat dengan komoditas yang diperdagangkan.

2.1.8 Hubungan Harga Komoditi Dengan Produksi Kelapa Dalam Samuelson (1999:64), menyatakan bahwa harga yang lebih tinggi meningkatkan hampir semua tingkat produksi yang menguntungkan. Petani akan menawarkan kelapa dalam lebih banyak pada tingkat harga yang lebih tinggi karena dapat memberikan keuntungan yang lebih besar jika biaya produksi suatu barang relatif lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar. Dengan demikian hubungan harga komoditi dengan total produksi bersifat positif. Artinya jika harga pasar naik maka produksi akan naik dan sebaliknya dengan harga pasar turun maka produksi yang dihasilkan juga turun. 2.1.9 Konsep Tingkat Suku bunga Kredit. Pengertian dasar tingkat suku bunga adalah sebagai harga dari uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian tingkat suku bunga sebagai harga antara satu rupiah sekarang dengan satu rupiah yang akan datang. (Boediono, 2002:75-76) sedangkan suku bunga adalah harga atau balas jasa yang dibayarkan oleh masyarakat kepada bank atas bayaran yang diberikan untuk jangka waktu tertentu (Bank Indonesia, 2001 : 7). Menurut Kasmir (1999 : 121), terdapat dua macam bunga dalam kehidupan sehari-hari, yaitu: 1) Bunga simpanan yaitu bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uang di bank. Bunga simpanan merupakan harga

yang harus dibayar bank kepada masyarakatnya sebagai contoh: jasa giro atau bunga tabungan, dan bunga deposito. 2) Bunga pinjaman yaitu bunga yang diberikan kepada peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank, sebagai contoh bunga kredit. Bunga kredit adalah sejumlah ganti rugi atau balas jasa atas penggunaan uang oleh nasabah. Bagi peminjam, bunga kredit yang dipandang sebagai suatu biaya atau ongkos yang dikeluarkan olehnya sedangkan bagi bank bunga kredit dipandang sebagai suatu pendapatan bank yang menguntungkan. Kredit merupakan suatu alat atau cara untuk menciptakan modal. Pada kenyataannya ada petani yang dapat memenuhi semua keperluan modalnya dari kekayaan yang dimilikinya. Bahkan sebagian petani kaya bisa membantu meminjamkan modalnya kepada petani lainnya yang memerlukan. Tetapi secara ekonomis bahwa modal dapat berasal dari milik sendiri atau pinjaman dari pihak lainnya. Modal yang dipinjamkan dari pihak lain di sebut utang atau kredit. Menurut Daniel (2002:77), berdasarkan tujuannya bunga kredit timbul karena pemakaian sejumlah uang untuk: 1) Kredit modal kerja, yaitu kredit jangka pendek yang diberikan oleh bank untuk keperluan modal kerja debitur bersangkutan. 2) Kredit investasi, yaitu kredit jangka menengah atau panjang untuk pembelian barang-barang modal dan jasa yang diperlukan oleh peminjam untuk diinvestasikan berupa rehabilitasi, modernisasi, ekspansi, relokasi usaha, dan atau pendirian usaha baru.

3) Kredit konsumsi, yaitu pembelian kredit untuk keperluan konsumsi dengan cara membeli, menyewa, atau dengan cara lainnya. Pentingnya peranan kredit disebabkan oleh kenyataan secara relatif, dimana modal merupakan faktor produksi non alami (buatan manusia) yang persediaanya masih terbatas terutama di negara-negara berkembang. Di samping itu, dengan persediaan tenaga kerja yang melimpah diperkirakan bahwa cara yang paling mudah dan paling tepat untuk memajukan pertanian dan peningkatan produksi adalah dengan memperbesar penggunaan modal. Menurut hasil penelitian Sudjanadi dalam Daniel, (2002:81), peranan kredit dalam usaha produksi pertanian sangat penting karena beberapa alasan sebagai berikut: 1) Pemberian kredit usaha tani dengan kredit bunga yang ringan perlu untuk memungkinkan petani unutk melakukan inovasi-inovasi dalam usaha taninya. 2) Kredit itu harus bersifat dinamis yaitu dapat mendorong petani untuk menggunakan modal secara produktif dengan bimbingan dan pengawasan yang teliti. 3) Kredit yang diberikan selain bantuan modal juga dapat merangsang petani untuk menerima petunjuk-petunjuk dan bersedia berpartisipasi dalam program peningkatan produksi. Menurut Daniel (2002:83), kredit bagi kegiatan produksi dapat menjadi modal kerja yang dapat mendorong kelancaran produksi suatu komoditi, tidak terkecuali komoditas yang berorientasi pada pertanian. Namun, adanya kredit tidak

terlepas dari adanya tingkat bunga yang merupakan aspek biaya yang perlu dipertimbangkan dalam kegiatan produksi. 2.1.10 Hubungan Tingkat Suku Bunga Kredit dengan Produksi Kelapa Dalam Didalam kegiatan produksi modal kerja merupakan cara untuk mendorong kelancaran produksi suatu komoditi. Dimana terjadinya peningkatan bunga kredit menyebabkan modal kerja menjadi lebih sedikit karena adanya biaya tambahan pengembalian hutang. Ini mengakibatkan produksi semakin berkurang karena modal semakin berkurang sehingga hubungan tingkat suku bunga kredit dengan produksi kelapa dalam berbanding terbalik atau negatif. Tingkat suku bunga kredit yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga kredit modal kerja tahun 1994-2006 dalam satuan persen. 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Neni (2006) yang dengan judul penelitian Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Total Produksi Kakao Di Provinsi Bali Tahun 1990-2005. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisis linier berganda Cobb Douglas dan analisis koefisien determinasi majemuk. Adapun variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu luas areal, jumlah tenaga kerja, tingkat harga, dan tingkat suku bunga kredit. Hasil regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut. Y = -3000000 + 1390,770 X1 + 2,438 X2 + 20,428 X3 + 25893,2 X4

Hasil regresi yang dilakukan dengan menggunakan uji F (secara simultan) diperoleh F hitung = 52,205 F tabel = 1,796 sehingga Hi diterima dan berpengaruh secara simultan terhadap total produksi kakao tahun 1990-2005. Berdasarkan hasil pengujian parsial bahwa luas areal, jumlah tenaga kerja, tingkat harga berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi kelapa dalam sedangkan tingkat suku bunga kredit tidak berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi kelapa dalam. Nilai 2 R =0,950 berarti bahwa 95,00 persen variasi dalam model dipengaruhi oleh luas areal, jumlah tenaga kerja, harga komoditi, dan tingkat suku bunga kredit sedangkan sisanya 5,00 persen dipengaruhi oleh variable lain yang tidak dimasukkan dalam model. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak pada variabel terikatnya. Pada penelitian sebelumnya menggunakan variable terikat produksi kakao sedangkan penelitian ini mengggunakan total produksi kelapa dalam. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah menggunakan variabel bebas yang sama yaitu luas areal, jumlah tenaga kerja, tingkat harga, dan tingkat suku bunga kredit dan sama-sama menggunakan teknik analisis data yaitu analisis regresi linier berganda (uji- t dan uji-f) dan determinasi majemuk. Nonik (2007) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Luas Areal, Jumlah Tenaga Kerja terhadap Produksi Cengkeh di Provinsi Bali tahun 1995-2005. Teknik analisis data ini menggunakan analisis regresi linier berganda Cobb Douglas dan analisis koefisien determinasi majemuk. Adapun variabel bebas yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu luas areal, dan tenaga kerja. Hasil regresi yang diperoleh yaitu: Ln Y = 10,389-1,942 lnx1 + 1,765 ln X2 Hasil regresi yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis t-test ternyata luas areal, dimana variabel lain dianggap konstan memberikan pengaruh nyata dan positif terhadap hasil produksi cengkeh di provinsi Bali dengan t-hitung = - 2,682 t-tabel 1,890. Artinya luas areal berpengaruh positif atau nyata terhadap produksi cengkeh. Sedangkan untuk variabel jumlah tenaga kerja juga menggunakan teknik analisis t-test, dimana variabel lain dianggap konstan memberikan pengaruh nyata dan positif terhadap produksi cengkeh di Provinsi Bali dengan t-hitung = 3,734 t-tabel = 1,890 ini berarti variabel jumlah tenaga kerja berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi cengkeh. Berdasarkan hasil analisis uji F diketahui F-hitung = 7,870 F-tabel = 4,46 ini berarti kedua variabel bebas yaitu luas areal dan jumlah tenaga kerja berpengaruh secara nyata dan positif terhadap produksi cengkeh. Analisis koefisien determinasi diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar 0,663 yang berarti bahwa 66,3 persen variasi (naik turunnya) produksi cengkeh di Provinsi Bali tahun 1995-2005 dipengaruhi secara bersama-sama oleh luas areal dan jumlah tenaga kerja sedangkan sisanya 33,7 persen dipengaruhi variabel lain. Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu terletak pada variabel bebas dan variabel terikatnya. Pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel bebas luas areal dan jumlah tenaga kerja saja sedangkan dalam penelitian ini mengunakan

luas areal, jumlah tenaga kerja, tingkat harga, dan tingkat suku bunga kredit. Selain itu, pada penelitian sebelumnya menggunakan variabel terikat produksi cengkeh sedangkan pada penelitian ini mengunakan produksi kelapa dalam. Persamaan penelitian ini dengan sebelumnya yaitu sama-sama menggunakan variabel luas areal dan jumlah tenga kerja dan teknik analisis data yaitu analisis regresi leinier berganda (uji-t dan uji-f). 2.3 Hipotesis Berdasarkan pokok permasalahan dengan didukung teori-teori yang relevan dan penelitian sebelumnya, maka hipotesis atau jawaban sementara dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Diduga, bahwa luas areal, jumlah tenaga kerja, tingkat harga, dan tingkat suku bunga kredit, berpengaruh signifikan secara simultan terhadap produksi kelapa dalam di Provinsi Bali tahun 1994-2006. 2) Diduga, bahwa luas areal, jumlah tenaga kerja, dan tingkat harga berpengaruh positif sedangkan tingkat suku bunga kredit berpengaruh negatif secara parsial terhadap produksi kelapa dalam di Provinsi Bali tahun 1994-2006. 3) Diduga, bahwa luas areal yang berpengaruh paling dominan terhadap produksi kelapa dalam di Provinsi Bali tahun 1994-2006.