BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses dimensional yang

dokumen-dokumen yang mirip
JUMLAH DIPINDAHKAN Laki - laki Jumlah pemilih dalam Salinan Daftar 1.

PENGADILAN NEGERI WONOGIRI Jalan R.M. Said No. 12 Telp. (0273) Fax. (0273) W O N O G I R I

Ir. Rahmadi Agus Santosa, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah pedesaan mengalir ke daerah perkotaan. Proses migrasi yang berlangsung dalam

PERAN DAN IDENTIFIKASI KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN WONOGIRI

REKAPITULASI JUMLAH PEMILIH, TPS DAN SURAT SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2008 TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Economics Development Analysis Journal

PARTISIPASI PEMILIH TERHADAP PEMILU DALAM KONSTALASI DEMOKRASI DI KABUPATEN WONOGIRI

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

CAPAIAN PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS DI INDONESIA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses untuk

Economics Development Analysis Journal

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Remaja (Youth)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. signifikan pada sektor tradisional. Sebaliknya distribusi pendapatan semakin

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

STANDAR PELAYANAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PELAYANAN PARKIR DI KABUPATEN WONOGIRI

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi di masa lalu telah mengubah struktur ekonomi secara

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH TAHUN 2017 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN WONOGIRI

I. PENDAHULUAN. pada hakekatnya pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. serta kesejahteraan penduduk. Kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KEPALA DINAS PERTANIAN DAN PANGAN. Ir. SAFUAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, makmur dan berkeadilan. Akan tetapi kondisi geografis dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH DESA TANGGULANGIN Gambar 2.1 Peta Kabupaten Wonogiri

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

PENGEMBANGAN KOMODITAS KETELA POHON SEBAGAI UPAYA PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

I. PENDAHULUAN. mendorong dan meningkatkan stabilitas, pemerataan, pertumbuhan dan

BAB II HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2015 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkannya diperlukan syarat-syarat yang harus terpenuhi, laju pertumbuhan penduduknya. (Todaro, 2011)

TINGKAT KERENTANAN LINGKUNGAN KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. 1. Perumusan kebijakan tehnis dan perencanaan program kerja bidang pertanian tanaman pangan dan hortikultura

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan di bidang ekonomi ini sangat penting karena dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 9 TAHUN 2011 SERI : D NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah suatu negara yang mempunyai latar belakang perbedaan antar

PENGUMUMAN PEMILIHAN LANGSUNG DENGAN PASCAKUALIFIKASI

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Wonogiri Tahun I. 1

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan, dan tingkat pengangguran (Todaro, 2000:93). Maka dari itu

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Pertumbuhan ekonom i biasanya hanya diukur berdasarkan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Umum Swasta Kelas C Di Kabupaten Wonogiri Dengan Fasilitas Taman Terapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akademisi ilmu ekonomi, secara tradisional pembangunan dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah umumnya mempunyai masalah di dalam proses. pembangunannya, masalah yang paling sering muncul di dalam wilayah

BAB I PENDAHUUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif,

BAB I PENDAHULUAN. (disparity) terjadi pada aspek pendapatan, spasial dan sektoral. Golongan kaya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan lapangan kerja dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

DISTRIBUSI PENDAPATAN PENDUDUK KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat dari berbagai aspek. meluasnya kesempatan kerja serta terangsangnya iklim ekonomi di wilayah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. arti yang seluas-luasnya. Akan tetapi untuk mewujudkan tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dapat meningkatkan

TINGKAT KERENTANAN SOSIAL WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI. Nisakhaira Rahmaningtyas¹ dan Jawoto Sih Setyono².

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita, atau yang biasa disebut pertumbuhan ekonomi. Indikator

TINGKAT KERENTANAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN WONIGIRI Restu Sita Harsiwi 1 dan Jawoto Sih Setyono 2

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh masyarakat luas (Lincolin Arsyad, 1999).

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGUMUMAN PEMILIHAN LANGSUNG DENGAN PASCAKUALIFIKASI

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dipecahkan terutama melalui mekanisme efek rembesan ke bawah (trickle down

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Ketimpangan pendapatan adalah sebuah realita yang ada di tengah-tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan dikeluarkannya Undang-undang No 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB I PENDAHULUAN. utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI. A. Gambaran Umum Kabupaten Wonogiri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses dimensional yang mencakup segala aspek dan kebijakan yang komprehensif baik ekonomi maupun non ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi penting untuk menentukan sasaran pembangunan yang akan dilakukan, supaya dapat menuju sebuah keberhasilan pembangunan ekonomi (Suryana, 2000:6). Pembangunan ekonomi di Indonesia ditujukan untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan mengatasi berbagai permasalahan sosial ekonomi yang biasa terjadi di masyarakat Indonesia. Salah satu indikator yang dapat menunjukkan keberhasilan pembangunan ekonomi dapat dilihat melalui laju pertumbuhan ekonominya. Berkaitan dengan hal tersebut, setiap daerah mempunyai target angka laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi di dalam perencanaan pembangunan daerahnya. Namun dengan terus dilakukannya suatu pembangunan, ketimpangan dalam hal distribusi pendapatan menjadi lingkaran masalah yang mengancam dan sulit untuk diatasi. Dalam proses pembangunan perlu memperhatikan kemampuan yang dimiliki oleh setiap daerah, karena setiap daerah memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Perbedaan dalam hal pembangunan tersebut timbul karena dipengaruhi oleh adanya perbedaan potensi sumber daya yang dimilikinya seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan serta 1

2 sumber daya sosial (Sjafrizal, 2008:105). Dalam proses pembangunan tersebut ada daerah yang memiliki potensi yang melimpah sumber daya alamnya tetapi masih kurang sumber daya manusianya, namun ada juga daerah yang sebaliknya kurang dalam hal sumber daya alam tetapi tercukupi dalam hal sumber daya manusianya yang baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Keadaan ini yang menjadi penyebab perbedaan dalam perkembangan suatu pembangunan yang mengakibatkan tingkat pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan kesejahteraan di setiap masingmasing daerah. Masalah ketimpangan dalam hal distribusi pendapatan atau kesenjangan ekonomi merupakan masalah besar di beberapa Negara, tidak terkecuali di Indonesia. Dari Gambar 1.1 di bawah dapat dilihat bahwa ketimpangan pendapatan tidak hanya terjadi pada negara berkembang saja, tetapi negara maju juga menghadapinya. Gambar 1.1 Gambaran Kondisi Kesenjangan Pendapatan di Beberapa Negara pada Tahun 2012 Sumber: Bappenas, 2014

3 Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tinggi tidak diikuti dengan penurunan kesenjangan ekonomi dimana porsi terbesar kue nasional dinikmati oleh 20% penduduk berpendapatan tinggi dan 40% penduduk berpendapatan menengah. Hal ini ditinjau dari koefisien gini yang terus meningkat periode 2005-2013. Dalam kurun waktu 2005-2007 memperlihatkan bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 5,85% dengan koefisien gini sebesar 0,35. Namun di tahun 2011-2013 dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi yaitu 6,1% kesenjangan ekonominya pun juga semakin tinggi, yang ditunjukkan dengan nilai rasio gini sebesar 0,41. Peningkatan pertumbuhan ekonomi diikuti dengan meningkatnya kesenjangan distribusi pendapatan di Indonesia, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.2 di bawah ini. Gambar 1.2 Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi diikuti dengan Meningkatnya Kesenjangan Distribusi Pendapatan di Indonesia Sumber: BPS, dalam Biro Analisis dan Penganggaran APBN Ketimpangan distribusi pendapatan di suatu daerah akan menimbulkan permasalahan tersendiri, apalagi jika ditemukan bahwa ketimpangan pendapatan antar daerah dinilai tinggi. Adanya ketimpangan yang tinggi akan membawa dampak yang buruk bagi kestabilan ekonomi

4 daerah. Sehingga upaya dalam hal mencegah tingginya suatu ketimpangan harus dilakukan. Akan tetapi, upaya dalam hal mengurangi ketimpangan pada daerah tidaklah mudah, terutama yang disebabkan oleh trade off antara ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi (Todaro, 2003:240). Simon Kuznets menemukan fenomena hubungan antara tingkat kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan per kapita yang berbentuk U terbalik, yang menyatakan bahwa pada awal tahap pertumbuhan, distribusi pendapatan atau kesejahteraan cenderung memburuk. Namun pada tahap berikutnya, distribusi pendapatan tersebut akan membaik seiring dengan meningkatnya pendapatan per kapita. Dengan menggunakan kerangka Lewis, yaitu model dua sektor dapat dijelaskan mengapa pada awal tahap pembangunan perekonomian hanya terpusat pada sektor modern. Pada tahap ini, lapangan kerjanya terbatas, namun tingkat upah dan produktivitasnya terhitung tinggi. Adanya kesenjangan pendapatan antara sektor modern dan sektor tradisional yang pada awalnya akan semakin melebar dalam waktu yang singkat, namun nantinya akan menyempit kembali. Ketimpangan dalam sektor modern relatif lebih tinggi daripada yang terjadi di sektor tradisional. (Arsyad, 2010:292-293). Dengan adanya keadaan seperti di atas, pemerintah Republik Indonesia telah memberikan antisipasi dengan dikeluarkannya Undangundang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional di dalam Undang-undang tersebut menyatakan bahwa perencanaan pembangunan nasional maupun pembangunan daerah merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan berjalan

5 secara beriringan sesuai dengan pola tertentu berdasarkan hasil yang telah ditelaah secara cermat terhadap keadaan dan kondisi yang ada. Pembangunan yang sifatnya menyeluruh dan berjalan secara tuntas perlu digalakan, agar terciptanya pembangunan yang optimal. Adanya pembangunan yang sifatnya menyeluruh, pemerintah memberlakukan otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan penghormatan terhadap budaya lokal dan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Atas dasar itu, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah memberikan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah sehingga memberikan peluang kepada daerah agar leluasa mengatur dan melaksanakan kewenangannya atas prakarsa sendiri sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat dan potensi setiap daerah (Bratakusumah dan Dadang, 2002: 32-33). Tetapi dengan adanya perkembangan, Undang-undang tersebut tidak berlaku lagi, karena tidak sesuai dengan perubahan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah sehingga perlu diganti. Yang kemudian ditetapkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Masalah ketimpangan distribusi pendapatan antar daerah atau wilayah juga terjadi di Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten yang masuk dalam kawasan Subosukowonosraten Provinsi Jawa Tengah yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi cukup lambat dibandingkan Kabupaten/ Kota di

6 kawasan Subosukowonosraten. Padahal jika dilihat dari luas wilayah di Kawasan Subosukowonosraten, Kabupaten Wonogiri memiliki luas wilayah yang terluas nomor dua. Disamping itu, menurut Peraturan Bupati Wonogiri No. 15 tentang RPJMD Wonogiri tahun 2011-2015 dari sisi wilayah Kabupaten Wonogiri memiliki pengaruh besar terhadap tata ruang wilayah sekitarnya yang terdiri dari kawasan koridor perbatasan pawonsari, kawasan koridor perbatasan subosukowonosraten, kawasan koridor perbatasan karismapawirogo dan kawasan koridor pantai selatan. Dari hal tersebut, seharusnya Kabupaten Wonogiri memiliki tantangan untuk melakukan suatu pembangunan yang mencapai sebuah keberhasilan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat diukur dengan PDRB serta pendapatan perkapita sebagai indikator kesejahteraan penduduk suatu daerah. Nilai PDRB dan pendapatan perkapita secara agregat menunjukkan kemampuan setiap kecamatan dalam menghasilkan pendapatan kepada faktor-faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi di wilayah kecamatan tersebut. Kemampuan tiap kecamatan dalam menghasilkan pendapatan berbeda-beda, yang dikarenakan perbedaan sumber daya yang dimiliki. Berikut nilai pendapatan perkapita yang dihasilkan oleh tiap-tiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2009-2013 yang terdapat pada table 1.1.

7 Tabel 1.1 PDRB Perkapita atas Dasar Harga Konstan 2000 Tiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009-2013 (Rupiah) KECAMATAN PDRB PERKAPITA 2009 2010 2011 2012 2013 Pracimantoro 2.258.626 2.295.693 3.131.859 3.366.582 3.430.800 Paranggupito 3.194.319 3.203.413 4.360.441 4.511.712 4.707.357 Giritontro 2.289.286 2.356.858 3.420.881 3.597.677 3.714.274 Giriwoyo 2.346.258 2.375.605 3.528.415 3.762.037 3.808.577 Batuwarno 2.913.757 2.949.298 4.109.188 4.306.075 4.374.283 Karangtengah 3.934.361 3.901.980 4.815.649 4.985.682 5.133.757 Tirtomoyo 2.086.856 2.156.943 2.965.681 3.158.484 3.237.417 Nguntoronadi 2.570.435 2.582.372 3.579.245 3.814.305 3.855.835 Baturetno 2.299.118 2.391.995 3.296.134 3.491.621 3.634.600 Eromoko 2.502.408 2.483.011 3.423.957 3.619.183 3.732.192 Wuryantoro 2.940.199 2.986.773 4.133.685 4.355.690 4.459.123 Manyaran 2.839.824 2.885.336 4.016.820 4.243.866 4.453.835 Selogiri 1.638.762 1.682.245 2.745.691 2.930.797 3.040.443 Wonogiri 3.367.729 3.496.589 4.675.149 5.024.577 5.245.339 Ngadirojo 3.284.518 3.292.477 4.502.708 4.729.434 4.878.873 Sidoharjo 2.457.321 2.458.064 3.319.889 3.514.301 3.623.883 Jatiroto 1.763.807 1.783.048 2.502.574 2.664.921 2.720.066 Kismantoro 1.972.886 1.981.213 2.636.290 2.767.269 2.829.597 Purwantoro 1.843.906 1.861.210 2.620.655 2.772.419 2.900.680 Bulukerto 2.170.009 2.225.196 3.145.317 3.300.553 3.376.568 Puhpelem 2.826.539 2.861.993 3.760.013 4.030.062 4.121.222 Slogohimo 1.646.393 1.683.629 2.349.962 2.462.620 2.518.117 Jatisrono 1.940.080 2.017.769 2.818.689 3.003.074 3.109.279 Jatipurno 1.664.340 1.682.688 2.588.387 2.728.773 2.778.594 Girimarto 1.918.920 1.929.902 2.885.134 3.035.257 3.104.778 Sumber: BPS Wonogiri, PDRB Se-Kecamatan Kabupaten Wonogiri, 2009-2013 Nilai PDRB perkapita Kabupaten Wonogiri pada tahun 2009-2013 pada tabel di atas menunjukkan kecamatan yang paling mendominasi adalah kecamatan Wonogiri, yang mana nilai PDRB perkapitanya selalu jauh lebih tinggi dibandingkan kecamatan lain. Hal ini disebabkan karena Kecamatan Wonogiri merupakan pusat kegiatan perekonomian dan pusat pemerintahan di Kabupaten Wonogiri, sehingga nilai PDRB Perkapitanya paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Di samping itu, implikasi dari

8 perbedaan tingkat pendapatan perkapita tiap kecamatan ini adalah terjadinya perbedaan tingkat kesejahteraan antar kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Secara fenomena, dapat diketahui bahwa tiap-tiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri mempunyai perbedaan PDRB perkapita yang cukup tinggi. Hal tersebut menarik untuk dilakukan penelitian dengan sasaran klasifikasi wilayah antar kecamatan dan tingkat disparitas/ ketimpangan distribusi pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Penelitian ini berusaha untuk menganalisis klasifikasi wilayah dan ketimpangan distribusi pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2009-2013. Bermula dari latar belakang tersebut, akan dilakukan suatu penelitian yang berjudul Analisis Pertumbuhan Ekonomi Daerah dan Ketimpangan Distribusi Pendapatan antar Kecamatan di Kabupaten Wonogiri B. Rumusan Masalah Berdasarkanlatar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pola dan struktur pertumbuhan ekonomi berdasarkan laju pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita antar Kecamatan di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2009-2013? 2. Berapakah besar ketimpangan distribusi pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2009-2013?

9 3. Bagaimana hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan Kecamatan di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2009-2013? 4. Bagaimana hubungan antara hasil uji tipologi klassen dan infrastruktur pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Wonogiri? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini antara lain: 1. Untuk mengetahui gambaran pola dan struktur pertumbuhan ekonomi berdasarkan pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita antar Kecamatan di Kabupaten Wonogiri tahun 2009-2013. 2. Untuk mengetahui tingkat ketimpangan distribusi pendapatan antar Kecamatan di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2009-2013. 3. Untuk menguji hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan antar Kecamatan di Kabupaten Wonogiri. 4. Untuk menguji hubungan hasil uji tipologi klassen dan infrastruktur pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Wonogiri. D. Manfaat Penelitian Disusunnya judul tersebut, diharapkan dapat diperoleh manfaat bagi pemerintah, akademisi, dan masyarakat umum yakni sebagai berikut:

10 1. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan alternatif dalam pengambilan kebijakan dan dapat memberikan masukan informasi kepada Pemerintah Kabupaten Wonogiri dalam upaya meningkatkan kemampuan, kreativitas yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi daerah dan ketimpangan distribusi pendapatan antar kecamatan di Kabupaten Wonogiri. 2. Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum dan bahan studi pustaka tentang pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan distribusi pendapatan antar Kecamatan di Kabupaten Wonogiri. 3. Masyarakat Umum Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan lebih dalam mengenai potensi masing-masing daerah tiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri.