PARTISIPASI PEMILIH TERHADAP PEMILU DALAM KONSTALASI DEMOKRASI DI KABUPATEN WONOGIRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PARTISIPASI PEMILIH TERHADAP PEMILU DALAM KONSTALASI DEMOKRASI DI KABUPATEN WONOGIRI"

Transkripsi

1 PARTISIPASI PEMILIH TERHADAP PEMILU DALAM KONSTALASI DEMOKRASI DI KABUPATEN WONOGIRI Oleh : Dr. WIBOWO MURTI SAMADI, SH., MS. Dosen Pascasarjana Unisri Ketua Dewan Riset Kabupaten Wonogiri Difasilitasi oleh : KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH KABUPATEN WONOGIRI 2015 i

2 ii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian... 4 E. Metode Penelitian... 4 F. Alokasi Waktu... 8 BAB II TINJAUAN TEORI... 9 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA A. Hubungan Popularitas Calon Dengan Partisipasi Politik Dalam Pemilihan Umum di Kabupaten Wonogiri Hubungan antara pentingnya pengenalan calon dan partisipasi politik dalam pelaksanaan pemilihan / pemilu Hubungan antara waktu pengenalan terhadap calon dan partisipasi politik dalam pemilihan / pemilu Hubungan Kondisi Sosial Politik dan Partisipasi Politik Dalam Pemilihan / Pemilu... 20

3 iii B. Tingkat Partisipasi Pemilih dalam Pelaksanaan Pemungutan Suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun Pemilihan Legislatif Tahun Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA CURRICULUM VITAE

4 iv DAFTAR TABEL Tabel 1 Pengenalan/pengetahuan terhadap calon dan partisipasi politik dalam pelaksanaan pemilu di Wonogiri Tabel 2 Pemahaman Pengenalan Calon Tabel 3 Partisipasi Politik dalam Pemilu Tabel 4 Jumlah DPT pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun Tabel 5 Yang Menggunakan Hak Pilih Tabel 6 Yang Tidak Menggunakan Hak Pilih Tabel 7 Penggunaan Hak Pilih Tabel 8 Yang Tidak Menggunakan Hak Pilih Tabel 9 Penggunaan Hak Pilih Tabel 10 Pemilih Yang Tidak Menggunakan Hak Pilih Tabel 11 Rekapitulasi Pilpres Pilpres Tabel 12 Penggunaan Hak Pilih Tabel 13 Jumlah Pemilih yang tidak Menggunakan Hak Pilih Tabel 14 Komprehensif Pemilu Kab. Wonogiri

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilu secara demokratis dan secara langsung sejak 2004 sampai sekarang memerlukan evaluasi dalam penentuan kebijakan oleh penyelenggara pemilu di daerah khususnya di Kabupaten Wonogiri. Hal ini menjadi tolak ukur apakah konstalasi demokrasi berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan pembangunan politik oleh negara bagi perkembangan apresiasi demokrasi melalui pemilu yang jujur, adil, dan partisipatif yang tinggi oleh masyarakat. Dalam hubungannya dengan demokrasi, partisipasi politik berpengaruh terhadap legitimasi masyarakat terhadap jalannya suatu pemerintahan. Dalam suatu pemilu misalnya partisipasi politik berpengaruh terhadap legimitasi masyarakat kepada pasangan calon yang terpilih. Setiap masyarakat memiliki preferensi dan kepentingan masing-masing untuk menentukan pilihan mereka dalam pemilu. Bisa dikatakan bahwa masa depan pejabat publik yang terpilih dalam suatu pemilu tergantung pada preferensi masyarakat sebagai pemilih. Tidak hanya itu, partisipasi politik masyarakat dalam pemilu dapat dipandang sebagai kontrol masyarakat terhadap suatu pemerintahan. Kontrol yang diberikan beragam tergantung dengan tingkat partisipasi politik masingmasing. Selain sebagai inti dari demokrasi, partisipasi politik juga berkaitan erat dengan pemenuhan hak-hak politik warga negara. Wujud dari pemenuhan 1

6 2 hak-hak politik adalah adanya kebebasdan bagi setiap warga untuk menyatakan pendapat dan berkumpul. Seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 28 : Kemerdekaan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. (Tia Subekti, 2014, Partisipasi Politik Masyarakat). Pemilu merupakan salah satu tonggak penting yang mempresentasikan kedaulatan rakyat, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada negara demokrasi tanpa memberikan peluang adanya pemilihan umum yang dilakukan secara sistematik dan berkala. Oleh karenanya pemilu digolongkan juga sebagai elemen terpenting dalam sistem demokrasi. Apabila suatu negara telah melaksanakan proses pemilu dengan baik, transparan, adil, teratur, dan berkesinambungan, maka negara tersebut dapat dikatakan sebagai negara yang tingkat kedemokratisan baik, namun sebaliknya apabila suatu negara tidak melaksanakan pemilu atau tidak mampu melaksanakan pemilunya dengan baik, di mana terjadinya berbagai kecurangan, deskriminasi, maka negara itu pula dinilai sebagai negara yang anti demokrasi. Dalam sistem politik negara Indonesia, pemilu merupakan salah satu proses politik yang dilaksanakan setiap lima tahun, baik untuk memilih anggota legislatif, maupun untuk memilih anggota eksekutif. Angota legislatif yang dipilih dalam pemilu lima tahun tersebut, terdiri dari anggota legislatif pusat/ parlemen yang dalam ketatanegaraan Indonesia biasanya disebut sebagai DPR-RI, kemudian DPRD Daerah Propinsi, dan DPRD Kabupaten/ Kota. Sementara dalam konteks pemilu untuk pemilihan eksekutif, rakyat

7 3 telah diberi peluang untuk memilih Presiden, Gubernur dan Bupati/ Walikotanya. Besarnya hak rakyat untuk menentukan para pemimpin dalam lembaga eksekutif dan legislatif pada saat ini tidak terlepas dari perubahan dan reformasi politik yang telah bergulir di negara ini sejak tahun 1998, di mana pada masa-masa sebelumnya hak-hak politik masyarakat sering didiskriminasi dan digunakan untuk kepentingan politik penguasa saja dengan cara mobilisasi, namun rakyat sendiri tidak diberikan hak politik yang sepenuhnya untuk menyeleksi para pemimpin, mengkritisi kebijakan, dan proses dialogis yang kritis, sehingga masyarakat dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingankepentingannya. Potensi persoalan yang terjadi setiap penyelenggaraan pemilu dari secara prinsip menyangkut konstalasi hal sebagai berikut : 1. Ketidakhadiran pemilih. 2. Politik uang. 3. Kesadaran demokrasi. 4. Zero trust politic society. Berdasarkan hal urgen tersebut untuk bahan kajian dalam pertimbangan kebijakan penyelenggara pemilu di Kabupaten Wonogiri sehingga mengambil topik kajian yakni PARTISIPASI PEMILIH TERHADAP PEMILU DALAM KONSTALASI DEMOKRASI DI KABUPATEN WONOGIRI.

8 4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang menjadi landasan potensi kajian dapatlah dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah Hubungan Popularitas Calon Dengan Partisipasi Politik Dalam Pemilihan Umum di Kabupaten Wonogiri? 2. Bagaimanakah Tingkat Partisipasi Pemilih dalam Pelaksanaan Pemungutan Suara? C. Tujuan Penelitian 1. Mengkaji dan menganalisis Hubungan Popularitas Calon Dengan Partisipasi Politik Dalam Pemilihan Umum di Kabupaten Wonogiri. 2. Mengkaji dan menganalisis Tingkat Partisipasi Pemilih dalam Pelaksanaan Pemungutan Suara. D. Manfaat Penelitian 1. Mengidentifikasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan potensi masyarakat dalam manejemen pemilu menyangkut partisipasi pemilu. 2. Bahan rekomendasi kebijakan penyelenggaraan pemilu oleh KPUD Wonogiri. E. Metode Penelitian Metode adalah proses, prinsip-prinsip dan tata cara menyelesaikan satu proses penelitian atau kajian dan memecahkan suatu masalah, sedangkan

9 5 penelitian adalah pemeriksaan secara ilmiah, terukur dan dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis dengan tuntas terhadap suatu gejala untuk menambah pengetahuan manusia, maka metode penelitian dapat diartikan sebagai proses prinsip-prinsip dan tata cara untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam melakukan penelitian. 1. Metode Pendekatan Masalah Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka metode pendekatan masalah yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis empiris yaitu suatu penelitian di samping melihat aspek partisipasi masyarakat juga melihat pada penerapannya atau praktek di lapangan. 2. Spesifikasi Penelitian Spefisikasi penelitian yang digunakan deskriptif analisis yaitu menggambarkan pelaksanaan partisipasi pemilih terhadap pemilu dalam konstalasi demokrasi di Kabupaten Wonogiri yang kemudian dilakukan analisis pemecahan masalahnya yang timbul. 3. Sumber dan Jenis Data Penelitian Secara umum jenis data yang diperlukan dalam suatu penelitian hukum terarah pada penelitian data sekunder dan data primer (Hanitijo Sumitro, 1988:6). Penelitian ini menggunakan jenis sumber data primer yang didukung dengan data sekunder yaitu: data yang mendukung keterangan atau menunjang kelengkapan data primer dari perpustakaan dan koleksi pustaka pribadi penulis yang dilakukan studi pustaka atau literatur.

10 6 Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber dan jenis data sebagai berikut: a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sampel dan responden melalui wawancara (Hanitijo Sumitro, 1988:10), sedangkan penelitian kepustakaan hanya sebagai data pendukung. Data primer diperoleh dari penelitian lapangan dan narasumber (KPUD Partai Politik Tokoh Masyarakat). b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui kepustakaan dan dokumen (Sunggono, Bambang 1997:120). Penelitian kepustakaan bertujuan untuk mengkaji, meneliti dan menelusuri data-data sekunder mencakup bahan primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, sedangkan bahan sekunder yaitu yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum tersier yaitu bahan yang memberikan penjelasan terhadap badan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 4. Tehnik Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan sumber data, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh data yang diperlukan untuk selanjutnya dianalisis sesuai dengan yang diharapkan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

11 7 a. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sampel dan responden melalui wawancara (Hanitijo Sumitro, 1988:10) yaitu suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari responden pokok (Joko Subagyo, 2006:39). b. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dan atau berasal dari bahan kepustakaan. Data penunjang yang diperoleh mendukung data primer. 5. Tehnik Analisa Data Analisa data dilakukan secara Kualitatif Normatif yaitu analisa yang dipakai tanpa menggunakan angka maupun rumusan statiska dan matematika artinya dalam bentuk uraian, dimana hasil analisis akan dipaparkan secara deskriptif dengan harapan dapat menggambarkan partisipasi pemilih terhadap pemilu dalam konstalasi demokrasi di Kabupaten Wonogiri.

12 8 F. Alokasi Waktu No Keterangan Waktu 1. Persiapan proposal April Mei Diskusi variabel Mei Obserasi wawancara Mei Data primer dan sekunder Juni Analisa data Juni Penyusunan hasil pemilihan Juli Publikasi Agustus 2015

13 BAB II TINJAUAN TEORI Partisipasi oleh warga negara (Private Citizen) bertujuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan, sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau ilegal, efektif atau tidak efektif (Samuel P. Huntington dan Joan Nelson, 1977: 3). Partisipasi warga negara yang legal bertujuan untuk mempengaruhi seleksi pejabat-pejabat negara dan/ atau tindakantindakan yang diambil mereka (Norman H. Nie dan Sidney Verba, 1975: 1). Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam demokrasi karena keputusan politik diambil oleh pemerintah akan menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga masyarakat. Karena itu masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik. Untuk tidak dilanggarnya hak-hak sebagai warga negara dalam setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Di Indonesia, berpartisipasi politik dijamin oleh negara, tercantum dalam UUD 1945 Pasal 28 yang berbunyi Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undangundang. Dan diatur secara jelas dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai hak berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama di hadapan hukum dan pemerintahan, hak mendapatkan keadilan. Seperti partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Umum, ini merupakan salah satu contoh partisipasi 9

14 10 politik di Indonesia, yang mencerminkan nilai kebebasan, di mana masyarakat diberi kebebasan penuh untuk memilih, mendukung calon yang diinginkan. Dalam pemilihan umum menurut Downs orang memilih calon atau partai apabila calon atau partai tersebut dipandang dapat membantu pemilih memenuhi kepentingan dasarnya yakni kehidupan ekonomi. Cukup dengan mempersepsikan keadaan ekonomi dirinya (egosentrik) di bawah sebuah pemerntahan (partai atau calon) tertentu sekarang ini dibanding sebelumnya (retrospektif), dan yang akan datang dibanding sekarang (retroospektif), dan yang akan datang dibanding sekarang (prospektif), dan evaluasi umum seorang pemilih atas keadaan ekonomi nasional (sosiotropik) di bawah pemerintahan sekarang dibanding tahun sebelumnya (retrospektif), dan keadaan ekonomi nasional di bawah pemerintahan sekarang di banding tahun-tahun yang akan datang (prospektif). Memahami permasalahan partisipasi politik dengan melihatnya dari pandangan teori pilihan rasional, maka peneliti merasa perlu untuk menambahkan pula teori pilihan rasional Friedmen dan Hechter. Teori ini akan melengkapi teori sebelumnya dengan menjelaskan adanya pengaruh lembaga sosial dalam pilihan rasional. friedmen dan Hechter dalam teori yang disebutnya model kerangka teori pilihan rasional memusatkan perhatian pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya mencapai tujuan itu. Teori ini memperhatikan dua hal yang mempengaruhi tindakan aktor. Pertama, keterbatasan sumber. Masing-masing aktor memiliki sumber yang berbeda maupun akses yang berbeda terhadpa sumber tersebut. Dalam kelangkaan

15 11 sumber daya terdapat gagasan mengenai biaya kesempatan. Dalam mencapai suatu tujuan, aktor harus memperhatikan biaya yang harus dikeluarkan untuk tindakan yang terpenting. Aktor dapat memilih tindakan untuk tidak mengejar tujuan paling bernilai jika sumber daya yang dimilikinya diperhitungkan tidak mencapai hal tersebut. Kedua, lembaga sosial. Hambatan kelembagaan menyediakan baik sanksi positif maupun sanksi negatif yang membantu mendorong aktor untuk melakukan tindakan tertentu dan menghindarkan tindakan yang lain. Sebagai penyelenggara Pemilu KPUD memiliki peran utama meningkatkan partisipasi politik masyarakat khususnya dalam hal menggunakan hak pilihnya. Hal tersebut termuat dalam UU Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Pasal 10 menyebutkan bahwa : Salah satu tugas dan wewenang KPU Kabupaten/ Kota adalah menyelenggarakan sosialisasi dan penyelenggaraan Pemilu atau yang berkaitan dengan tugas dan wewenang KPU Kabupaten/ Kota kepada masyarakat. KPUD meningkatkan partisipasi politik masyarakat melalui cara sosialisasi dan pendidikan politik masyarakat. Cara tersebut dilakukan melalui tiga tahapan yakni melalui komunikasi tatap muka, komunikasi melalui media, dan melalui movilisasi sosial. Partai politik dalam UU Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik pada Pasal 10 disebutkan : Tujuan khusus partai politik adalah meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintahan. Selanjutnya dalam pasal 11 dijelaskan Partai politik berfungsi sebagai sarana pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat

16 12 luas agar menjadi warga Negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sosialisasi dan pendidikan politik oleh Partai Politik sedikitnya dilakukan dalam tiga hal, yakni : melalui sosialisasi para kader, pendidikan politik, dan melalui optimalisasi organisasi sayap partai. Money politic (politik uang) merupakan uang maupun barang yang diberikan untuk menyogok atau memengaruhi keputusan masyarakat agar memilih partai atau perorangan tersebut dalam pemilu, padalah praktek money politic merupakan praktek yang sangat bertentangan dengan nilai demokrasi. Lemahnya Undang-undang dalam memberikan sanksi tegas terhadap pelaku money politic membuat praktek money politic ini menjamur luas di masyarakat. Maraknya praktek money politic ini disebabkan pula karena lemahnya Undang-undang dalam mengantisipasi terjadinya praktek tersebut. Padahal praktek money politic ini telah hadir dari zaman orde baru tetapi sampai saat ini masih banyak hambatan untuk menciptakan sistem pemilu yang benar-benar anti money politic. Praktek money politic ini sungguh misterius karena sulitnya mencari data untuk membuktikan sumber praktek tersebut, namun ironisnya praktek money politic ini sudah menjadi kebiasaan dan rahasia umum di masyarakat. Real-nya sistem demokrasi pemilu di Indonesia masih harus banyak perbaikan, jauh berbeda dibandingkan sistem pemilu demokrasi di Amerika yang sudah matang. Hambatan terbesar dalam pelaksanaan pemilu dmeokrasi di Indonesia yaitu masih tertanamnya budaya paternalistik di kalangan elit politik. Elit-elit

17 13 politik tersebut menggunakan kekuasaan dan uang untuk melakukan pembodohan dan kebohongan terhadap masyarakat dalam mencapai kemenangan politik. Dewasanya, saat ini banyak muncul kasus-kasus masalah Pilkada yang diputuskan melalui lembaga peradilan Mahkamah Konstitusi (MK) karena pelanggaran nilai demokrasi dan tujuan Pilkada langsung. Hal itu membuktikan betapa terpuruknya sistem pemilu di Indonesia yang memerlukan penanganan yang lebih serius. Masyarakat yang kondisi ekonominya sulit dan pengetahuan politiknya masih awam akan menjadi sasaran empuk para pelaku praktek money politic. Pelaku praktek money politic ini tentu mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dalam menjalankan prakteknya tersebut, sehingga setelah dia menerima kekuasaan maka terjadi penyelewenangan kekuasaan seperti eksploitasi anggaran belanja, kapitalisasi kebijakan, dan eksploitasi sumber daya yang ada sebagai timbal balik atas biaya besar pada saat pelaku money politic itu melakukan kampanye. Perlunya penafsiran ulang mengenai keputusan Mahkamah Konstitusi dalam menyelesaikan masalah-masalah di pemilu yang terkadang menyalahi aturan UU yang berlaku. Calon-calon dalam pemilu pasti melakukan kampanye, kampanye ini memerlukan dana yang tidak sedikit. Banyak pihak-pihak yang membantu pendanaan dalam melakukan kampanya suatu partai atau perorangan, namun hal ini terkadang bisa disebut suatu penyuapan politik. Pihak-pihak yang memberikan pendanaan biasanya mengharapkan imbalan setelah partai atau perorangan tersebut terpilih dan memegang kekuasaan. Misalnya, anggota legislatif yang terpilih tersebut membuat peraturan Undangundang yang memihak pada pihak-pihak tertentu khususnya pihak yang mendanai

18 14 partai atau perorangan dalam kampanye tersebut. Dalam pemilu banyak aksi money politic yang dapat memengaruhi hasil pemilu karena aturan yang tidak tegas bahkan petinggi negara seperti badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif beberapa di antaranya bisa disuap sehingga petinggi negara yang memiliki kekuasaan tersebut dengan mudah dapat menetapkan kebijakan-kebijakan atau melakukan kecurangan yang menguntungkan pihak yang memiliki banyak uang tersebut. Kita sebagai masyarakat harus ikut berpartisipasi untuk mengkaji keputusan Mahkamah Konstitusi dalam menyelesaikan kasus-kasus pemilu agar tidak menyimpang dari peraturan hukum yang berlaku. Calon-calon pada pemilu juga harus komitmen untuk benar-benar tidak melakukan praktek money politic dan apabila terbukti melakukan maka seharusnya didiskualifikasi saja. Bentuk Undang-undang yang kuat untuk mengantisipasi terjadinya money politic dengan penanganan serius untuk memperbaiki bangsa ini, misalnya membentuk badan khusus independen untuk mengawasi calon-calon pemilu agar menaati peraturan terutama untuk tidak melakukan money politic. Sebaiknya secara transparan dikemukakan kepada publik sumber pendanaan kampanya oleh pihak-pihak yang mendanai tersebut. Transparan pula mengungkapkan tujuan mengapa mendanai suatu partai atau perorangan, lalu sebaiknya dibatasi oleh hukum mengenai biaya kampanye agar tidak berlebihan mengeluarkan biaya sehingga terhindar dari tindak pencairan pendanaan yang melanggar Undangundang. Misalnya, anggota legislatif yang terpilih tersebut membuat peraturan

19 15 Undang-undang yang memihak pada pihak-pihak tertentu khususnya pihak yang mendanai partai atau perorangan dalam kampanye tersebut. Meningkatkan kesadaran masyarakat merupakan indikator penting untuk memudarkan berkembangnya praktek money politic karena sebagian besar masyarakat hanya memikirkan keuntungan sendiri tanpa efek yang timbul di masa depan. Praktek money politic dapat menghancurkan masa depan negara ini karena praktek money politic ini akan cukup menguras keuangan suatu partai atau perorangan yang mencalonkan diri pada pemilu sehingga setelah terpilih di pemilu akan memicu niat untuk tindak korupsi. Para pelaku praktek money politic ini memanfaatkan situasi perekonomian rakyat yang semakin sulit sehingga masyarakat jangan mudah tergiur dengan keuntungan yang diterima sementara ini. Calon pemimpin yang melakukan money politic tentu tidak berlaku jujur sehingga sebagai masyarakat yang cerdas jangan mau dipimpin oleh seseorang yang budi pekertinya tidak baik. Sadarilah apabila kita salah memilih pemimpin akan berakibat fatal karena dapat menyengsarakan rakyatnya. Sebaiknya pemerintah mengadakan sosialisasi pemilu yang bersih dan bebas money politic kepada masyarakat luas agar tingkat partisipasi masyarakat dalam demokrasi secara langsung meningkat. Perlu keseriusan dalam penyuluhan pendidikan politik kepada masyarakat dengan penanaman nilai yang aman, damai, jujur, dan kondusif dalam memilih.

20 BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISA A. Hubungan Popularitas Calon Dengan Partisipasi Politik Dalam Pemilihan Umum di Kabupaten Wonogiri Pelaksanan Pemilu memerlukan partisipasi masyarakat dalam memberikan hak suaranya, hal ini menjadi modal pokok menentukan secara kuantitas bahwa keberhasilan Pemilu memerlukan dukungan secara langsung terhadap masyarakat dalam memberikan hak politik dengan memfasilitasi pilihan mana yang harus ditentukan sehingga kelangsungan demokrasi dalam daulat rakyat secara langsung berlangsung bebas, rahasia, dan dapat dijaga kualitasnya. Analisis terhadap pemahaman pengenalan calon, kondisi sosial politik, dan partisipasi politik dalam pelaksanaan pemilihan pemilu dimulai dengan analisis tabel silang pada masing-masing komponen variabel popularitas calon, yaitu tingkat pengetahuan terhadap calon, kapan saat mengenal calon dan siapa calon yang paling dikenal. Analisis ini dilanjutkan dengan analisis korelasi produk momen terhadap variabel popularitas calon dan partisipasi politik dalam pelaksanaan pemilihan pemilu untuk melihat adanya kekuatan hubungan serta signifikan tidaknya hubungan tersebut. Tahap-tahap analisis ini juga dilakukan terhadap variabel independen yang lain, yakni diawali dengan tabel silang, dilanjutkan dengan analisis korelasi produk prosentase. 16

21 17 1. Hubungan antara pentingnya pengenalan calon dan partisipasi politik dalam pelaksanaan pemilihan / pemilu Tingkat pengenalan/pengetahuan masyarakat terhadap calon menyiratkan bahwa makin kenal/tahu tentang calon maka akan berbeda partisipasinya dengan yang tidak kenal/tidak tahu tentang calon. Perbedaan tingkat pengetahuan/pengenalan terhadap calon dalam penelitian ini diduga mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Dari jawaban responden diketahui bahwa ada pentingnya mengetahui terhadap calon sebanyak 87 orang (87%) mengenal calon, 13 orang (13%) tidak mengenal calon. Pada tabel berikut ini akan dilihat apakah ada hubungan positif antara pentingnya pengenalan terhadap calon dengan partisipasi dalam pelaksanaan pemilihan di Kabupaten Wonogiri. Tabel 1 Pengenalan/pengetahuan terhadap calon dan partisipasi politik dalam pelaksanaan pemilu di Wonogiri Pengenalan Partisipasi Tidak kenal 13% Mengenal 87% Total 100% Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa mereka yang kenal calon lebih mendorong berpartisipasi (87%) dibanding yang tidak kenal calon (13%) Mereka yang partisipasinya tinggi cenderung berasal dari responden yang mengenal calon sebaliknya yang partisipasinya rendah cenderung berasal

22 18 dari responden yang tidak kenal calon. Dengan demikian pada penelitian ini terdapat hubungan positif antara pengenalan terhadap calon dan partisipasi politik dalam pelaksanaan pemilihan pemilu. 2. Hubungan antara waktu pengenalan terhadap calon dan partisipasi politik dalam pemilihan / pemilu Masih berkaitan dengan pengenalan terhadap calon, waktu pengenalan terhadap calon diduga mempunyai pengaruh terhadap partisipasi politik dalam pemilu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 Pemahaman Pengenalan Calon 1. Saat pendaftaran calon 78% 22% 2. Saat penetapan calon 78% 22% 3. Saat sebelum kampanye 80% 20% 4. Saat setelah kampanye 89% 11% Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa responden yang mengenal calon saat pendaftaran calon (78%), saat penetapan calon (78%), saat sebelum kampanye (80%) dan saat setelah masa kampanye lebih berpartisipasi (89%). Mereka yang partisipasinya tinggi cenderung berasal dari responden yang mengenal calon setelah masa kampanye sebaliknya yang partisipasinya rendah cenderung berasal dari responden yang mengenal calon pada saat pendaftaran calon. Dengan demikian dalam penelitian ini

23 19 terdapat hubungan positif antara waktu pengenalan terhadap calon dan partisipasi politik dalam pemilihan / pemilu. Kesimpulan dari analisis di atas adalah bahwa (1) ada hubungan positif antara pengenalan terhadap calon dan partisipasi politik dalam pemilihan pemilu, (2) ada hubungan positif antara waktu pengenalan terhadap calon dan partisipasi politik dalam pemilihan / pemilu. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan antara popularitas calon dan partisipasi politik dalam pemilu. Sedangkan prosentase meningkat ketika setelah tahapan kampanye. Dengan demikian masyarakat cenderung menentukan partisipasi dalam Pemilu setelah kampanye. Hal ini dapat dilihat bahwa calon telah memberikan gambaran mengenai visi, misi, program kerja terhadap kompetensinya. Berdasarkan hasil analisis statistik diatas, maka semakin dekat saat pencoblosan menentukan prosentase tinggi dalam partisipasi warga masyarakat untuk memberikan suaranya setelah memahami betul terhadap kondisi calon yang dapat dinilai kelayakannya setelah kampanye. Hal ini memerlukan kecermatan untuk melakukan proses penilaian terhadap calon. Ada pengaruh yang signifikan antara popularitas calon dan partisipasi politik dalam pemilihan pemilu diterima. Kedekatan masyarakat terhadap calon maupun pengetahuan masyarakat terhadap calon juga mampu meningkatkan motivasi masyarakat untuk berperan serta secara aktif dalam pemilihan / pemilu. Masyarakat lebih optimis

24 20 terhadap pilihan mereka jika calon yang dipilih adalah tokoh yang mereka pahami/mereka kenal setelah tahapan kampanye. Hal ini dipengaruhi oleh kecermatan untuk menentukan pilihan terhadap sosok calon yang akan diberikan hak suaranya pada saat pemilihan suara. 3. Hubungan Kondisi Sosial Politik dan Partisipasi Politik Dalam Pemilihan / Pemilu Hasil penelitian menunjukkan responden yang terlibat dalam kegiatan kampanye sebagai simpatisan memiliki persentase sebesar 17% terlibat pada politik atau calon. pemilu Peran dalam kampanye dan partisipasi politik dalam pemilihan / Tabel 3 Partisipasi Politik dalam Pemilu Peran dalam Total kampanye Tidak terlibat 62% Simpatisan 18% Pelaksana parpol 17% Tidak menjawab 3% Total 100% Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa responden yang tidak terlibat (62%), simpatisan (18%), pelaksana parpol (17%), dan tidak menjawab (3%). Analisis terhadap hubungan masyarakat yang terlibat secara langsung hanya 17% terhadap partai politik, yang perbandingannya

25 21 sama dengan simpatisan 18%, namun ternyata yang tidak signifikan/ berhubungan terhadap calon berprosentase tinggi yakni 62% justru tidak terlibat baik dengan calon maupun partai politik mengusung calon sehingga masyarakat dalam memberikan suaranya hanya berdasar pada penetapan pilihan masing-masing yang tidak secara langsung berkaitan dengan partai politik. B. Tingkat Partisipasi Pemilih dalam Pelaksanaan Pemungutan Suara 1. Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah 2010 Dalam Pemilihan Umum Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2010 jumlah pemilih yang terdaftar dalam pemilih tetap di Kabupaten Wonogiri sebanyak orang DPT yang terdiri dari pemilih Laki-laki sebanyak pemilih dan pemilih berjenis kelamin perempuan sebanyak pemilih. Selanjutnya jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih adalah sebagai berikut : Tabel 4 Jumlah DPT pada Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2010 PEMILIH (DPT) NAMA NO KECAMATAN DESA/KEL TPS LAKI- PEREMPUAN LAKI Pracimantoro ,531 28,685 56,216 2 Giritontro ,496 10,134 19,630 3 Giriwoyo ,416 18,912 37,328 4 Batuwarno ,076 8,315 16,391

26 22 PEMILIH (DPT) NAMA NO KECAMATAN DESA/KEL TPS LAKI- PEREMPUAN LAKI Tirtomoyo ,488 23,930 48,418 6 Nguntoronadi ,340 11,293 22,633 7 Baturetno ,736 20,391 40,127 8 Eromoko ,720 21,153 41,873 9 Wuryantoro ,102 12,835 24, Manyaran ,457 16,981 33, Selogiri ,444 22,230 44, Wonogiri ,188 35,407 70, Ngadirojo ,497 25,229 50, Sidoharjo ,200 19,044 38, Jatiroto ,665 17,915 35, Kismantoro ,002 15,984 31, Purwantoro ,707 23,908 47, Bulukerto ,368 14,560 28, Slogohimo ,391 22,225 44, Jatisrono ,637 27,243 54, Jatipurno ,422 16,090 32, Girimarto ,846 20,451 41, Karangtengah ,302 9,405 18, Paranggupito ,781 8,435 16, Puhpelem ,497 9,114 17, , , , ,178

27 23 Dari jumlah tersebut di atas jika dibandingkan dengan jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih di dalam pelaksanaan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tahun 2010 yang jumlahnya sebagai berikut : Tabel 5 Yang Menggunakan Hak Pilih NAMA KECAMATAN DESA/ KEL TPS PEMILIH YANG MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- PEREMPU % LAKI AN Pracimantoro ,104 20,260 38, % 2 Giritontro ,108 6,930 13, % 3 Giriwoyo ,304 12,526 23, % 4 Batuwarno ,741 5,910 11, % 5 Tirtomoyo ,699 16,788 33, % 6 Nguntoronadi ,350 7,670 15, % 7 Baturetno ,436 14,467 27, % 8 Eromoko ,376 14,316 27, % 9 Wuryantoro ,747 8,669 16, % 10 Manyaran ,821 10,938 20, % 11 Selogiri ,653 12,974 24, % 12 Wonogiri ,327 23,427 44, % 13 Ngadirojo ,900 18,345 35, % 14 Sidoharjo ,562 13,317 25, % 15 Jatiroto ,420 12,829 25, % 16 Kismantoro ,345 10,426 20, % 17 Purwantoro ,762 15,253 30, % 18 Bulukerto ,532 9,365 17, %

28 24 NAMA KECAMATAN DESA/ KEL TPS PEMILIH YANG MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- PEREMPU % LAKI AN Slogohimo ,129 15,309 30, % 20 Jatisrono ,883 18,420 36, % 21 Jatipurno ,768 10,483 20, % 22 Girimarto ,774 13,451 25, % 23 Karangtengah ,059 6,791 13, % 24 Paranggupito ,408 6,098 11, % 25 Puhpelem ,421 4,830 9, % 294 2, , , , % Dari tabel tersebut di atas yang menggunakan hak pilih diatas rata-rata 70% hanya di Kecamatan Batuwarno, Jatiroto, Karangtengah, Paranggupito. Adapun 21 Kecamatan yang lainnya dari sejumlah 25 kecamatan tersebut di atas menggunakan partisipasi hak pilih di bawah 70%. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi dari sebagian besar wilayah Kecamatan di Kabupaten Wonogiri sejumlah 21 kecamatan berpartisipasi di bawah rata-rata dengan asumsi 75% dan apabila dianalisa secara potensi partisipasi sangat tinggi tidak signifikan karena tidak ada yang di atas asumsi 80%. Selanjutnya warga masyarakat yang tidak berpartisipasi atau tidak menggunakan hak pilih adalah sebagai berikut :

29 25 Tabel 6 Yang Tidak Menggunakan Hak Pilih NAMA KECAMATAN DESA/ KEL TPS PEMLIH YANG TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Pracimantoro ,427 8,425 17, % 2 Giritontro ,388 3,204 6, % 3 Giriwoyo ,112 6,386 13, % 4 Batuwarno ,335 2,405 4, % 5 Tirtomoyo ,789 7,142 14, % 6 Nguntoronadi ,990 3,623 7, % 7 Baturetno ,300 5,924 12, % 8 Eromoko ,344 6,837 14, % 9 Wuryantoro ,355 4,166 8, % 10 Manyaran ,636 6,043 12, % 11 Selogiri ,791 9,256 20, % 12 Wonogiri ,861 11,980 25, % 13 Ngadirojo ,597 6,884 15, % 14 Sidoharjo ,638 5,727 12, % 15 Jatiroto ,245 5,086 10, % 16 Kismantoro ,657 5,558 11, % 17 Purwantoro ,945 8,655 17, % 18 Bulukerto ,836 5,195 11, % 19 Slogohimo ,262 6,916 14, % 20 Jatisrono ,754 8,823 18, % 21 Jatipurno ,654 5,607 12, %

30 26 NAMA KECAMATAN DESA/ KEL TPS PEMLIH YANG TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Girimarto ,072 7,000 16, % 23 Karangtengah ,243 2,614 4, % 24 Paranggupito ,373 2,337 4, % 25 Puhpelem ,076 4,284 8, % 294 2, , , , % Dari tabel tersebut di atas dapatlah dijelaskan bahwa jumlah prosentase yang tidak berpartisipasi untuk menggunakan hak pilih pada saat pencoblosan atau pemberian suara adalah 34.50% sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah penggunaan hak pilih atau hak politik rakyat dalam pelaksanaan demokrasi pemilihan Bupati dan Wakil Bupati di daerah masih sangat tinggi yakni lebih dari 1/3 jumlah DPT yang tidak berpartisipasi atau menggunakan hak pilihnya. Hal ini dapat dianalisa bahwa korelasi antara yang tidak menggunakan hak pilih dengan yang menggunakan hak pilih kira-kira dengan asumsi 1:2. 2. Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2013 Pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2013 di Kabupaten Wonogiri, pemilih yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap yaitu orang yang terdiri dari laki-laki orang dan pemilih perempuan sebanyak orang. Selanjutnya didalam pelaksanaan

31 27 pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur yang menggunakan hak pilih pada saat pencoblosan yakni sebagai berikut : Tabel 7 Penggunaan Hak Pilih NAMA KECAMATAN DESA/ KEL TPS PEMILIH YANG MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Pracimantoro ,384 18,896 34, % 2 Giritontro ,214 6,415 11, % 3 Giriwoyo ,274 11,564 20, % 4 Batuwarno ,593 5,536 10, % 5 Tirtomoyo ,587 15,348 27, % 6 Nguntoronadi ,208 7,317 13, % 7 Baturetno ,616 13,714 25, % 8 Eromoko ,459 13,380 24, % 9 Wuryantoro ,699 8,209 14, % 10 Manyaran ,856 10,296 19, % 11 Selogiri ,421 11,517 21, % 12 Wonogiri ,857 22,522 42, % 13 Ngadirojo ,849 17,123 31, % 14 Sidoharjo ,275 11,884 21, % 15 Jatiroto ,499 11,399 18, % 16 Kismantoro ,743 9,814 17, % 17 Purwantoro ,322 14,300 25, % 18 Bulukerto ,553 8,046 14, % 19 Slogohimo ,356 13,588 23, %

32 28 NAMA KECAMATAN DESA/ KEL TPS PEMILIH YANG MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Jatisrono ,328 16,761 29, % 21 Jatipurno ,369 9,163 16, % 22 Girimarto ,449 11,362 20, % 23 Karangtengah ,154 6,658 12, % 24 Paranggupito ,292 5,390 9, % 25 Puhpelem ,993 5,296 9, % 294 2, , , , % Dari tabel tersebut di atas dapatlah dijelaskan bahwa masyarakat yang berpartisipasi dalam menggunakan hak pilih dalam pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Kab. Wonogiri Tahun 2013 sejumlah 56.40% dari wilayah kecamatan yang berpartisipasi dengan jumlah prosentase diatas rata-rata dengan asumsi 70% adalah nihil atau nol sehingga dapat dianalisa bahwa seluruh wilayah kecamatan sejumlah 25 kecamatan berada pada posisi dibawah rata-rata sehingga dapat dianalisis bahwa partisipasi penggunaan suara pada saat pencoblosan atau pemberian suara dapat dikatakan rendah karena hanya dibawah rata-rata yakni hampir 1:1 antara jumlah DPT dan yang berpartisipasi sehingga analisa secara kalkulasi politik didalam pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur kurang mendukung terhadap pelaksanaan pesta demokrasi tersebut.

33 29 Untuk mengetahui jumlah yang tidak menggunakan hak pilih didalam pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Kab. Wonogiri Tahun 2013 adalah sebagai berikut : Tabel 8 Yang Tidak Menggunakan Hak Pilih NAMA KECAMATAN DESA/KEL TPS PEMLIH YANG TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Pracimantoro ,517 10,152 22, % 2 Giritontro ,045 3,473 7, % 3 Giriwoyo ,242 7,482 16, % 4 Batuwarno ,617 2,954 6, % 5 Tirtomoyo ,653 8,441 20, % 6 Nguntoronadi ,020 3,998 9, % 7 Baturetno ,039 7,344 16, % 8 Eromoko ,254 6,896 15, % 9 Wuryantoro ,777 4,102 8, % 10 Manyaran ,736 6,911 14, % 11 Selogiri ,170 11,009 23, % 12 Wonogiri ,953 12,797 27, % 13 Ngadirojo ,679 8,283 18, % 14 Sidoharjo ,975 7,284 17, % 15 Jatiroto ,272 6,490 16, % 16 Kismantoro ,506 6,378 14, % 17 Purwantoro ,874 9,936 22, %

34 30 NAMA KECAMATAN DESA/KEL TPS PEMLIH YANG TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Bulukerto ,058 6,722 14, % 19 Slogohimo ,438 9,090 21, % 20 Jatisrono ,613 10,732 26, % 21 Jatipurno ,549 7,506 17, % 22 Girimarto ,274 9,001 20, % 23 Karangtengah ,641 3,187 6, % 24 Paranggupito ,573 3,093 6, % 25 Puhpelem ,566 3,751 8, % 294 2, , , , % Dari tabel tersebut di atas yang tidak berpartisipasi didalam pelaksanaan pemungutan suara pemilihan umum Gubernur dan Wakil Gubernur Kab. Wonogiri Tahun 2013 sangat tinggi karena hampir separo dari jumlah Daftar Pemilih Tetap tidak menggunakan hak pilih dengan kalkulasi kuantitas sejumlah 43.60%. 3. Pemilihan Legislatif Tahun 2014 Jumlah daftar pemilih yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap yaitu orang, yang terdiri dari pemilih laki-laki sebanyak pemilih dan perempuan sebanyak pemilih.

35 31 Selanjutnya dari sejumlah daftar pemilih tetap tersebut di atas pada saat pencoblosan atau pemilihan suara dalam pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota Kabupaten Wonogiri Tahun 2014 pada tabel sebagai berikut : Tabel 9 Penggunaan Hak Pilih NAMA KECAMATAN DESA/ KEL TPS PEMILIH YANG MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Pracimantoro ,168 21,379 40, % 2 Giritontro ,148 7,035 13, % 3 Giriwoyo ,771 12,535 23, % 4 Batuwarno ,087 5,784 10, % 5 Tirtomoyo ,038 16,672 31, % 6 Nguntoronadi ,176 7,899 15, % 7 Baturetno ,527 14,921 28, % 8 Eromoko ,186 14,690 27, % 9 Wuryantoro ,854 8,931 16, % 10 Manyaran ,876 11,735 22, % 11 Selogiri ,064 12,833 24, % 12 Wonogiri ,428 25,250 48, % 13 Ngadirojo ,195 18,897 36, % 14 Sidoharjo ,436 13,180 24, % 15 Jatiroto ,469 12,145 21, % 16 Kismantoro ,347 11,427 21, %

36 32 NAMA KECAMATAN DESA/ KEL TPS PEMILIH YANG MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Purwantoro ,429 15,955 30, % 18 Bulukerto ,721 9,434 18, % 19 Slogohimo ,011 14,889 27, % 20 Jatisrono ,969 18,227 33, % 21 Jatipurno ,727 10,141 18, % 22 Girimarto ,187 13,373 25, % 23 Karangtengah ,004 7,298 14, % 24 Paranggupito ,535 6,298 11, % 25 Puhpelem ,913 6,521 12, % 294 2, , , , % Dari tabel penggunaan hak pilih pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota Kabupaten Wonogiri Tahun 2014 bahwa jumlah berpartisipasi 66.44% hal tersebut secara kalkulasi masih dibawah rata-rata. Selanjutnya partisipasi diatas rata-rata dengan asumsi 70% adalah Kecamatan Pracimantoro, Giritontro, Eromoko, Wuryantoro, Wonogiri, Ngadirojo, Karangtengah, Paranggupito, dan Puhpelem. Adapun jumlah partisipasi dibawah rata-rata 70% yakni 15 wilayah kecamatan dari sejumlah 25 kecamatan di Kabupaten Wonogiri sehingga dengan demikian dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat dalam menggunakan hak suaranya belum berpotensi sangat tinggi karena

37 33 dari seluruh kecamatan tersebut di atas tidak ada yang diatas 80% dan dapat dikatakan penggunaan partisipasi masyarakat didalam menggunakan hak suaranya masih dibawah rata-rata karena hanya 10 kecamatan, itu saja dibawah jumlah partisipasi rata-rata dengan asumsi dibawah 70%. Selanjutnya dapatlah diketahui bahwa jumlah pemilih yang tidak menggunakan hak pilih atau masyarakat yang tidak berpartisipasi didalam penggunaan hak politiknya pada pesta demokrasi pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota Kabupaten Wonogiri Tahun 2014 adalah sebagai berikut : Tabel 10 Pemilih Yang Tidak Menggunakan Hak Pilih NAMA KECAMATAN DESA/KEL TPS PEMLIH YANG TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Pracimantoro ,358 7,338 15, % 2 Giritontro ,922 2,690 5, % 3 Giriwoyo ,249 6,114 13, % 4 Batuwarno ,023 2,609 5, % 5 Tirtomoyo ,773 6,707 15, % 6 Nguntoronadi ,892 3,282 7, % 7 Baturetno ,615 5,710 12, % 8 Eromoko ,178 5,242 11, % 9 Wuryantoro ,326 3,031 6, % 10 Manyaran ,300 5,051 10, % 11 Selogiri ,940 9,103 19, %

38 34 NAMA KECAMATAN DESA/KEL TPS PEMLIH YANG TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Wonogiri ,759 9,379 20, % 13 Ngadirojo ,005 6,303 14, % 14 Sidoharjo ,486 5,678 13, % 15 Jatiroto ,150 5,583 13, % 16 Kismantoro ,697 4,570 10, % 17 Purwantoro ,375 7,780 17, % 18 Bulukerto ,745 5,154 10, % 19 Slogohimo ,391 7,392 16, % 20 Jatisrono ,425 8,885 21, % 21 Jatipurno ,861 6,228 14, % 22 Girimarto ,144 6,665 14, % 23 Karangtengah ,707 2,454 5, % 24 Paranggupito ,088 1,991 4, % 25 Puhpelem ,593 2,477 5, % 294 2, , , , % Dari tabel tersebut di atas dapatlah dijelaskan bahwa masyarakat yang tidak menggunakan atau tidak berpartisipasi sama sekali didalam pemberian suara adalah sejumlah 33.56%. dengan kalkulasi secara kuantitas politik dalam partisipasi pemilihan umum anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kab/Kota Kabupaten Wonogiri Tahun 2014 kira-kira 2:1 yakni : 66.44%. Dengan demikian jumlah yang tidak

39 35 berpartisipasi dapat dikatakan masih tinggi sehingga kesadaran masyarakat diasumsikan masih rendah. 4. Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2014 Dalam Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 jumlah pemilih yang terdaftar dalam pemilih tetap di Kabupaten Wonogiri sebanyak orang yang terdiri dari pemilih Laki-laki sebanyak pemilih dan pemilih berjenis kelamin perempuan sebanyak pemilih. Akan tetapi pada pemilihan umum ini setelah diumumkan keputusan oleh Mahkamah Konstitusi pemilih yang tidak terdaftar dalam daftar pemilih tetap dapat melakukan pemilihan. Sehingga jumlah DPT yang ada masih dinamis.adapun jumlah pemilih perkecamatan digambarkan dalam grafik sebagai berikut. Tabel 11 Rekapitulasi Pilpres Pilpres 2014 PEMILIH (DPT) NAMA NO DESA/ KECAMATAN TPS KEL LAKI- PEREMPUAN LAKI Pracimantoro ,662 28,825 56,487 2 Giritontro ,103 9,750 18,853 3 Giriwoyo ,996 18,628 36,624 4 Batuwarno ,116 8,394 16,510 5 Tirtomoyo ,836 23,454 47,290 6 Nguntoronadi ,106 11,208 22,314

40 36 PEMILIH (DPT) NAMA NO DESA/ KECAMATAN TPS KEL LAKI- PEREMPUAN LAKI Baturetno ,195 20,713 40,908 8 Eromoko ,399 19,962 39,361 9 Wuryantoro ,181 11,940 23, Manyaran ,099 16,748 32, Selogiri ,119 22,009 44, Wonogiri ,450 34,900 69, Ngadirojo ,242 25,248 50, Sidoharjo ,007 18,913 37, Jatiroto ,621 17,740 35, Kismantoro ,998 15,957 31, Purwantoro ,873 23,769 47, Bulukerto ,523 14,651 29, Slogohimo ,476 22,366 44, Jatisrono ,422 27,168 54, Jatipurno ,665 16,460 33, Girimarto ,309 20,017 40, Karangtengah ,809 9,838 19, Paranggupito ,640 8,300 15, Puhpelem ,525 9,015 17, , , , ,345

41 37 Dari 25 kecamatan yang terekapitulasi oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Wonogiri secara administrasi sejumlah pemilih tetap yang nantinya dapat melakukan proses pemberian hak suara pada pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. Namun untuk mengetahui sejauh mana partisipasi masyarakat di dalam pemberian suara barulah setelah dilakukan evaluasi terhadap jumlah pemilih yang menggunakan hak pilih. Selanjutnya untuk membandingkan dengan jumlah pemilih yang menggunakan suara dalam tabel tersebut di atas adalah : Tabel 12 Penggunaan Hak Pilih NAMA KECAMATAN DESA/KEL TPS PEMILIH YANG MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Pracimantoro ,177 21,465 40, % 2 Giritontro ,898 6,935 12, % 3 Giriwoyo ,558 12,398 22, % 4 Batuwarno ,054 5,810 10, % 5 Tirtomoyo ,700 16,827 31, % 6 Nguntoronadi ,066 7,974 15, % 7 Baturetno ,429 15,005 28, % 8 Eromoko ,994 14,630 27, % 9 Wuryantoro ,731 8,989 16, % 10 Manyaran ,560 11,707 22, % 11 Selogiri ,809 14,114 26, % 12 Wonogiri ,626 26,757 51, %

42 38 NAMA KECAMATAN DESA/KEL TPS PEMILIH YANG MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Ngadirojo ,156 19,275 36, % 14 Sidoharjo ,229 13,192 24, % 15 Jatiroto ,290 12,357 21, % 16 Kismantoro ,809 11,255 21, % 17 Purwantoro ,937 15,947 29, % 18 Bulukerto ,768 9,946 18, % 19 Slogohimo ,449 15,607 29, % 20 Jatisrono ,054 18,790 33, % 21 Jatipurno ,584 11,021 20, % 22 Girimarto ,851 14,200 27, % 23 Karangtengah ,061 7,317 14, % 24 Paranggupito ,193 6,107 11, % 25 Puhpelem ,406 6,314 11, % 294 2, , , , % Dari tabel di atas dapatlah disimpulkan bahwa Kecamatan yang partisipasinya diatas 70% adalah Paranggupito, Karangtengah, Ngadirojo, Wonogiri, Wuryantoro, Eromoko, dan Pracimantoro. Adapun Kecamatan Puhpelem, Girimarto, Jatipurno, Jatisrono, Slogohimo, Bulukerto, Purwantoro, Wismantoro, Jatiroto, Sidoharjo, Selogiri, Manyaran, Baturetno, Nguntoronadi, Tirtomoyo, Batuwarno, Giriwoyo dan Giritontro partisipasinya diantara 60% sampai dengan 69,99%. Dengan demikian

43 39 7:18 wilayah Kecamatan sehingga frekuensi partisipasi lebih banyak yang lebih rendah yakni 18 Kecamatan dari sejumlah 25 Kecamatan. Adapun hak menggunakan suara yang tidak dilaksanakan atau tidak menggunakan hak pilih adalah sebagai berikut : Tabel 13 Jumlah Pemilih yang tidak Menggunakan Hak Pilih NAMA KECAMATAN DESA/KEL TPS PEMLIH YANG TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Pracimantoro ,485 7,360 15, % 2 Giritontro ,205 2,815 6, % 3 Giriwoyo ,438 6,230 13, % 4 Batuwarno ,062 2,584 5, % 5 Tirtomoyo ,136 6,627 15, % 6 Nguntoronadi ,040 3,234 7, % 7 Baturetno ,766 5,708 12, % 8 Eromoko ,405 5,332 11, % 9 Wuryantoro ,450 2,951 6, % 10 Manyaran ,539 5,041 10, % 11 Selogiri ,310 7,895 17, % 12 Wonogiri ,824 8,143 17, % 13 Ngadirojo ,086 5,973 14, % 14 Sidoharjo ,778 5,721 13, % 15 Jatiroto ,331 5,383 13, % 16 Kismantoro ,189 4,702 10, %

44 40 NAMA KECAMATAN DESA/KEL TPS PEMLIH YANG TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIH NO LAKI- LAKI PEREMPUAN % Purwantoro ,936 7,822 17, % 18 Bulukerto ,755 4,705 10, % 19 Slogohimo ,027 6,759 15, % 20 Jatisrono ,368 8,378 20, % 21 Jatipurno ,081 5,439 12, % 22 Girimarto ,458 5,817 13, % 23 Karangtengah ,748 2,521 5, % 24 Paranggupito ,447 2,193 4, % 25 Puhpelem ,119 2,701 5, % 294 2, , , , % Dari tabel tersebut di atas dapatlah dipahami bahwa partisipasi masyarakat sejumlah 67.01% dan yang tidak menggunakan hak pilih sejumlah 32.99% sehingga eksistensi partisipasi masyarakat di dalam Pilpres 2014 hanya dibawah kelayakan rata-rata dengan asumsi dibawah 70% sehingga dapat diambil analisa bahwa partisipasi masyarakat belum menunjukkan potensi yang diharapkan tinggi yakni dengan asumsi diatas 80%.

JUMLAH DIPINDAHKAN Laki - laki Jumlah pemilih dalam Salinan Daftar 1.

JUMLAH DIPINDAHKAN Laki - laki Jumlah pemilih dalam Salinan Daftar 1. SERTIFIKAT REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA PASANGAN CALON DALAM PEMILIHAN UMUM BUPATI DAN WAKIL BUPATI WOGIRI TAHUN 2010 DI KOMISI PEMILIHAN UMUM MODEL DB 1-PKWK : WOGIRI No PEMILIH, TPS, PPS, PPK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses dimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses dimensional yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses dimensional yang mencakup segala aspek dan kebijakan yang komprehensif baik ekonomi maupun non ekonomi. Dalam pembangunan

Lebih terperinci

REKAPITULASI JUMLAH PEMILIH, TPS DAN SURAT SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2008 TINGKAT KABUPATEN/KOTA

REKAPITULASI JUMLAH PEMILIH, TPS DAN SURAT SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 2008 TINGKAT KABUPATEN/KOTA LAMPIRAN 1 MODEL DB-1- KWK REKAPITULASI PEMILIH, TPS DAN SURAT SUARA PEMILIHAN UMUM GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA TENGAH TAHUN 008 TINGKAT KABUPATEN/KOTA KABUPATEN PROVINSI : WOGIRI : JAWA TENGAH PEMILIH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, kepala daerah,

Lebih terperinci

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta Abstrack Pilkada telah memiliki aturan pemilihan secara jelas, dan adanya pembatasan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang dilaksanakan secara langsung, yang merupakan salah satu bentuk Demokrasi. Bagi sebuah bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah pedesaan mengalir ke daerah perkotaan. Proses migrasi yang berlangsung dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah pedesaan mengalir ke daerah perkotaan. Proses migrasi yang berlangsung dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Fenomena migrasi sangat mewarnai di beberapa negara berkembang, termasuk di berbagai daerah di Indonesia, terutama dalam konteks, dimana banyak tenaga kerja yang berasal

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik Bab ini menjelaskan tentang: A. Ketahui Visi, Misi dan Program Peserta Pemilu. B. Kenali Riwayat Hidup Calon.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diberitakan kemungkinan bakal menjadi calon tunggal dalam pemilihan presiden tahun 2009. Kemungkinan calon tunggal dalam pilpres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara yang dianggap demokratis selalu mencantumkan kata kedaulatan rakyat didalam konstitusinya. Hal ini menunjukkan bahwa kedaulatan rakyat merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Media massa adalah istilah yang digunakan sampai sekarang untuk jenis media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada masyarakat secara luas.

Lebih terperinci

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG Oleh : Nurul Huda, SH Mhum Abstrak Pemilihan Kepala Daerah secara langsung, yang tidak lagi menjadi kewenangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partisipasi politik merupakan aspek penting dalam sebuah tatanan negara demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam hubungannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan BAB I I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 disebutkan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan

Lebih terperinci

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi Yuliani Paris, M.Sc. Nomor Anggota : A-183 FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI AMANAT NASIONAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Dibacakan oleh: Dr. Ir. Hj. Andi

Lebih terperinci

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman *

PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman * PASANGAN CALON TUNGGAL DALAM PILKADA, PERLUKAH DIATUR DALAM PERPPU? Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 10 September 2015; disetujui: 16 September 2015 Pasangan Calon Tunggal Dalam Pilkada Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat prinsipil. Karenanya dalam rangka pelaksanaan hak-hak asasi adalah suatu keharusan bagi pemerintah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Reformasi politik yang sudah berlangsung sejak berakhirnya pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto pada bulan Mei 1998, telah melahirkan perubahan besar

Lebih terperinci

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati, PANDANGAN FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR RI TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS RUU TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD, DPRD, DAN RUU TENTANG PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan Oleh : Pastor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil amandemen Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 telah membawa perubahan besar pada sistem ketatanegaraan Indonesia. Salah satu perubahan itu terkait dengan pengisian

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017 Presidential Threshold 20% I. PEMOHON 1. Mas Soeroso, SE. (selanjutnya disebut sebagai Pemohon I); 2. Wahyu Naga Pratala, SE. (selanjutnya disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan sistem pemilihan juga telah membawa perubahan hubungan tata Pemerintahan antar pusat dan daerah. Pendelegasian kekuasaan dari pusat ke daerah tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman segala sesuatu aktifitas kerja dilakukan secara efektif dan efisien serta dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem ini. Negara Hukum harus ditopang dengan sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. sistem ini. Negara Hukum harus ditopang dengan sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum yang menganut sistem demokrasi dalam pemerintahannya. Terdapat korelasi yang jelas antara Negara Hukum, yang bertumpu pada

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI WONOGIRI Jalan R.M. Said No. 12 Telp. (0273) Fax. (0273) W O N O G I R I

PENGADILAN NEGERI WONOGIRI Jalan R.M. Said No. 12 Telp. (0273) Fax. (0273) W O N O G I R I PENGADILAN NEGERI WONOGIRI Jalan R.M. Said No. 12 Telp. (0273) 321151 Fax. (0273) 321151 W O N O G I R I Menimbang Mengingat KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI WONOGIRI NOMOR : W12-U29/ 1156 /HK.00.8/XI/2015

Lebih terperinci

ADVOKASI HUKUM SENGKETA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN IDA BUDHIATI ANGGOTA KPU RI

ADVOKASI HUKUM SENGKETA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN IDA BUDHIATI ANGGOTA KPU RI ADVOKASI HUKUM SENGKETA PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN IDA BUDHIATI ANGGOTA KPU RI 2012-2017 KEPASTIAN HUKUM PILKADA UU NOMOR 8 TAHUN 2015 PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pasal 7 huruf r Putusan Mahkamah Konstitusi

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN

KPU Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Sumedang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara demokratis, Langsung Umum Bebas Rahasia, Jujur dan Adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan disebagianbesar negara di dunia termasuk Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia sejak reformasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum secara langsung oleh rakyat merupakan sarana perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan negara yang demokratis berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 PEMILIHAN UMUM R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008 Sub Pokok Bahasan Memahami Sistem Pemilu dalam Ketatanegaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan kepala daerah secara langsung (pilkada langsung) merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat sebagai bentuk konkret dari konsep demokrasi di wilayah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN I. UMUM 1. Dasar Pemikiran Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2017 tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM RAYA

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2017 tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM RAYA PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2017 tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang BAB IV Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang Tahapan Pilkada menurut Peraturan KPU No.13 Th 2010 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan

Lebih terperinci

Ir. Rahmadi Agus Santosa, M.Si

Ir. Rahmadi Agus Santosa, M.Si Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semenjak demokrasi menjadi atribut utama Negara modern, maka lembaga perwakilan merupakan mekanisme utama untuk merealisasi gagasan normatif bahwa pemerintahan

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM BAB 1 Pendahuluan SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peralihan kekuasaan dari rezim Orde Baru ke Orde Reformasi merubah tata pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan tuntutan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM DAN PENGGANTIAN CALON TERPILIH

Lebih terperinci

Memutuskan : Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA. BAB I KETENTUAN UMUM

Memutuskan : Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA. BAB I KETENTUAN UMUM PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA UNIVERSITAS COKROAMINOTO YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2017 Tentang PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia sejak dulu sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau bukan tingkat kenegaraan, masih tingkat desa yang disebut demokrasi desa. Contoh pelaksanaan

Lebih terperinci

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI

PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI PERILAKU MEMILIH MASYARAKAT KOTA PADANG PADA PEMILU KEPALA DAERAH SUMATERA BARAT TAHUN 2010 SKRIPSI Diajukan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Politik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses panjang sistem ketatanegaraan dan politik di Indonesia telah mengalami suatu pergeseran atau transformasi yang lebih demokratis ditandai dengan perkembangan

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013

TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 TINGKAT PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KOTA PADANG TAHUN 2013 Yuliantika 1, Nurharmi 1, Hendrizal 1 1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan

BAB I PEDAHULUAN. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat, atau jika ditinjau dari sudut organisasi berarti suatu pengorganisasian negara

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 Disampakain pada acara Jogja Campus Fair Keluarga Kudus Yogyakarta 28 JANUARI 2018 Oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik baik di pemerintah maupun di legislatif. Pelaksanaan pemilihan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014 Disampaikan pada acara Round Table Discussion (RTD) Lemhannas, Jakarta, Rabu 12 Oktober

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya masyarakat memegang peran utama dalam praktik pemilihan umum sebagai perwujudan sistem demokrasi. Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian hak demokrasi rakyat. Sesuai dengan ketentuan Pasal 43 ayat (1) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian hak demokrasi rakyat. Sesuai dengan ketentuan Pasal 43 ayat (1) Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (Pemilu) merupakan suatu lembaga yang berfungsi sebagai sarana penyampaian hak demokrasi rakyat. Sesuai dengan ketentuan Pasal 43 ayat (1) Undang- Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gerakan Reformasi tidak hanya memasang target rezim orde baru berakhir, tetapi juga bertujuan membangun Indonesia yang demokratis dan berkeadilan. Pemilu tidak saja

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan

BAB II DESKRIPSI LOKASI. demi terciptanya demokrasi Indonesia yang berkualitas berdasarkan Pancasila dan BAB II DESKRIPSI LOKASI A. Komisi Pemilihan Umum (KPU) 1. Visi Terwujudnya Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilihan Umum yang memiliki integritas, profesional, mandiri, transparan dan akuntabel,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih wakil wakil rakyat untuk duduk sebagai anggota legislatif di MPR, DPR, DPD dan DPRD. Wakil rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang menjunjung tinggi demokrasi, terbukti dengan diberikannya kebebasan kepada setiap warga negara untuk bebas menyatakan pendapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009 72 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pengawas pemilu adalah Panitia Pengawas dengan tingkatan yang berbeda yang melakukan pengawasan terhadap seluruh proses penyelenggaraan pemilu. Pengawas pemilu adalah lembaga

Lebih terperinci

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI ENI MISDAYANI, S.Ag, MM KPU KABUPATEN KUDUS 26 MEI 2014 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI. LAMPIRAN 1 DAFTAR RIWAYAT HIDUP CALON ANGGOTA TIM SELEKSI BAWASLU PROVINSI PROVINSI. 1. 2. *) 3. : 4. : 5. Agama : 6. : 7. Status Perkawinan : a. Belum /sudah/pernah kawin *) 8. : b. istri/suami *)......

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN

LAPORAN HASIL PENELITIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMETAAN PERSEPSI ATAS PENYELENGGARAAN SOSIALISASI KEPEMILUAN, PARTISIPASI DAN PERILAKU PEMILIH DI KABUPATEN BANGLI Kerjasama Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Bangli dan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memberikan jaminan secara konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang

Lebih terperinci

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DIAN KARTIKASARI, KOALISI PEREMPUAN INDONESIA DISKUSI MEDIA PUSKAPOL, PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM KPU DAN BAWASLU, JAKARTA,

Lebih terperinci

Budi Evantri Sianturi 1, Fifiana Wisnaeni 2. Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ABSTRAK

Budi Evantri Sianturi 1, Fifiana Wisnaeni 2. Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Diponegoro ABSTRAK PENGUATAN KELEMBAGAAN PANWAS PEMILIHAN DALAM MENYELESAIKAN PELANGGARAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH (STUDI KASUS PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI, PIDANA, DAN KODE ETIK PEMILIHAN WALIKOTA DAN WAKIL WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kedaulatan rakyat ini juga dicantumkan di dalam Pasal 1 butir (1) Undang-Undang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum untuk selanjutnya disebut Pemilu yang diselenggarakan secara langsung merupakan perwujudan kedaulatan rakyat. Pengakuan tentang kedaulatan

Lebih terperinci

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM

-3- MEMUTUSKAN : Menetapkan: PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM -2- e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum tentang Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS 2015 2019 Perencanaan merupakan sebuah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas

Lebih terperinci

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis Budiyono Bagian Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Email : budiyono.1974@fh.unila.ac.id Abstrak Pemilu dalam negara demokrasi Indonesia

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertandatangan dibawah ini : Nama Jabatan : KUSWANTO,

Lebih terperinci

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu

BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA. A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu 7 BAB II KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN LABUHAN BATU UTARA A. Sejarah Singkat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Labuhan Batu Utara Untuk melaksanakan tuntutan agenda reformasi Tahun 1998 di bidang politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR,

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2014 ini diselenggarakan Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif (DPR, DPRD, dan DPD) dan Gubernur Provinsi Lampung. Sedangkan di bulan Juli 2014, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bukti nyata bahwa Negara dengan sistem demokrasi yang baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bukti nyata bahwa Negara dengan sistem demokrasi yang baik itu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu bukti nyata bahwa Negara dengan sistem demokrasi yang baik itu ditentukan dari ada tidaknya perwujudan dan pelaksanaan daripada demokrasi tersebut, yakni

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 65/PUU-XIV/2016 Konstitusinalitas KPU Sebagai Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah Pada Rezim Pemilihan Kepala Daerah Bukan Pemilihan Umum I. PEMOHON 1. Muhammad Syukur

Lebih terperinci

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU

KODIFIKASI UNDANG-UNDANG PEMILU SEMINAR KODIFIKASI UNDANG-UNDANG NASKAH AKADEMIK RENCANGAN UNDANG-UNDANG JAKARTA, 18 MEI 2016 Anggota DPR, DPD, DPRD PERUBAHAN UUD 1945 Presiden dan Wakil Presiden PEMILIHAN Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PAMEKASAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN PAMEKASAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Jl Brawijaya No.34 Pamekasan Telp/Fax : (0324) 333192 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan menajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XI/2013 Parlementary Threshold, Presidential Threshold, Hak dan Kewenangan Partai Politik, serta Keberadaan Lembaga Fraksi di DPR I. PEMOHON Saurip Kadi II. III.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan 136 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pilkada di Indonesia

Lebih terperinci

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah)

PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah) PILPRES & PILKADA (Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah) R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 21 Mei 2008 Pokok

Lebih terperinci

BABAK PENYISIHAN JAWABAN SOAL WAJIB

BABAK PENYISIHAN JAWABAN SOAL WAJIB KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BOGOR PANITIA LOMBA CERDAS CERMAT KEPEMILUAN DAN DEMOKRASI TINGKAT PELAJAR SLTA SE-KOTA BOGOR TAHUN 2015 BABAK PENYISIHAN JAWABAN SOAL WAJIB KODE A 1. Singkatan dari apakah -

Lebih terperinci

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu

Penanganan Politik Uang oleh Bawaslu Melalui Sentra Gakkumdu Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUKUM KAJIAN SINGKAT TERHADAP ISU AKTUAL DAN

Lebih terperinci

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA

DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA DAFTAR PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TENTANG PENGUJIAN UU PEMILU DAN PILKADA NO NO. PUTUSAN TANGGAL ISI PUTUSAN 1 011-017/PUU-I/2003 LARANGAN MENJADI ANGGOTA DPR, DPD, DPRD PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik pasal 11 huruf a,b,c,d, dan e. Partai politik berfungsi sebagai, a) sarana

Lebih terperinci

PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara)

PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara) PERAN KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT 1 (Studi di Kabupaten Bolaang Monggondow Utara) Oleh : Gito Talibo 2, Dra. Marlien T. Lapian Msi 3, Maxi Egeten,

Lebih terperinci

BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016

BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016 BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016 NO. ISU STRATEGIS URAIAN PERMASALAHAN USULAN KPU 1. Penyelenggara - KPU dalam relasi dengan lembaga lain terkesan ditempatkan sebagai subordinat.

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) (KAK) SOSIALISASI UU PEMILU NO. 07 TAHUN 2017 DI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN ANGGARAN 2018 BADAN KESATUAN BANGSA, POLITIK DAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 2018

Lebih terperinci