Kegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, OLEH : AMELIA HAYATI, SSI.,MT. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi yang penting. Keberadaannya yang sebagian besar di daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO

II. KERANGKA KAJIAN. a Industri skala mikro / rumah tangga adalah suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja 1-4 orang.

BAB II TARGET DAN LUARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebagai Kota yang telah berusia 379 tahun, Tanjungbalai memiliki struktur

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya

BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran, juga akan membantu tercapainya pertumbuhan ekonomi yang. Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai keunggulan-keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Usaha mikro memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mengetahui strategi pemasaran seperti apa dan bagaimana. perusahaan-perusahaan yang memuaskan kebutuhan pelanggan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tuntutan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri merupakan bagian dari rangkaian pelaksanaan. pembangunan dalam melaksanakan ketetapan Garis-Garis Besar Haluan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I. Pendahuluan. Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UKM) mencerminkan

penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI MEMBANGUN KOPERASI DAN UMKM SEBAGAI PELAKU BISNIS DI PASAR GLOBAL Oleh Eko Yulianto Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kab.

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tersebut terdapat suatu tujuan yang sama yakni mengharapkan

I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap

INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN. Indonesia dan sembilan negara

STRATEGI PENGEMBANGAN UKM ATAU SENTRA INDUSTRI KRAWANG DI KABUPATEN GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sebelum tahun an, mata pencaharian pokok penduduk Kecamatan

terhadap PDRB Kota Bandung Kota Bandung APBD Pendukung Usaha bagi Usaha Mikro UMKM binaan Kecil Menengah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

disampaikan oleh: Dr. H. Asli Nuryadin Kepala BAPPEDA Kota Samarinda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Pada Era modern ini dunia wirausaha tidak hanya didominasi oleh lakilaki

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. definisi industri kecil tersebut antara lain: tanah dan bangunan tempat usaha. c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI)

PEMERINTAH DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR KABUPATEN BANDUNG BARAT JL. Desa NO : 11 DESA BATUJAJAR BARAT KECAMATAN BATUJAJAR

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MAKALAH PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM

BAB I PENDAHULUAN. menarik kunjungan wisatawan. Wisatawan yang datang berkunjung. negara dan masyarakat di lokasi obyek wisata.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PENGABDIAN bagi PELAKU USAHA. Di SEKITAR UNPAR

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kegiatan Ekonomi Lokal di Desa

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan industri kecil menengah sebagai salah satu

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

BAB III TINJAUAN TEORI. A. Defenisi Usaha Mikro kecil menengah (UMKM) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. UKM dianggap penyelamat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

STRATEGI PEMBERDAYAAN USAHA RUMAHAN BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KELUARGA

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 yang memberikan dampak sangat

ITGBM PELATIHAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN UMKM PENGRAJIN BORDIR DI KECAMATAN KAWALU KOTA TASIKMALA

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB I PENDAHULUAN. Pekerjaan merupakan suatu kebutuhan individu dalam memenuhi. perekonomiannya, bermacam-macam pekerjaan telah menjadi pilihan setiap

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

Kota Bandung 20 lokasi pengecer barang hasil tembakau

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. memegang peran penting di hampir semua negara berkembang. Berdasarkan data

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Transkripsi:

PEMBERDAYAAN KEKUATAN EKONOMI PEREMPUAN INDONESIA DI KABUPATEN GARUT MELALUI BATIK GARUTAN Makalah ini disajikan pada Kegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, Pusat Penelitian Peranan Wanita (P3W), Lembaga Penelitian - Universitas Padjadjaran Tanggal 12 Juni 2008 OLEH : AMELIA HAYATI, SSI.,MT. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN

PEMBERDAYAAN KEKUATAN EKONOMI PEREMPUAN INDONESIA DI KAB. GARUT MELALUI BATIK GARUTAN (P3W UNPAD, 12 Juni 2008) Amelia Hayati, SSi.,MT. Dosen Tetap Fakultas Ekonomi UNPAD Peneliti pada Pusat Penelitian Peranan Wanita (P3W) UNPAD

KONDISI PEREMPUAN INDONESIA 1 Di era globalisasi ini, perempuan Indonesia mempunyai peluang dan kesempatan yang sangat besar untuk berkembang. Peluang dan kesempatan itu ditunjang pula oleh kondisi perubahan pandangan tentang citra perempuan dan pengakuan oleh lingkungan sosial terhadap keberadaan perempuan di berbagai bidang kehidupan masyarakat. Hal tersebut di atas sejalan dan atau disertai pula dengan tuntutan pembangunan nasional yang memerlukan peran serta seluruh warga Negara Indonesia dalam berbagai bidang kegiatan pembangunan. Sebagai bagian integral dari warga Negara Indonesia, kaum perempuan juga dituntut untuk ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan nasional. ( 1 Dewi Motik Pramono, KIat Sukses Perempuan Pengusaha, dalam buku : Perempuan Indonesia, pemimpin masa depan?,cv. Tomassu, Jakarta,1991)

POTENSI KEWIRAUSAHAAN KABUPATEN GARUT Kabupaten Garut memiliki potensi yang cukup tinggi untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk berbagai jenis usaha, seperti Koperasi Simpan Pinjam, Kerajinan Rumah Tangga, Pakaian dan Konveksi, Makanan serta Ternak.

Jenis Kewirausahaan di Kab. Garut (di bawah binaan Dinas Koperasi, Pasar dan UKM) JENIS UMKM DI KAB. GARUT TAHUN 200 180 176 J U M L A H U M K M 160 140 120 100 80 60 40 20 80 140 36 5 Koperasi Simpan Pinjam Kerajinan Rumah Tangga Pakaian dan Konveksi Makanan Ternak 0 1 JENIS UMKM

Jumlah Unit Usaha, Tenaga Kerja, Investasi Dan Nilai Produksi Industri Barang Kulit, Tekstil Dan Aneka Industri Tahun 2005 di Kabupaten Garut KOMODITI JUMLAH Unit Usaha Tenaga Kerja Investasi Nilai Produksi (Unit) (Orang) (000 Rp) (000 Rp) Pakaian Jadi dari Tekstil 404 1,874 5,318,875 16,544,250 Kerajinan dari Kulit 429 1,662 1,928,200 45,953,476 Pakaian Jadi dari Kulit 342 2,132 1,729,000 52,246,000 Batik Tulis 3 32 30,000 388,000 Sutera Alam 2 164 160,000 5,904,000 Bulu Mata Palsu 1 2,600 3,000,000 11,232,000 JUMLAH 1,181 8,464 12,166,075 132,267,726 Sumber : Garut Dalam Angka, 2006, diolah.

PERKEMBANGAN UMKM DI KABUPATEN GARUT PERIODE TAHUN 2002-2006 NO URAIAN SATUAN TAHUN JUMLAH 2002 2003 2004 2005 2006 TOTAL 1 JUMLAH UKM UNIT 2,335 3,195 5,045 6,785 9,285 26,645 2 MODAL SENDIRI RP 179,898,594 202,562,107 236,588,545,002 248,603,505,000 266,846,269,375 752,420,780,078 3 MODAL LUAR RP 1,411,848 28,938,491 143,109,500 240,051,000 69,534,762,153 69,948,272,992 4 ASSET RP 181,310,442 231,500,598 291,501,409,675 302,603,441,000 632,857,665,444 1,227,375,327,159 5 VOLUME USAHA RP 282,123,806 374,462,580 520,380,639,300 542,907,119,000 632,857,775,444 1,696,802,120,130 6 TENAGA KERJA ORG 7,944 9,519 13,100 13,894 20,894 65,351 Sumber : Dinas Koperasi, Pasar dan UKM Kabupaten Garut, 2007, diolah.

KEWIRAUSAHAAN Menurut Prof. Yuyun Wirasasmita, MSc., dalam buku Analisis Ekonomi Jawa Barat, Penerbit UNPAD Press, Bandung, 2003. Kewirausahaan dan wirausaha merupakan faktor produksi aktif yang dapat menggerakkan dan memanfaatkan sumberdaya lainnya seperti sumberdaya alam, modal dan teknologi, sehingga dapat menciptakan kekayaan dan kemakmuran, yaitu melalui penciptaan lapangan kerja,penghasilan dan produk yang diperlukan masyarakat, karena itu pengembangan kewirausahaan merupakan suatu keharusan di dalam pembangunan.

KEWIRAUSAHAAN Menurut Dr.Nunuy Nur Afiah,dkk.,dalam buku Analisis Ekonomi Jawa Barat, Penerbit UNPAD Press, Bandung, 2003. Definisi UKM berdasarkan UU No. 1 Tahun 1995, usaha kecil menengah memiliki kriteria sebagai berikut : Kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 milyar Milik Warga Negara Indonesia (WNI) Berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusaan yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan besar Bentuk usaha orang per orang, badan usaha berbadan hokum atau tidak, termasuk koperasi. Untuk sektor industri, memiliki total asset maksimal Rp. 5 milyar Untuk sektor non industri memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 600 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp. 3 milyar pada usaha yang dibiayai.

KELEBIHAN UMKM UMKM pada kenyataannya mampu bertahan dan mengantisipasi kelesuan perekonomian yang disebabkan inflasi atau berbagai faktor penyebab lainnya. Tanpa subsidi maupun proteksi, UMKM mampu menambah devisa negara khususnya industri kecil di sektor nonformal dan mampu berperan sebagai penyangga dalam perekonomian masyarakat kecil lapisan bawah.

KELEMAHAN UMKM Kelemahan UMKM dan hambatannya terutama dalam pengelolaan usaha kecil umumnya berkaitan dengan faktor internal seperti, manajemen perusahaan, keterbatasan modal, pembagian kerja yang tidak proporsional serta strategi pemasaran yang kurang mampu bersaing. UMKM seringkali harus menghadapi mekanisme pasar yang tidak seimbang serta struktur pasar yang berlapis

Ratio of women to men who are business owners Country Bangladesh (1995-1996) Nepal (1991) Pakistan (2001-2002) Sri Lanka (1998) Maldives (2000) Ratio of Women to Men 0.25 0.57 0.33 0.32 0.24 Sources: Bangladesh Bureau of Statistics, 1996; Central Bureau of Statistics, Population Census of Nepal, 1991; Federal Bureau of Statistics, Pakistan, 2001-2002; 2002; Government of Sri Lanka, 1998; and Population and Housing Census, Maldives, 2000. Estimated from Sinha,, 2003 (UNESCAP)

Pemberdayaan Perempuan Indonesia Potensi Industri kecil Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2000 8 No. 1. 2. 3. 4. 5. Uraian Unit usaha Nilai investasi Nilai produksi Tenaga kerja Jumlah sentra Jumlah 19.510 unit Rp 146.882.779.000 Rp 2.642.078.720.000 234.756 orang (66% perempuan) 335 buah 8 Dikutip dari : www.tasikmalaya.go.id, di download tanggal 24 Desember 2007

KEKUATAN EKONOMI PEREMPUAN Perempuan lebih bertanggungjawab daripada lakilaki dalam menjalankan bisnis/usaha Perempuan juga pada saat memiliki kewirausahaan harus tetap mengerjakan pekerjaan rumah dan mengawasi anak-anak. Perempuan sebagai manajer lebih komprehensif dalam mengelola kewirausahaan Perempuan juga lebih cermat dalam melihat potensi pasar dan mengelola keuangan Perempuan lebih sabar dalam menghadapi tantangan dalam bisnis Mengembangkan kewirausahaan perempuan sangat berarti bagi pengembangan sumber daya manusia yang potensial

KELEMAHAN/KENDALA PADA KEWIRAUSAHAAN PEREMPUAN Kendala secara umum : Keterbatasan akses terhadap pemodalan Kekurangan SDM (Perempuan) yang terampil Keterbatasan infrastruktur dasar, seperti :jalan, komunikasi, listrik, dan air Keterbatasan kemampuan manajerial dan kecakapan teknis produksi untuk meningkatkan daya saing di pasaran Keterbatasan fasilitas terhadap informasi dan teknis pemasaran Keterbatasan kemampuan untuk menangkap peluang pasar Keterbatasan biaya untuk penelitian terhadap pengembangan teknologi untuk bahan hasil bumi Kelangkaan bahan baku Ketergantungan terhadap jasa perantara

KELEMAHAN/KENDALA PADA KEWIRAUSAHAAN PEREMPUAN Kendala secara pribadi : Mobilitas rendah Kurang Percaya Diri Rendahnya pendidikan Formal dan Informal yang mendukung kewirausahaan Pengaruh kultur lingkungan sosial dan keluarga Kemampuan mengorganisasi yang rendah

KEWIRAUSAHAAN BATIK GARUTAN Salah satu jenis usaha yang bisa mengangkat Kabupaten Garut ke tataran Nasional bahkan Internasional adalah Kewirausahaan Batik Garutan. Batik Garutan dapat menjadi salah satu referensi kain perbatikan di Indonesia.

PROSPEK KEWIRAUSAHAAN BATIK GARUTAN Batik Garutan memiliki motif yang khas yang bisa menambah khazanah perbatikan di indonesia 3 pengusaha batik garutan saat ini adalah perempuan dimana perempuan dikenal lebih tekun, lebih teliti, lebih hemat, lebih pandai mengelola keuangan Kebijakan pemerintah melalui Kepmen PAN tentang penggunaan kain batik dan kain tradisional bagi PNS pada setiap hari Jumat acara-acara resmi lainnya Pemerintah Garut memiliki Political will yang sangat baik terhadap pengembangan Kewirausahaan dengan adanya Pembinaan UMKM oleh Dinas Koperasi, Pasar dan UKM Dukungan Stake holder dari berbagai instansi juga sudah ada dengan munculnya Orangtua Asuh untuk pembiayaan UMKM, walaupun masih sangat terbatas

KENDALA KEWIRAUSAHAAN BATIK GARUTAN Tingkat Pendidikan dari para pengusaha itu sendiri terutama pengusaha perempuan yang relatif rendah Dukungan pembiayaan yang masih sulit untuk diakses serta prosesnya yang belum transparan Permasalahan managerial yang sangat terkait dengan budaya dan kebiasaan masyarakat setempat Produktivitas batik (Tulis & Cap), masalah teknologi Strategi pemasaran yang masih tradisional Dukungan Informasi dan Teknologi dalam pengembangan kewirausahaan masih sangat kurang baik dari pihak pemerintah maupun swasta. Dukungan kebijakan dari pemerintah berupa aturan atau undang-undang mengenai : HaKI, Hak Paten, dan mekanisme pemasaran, yang dirasakan masih kurang.

Strategi Pengembangan Kewirausahaan Batik Garutan (Bagi Pengusaha) Peningkatan Jenjang Pendidikan dan Keahlian bagi Pengusaha UMKM Strategi Jemput Bola terhadap Informasi dan Mekanisme yang terkait pengembangan kewirausahaannya Perbaikan pola managerial perusahaan dari tradisional ke modern Tanggap terhadap ICT era globalisasi sekarang sehingga bisa melakukan pemasaran via internet

Strategi Pengembangan Kewirausahaan Batik Garutan (Bagi Pemerintah Daerah Kab. Garut) Dukungan PEMDA untuk Pembinaan terhadap UMKM secara intensif termasuk ICT dari Pemda Garut melalui Dinas Koperasi, Pasar dan UKM (Data: baru 437 UMKM dari 26.645 UMKM yang terdapat di Kab. Garut) Dukungan PEMDA berupa kemudahan terhadap akses Pembiayaan/Permodalan UMKM yang melibatkan lembaga keuangan yang ada di daerah dan instansi lain yang bisa terlibat serta peran swasta. Dukungan PEMDA berupa kemudahan proses HaKI, Hak Paten, dan mekanisme pemasaran produk yang dihasilkan UMKM sekaligus promosi ke luar daerah secara intensif

KESIMPULAN Strategi Pengembangan Kewirausahaan Batik Garutan : Mengeliminasi semua kendala yang ada Sinergitas antara Pengusaha, Pemerintah Daerah dan Swasta Pengembangan Penelitian dan Pengabdian terhadap Masyarakat dari Perguruan Tinggi

KESIMPULAN Ketika Perempuan Mampu Bergerak Pada Sektor Riil Dengan Memiliki Atau Bergabung Dalam Kewirausahaan Disertai Dengan Kemampuan Teknik Dan Pengelolaan Kewirausahaan Tersebut Tanpa Meninggalkan Fungsinya Dalam Keluarga Dan Rumah Tangga Ditambah Dengan Kemampuan Mengeliminasi Kendala Yang Ada Serta Didukung oleh Berbagai Stake Holder terkait, Maka Akan Muncul Kekuatan Ekonomi Yang Sangat Besar Yang Berasal Dari Potensi Perempuan Itu Sendiri Yang Pada Akhirnya Akan Mengelaborasi Kesulitan Perekonomian Bangsa Seperti Saat ini.