BAB III TINJAUAN KHUSUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Evaluasi Penataan Ruang Kawasan Pengrajin Keramik Berwawasan Lingkungan Perilaku di Kelurahan Dinoyo, Kota Malang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya negara Indonesia ini, tuntutan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODE PERANCANGAN. yang bersifat ilmiah. Langkah-langkah ini meliputi survei obyek-obyek studi

TEORI & STUDIO PERANCANGAN ARSITEKTUR 1

BAB VI KONSEP PERANCANGAN

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

Kajian Aspek Atribut Pasar sebagai Upaya Peningkatan Daya Tarik Pasar Tradisional

GENDER DALAM TERITORI

BAB I PENDAHULUAN. 1981). Kondisi dualistik pada kawasan perkotaan di gambarkan dengan adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Ruang publik sebagai sarana umum menjadi kebutuhan yang cukup vital

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN PENELITIAN SETING PRILAKU PENGUNJUNG DI TAMAN NOSTALGIA KUPANG. Oleh I Kadek Mardika

2015 PASAR FESTIVAL ASTANA ANYAR

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

PENANDAAN TERITORI DAN INVASINYA TERHADAP RUANG PUBLIK

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

Bab-V Konsep Perencanaan

BAB III METODE PERANCANGAN. sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. V.1 Konsep Perencanaan dan Perancangan. Konsep desain untuk fungsi M al dan Apartemen ini mencoba menampung kegiatankegiatan

TERMINAL PENUMPANG ANGKUTAN LAUT DI TAHUNA (Arsitektur Perilaku)

- BAB III - TINJAUAN KHUSUS

1.2.1 Mengapa system of setting dan system of activity berkaitan dengan behavior setting? BAB 2 PEMBAHASAAN 2.1 PENGERTIAN SETTING PERILAKU

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

KAJIAN AREA PARKIR SEPEDA MOTOR PLAZA SIMPANGLIMA SEMARANG DITINJUA DARI PERILAKU PENGUNJUNG

RUMAH SAKIT HEWAN DI JAKARTA

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB V KONSEP DASAR. Konsep dasar yang digunakan dalam perancangan Kepanjen Educaion. Prinsip-prinsip tema Arsitektur Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. sebelum manusia mengenal makna arsitektur itu sendiri, namun pada saat ini signage

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI ANAK-ANAK PUTUS SEKOLAH di Sidoarjo BAB III. Metodelogi Perancangan


BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Hal ini terbukti dari berbagai macam penemuan yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

KARAKTERISTIK TERITORIALITAS RUANG PADA PERMUKIMAN PADAT DI PERKOTAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. Beringharjo Yogyakarta. Sejak 2 tahun terakhir, terjadi perubahan bentuk los di

MASJID BERBASIS MASYARAKAT DAN SIGNIFIKANSINYA SEBAGAI RUANG PUBLIK

PUSAT PERBELANJAAN DENGAN KONSEP MAL DI KOTA KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Gambar1.1 Kemacetan di Kota Surabaya Sumber: 25/4/

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

REDESAIN PASAR INDUK KABUPATEN WONOSOBO

BAB I PENDAHULUAN. mendasar yang harus diwujudkan untuk melangsungkan hidupnya.

BAB III METODE PERANCANGAN

ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kendaraan tapi cukup dengan berjalan kaki saja.

CITY HOTEL BINTANG 3 DI PEKALONGAN

MODUL-2 : PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses tawar-menawar. Pada pasar tradisional terdapat kios-kios atau gerai,

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...

PENATAAN KORIDOR JALAN PASAR BARU JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yang dominan berupa tampilan gedung-gedung yang merupakan karya arsitektur dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL/DIAGRAM

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini banyak penelitian yang dilakukan, baik

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu hal. Maka dari itu pada perancangan ini menerapkan konsep pelangi

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Ruang terbuka publik merupakan salah satu fasilitas yang dibutuhkan kota.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Perencanaan dasar pengunaan lahan pada tapak memiliki aturanaturan dan kriteria sebagai berikut :

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I. PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan salah satu aktor dalam perguruan tinggi karena

BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan

BAB VI HASIL RANCANGAN. wadah untuk menyimpan serta mendokumentasikan alat-alat permainan, musik,

BAB 3 SRIWIJAYA ARCHAEOLOGY MUSEUM

Transkripsi:

BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1. Latar Belakang Pemilihan Tema Gambaran beberapa kata kunci dengan pengelompokan dalam tapak dan sekitarnya, dengan pendekatan pada tema : Diagram 3.1.Latar Belakang Pemilihan Tema permasalahan - Padat - Fisik kumuh - Jorok Kenyaman Pencitraaan Keteraturan - Semerawut - Tawuran warga Pengguna Kondisi fisik - Pengangguran - Tidak Teratur - Tidak Fungsional - Kemacetan - Kaki Lima PERILAKU Hasil studi di lapangan permasalahan yang akan tercipta meliputi lingkup permasalahan area tapak dari kegiatan yang terjadi dengan membatasi dalam pembahasannya. Tema dalam perancangan Pasar Rumput adalah Prilaku, agar mencegah kegagalan dalam perancangan bangunan dengan memahai prilaku yang akan diwujudkan nyata dalam sajian secara arsitektural. Sehingga secara operasional obyek perancangan dapat difungsikan secara optimal. III.2. Pengertian Tema Arsitektur Perilaku (Behavior Architecture) adalah arsitektur yang dalam perancangannya selalu menyertakan pertimbangan pertimbangan perilaku dalam perancangan. Arsitektur muncul sekitar tahun 1950. Pertimbangan-pertimbangan ini pada awalnya dibutuhkan untuk perancangan obyek-obyek Arsitektur tertentu 1 1 Adinda trianda dalam http://adinda-trianda.blogspot.com/2012/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html 14

1. Menurut Y.B.Mangun Wijaya Dalam buku (washtu citra) Arsitektur berwawasan perilaku adalah arsitektur yang manusiawi, yang mampu memahami dan mewadahi perilaku-perilaku yang ditangkap dari berbagai macam perilaku, baik itu dari perilaku pencipta, pemakai, pengamat juga perilaku alam sekitarnya. Disebut pula arsitektur adalah penciptaan suasana, perkawinan guna dan cipta. Guna merujuk pada manfaat yang ditimbulkan dari hasil rancangan. Manfaat diperoleh dari pengaturan fisik bangunan yang sesuai dengan fungsinya. Namun begitu guna tidak hanya berarti manfaat saja, tetapi juga mengahsilkan suatu daya yang menyebabkan kualitas hidup kita semakin meningkat. 2. Menurut Garry.T.More dalam buku (Inteoduction to Architecture) Prilaku diartikan sebagai suatu fungsi tuntunan tuntunan organisme dalam lingkungan sosio-fisik luar. Pengkajian menurut Garry.T.More dikaitkan dengan lingkungan sekitar yang lebih dikenal sebagai pengkajian lingkungan perilaku. III.3. Prinsip Arsitektur Perilaku III.3.1. Menurut Donna P. Duerk dalam bukunya yang berjudul Architectural Programming dijelaskan bahwa : that people and their behavior are part of a whole system that includes place and environment, sunch that behavior and environment cannot be empirically separated. That is to say, human behavior always happen in a place and they cannot be fully evaluated without considering the environmental influence. ( bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari system yang menempati tempat dan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu perilaku manusia selalu terjadi pada suatu tempat dan dapat dievaluasi secara keseluruhan tanpa pertimbangan factor-faktor lingkungan) 15

III.3.2. Menurut Jonce Marcella Laurens Manusia mempunyai keunikan tersendiri, keunikan yang dimiliki setiap individu akan mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga mempengaruhi perilakunya. Karena lingkungan bukan hanya menjadi wadah bagi manusia untuk ber aktivitas, tetapi juga menjadi bagian integral dari pola perilaku manusia. Proses dan pola perilaku manusia pada ruang publik di kelompokkan menjadi dua bagian proses individual dan proses sosial, yaitu sebagai berikut : 1. Proses Individual Dalam hal ini proses psikologis manusia tidak terlepas dari proses individu meliputi beberapa hal : a.persepsi Lingkungan, yaitu proses bagaimana manusia menerima informasi mengenai lingkungan sekitarnya dan bagaimana informasi mengenai ruang fisik tersebut di organisasikan kedalam pikiran manusia. b.kognisi Spasial, yaitu keragaman proses berpikir selanjutnya, mengorganisasikan, menyimpan dan mengingat kembali informasi mengenai lokasi, jarak dan tatanannya. c. Perilaku Spasial, menunjukan hasil yang termanifestasikan dalam tindakan respon seseorang, termasuk deskripsi dan preferensi personal, respon emosional, ataupun evaluasi kecenderungan perilaku yang muncul dalam interaksi manusia dengan lingkungan fisiknya. Proses Individual mengacu pada skema pendekatan perilaku yang menggambarkan hubungan antara lingkungan dan perilaku individu 1). Perilaku Manusia dan Lingkungan Perilaku manusia akan mempengaruhi dan membentuk setting fisik lingkungannya Rapoport, A, 1986, Pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : a) Environmemntal Determinism, menyatakan bahwa lingkungan menentukan tingkah laku masyarakat di tempat tersebut. 16

b) Enviromental Posibilism, menyatakan bahwa lingkungan fisik dapat memberikan kesempatan atau hambatan terhadap tingkah laku masyarakat. c) Enviromental probabilism, menyatakan bahwa lingkungan memberikan pilihan-pilihan yang berbeda bagi tingkah laku masyarakat. Pendekatan Perilaku, menekankan pada keterkaitan yang ekletik antara ruang dengan manusia dan masyarakat yang memanfaatkan ruang atau menghuni ruang tersebut. Dengan kata lain pendekatan ini melihat aspek norma, kultur, masyarakat yang berbeda akan menghasilkan konsep dan wujud ruang yang berbeda (Rapoport. A, 1969 ),adanya interaksi antara manusia dan ruang, maka pendekatannya cenderung menggunakan setting dari pada ruang. Istilah seting lebih memberikan penekanan pada unsur-unsur kegiatan manusia yang mengandung empat hal yaitu : Pelaku, Macam kegiatan, tempat dan waktu berlangsungnya kegiatan. Menurut Rapoport pula, kegiatan dapat terdiri dari subsub kegiatan yang saling berhubungan sehingga terbentuk sistem kegiatan. 2). Setting Perilaku ( Behaviour Setting ) Behaviour setting merupakan interaksi antara suatu kegiatan dengan tempat yang lebih spesifik. Behaviour setting mengandung unsur-unsur sekelompok orang yang melakukan kegiatan, tempat dimana kegiatan tersebut dilakukan dan waktu spesifik saat kegiatan dilakukan. Setting perilaku terdiri dari 2 macam yaitu : a) System of setting ( sistem tempat atau ruang), sebagai rangkaian unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai hubungan tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan tertentu. b) System of activity ( sistem kegiatan), sebagai suatu rangkaian perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa orang. Dari pengertian tersebut dapat ditegaskan bahwa unsur ruang atau beberapa kegiatan, terdapat suatu struktur atau rangkaian yang menjadikan suatu kegiatan dan pelakunya mempunyai makna. 2. Proses Sosial Manusia mempunyai kepribadian individual, tetapi manusia juga merupakan makhluk sosial hidup dalam masyarakat dalam suatu kolektivitas. Dalam 17

memenuhi kebutuhan sosialnya manusia berperilaku sosial dalam lingkungannya dapat diamati pada, Fenomena perilaku-lingkungan, kelompok pemakai, dan tempat berlangsungnya kegiatan. Pada proses sosial, perilaku interpersonal manusia meliputi hal-hal sebagai berikut : a.ruang Personal ( Personal Space ) berupa domain kecil sejauh jangkauan manusia. b.teritorialitas yaitu kecenderungan untuk menguasai daerah yang lebih luas bagi seseorang. c.kesesakan dan Kepadatan yaitu keadaan apabila ruang fisik yang tersedia terbatas. d.privasi sebagai usaha optimal pemenuhan kebutuhan sosial manusia. Dalam proses sosial, perilaku interpersonal yang sangat berpengaruh pada perubahan ruang publik adalah teritorialitas. Konsep teritori dalam studi arsitektur lingkungan dan perilaku yaitu adanya tuntutan manusia atas suatu area untuk memenuhi kebutuhan fisik, emosional dan kultural. Berkaitan dengan kebutuhan emosional ini maka konsep teritori berkaitan dengan ruang privat dan ruang publik. Ruang privat ( personal space) dapat menimbulkan crowding ( kesesakkan ) apabila seseorang atau kelompok sudah tidak mampu mempertahankan personal spacenya. III.4. Kesimpulan Dalam perancangan pasar dan pusat perbelanjaan, ada persyaratan dan kriteria tertentu yang perlu diperhatikan antara lain fleksibillitas, keamanan pengunjung, kenyamanan pengunjung yang dihubungkan dengan keadaan termal, pencahayaan, sirkulasi. Untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut : 1. Fleksibilitas Secara harafiah fleksibilitas dapat didefenisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan diri. Kemudahan penyesuaian kios dan los untuk 18

dapat menampung lebih banyak jumlah pedagang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : a. Pemilihan sistem strukur b. Pembagian ruang c. Ketinggian ruang d. Tata letak kios, los dan counter 2. Kenyamanan Kenyamanan merupakan kepuasan atau kenikmatan dalam melakukan aktivitasnya. Kenyamanan untuk ruang pusaat perbelanjaan dan pasar dipengaruhi faktor keadaan termal dan pencahayaan ruang pameran. a. Kenyamanan ditinjau dari segi termal b. Kenyamanan ditinjau dari segi pencahayaan 3. Sirkulasi Perencanaan dan perancangan sistem sirkulasi pada bangunan terutama ditekankan pada pola pengaturan pencapaian pejalan kaki, jalur sirkulasi pengunjung dan sirkulasi bangunan servis bangunan. III.5. Penerapan Arsitektur Perilaku Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan Bangunan mencerminkan aktivitas fungsi didalamnya sebagai pasar. pedagang kaki-5 menjadi image lingkungan sebagai daya tarik lingkungan yang mempengaruhi rancangan dengan memaksa memberikan wadah untuk dapat dipertahankan tetapi lebih tertata agar rancangan dalam operasionalnya dapat optimal. Menyediakan wadah yang memiliki kenyaman thermal (rasa teduh) serta memenuhi tuntutan dan keinginan untuk bisa bersosialisasi dengan ruang terbuka serta terlihat dari akses yang ada di sekitar tapak. Dengan tujuan memberikan persepsi di lokasi tapak dan mengarahkan kebiasaan atau budaya prilaku yang dilakukan agar lebih baik dan disiplin tanpa 19

merasakan adanya pengalaman perbedaaan dalam ruang yang diciptakan secara fisiologis dan psikologis terhadap pengguna. III.6. Kaitan Tema Arsitektur Perilaku Dengan Judul Dari unsur, warna, ruang, bentuk, dan semua faktor pendukung bangunan akan dieratkan kaitannya dengan tema yang diambil yaitu Arsitektur Prilaku. Alasan memilih tema Arsitektur Prilaku pada pembangunan kembali Pasar Rumput adalah untuk membangun keterkaitan antara pasar dengan lingkungan sehingga di harapkan pasar yang akan di buat berfungsi secara optimal dalam operasional serta turut meningkatkan perekonomian dan berdampak positif dalam lingkungan tersebut. Penerapan ditekankan pada beberapa aspek penggunaan yaitu peletakan hubungan ruang ruang disesuaikan dengan perilaku kegiatan serta waktu pengguna dan sirkulasi pada tapak menjadi modal sebagai pasar yang mudah dijangkau pastinya akan meberikan rasa ketertarikan sebagai pengujung pasar. lingkungan sekitar tapak akan sangat mempengaruhi, memberikan dapak positif adanya ketertarikan dan kenyamanan dalam pasar dengan kenyamanan sirkulasi dan ruang yang menaggapi perilaku pengguna. III.7. Studi Banding Tema GPO, Melbourne 2 Jam Buka: Senin-Kamis,Sabtu : 10:00 18:00 Jum at :10:00 20:00 Minggu:11:00 17:00 Bangunan ini merupakan sebuah kantor pos tua, singkatan dari General Post Office (GPO). Bangunan ini menjadi salah satu arsitektur 2 Laylawaty.http://laylawaty.blogspot.com/2012/01 20

paling terkenal di Australia. GPO yang berdiri mulai digunakan menjadi mal pada 1907-1993. Pada 2004 diubah menjadi pusat perbelanjaan. Terdapat 50 toko dalam tiga lantai. Bagaimana sebuah pengalaman yang dirasakan arsitek menyadari akan imaji persepsi dari bangunan yang di tangkap nantinya dapat berfungsi kembali sebuah kebutuhan masyarakat yang ada saat itu dengan merubah fungsi itu sendiri, bangunan berpotensi menjadi pusat perbelanjaan karena memiliki sirkulasi dan hubungan antar ruang mempengaruhi akan kebiasaan mall pada umumnya. Massa bangunan berbentuk persegi panjang, waktu dalam operasionalnya tidak diubah dan letak hall dikelilingi koridor dan kemudian kios-kios. Dalam hal ini wawasan akan perilaku menanggapi bagaimana sebuah karya arsitektur dan pengguna dapat saling terkait dan saling membutuhkan. Tidak membangun baru dan meletakan diatas tapak karena petimbangan bagaiamana pengguna di dalamnya melakukan kegiatan dengan keunikan ruangruang yang ada. Sudah sangat menjadi daya tarik akan sebuah pusat perbelanjaan dengan menjadi mall tidak seperti biasanya massa bangunan berkonsep modern. 21