BAB II LANDASAN TEORI. dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Locus of control merupakan salah satu variabel kepribadian (personility),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

cxü~xåutçztç exåt}t Setiawati PPB FIP UPI

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS. diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempraktekkan sesuatu. Sedangkan kerja secara psikologis diartikan. sebagai penyelesaian suatu tugas.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan. Orang (manusia) merupakan elemen yang selalu

II TINJAUAN PUSTAKA. dan harus ditempuh oleh mahasiswa dengan sungguh-sungguh, keuletan dan. ketabahan. Sudjana (1989 : 5) menyatakan bahwa :

Motif Technopreneur Sukses by: AGB

BAB II LANDASAN TEORI. manusia yaitu kebutuhan untuk berdiri sendiri (need for autonomy) dan. kebutuhan untuk bergantung (needs for deference).

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB II KAJIAN TEORI Motivasi Belajar Pengertian Motivasi Belajar. Motivasi berasal dari kata motif yang diartikan sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gentra Agna Ligar Binangkit, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar tahun dan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

RESUME PERILAKU DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI UNTUK UTS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Penelitian ini akan dilakukan di UD Anugerah Sejati Embroidery

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Tindakan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang mendorong seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

OLEH : DELVIZA SURYANI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB II KAJIAN TEORI. A. Strategi Pembelajaran Increasing the Capacity to Think (ICT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini mengacu pada bagaimana motivasi berprestasi menurut Spence dan

I. PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga formal yang dapat meningkatkan kualitas belajar

PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap anak berada pada masa

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Motivasi orangtua di Madin Darul Aiman Celep Sidoarjo

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. pembawaan, atau kebiasaan yang di miliki oleh individu yang relatif tetap.

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

MOTIVASI BELAJAR. Belajar Pembelajaran Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tua ingin anaknya menjadi anak yang mampu. menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN:

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

Motif Ekstrinsik. Motif yang timbul dari rangsangan luar. Contoh : pemberian hadiah jika seseorang dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti, bahkan dalam skala global masih jauh dibawah negara-negara

BAB II LANDASAN TEORI. A. Siswa. yang belum dapat dikatakan dewasa, ia memerlukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

DINAMIKA MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA MANDIRI DI SMPN 10 BANDA ACEH

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. menerus merupakan aspek yang harus dibina dalam olahraga. sampai sasaran perilaku. McClelland dan Burnham (2001), motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Motivasi

HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN EMOSI DENGAN MOTIVASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu bentuk Organisasi. Organisasi menggambarkan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. kematangan mental, emosional dan sosial. remaja, diantaranya mengenai ciri-ciri masa remaja.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Pembagian Bilangan Cacah melalui Metode Pemberian Tugas di Kelas II SD Inpres 3 Palasa

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menciptakan berbagai hal seperti konsep, teori, perangkat teknologi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah karyawan yang relatif banyak dan memiliki karakteristik pola

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Sumahamijaya, 2003 Kemandirian berasal dari kata mandiri yang berarti dalam keadaan dapat berdiri sendiri, tidak bergantungpada orang lain, tapi menggunakan kekuatan sendiri. Kemandirian diartikansebagai suatu hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung kepadaorang lain. Masrun, dalam Budi, (2005) mendefinisikan kemandirian sebagai salah satu komponen kepribadian yang mendorong individu untuk dapat mengarahkan dan mengatur perilakunya sendiri, menyelesaikan masalah tanpa bantuan orang lain. Havighurst yang dikutip Satmoko, dalam Irene, (2002) mengemukakan bahwa kemandirian adalah tindakan dari seseorang untuk mencoba memecahkan masalah yang dihadapi tanpa bantuan orang lain. Kemandirian dalam kamus psikologi yang disebut independence yang diartikan sebagai suatu kondisi dimana sesorang tidak tergantung pada orang lain dalam menentukan keputusan dan adanya sikap percaya diri (Chaplin, 2000). Selanjutnya Irene (2002) mendefinisikan kemandirian sebagai suatu sikap yang dapat menerima dan menjadi diri sendiri, percaya pada kemampuan diri sendiri serta tidak tergantung pada orang lain. 6

2.1.2. Ciri Ciri Orang Mandiri Masrun dalam Budi, (2005) merumuskan bahwa orang yang mandiri mempunyai ciri ciri yaitu : memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan untuk kebutuhan sendiri, mengejar prestasi, penuh ketekunan, serta berkeinginan untuk mengerjakan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain, mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakan tindakannya, mampu mempengaruhi lingkungan, mempunyai rasa percaya terhadap diri sendiri, menghargai keadaan dirinya sendiri, dan memperoleh kepuasan dari usahanya. yaitu : Afiatin dalam Budi, (2005) menyatakan ada 8 (delapan) aspek kemandirian a. Mampu mengerjakan tugas rutin b. Mampu untuk mengatasi masalah. c. Memiliki inisiatif d. Mempunyai rasa percaya diri e. Menggerakkan tingkah lakunya menuju kesempurnaan f. Memperoleh kepuasan dari usahanya g. Memiliki kontrol diri / mampu mengendalikan tindakan h. Memiliki sifat eksploratif. Masrun dalam budi (2005) mengemukakan bahwa ada 5 (lima) aspek penting dalam kemandirian, yaitu : 1. Bebas bertanggung jawab, ditunjukkan dengan adanya ciri ciri : tindakan dilakukan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain dan tidak tergantung pada orang lain. 2. Progresif dan ulet, ditunjukkan dengan ciri ciri : usaha mengejar prestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkan harapan harapannya. 3. Inisiatif, ditunjukkan dengan ciri ciri : mampu untuk berpikir dan bertindak secara original, kreatif, dan penuh inisiatif. 7

4. Pengendalian diri, ditunjukkan dengan ciri ciri : mempunyai perasaan mampu mengatasi masalah yang dihadapi, mampu mengendalikan tindakan serta mampu mempengaruhi lingkungan dan mengenal diri sendiri. 5. Kemantapan diri, ditunjukkan dengan ciri ciri : merasa percaya pada kemampuan sendiri, dapat menerima dan memperoleh kepuasan dari usaha sendiri. Berdasarkan pendapat pendapat ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemandirian merupakan suatu perilaku yang bersumber dari dalam individu yang dimanifestasikan dalam tindakan tindakan seperti : mampu mengatasi masalah sendiri, memiliki inisiatif, tekun, memiliki rasa percaya diri, dan sebagainya. 2.1.3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Conger, dalam Budi, (2005) mengatakan bahwa kemandirian remaja berkembang sesuai dengan bertambahnya umur tetapi kemandirian juga tergantung pada : 1. Adanya konsistensi dengan bentuk sanksi yang tegas terhadap pelanggaran yang akan dilakukan, teutama sanksi dari masyarakat keseluruhan. 2. Adanya pola asuh yang baik dari orang tua yang berupa contoh tingkah laku dari orang tua untuk anak yang tertentu saja berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dalam masa remaja, seseorang berusaha untuk mengurangi ketergantungannya dari orang tua dengan maksud untuk mandiri (Monks dkk, 1989) selanjutnya Rifai, dalam Budi, (2005). Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kemandirian, yaitu : 1. Kematangan fisik dan psikis 2. Ciri ciri kepribadian 3. Tuntutan budaya 8

Dari kematangan fisik dan psikis maka timbul berbagai macam tugas perkembangan pada remaja yaitu mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara positif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang orang dewasa lainnya, mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapkan perkawinan dari keluarga, memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi (Hurlock, 1996). Kemandirian tidak hanya bertumpu pada satu bagian yaitu kemandirian belajar saja tapi juga bertumpu pada pribadi. Ciri kepribadian yang mempengaruhi tingkat kemandirian seseorang antara lain kecerdasan, motivasi minat, emosi Soetjiningsih, dalam Yulianti, (2004). Dan tuntutan kebudayaan seperti misalnya laki laki dituntut lebih mandiri daripada wanita. Pendapat lain dikemukakan oleh Yusuf (2005) yang menyebutkan bahwa tingkat kemandirian remaja dipengaruhi oleh faktor fisik, tingkat intelegensi, suasana keluarga, teman sebaya dan kebudayaan. 2.2. Motivasi berprestasi 2.2.1. Pengertian Motivasi berprestasi Dalam proses pembelajaran, motivasi memegang peranan penting dan menentukan dalam pencapaian tujuan belajar atau hasil belajar yang maksimal. Di sekolah sekolah banyak sekali ditemukan siswa siswa yang malas belajar, membaca, meninggalkan jam pembelajaran, dan sebagainya. Apabila hal ini terus 9

menerus berlanjut maka akan berdampak pada penurunan efektivitas belajar siswa. Agar tidak terjadi hal hal yang seperti itu maka hendaklah diupayakan agar selalu dan senantiasa meningkatkan motivasi mereka dalam belajar. Purwanto (1990 ) mengartikan motivasi adalah sebagai usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan itu. Seiring dengan pendapat Purwanto, Susilo Wartoyo, 1994 (dalam Syahrani, 2002) motivasi adalah pemberian motif, penimbulan motif atau hal yang menimbulkan dorongan. Motivasi adalah dorongan yang ada dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu dan disamping itu motivasi juga merupakan keinginan, hasrat dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri manusia untuk melakukan sesuatu (French dalam Pramuningsih 2003). Selaras dengan pendapat French, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia juga mengartikan motivasi sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedang yang berkaitan dengan berprestasi adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar (Suryabrata, 1987). Sedangkan bahwa orang yang mempunyai motif prestasi yang kuat disebut sebagai orang yang memiliki kebutuhan akan prestasi. Pramuningsih (2003) merumuskan motivasi belajar adalah harapan untuk mendapatkan kepuasan dalam menyelesaikan tugas yang sulit dan menantang. Dengan demikian menunjukkan bahwa motivasi berprestasi merupakan saran bagi individu 10

dalam pencapaian kepuasan baginya. Apabila berbicara dalam hubungannya dengan pencapaian prestasi belajar maka motivasi berprestasi dapat diartikan sebagai dorongan untuk berperilaku tertentu dalam menyelesaikan tugas dengan suatu baku mutu yang evaluasinya dapat evaluasi Bigge and Hunt, dalam Pramuningsih (2003). Selanjutnya McClelland, dalam Puji Nitis, (2004) mengartikan motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengerjakan sesuatu menjadi lebih baik atau lebih efisien daripada sebelumnya. Bahkan dalam proses belajar mengajar, seseorang yang bermotivasi tinggi cenderung menjadi pintar sewaktu mereka dewasa. McClelland dalam Pramuningsih, (2003) menuturkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran motivasi sangat penting karena motivasi dapat berfungsi sebagai : 2. Energizer, yakni motor penggerak yang mendorong siswa untuk berbuat sesuatu, misalnya : perbuatan belajar. 3. Directedness, yakni menentukan arah perbuatan ke tujuan yang ingin dicapai. 4. Patterning, yakni menyelesaikan perbuatan perbuatan apa yang harus dikerjakan, yang serasi guna mencapai tujuan. Selanjutnya McClelland, 1987 mengemukakan bahwa motivasi dapat didasarkan pada 3 (tiga) jenis kebutuhan, yaitu : 1. Kebutuhan berprestasi atau need for achievement (n-ach) 2. Kebutuhan akan afiliasi atau need for affiliation (n-aff) 3. Kebutuhan akan kekuasaan atau need for power (n-pow) Asnawi, dalam Pramuningsih, (2003) mengemukakan bahwa manifestasi dari motivasi berprestasi akan terlihat pada ciri perilaku yaitu : 1. Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan perbuatannya. 2. Mencari umpan balik tentang perbuatannya. 3. Memilih resiko yang moderat atau sedang dalam perbuatannya. 11

Sehingga motivasi berbalajar dapat dimengerti sebagai daya pendorong sukses atau menghindari kegagalan dalam situasi kompetitif yang didasarkan pada ukuran keunggulan dibandingi mutu sendiri maupun orang lain. 2.2.2. Ciri Ciri Motivasi yaitu : Siagian (1989) mengemukakan bahwa individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi mempunyai ciri ciri sebagai berikut : b. Mau mengambil tanggung jawab pribadi c. Berani menghadapi kesulitan dan resiko yang dipandang tidak terlau sulit dan tidak terlalu mudah. d. Memerlukan umpan balik yang jelas dan tidak meragukan mengenai berhasil atau tidaknya usaha yang dilakukan. e. Memungkinkan adanya inovasi dan cara baru dalam memecahkan masalah. Selanjutnya menurut Munandar (1990) terdapat banyak ciri ciri dari motivasi, a) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak berhenti sebelum selesai). b) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) c) Tidak memerlukan dari luar dorongan untuk berprestasi d) Ingin mendalami bahan / bidang pengetahuan yang diberikan. e) Selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasinya) f) Menunjukkan minat terhadap macam macam masalah (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya). g) Senang dan rajin, penuh semangat, cepat bosan dengan tugas tugas rutin. h) Dapat mempertahankan pendapat pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu, tidak mudah melepaskan hal yang diyakini tersebut). i) Mengejar tujuan tujuan jangka panjang (dapat menunda kebutuhan seaat yang ingin dicapai kemudian). j) Senang mencari dan memecahkan soal soal. 2.2.3. Tipe Motivasi Prayitno, Budi (2005) mengemukakan dua macam tipe motivasi yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 12

1. Motivasi intrinsik Motivasi ini mengacu pada fakta bahwa individu bisa dan sering termotivasi untuk bertingkah laku bukan karena adanya kekuasaan eksternal, malainkan karena tingkah laku itu sendiri cukup memberikan kepuasan bagi individu. 2. Motivasi ekstrinsik Motivasi ini menekankan bahwa tingkah laku individu di motivasi oleh kekuatan kekuatan eksternal berupa tujuan tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh individu. Ridhoni (2010) Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Kebutuhan akan berprestasi dapat menjadi salah satu faktor pemicu yang memotivasi dalam belajar. Dorongan intelektual juga dapat menjadi pendorong untuk motivasi siswa untuk belajar. Dalam meningkatkan motivasi siswa dalam belajar akan lebih efektif apabila motivasi diarahkan oleh diri sendiri. Prayitno dalam Budi (2005) mengemukakan bahwa pengetahuan siswa tentang bagaimana seharusnya tugas tugas belajar dikerjakan, dan sampai berapa jauh ia telah berhasil dapat menjadi motivasi bagi siswa dalam mengerjakan tugas tugas belajar selanjutnya. Metode pengajaran dapat memicu motivasi berprestasi siswa. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang dapat mengembangkan motivasi siswa dalam belajar semaksimal mungkin. Prayitno (1989) mengemukakan bahwa metode mengajar yang hanya melibatkan siswa secara kuantitatif belum dapat dijadikan pedoman untuk menetapkan bahwa siswa tersebut memiliki motivasi yang tinggi. 13

2.2.4. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi berprestasi McClelland dalam Pramuningsih, (2003) menyatakan motivasi berprestasi merupakan proses psikologis yang mempunyai arah dan tujuan untuk sukses dengan ukuran ukuran terbaik. Sebagai suatu proses psikologis motivasi berprestasi ini dipengaruhi oleh faktor faktor internal dan eksternal. 1. Faktor internal (faktor dari dalam) Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu yang mempunyai pengaruh terhadap motvasi belajar, faktor tersebut antara lain : a. Kemampuan : kecerdasan, bakat, daya tahan tubuh, konsentrasi b. Kebutuhan : hargadiri, pengetahuan, berkembang maksimal. c. Minat : ketertarikanterhadap belajar hidup tertib teratur. d. Harapan (Keyakinan) : mendapat nilai baik, mendapat keyakinan dari orang lain. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri) Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar individu yang mempengaruhi motivasi berprestasi yaitu keadaan lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang dapat membangkitkan motivasi berprestasi adalah adanya tuntutan keaktifan, adanya norma yang lebih tinggi darinya, kesempatan latihan, ketrampilan, adanya kemungkinan tidak berhasil. Lima kriteria lingkungan yang dapat menimbulkan motivasi berprestasi adalah : a. Adanya norma baku yang harus dicapai b. Adanya situasi kompetisi c. Jenis tugas dan situasi yang menantang. d. Disiplin tata tertib yang ada. atas: Menurut (Wahyu Budi Setyawan, 2007), faktor motivasi berprestasi terdiri a. Perhatian terhadap materi pelajaran yaitu seberapa tinggi target terhadap materi pelajaran dijadikan tujuan akhir. b. Kepuasan, keuletan dan ketekunan yaitu seberapa besar usaha siswa dalam ketekunan, keuletan dan memiliki rasa kepuasan pada situasi apapun. c. Kemauan bertanya terhadap materi yang belum dikuasai yaitu besarsa tanggung jawab dorongan siswa dengan adanya kemauan bertanya terhadap materi yang belum dikuasai untuk menimbulkan dalam proses belajar. 14

d. Keyakinan / kepercayaan yaitu seberapa jauh siswa meyakini hal-hal yang dipelajari sehingga aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya Anoraga, dalam Hapsari, (2004) menyatakan ada beberapa hal yang mempengaruhi timbulnya motivasi berprestasi pada seseorang yaitu adanya keinginan untuk memperoleh kesejahteraan dan kebahagiaan yang lebih baik serta adanya harapan untuk maju. Sedangkan Mitrani, dalam Hapsari, (2004) memiliki pendapat tidak berbeda jauh dengan di atas. Faktor faktor yang mempengaruhi timbulnya motivasi berprestasi yaitu : a. Keinginan untuk mengembangkan karier yang lebih lanjut. b. Adanya keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain dan yang akan mendatangkan kesuksesan. 2.3. Hasil Penelitian Yang Relevan Sebelum melakukan penelitian ini penulis melakukan pengkajian terhadap hasil penelitian pendahulu yang relevan sebagai berikut: Ridhoni, Fazrian (2010) meneliti tentang Hubungan Motivasi Berprestasi Dengan Kemandirian Pada Remaja Putus Sekolah (Studi Pada Remaja Putus Sekolah Di Panti Sosial Bina Remaja Budi Satria Banjarbaru). Penelitian ini mengambil seluruh populasi sebagai subjek sebagai 125 orang. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif dan signifikan antara motivasi berprestasi dan kemandirian dengan koefisien korelasi r=0,763dan kesalahan probabilty 0,000<0,01. Ini berarti motivasi berprestasi yang lebih kuat searah dengan kemandirian yang kuat. 15

Sedangkan hasil penelitian Lusiana Solita, (2012). Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian belajar siswasma Adabiah Padang dengan taraf signifikasi 0,079> 0,05. 2.4. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis yang diajukan penulis dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan kemandirian siswa SMP 3 PABELAN 16