BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Hampir semua transaksi perdagangan internasional pada saat ini menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN` Universitas Indonesia. Dinamika moneter indonesia.., Ratna Sari Pakpahan, Program Pascasarjana, 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan Kestabilan..., Rika Triana, Program Pascasarjana UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki mata uang yang menunjukkan harga-harga barang dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Uang merupakan suatu alat tukar yang memiliki peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Nilai tukar tetap, antara 1970 sampai dengan Nilai tukar mata uang mengambang, antara 1978 sampai dengan 1997.

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

2. Derivasi Atau Perolehan Kurva BP (Neraca Pembayaran BOP)

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

I. PENDAHULUAN. Perekonomian era globalisasi telah meningkatkan interaksi antar negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

MENGENAL EMAS LOCO LONDON

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

PENGARUH KURS VALUTA ASING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Dari tahun 1876 sampai 1913, tingkat kurs ditentukan oleh standar emas

BAB IV ANALISIS FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP DEPOSITO MUDHARABAH PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

Materi Minggu 6. Lalu Lintas Pembayaran Internasional

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar valuta asing atau foreign exchange market (valas, forex, FX,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

Transaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial.

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURS MATA UANG SUATU NEGARA

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yaitu nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa dikenal dengan

Transaksi Mata Uang Asing. Bab 13

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, Vol.7, No.1, (Juli 2013), 2. (Bogor, Ghalia Indonesia, 2005), 1.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. hitungan menit maupun detik. Berkembangnya teknologi dan informasi

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pangan nasional. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein. dan pakan ternak serta untuk diambil minyaknya.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. untuk melakukan kredit perumahan, dan juga dalam jumlah yang besar

BAB I PENDAHULUAN. (sumber: goldprice.org)

I. PENDAHULUAN. Bank Indonesia sebagai otoritas moneter atau bank sentral mempunyai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. global yang perlahan-lahan mengalami kemajuan. Perkembangan ini didorong oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penentuan nilai tukar telah berubah beberapa kali. Pada tahun 1876

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I. Surat Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara. Sesuai dengan Pasal 1 Undang-

Kondisi Cadangan Devisa Indonesia Penyebab Pelemahan Nilai Tukar Rupiah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu keuntungan. Perdagangan bebas dan ilmu teknologi yang

I. PENDAHULUAN. terlepas dari kegiatan ekonomi internasional. Kegiatan ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasulullah SAW bersabda Tis ah al-asy ari al-rizki mi al-tijjarah, bahwa perolehan rizki itu 90% berasal dari perdagangan. Perdagangan dapat diklasifikasikan kedalam perdagangan dalam negeri (domestik) dan perdagangan luar negeri (internasional). Kegiatan perdagangan atau perniagaan telah dilakukan pada masa Arab kuno dan telah dilakukan oleh Rasullullah SAW sejak usia 12 tahun. Kegiatan perdagangan yang dilakukan pada saat itu tidak hanya antar kota namun juga dilakukan antar negara. Nabi berkata Saya memiliki banyak kesempatan untuk melakukan perjalanan di negeri anda, dan disana saya menemukan keramahtamahan yang sangat besar terhadap saya. Tepatnya Nabi menyebutkan Qad mata tu ardhlâkum mâ fus?ha li f?hâ. Ketiga kota ini Sofa, Musyaqqar, Hijarr mmenurut geografi Arab kuno berada di Bharain dan beberapa kota lainnya (Afzalurahman, 1995, p.8). Hal ini juga dibuktikan ketika beliau mengikuti ekspedisi dagang luar negeri ke Syiria dan negara-negara lainnya menembus batas ras dan budaya. Kegiatan perdagangan antar negara tersebut kemudian dikenal dengan perdagangan internasional Selain memberikan manfa at ekonomi, kegiatan perdagangan merupakan sarana yang paling efektif yang digunakan untuk menyebarkan ajaran agama Islam baik di jazirah Arab maupun ke seluruh penjuru dunia. Kegiatan perdagangan Internasional memberikan peluang dan kesempatan yang luas bagi umat Islam untuk berinteraksi satu sama lain sehingga membentuk komunitas terbesar sampai saat ini. Untuk memudahkan proses pertukaran dalam perdagangan maka pada masa Rasulullah mata uang yang digunakan sebagai alat pembayaran dalam perdagangan adalah Dinar (emas) dan Dirham (perak). Penggunaan

Dinar emas sebagai alat pembayaran dipercaya memberikan kestabilan dalam perekonomian. Penggunaan emas dalam perekonomian mengalami beberapa periode, pertama masa the gold coin standard, dimana logam mulia emas dijadikan sebagai uang dalam peredaran, kedua the gold bullion standard, dimana emas tidak lagi sebagai alat tukar yang beredar namun otoritas moneter menjadikan logam emas sebagai parameter dalam menentukan nilai tukar uang yang beredar, ketiga the gold exchange standard (Bretton Wood System), dimana otoritas moneter menentukan nilai tukar domestik currency dengan foreign currency yang mampu diback-up penuh oleh cadangan emas yang dimiliki, (Karim, 2007, p.178). Sistem moneter dunia selanjutnya dibagi kedalam 3 periode yaitu sebelum Bretton Wood System, periode Bretton Wood System dan periode setelah Bretton Wood System. Ketika dunia tidak lagi menggunakan emas sebagai standar pengukuran harga maka alat tukar dalam perdagangan kemudian beralih kepada uang fiat (fiat money). Penggunaan uang fiat yang diikuti dengan penggunaan sistem nilai tukar mengambang (flo ating exchange rate system) yang dimotori oleh Amerika Serikat selanjutnya merubah sistem moneter dunia. Penggunaan fiat money yang tidak di-back -up oleh emas mempunyai kelemahan antara lain otoritas moneter dapat melakukan pencetakan uang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan (buka n berdasarkan kebutuhan ekonomi), hal ini pada gilirannya akan berdampak kepada tingkat inflasi yang tinggi. Hampir semua mata uang dunia selanjutnya mengalami fluktuasi dan sangat sulit menghindar dari penurunan nilai, mengingat pergerakan nilai tukar sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik dan ekonomi global. Krisis ekonomi dan keuangan yang pernah dialami oleh hampir seluruh negara di dunia Asia 1997-1998, Rusia 1996 dan Amerika latin 1994-1995, memberikan pengalaman yang sangat berharga khususnya bagi otoritas moneter dalam mengendalikan nilai tukar dan menyadarkan Pemerintah, para ahli ekonomi dan analis betapa mahalnya risiko yang 2

ditimbulkan oleh kegagalan dalam mengendalikan nilai tukar. Krisis ekonomi yang melanda wilayah Asia terutama oleh adanya kondisi ekonomi domestik (domestic economy imbalances) negara-negara di Asia pada saat itu sangat rentan terhadap pengaruh ekonomi global, serangan para hedge fund (pengelola dana dalam jumlah besar yang bertindak sebagai spekulator valas) terhadap aset-aset dalam mata uang domestik di negara asia (emerging market). Hampir semua mata uang di kawasan Asia melemah secara signifikan, pada bulan Januari 1998 nilai Rupiah Indonesia melemah sekitar 81% dibandingkan pada bulan July 1997, hal serupa dialami oleh Thai Bath, Malaysian Ringgit, Philipina Peso yang masing-masing kehilangan nilainya sebesar 56%, 46% dan 41%, (Huwang dan Yang, 1999:3). Selain serangan dari para spekulan, currency misalignment, faktor suku bunga, faktor ekonomi dan jatuhnya pasar modal domestik merupakan beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya krisis nilai tukar pada saat itu. (Weithhers, 2006:68) Dalam ekonomi konvensional salah satu cara yang digunakan oleh pelaku ekonomi untuk menghindari risiko yang timbul dari fluktuasi nilai tukar adalah menggunakan transaksi lindung nilai (hedging ). Transaksi tersebut dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan mata uang asing untuk jangka waktu tertentu dimasa depan dengan melakukan transaksi beli/jual mata uang yang dibutuhkan tersebut secara kontrak pada saat ini. Namun demikian instrumen hedging yang umum digunakan saat ini seperti forward, swap dan option masih menjadi perdebatan mengenai kecocokannya untuk melindungi kegiatan perdagangan Islam, mengingat dalam setiap kegiatan ekonomi harus terbebas dari unsur maisir, gharar dan riba. Selanjutnya secara berkesinambungan para ahli ekonomi Islam mulai membicarakan alternatif penggunaan Dinar sebagai mata uang/alat pembayaran. Terdapat tiga justifikasi bagi negara-negara Islam untuk kembali menggunakan Dinar emas. Pertama Dinar emas adalah bagian dari keyakinan (Vadillo, 2002 : 335), kedua, mengurangi dominasi dan 3

ketergantungan terhadap US Dollar sebagai mata uang dunia dan ketiga, adalah kegagalan yang ditimbulkan oleh uang fiat dan fractional reserves banking system. (Ibrahim, 2006, p. 4) Alternatif untuk kembali menggunakan Dinar emas sebagai alat pembayaran telah diwacanakan oleh Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad dalam pertemuan negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Doha, Qatar tahun 2000. Selanjutnya kemungkinan tersebut terus dibicarakan dalam berbagai forum negara-negara Islam di tingkat International. Sementara itu di Indonesia, usulan penggunaan Dinar sebagai alat pembayaran pernah digagas oleh Menteri Negara BUMN, Sugiharto dalam Konperensi ke-12 mata uang ASEAN di Jakarta pada 19 September 2005. Usulan tersebut setelah melihat pengalaman pada saat terjadinya krisis moneter dalam bentuk kejatuhan nilai mata uang di masing-masing negara berkembang yang tergolong dalam emerging market termasuk Indonesia pada tahun 1997. Penggunaan mata uang Dinar dan Dirham (emas dan perak) sudah berlaku sebelum Nabi Muhammad lahir dan digunakan sebagai mata uang Islam dan dibawah kontrol Pemerintah. Dalam perkembangannya nilai tukar Dinar-Dirham relatif stabil pada jangka waktu yang panjang, karena Dinar emas bukan saja mata uang yang disandarkan dengan cadangan emas, tetapi Dinar emas memang merupakan uang yang terbuat dari emas dan tidak tergantung pada jaminan pihak manapun. Dinar dan Dirham memiliki nilai sendiri sebagai komoditas (nilai intrinsik) sebagaimana nilainya sebagai mata uang. Oleh karena itu menjadi penting untuk dipahami bahwa koin emas akan selalu bernilai meskipun hanya meliputi sejumlah kecil pengguna moneter (uang). Hal ini menjadikan Dinar emas itu dapat digunakan sebagai alat tukar yang diperkirakan mempunyai stabilitas untuk jangka waktu yang panjang. 4

5 1.2 Perumusan Masalah Sebagaimana diuraikan diatas salah satu resiko yang harus ditanggung oleh pelaku ekonomi dalam kegiatan perdagangan Internasional adalah kerugian dari konversi mata uang karena fluktuasi nilai tukar. Hal ini terjadi karena mata uang yang digunakan sebagai alat pembayaran berbeda dengan mata uang domestik ( negara asal pelaku usaha). Sejak sistem ekonomi moneter dunia tidak lagi menggunakan perjanjian Bretton Wood pada tahun 1971, mata uang seluruh negara di dunia selanjutnya tidak lagi bersandar kepada emas, itu artinya seluruh mata uang yang berlaku adalah fiat money. Sejak saat itu pula nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang lain terus berfluktuasi dan hampir semua negara tidak dapat menghindari dari pelemahan yang terjadi terhadap mata uangnya. Krisis ekonomi global yang dialami hampir di semua kawasan dunia, merupakan suatu bukti bahwa sistem keuangan/moneter yang berlaku saat ini begitu mudah dipermainkan dan dimanipulasi oleh segelintir individu yang mempunyai modal yang besar dan kuat (spekulan) di pasar keuangan internasional. Manipulasi tersebut dilakukan dengan cara melakukan pembelian atau penjualan mata uang suatu negara dalam jumlah yang cukup besar tanpa disertai underlying transaksi mendasarinya, mengakibatkan mata uang tersebut berfluktusasi dan menyulitkan otoritas moneter untuk menahannya. Inggris tidak mampu menahan kejatuhan nilai Pounsterling pada tanggal 12 September 1992. Peristiwa tersebut dikenal dengan Black Wednesday dan diperkirakan otoritas moneter Inggris mengeluarkan biaya sebesar GBP 3.4 milyar untuk krisis tersebut dan nilai Pounsterling melemah dari GBP/USD 1.5125 menjadi GBP 2.0063. Sementara itu Amerika yang menganggap krisis ekonomi hanya milik negara-negara kecil di Eropa dan emerging market, tampaknya juga tidak kuasa menahan pelemahan nilai US Dolar terhadap mata uang utama dunia.

Pelemahan mata nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap mata uang utama akhir-akhir ini semakin menyulitkan pelaku ekonomi yang menggunakan US Dolar sebagai acuan. Berdasarkan data Bloomberg (Akhir Juni 2008) dalam sepuluh tahun terakhir Dolar Amerika Serikat terus tertekan nilainya terhadap mata uang utama yang ditunjukkan oleh Index USD terhadap mata uang utama tersebut (DXY Index) dari 94.170 akhir tahun 1998 menjadi 76.695 pada akhir tahun 2007 dan mencapai posisi terendah 71.802 pada bulan Maret 2008. Disamping itu pelemahan nilai US Dollar tersebut juga dapat dilihat dari turunnya nilai US Dolar terhadap harga emas dari USD 289.05 per troy once pada tahun akhir tahun 1997 menjadi USD 833.92 per troy ounce pada akhir tahun 2007 dan mencapai puncaknya USD 1.002,95 per troy ounce pada tanggal 14 Maret tahun 2008 (Data Bloomberg ). Sejak meninggalkan Bretton Wood, hampir seluruh kegiatan perdagangan internasional didominasi oleh Dolar Amerika Serikat dan beberapa mata uang utama lainnya seperti Euro, Poundsterling dan Japaness Yen. Kondisi ekonomi dan kepentingan otoritas moneter di masing-masing negara seringkali mempengaruhi pergerakan nilai tukar sehingga menyebabkan ketidakpastian bagi pelaku ekonomi dalam memproyeksi besarnya hak dan kewajiban dari kegiatan perdagangan yang telah dilakukan. Kondisi ini seringkali menimbulkan kerugian yang tidak dapat dihindari. Kondisi seperti ini diperkirakan akan sering dapat terjadi kembali kapan saja, untuk itu dipandang perlu secara terus menerus mencari alternatif alat lindung nilai yang dapat memberikan keamanan dan kestabilan bagi kegiatan perdagangan Internasional. Beberapa produk konvensional yang ada, seperti transaksi forward, swap dan option telah menjadi pilihan pengusaha saat ini untuk melindungi resiko kerugian karena fluktuasi nilai tukar. Namun tidak demikian halnya dengan pengusaha Islami, produk-produk lindung nilai tersebut masih terus dijadikan wacana tentang kecocokannya dengan syariah Islam. 6

Pemikiran untuk kembali menggunakan emas dalam hal ini Dinar yang diperkirakan memiliki kestabilan nilai dari waktu ke waktu merupakan alternatif yang perlu mendapat perhatian. Kekuatan dan kestabilan nilai fiat money yang didominasi oleh Dolar Amerika Serikat semakin tidak memberikan keamanan dan kestabilan. Jika dilihat perjalanan pergerakan harga emas per Dolar Amerika Serikat sejak Bretton Wood ditinggalkan yaitu USD35 per troy ounce (toz) maka nilai USD telah merosot sangat jauh mencapai lebih dari USD1000 per toz pada tahun 2008. Hal ini antara lain disebabkan oleh kondisi ekonomi Amerika yang sudah memprihatinkan dimana defisit neraca perdagangan semakin besar mencapai minus USD763,6 miliar pada akhir tahun 2006. Dengan mempertimbangkan hal tersebut dan ditambah dengan masalah di sekt or perumahan yang dialami Amerika sejak pertengahan tahun 2007 diperkirakan akan mengakibatkan potensi resesi ekonomi sehingga dalam jangka panjang pelemahan nilai Dolar Amerika Serikat diperkirakan akan terus berlanjut. Dengan mempertimbangkan menurunnya nilai tukar Dolar Amerika Serikat terhadap mata uang negara-negara utama lainnya (G-5) di masa yang akan datang, maka dapat diperkirakan apa yang akan dialami oleh negara-negara yang melakukan kontrak-kontrak perdagangan dalam mata uang Dolar Amerika Serikat. Alternatif menggunakan mata uang utama lainnya seperti Euro kemudian menjadi wacana yang menghangat di kalangan negara-negara pengekspor minyak. Survey yang dilakukan oleh Royal Bank of Scotland pada tahun 2008 mengenai Reserves Management Trends terhadap bank-bank sentral, menunjukkan telah terjadi pergeseran komposisi mata uang dari US Dolar ke Euro sebesar 64%. (RBS 2008 : 11). Namun apa yang akan terjadi jika selanjutnya negara-negara Eropa mengalami hal yang sama dengan yang dialami oleh Amerika, mengingat uang yang digunakan adalah sama yaitu fiat money. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam tesis ini adalah otoritas moneter dan para pelaku ekonomi muslim perlu mencari 7

alternatif nilai tukar yang stabil. Hal ini bertujuan agar dapat menetapkan kebijakan moneter yang efektif, memudahkan pelaku ekonomi untuk memproyeksikan kebutuhan dimasa yang akan datang dan meminimalisir resiko kerugian yang timbul dari ketidakstabilan mata uang yang digunakan. Alternatif menjadikan Dinar sebagai nilai tikar dalam perdagangan internasional perlu diuji kembali kestabilannya dengan menggunakan pendekatan yang ilmiah. Berdasarkan rumusan masalah di atas maka pertanyaan penelitian disusun sebagai berikut : a. Bagaimanakah stabilitas daya beli Dinar emas terhadap harga komoditi minyak dalam 3 periode waktu, sebelum Bretton Wood system, periode Bretton Wood system dan sesudah Bretton Wood system? b. Sesudah periode Bretton Wood system, variabel ekonomi apa saja yang diperkirakan signifikan mempengaruhi pergerakan harga emas dunia saat ini? c. Bagaimana tantangan dan peluang penggunaan D inar sebagai alternatif alat nilai tukar yang digunakan dalam transaksi perdagangan internasional terutama sesama anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI)? 1.3 Tujuan Penelitian Berlandaskan kerangka pemikiran bahwa menjaga stabilitas mata uang merupakan hal yang sangat penting untuk memudahkan otoritas moneter dalam mengambil kebijakan yang efektif dan memberikan kepastian bagi pengusaha dalam menentukan proyeksi keuangan dimasa yang akan datang maka untuk meminimalisir risiko kerugian yang timbul karena fluktuasi nilai tukar maka dipandang perlu untuk mencarikan alternatif nilai tukar yang dapat melindungi pengusaha Islami. Terkait dengan hal tersebut di atas maka tujuan penelitian dari tesis ini adalah sebagai berikut : 8

a. Untuk mengetahui stabilitas nilai Dinar emas dari waktu ke waktu (3 periode waktu dengan sistem moneter yang berbeda) sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif mata uang dalam perdagangan Internasional. b. Untuk mengetahui variabel-variabel ekonomi yang signifikan mempengaruhi pergerakan harga emas dunia saat ini. c. Melihat peluang dan tantangan menjadikan Dinar emas sebagai alternatif nilai tukar dalam perdagangan internasional bagi sesama anggota negara Organisasi Konferensi Islam (OKI). 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan penelitian diharapkan hasilnya dapat memberikan masukan dan pemikiran mengenai hal-hal sebagai berikut : a. Adanya kajian yang lebih mendalam dan komprehensif mengenai kemungkinan implementasi penggunaan Dinar dalam transaksi perdagangan internasional dengan basis argumen yang lebih memadai. b. Tersedianya wacana yang konklusif dan rasional bagi pelaku perdagangan internasional dalam menentukan mata uang yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dalam perdagangan Internasional khususnya dengan negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI). 1.5 Pembatasan Masalah Untuk lebih memfokuskan penulisan tesis ini, maka masalah akan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut : a. Pembahasan tidak memasukkan secara khusus faktor sistem nilai tukar yang dianut oleh suatu negara. b. Pergerakan Dinar emas akan diukur dalam 3 periode waktu yaitu periode sebelum Bretton Wood System (tahun 1930 s/d tahun 1945), 9

periode Bretton Wood System (1946 s/d Agustus 1971) dan periode setelah Bretton Wood (September 1971 s/d Juni 2008). c. Variabel pembanding yang digunakan dalam mengukur stabilitas Dinar emas adalah harga minyak dunia baik nominal maupun adjusted (disesuaikan dengan angka inflasi tahun 2005). d. Analisa lebih banyak menekankan pada aspek Dinar emas saja, sementara Dirham tidak akan dibahas karena keduanya merupakan alternatif yang dapat digunakan secara bersamaan. e. Analisa hanya sebatas alternatif mata uang yang akan digunakan untuk kontrak-kontrak dalam kegiatan perdagangan internasional (non cash ), antar negara-negara yang tergabung dalam OKI. 10 1.6 Kerangka Pemikiran Salah satu faktor utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional merupakan transaksi antar negara yang timbul karena adanya ketersediaan barang dan jasa yang ditawarkan dengan harga yang kompetitif dan kualitas yang sesuai kebutuhan. Seringkali barang dan jasa yang ditawarkan antara negara satu dengan lainnya memiliki kemiripan. Hal tersebut terutama disebabkan oleh karakteristik faktor produksi yang dimiliki negara-negara tersebut. Namun demikian, berbagai pertimbangan seperti faktor biaya dan faktor kelangkaan menyebabkan suatu negara memenuhi kebutuhan dalam negeri dari kegiatan ekspor-impor. Selain karena faktor demand dan supply, hal lain yang mempengaruhi pergerakan perdagangan internasional adalah pergerakan nilai tukar sebagai alat pembayaran transaksi perdagangan internasional. Nilai tukar (kurs) adalah harga sebuah mata uang suatu negara jika diukur dalam mata uang lainnya. Nilai tukar digunakan untuk menterjemahkan harga barang dan jasa dari berbagai negara dalam bahasa yang sama. Mata uang yang dijadikan acuan dalam perdagangan Internasional saat ini masih

didominasi oleh Dolar Amerika Serikat. Penggunaan nilai tukar tidak terlepas dari rezim devisa yang dianut suatu negara dan komitmen pemerintahnya untuk mendorong penggunaan alat pembayaran Dolar Amerika Serikat sebagai alternatif. Alasan suatu mata uang dipilih sebagai alat pembayaran dalam perdagangan internasional antara lain dipengaruhi oleh ketebalan pasar yang mempengaruhi likuid tidaknya alat pembayaran tersebut, kesediaan negara mitra dagang untuk menggunakan alat pembayaran tersebut, dan tersedianya cadangan devisa dalam bentuk alat pembayaran yang menjadi alternatif tersebut secara memadai di bank sentral masing-masing negara. Stabilitas adalah salah satu faktor yang menjadi pertimbangan digunakannya suatu mata uang dunia sebagai alat pembayaran dalam perdagangan internasional. Stabil tidaknya suatu mata uang dapat diukur dari naik-turunya nilai mata uang tersebut dari waktu ke waktu. Dinar emas sebagai alat pembayaran sebenarnya sudah digunakan sejak masa Rasullulah SAW, baik dalam perdagangan domestik maupun antar negara. Perjalanan sejarah emas menjadi alat tukar diawali dengan emas dalam sirkulasi, emas dijadikan standar dalam menentukan nilai tukar sampai diperkenalkannya Bretton Wood System. Meskipun demikian emas masih menjadi salah satu bentuk cadangan devisa oleh seluruh negara. Dengan demikian emas bukan sesuatu yang asing dalam konteks kesetaraan dengan mata uang dan lebih lanjut dapat digunakan sebagai alat pembayaran alternatif selain Dolar Amerika Serikat. Ketika emas tidak lagi digunakan sebagai standar, harga emas dinilai dengan Dolar Amerika Serikat terus meningkat, faktor-faktor ekonomi global dan kondisi ekonomi Amerika diperkirakan mempangaruhi pergerakan harga emas dunia. Selanjutnya tingkat efisiensi dari suatu alat pembayaran akan mempengaruhi dipilihnya emas sebagai alat pembayaran dalam perdagangan internasional. Namun demikian hal tersebut belum tentu akan dapat dengan mudah diterima oleh seluruh negara, harus dimulai oleh 11

dua negara atau lebih kemudian beranjak kepada kelompok yang lebih besar. Semakin besar kelompok tersebut akan menyebabkan meningkatnya likuiditas emas dan pada gilirannya efisiensi bagi para pelaku perdagangan internasional. Dalam hal ini peran Islamic Development Bank yang selama ini sudah menjadi fasilitator bagi negara -negara yang tergabung dalam OKI akan semakin penting. 12 Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Perdagangan internasional Gunakan uang kuat (USD) Tidak volatile Ya Meningkatkan risiko kerugian Hedging Dilarang Tidak Ya Gunakan Dinar Emas sbg alternatif nilai tukar volatile Ya Tidak Tantangan dan peluang penggunaannya sbg mata uang bersama Faktor yang mempengaruhi pergerakan harga Dinar Emas

13 1.7 Hipotesis Berdasarkan tujuan di atas, maka beberapa hipotesis yang akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesa untuk melihat stabilitas pergerakan Dinar emas dari waktu ke waktu. H 0 : Tidak terdapat perbedaan stabilitas Dinar emas terhadap harga komoditi minyak dalam 3 (tiga) periode sistem moneter. H 1 : Terdapat perbedaan stabilitas Dinar emas terhadap harga komoditi minyak dalam tiga periode sistem moneter.. 2. Hipotesa untuk menentuka n variabel ekonomi yang mempengaruhi pergerakan harga emas secara signifikan H 0 : Pergerakan harga emas tidak secara signifikan dipengaruhi oleh variabel ekonomi DXY (Index USD), Fedfund rate, MSDUWIL Index (GDP dunia ), CPI CHNG Index (tingkat inflasi US) H 1 : Pergerakan harga emas secara signifikan dipengaruhi oleh variabel ekonomi DXY (Index USD), Fedfund rate, MSDUWIL Index (GDP dunia), CPI CHNG Index (tingkat inflasi US). 1.8 Metode Penelitian Penelitian bertujuan untuk menguji stabilitas emas dengan harga komoditi minyak bumi sebagai acuan dan variabel-variabel ekonomi yang mempengaruhi harga emas jika dinilai dalam Dolar Amerika Serikat di pasar Internasional, serta melihat peluang Dinar emas sebagai alternatif pengganti dominasi Dolar Amerika Serikat atau mata uang utama lainnya sebagai mata uang dalam transaksi perdagangan internasional terutama antar negara-negara OKI. Penggunaan Dinar emas tersebut diperkirakan

dapat meminimalisir risiko kerugian yang timbul dari perdagangan Internasional. Variabel-variabel input, output yang telah ditetapkan akan digunakan untuk menentukan stabilitas emas dinilai dengan Dolar Amerika Serikat dan melihat daya beli Dinar emas terhadap minyak dunia. Selanjutnya menentukan keeratan variabel-variabel ekonomi dan nilai tukar terhadap pergerakan Emas yang diwakili oleh DXY Index (Index USD terhadap 6 mata uang utama), tingkat suku bunga Amerika Serikat (Fedfund rate), pertumbuhan ekonomi dunia (GDP dunia), dan tingkat inflasi Amerika (CPI CHNG Index). Mengukur stabilitas daya beli Dinar emas terhadap harga komoditi minyak menggunakan data nilai konversi harga Dinar emas per Dolar Amerika Serikat sejak tahun 1930 s/d 2008 da n untuk menentukan variabel-variabel ekonomi yang signifikan mempengaruhi pergerakan harga emas dunia menggunakan data DXY Index (Index USD terhadap 6 mata uang utama), tingkat suku bunga Amerika Serikat (Fedfund rate), pertumbuhan ekonomi dunia (GDP dunia), dan tingkat inflasi Amerika (CPI Index), selama periode 1971 s.d akhir April 2008. 1.9 Sistematik a Penulisan Untuk mencapai tujuan penulisan sebagaimana dijelaskan di atas, penelitian ini diorganisir kedalam bab-bab berikut : 14 Bab I : Pendahuluan Bab ini akan menjabarkan mengenai latar belakang penulisan, perumusan masalah, ruang lingkup penelitian, ma ksud dan tujuan penelitian, kerangka teori, hipotesis dan metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini dijelaskan mengenai landasan teori dan penelitian yang pernah dilakukan mengenai : (i) emas sebagai alat pembayaran, (ii) stabilitas Dinar (emas) dalam konsep ekonomi, (iii) emas dalam sistem ekonomi moneter, (iv) determinasi harga emas dunia, (v) perkembangan perdagangan antar negara OKI, dan (vi) prospek emas sebagai nilai tukar dalam kegiatan perdagangan internasional. Bab III : Metode Penelitian 15 Dalam bab ini akan dibahas mengenai kerangka teori secara rinci dan uraian tentang variabel-variabelnya. Bagian ini akan berisi laporan mengenai berbagai cara yang akan digunakan dalam penelitian. Pada umumnya bagian ini mengandung beberapa unsur yaitu : sumber data, konsep dan definisi, variabel dan metode analisis. Bab IV : Analisis Dalam bab ini membahas mengenai (i) pengukuran stabilitas daya beli Dinar emas terhadap minyak bumi dunia dalam 3 periode waktu, (ii) variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi pergerakan harga emas terhadap US Dollar, (iii) peluang dan tantangan penggunaan mata uang bersama. Bab IV : Kesimpulan dan Saran Bab ini akan berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.