REVISI RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

LUAS TAMBAH TANAM SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015 LUAS PANEN SAYUR BUAH SEMUSIM (SBS) TAHUN 2015

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2016 Direktur Jenderal Hortikultura. Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura Kementrian Pertanian / 1

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura L-5

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun


I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN HORTIKULTURA 2016

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun


RANCANGAN PROGRAM DAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2016

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KERAGAAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

LAPORAN KINERJA (LKJ)

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STATISTIK TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN GUNUNG MAS 2017

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

RENCANA KERJA dan EVALUASI e-proposal DITJEN HORTIKULTURA TAHUN 2015

PETA POTENSI DAN PROGRAM PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNGGULAN JAWA TIMUR DALAM MENINGKATKAN KETERSEDIAAN PRODUK NASIONAL DAN PASAR EKSPOR

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

Katalog BPS:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

Direktorat Jenderal Hortikultura I. PENDAHULUAN

Tahun Bawang

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT)

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TA. 2016

BAB IV RUJUKAN RENCANA STRATEGIS HORTIKULTURA

Pedoman Pengumpulan Data Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

Perkembangan Ekonomi Makro

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 2015

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. Sayuran merupakan salah satu komoditas unggulan karena memiliki nilai

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

Revisi ke : 04 Tanggal : 29 Oktober 2014

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

Direktorat Jenderal Hortikultura I. PENDAHULUAN

Perkembangan Hortikultura Dunia dan Indonesia. Agronomi & Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

OUTLOOK. Oleh: Reny Kustiari Sri Nuryanti PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. akan tetapi juga berperan bagi pembangunan sektor agrowisata di Indonesia.

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2013 Direktur Jenderal Hortikultura, Dr. Ir. Hasanuddin Ibrahim, Sp.I. NIP

2. Semua bilangan di belakang koma yang nilainya lebih dari setengah dibulatkan ke atas.

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis PDB Sektor Pertanian Tahun 2015

LAKIP Direktorat Jenderal Hortikultura TA.2012 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

Renstra Dispakan RENCANA STRATEGIS DINAS PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN

A. Realisasi Keuangan

RENCANA KERJA DAN STRATEGI PEMBANGUNAN HORTIKULTURA TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH

30% Pertanian 0% TAHUN

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS DAN PERANCANGAN

Revisi ke 06 Tanggal : 11 Oktober 2013

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

PETUNJUK TEKNIS A. Latar Belakang

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TA. 2014

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

SURVEI USAHA HORTIKULTURA LAINNYA (NRT) TAHUN 2016

Transkripsi:

REVISI RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN 2015-2019 DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEMENTERIAN PERTANIAN 2016

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL HORTIKULTURA NOMOR : 2311/Kpts/HK.320/D/12/2016 TENTANG REVISI RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA 2015-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL HORTIKULTURA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyusun revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura 2015-2019 diperlukan Focus Group Discussion (FGD); b. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan, perlu disusun dokumen revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura 2015-2019 sebagai bagian dari Renstra Kementerian Pertanian; c. bahwa untuk memberikan penjabaran secara lebih terarah tentang kegiatan dan tanggung jawab pengelolaan program dan kegiatan pengembangan hortikultura di Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota 2017, maka perlu dibuat revisi Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura tahun 2015-2019; Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004, tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010, tentang Hortikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 95); 7. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 339); 8. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 perubahan ke 4 atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5655; 9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 8); 10. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 2015 Nomor 85); 11. Peraturan Presiden Nomor 75/M Tahun 2015 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari dan Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di Lingkungan Kementerian Pertanian; 12. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Periode Tahun 2014-2019; 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194/PMK.02/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.02/2013 tentang Petunjuk Penyusunan

Memperhatikan Menetapkan : KESATU dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga; 14. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 5119/Kpts/KU.410/ 12/2013 tentang Penetapan Pejabat Pengelola Keuangan Lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2014; 15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/ HK. 140/4/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2014-2019; 16. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 43/ Permentan/OT.010/8/2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 17. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 62/Permentan/RC. 130/12/2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016; 18. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 151/ Kpts/KP.230/3/2016 tentang Pemberhentian, Pemindahan dan Pengangkatan Dalam Jabatan Administrator (Eselon III) dan Pengawas (Eselon IV) di Lingkungan Direktorat Jenderal Hortikultura; 19. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 659/ Kpts/KP.230/10/2016 tentang Pemberhentian, Pemindahan dan Pengangkatan Pejabat Administrator (Eselon III) dan Pengawas (Eselon IV) Dilingkungan Direktorat Jenderal Hortikultura; MEMUTUSKAN: : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Induk Tahun Anggaran 2017 Direktorat Jenderal Hortikultura Nomor: SP DIPA-018.04-0/2017, tanggal 7 Desember 2016. : Revisi Rencana Strategis Direktrorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015-2019 sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.

KEDUA : Revisi Rencana Strategis sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU dimaksudkan sebagai acuan dalam melaksanakan pengembangan hortikultura di Pusat, Provinsi dan Kabupaten / Kota tahun 2015-2019. KETIGA : Pelaksanaan Pengembangan Hortikultura tahun 2015-2019 dilaksanakan secara terkoordinasi antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. KEEMPAT KELIMA : Biaya pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan hortikultura tahun 2015-2019 ini bersumber dari dana APBN sesuai dengan anggaran yang tersedia. : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 2 7 Desemeber 2016 DIREKTUR JENDERAL HORTIKULTURA, Dr. Ir. Spudnik Sujono, K, MM 19580206 198506 1 001 Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth : 1. Menteri Pertanian; 2. Menteri Keuangan; 3. Gubernur di Seluruh Indonesia; 4. Bupati/Walikota di Seluruh Indonesia; 5. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan; 6. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan; 7. Direktur Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan; 8. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan; 9. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian; 10. Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang membidangi Hortikiiltura di seluruh Indonesia

KATA PENGANTAR Revisi Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Hortikultura 2015 2019 ini bertujuan untuk memberikan panduan dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kinerja Tahunan, Rencana Kinerja, evaluasi dan pelaporan atas kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura dalam 5 (lima) tahun sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Dimana Ruang lingkupnya mencakup visi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi, kebijakan, program dan kegiatan. Pada dokumen ini telah disesuaikan dengan perubahan struktur organisasi yang merujuk pada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2015 dan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 43/ Permentan/ OT.010/8/2015 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pertanian. Selain itu juga menyesuaikan dengan Revisi Renstra Kementan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 09/Permentan/Rc.020/3/2016 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019. Posisi strategis dari Pengembangan Hortikultura ini terutama karena berperan dalam Pengendalian inflasi pada komoditas yang sensitife terhadap ekonomi makro melalui peningkatan ketersediaan produksi dan pasokan dalam negeri. Untuk pengendalian inflasi perlu dilakukan berbagai upaya terhadap komoditas cabe dan bawang, diantaranya membangun kawasan baru di luar pulau Jawa, melakukan gerakan tanam cabai, dan optimalisasi pemanfaatan pekarangan, serta kebijakan anggaran yang memberikan porsi anggaran pembangunan yang lebih besar untuk komoditas tersebut. Selain itu juga mendukung Kebijakan substitusi impor dengan kebijakan menggalakkan produksi dalam negeri terhadap barang-barang/produk yang banyak diimpor Jakarta, 2016 Direktur Jenderal Hortikultura Dr. Ir. Spudnik Sujono, K, MM Direktorat Jenderal Hortikultura i

DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i iii v 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan Hukum Pembangunan Hortikultura... 2 1.3 Kondisi Umum Hortikultura... 4 1.4 Tujuan... 7 1.5 Ruang Lingkup... 7 2. KERAGAAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA... 9 2.1 Sumbangan Hortikultura dalam Indikator Makro... 9 2.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB)... 9 2.1.2 Tenaga Kerja... 10 2.1.3 Neraca Perdagangan... 12 2.1.4 Nilai Tukar Petani... 15 2.1.5 Ketersediaan dan Konsumsi... 16 2.2 Sumbangan hortikultura Dalam Indikator Mikro... 19 2.2.1 Produksi dan Luas Panen Komoditas Hortikultura... 19 2.2.2 Pengembangan Kawasan Hortikultura... 29 2.2.3. Pengembangan Registrasi Kebun dan atau Lahan.. Usaha Hortikultura... 31 2.2.4. Fasilitasi Pengelolaan Pascapanen... 32 2.2.5 Ketersediaan dan Produksi Benih... 33 2.2.6. Kelembagaan Perbenihan Hortikultura... 35 2.2.7 Perkembangan Ekspor & Impor benih Hortikultura... 36 2.2.8. Perkembangan Pelepasan/Pendaftaran Varietas Hortikultura... 38 2.2.9 Pengendalian OPT Hortikultura... 38 2.2.10 Pemantauan Residu Pestisida... 39 2.2.11 Penanganan Dampak Perubahan Iklim... 40 Direktorat Jenderal Hortikultura iii

2.2.12. Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Perlindungan Hortikultura... 41 2.2.13. Peningkatan Pengendalian OPT Hortikultura... 42 2.2.14. Pelaksanaan SLPHT Hortikultura... 43 3. VISI, MISI DAN TUJUAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA TAHUN 2015-2019... 45 3.1. Keterkaitan Visi, Misi dan Tujuan Terhadap Renstra Kementan Tahun 2015-2019... 45 3.2 Visi, Misi dan Tujuan Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura 2015-2019... 47 4. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN... 49 4.1 Strategi... 49 4.2 Arah kebijakan... 52 5. SASARAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA... 55 5.1 Sasaran Umum... 55 5.2. Sasaran Strategis Utama... 55 5.2.1. Stabilnya Produksi Cabai dan Bawang Merah... 55 5.2.2. Berkembangnya Komoditas Bernilai Tambah dan Berdaya Saing... 57 6. PROGRAM, SASARAN PROGRAM, INDIKATOR SASARAN DAN INDIKATOR OUTPUT... 63 6.1. Program, Sasaran Program dan Indikator Sasaran... 63 6.2. Indikator Output... 64 7. Target dan Langkah Operasional... 67 7.1 Target... 67 7.2 Stabilisasi cabai dan bawang merah dan indikator Berkembangnya komoditas bernilai tambah dan berdaya saing... 68 7.3 Langkah Operasional... 70 iv Direktorat Jenderal Hortikultura

7.2.1 Peningkatan Produksi Buah dan Florikultura... 70 7.2.2. Peningkatan Produksi Sayuran dan Tanaman Obat. 71 7.2.3 Pengembangan Sistem Perlindungan Hortikultura. 72 7.2.4. Langkah Operasional Pengembangan Sistem dan Industri Perbenihan Hortikultura... 73 7.2.5. Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk Hortikultura... 73 7.2.6. Peningkatan usaha dukungan manajemen dan teknis lainnya pada Ditjen Hortikultura... 74 8. PENUTUP... 75 Direktorat Jenderal Hortikultura v

DAFTAR TABEL Tabel 1. Perubahan struktur I pada ditjen Hortikultura Menurut Permentan no. 43... 2 Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura Berdasar Lapangan Usaha 2010-2014... 10 Tabel 3. Volume Ekspor Impor Komoditas Hortikultura Tahun 2010 2014... 12 Tabel 4. Nilai Ekspor Komoditas Hortikultura Tahun 2010 2014... 15 Tabel 5. Nilai Impor Komoditas Hortikultura Tahun 2010 2014... 15 Tabel 6. Nilai Neraca Komoditas Hortikultura Tahun 2010 2014... 15 Tabel 5. Perkembangan Produksi Komoditas Tanaman Sayuran Tahun 2010-2014... 20 Tabel 6. Perkembangan Produksi Komoditas Tanaman Buah Tahun 2010-2014... 21 Tabel 7. Perkembangan Produksi Komoditas Florikultura Tahun 2010-2014... 22 Tabel 8. Perkembangan Produksi Komoditas Tanaman Obat Tahun Tabel 9. 2010-2014... 23 Perkembangan Luas Panen Komoditas Buah Tahun 2010-2014... 24 Tabel 10. Perkembangan Luas Panen Komoditas Sayuran Tahun 2010-2014... 25 Tabel 11. Perkembangan Luas Panen Komoditas Florikultura Tahun 2010-2014... 26 Tabel 12. Perkembangan Luas Panen Komoditas Tanaman Obat Tahun 2010-2014... 28 Tabel 13. Perkembangan Registrasi Kebun dan atau Lahan Usaha Hortikultura Tahun 2010 2014... 32 Tabel 14. Realisasi Fasilitasi Pascapanen Hortikultura Tahun 2010 2014... 33 Tabel 15. Volume Permohonan Pengeluaran/ Pemasukan Benih Tahun 2010 2014... 37 Tabel 16. Nilai Permohonan Pengeluaran/ Pemasukan Benih Tahun 2010 2014... 37 vi Direktorat Jenderal Hortikultura

Tabel 17. Jumlah Komoditas dan Varietas Hortikultura Yang Telah Didaftar Oleh Menteri Pertanian Tahun 2010 2014... 38 Tabel 18. Perbandingan Luas Serangan OPT dengan Luas Panen Tahun 2010-2014... 39 Tabel 19. Capaian Dukungan Perlindungan Hortikultura 2011-2014... Tabel 20. Proyeksi Penyediaan Bawang Merah... 56 Tabel 21. Proyeksi Penyediaan Aneka Cabai... 57 Tabel 22. Sasaran Produksi Buah 2015-2019... 58 Tabel 23. Sasaran Produksi Sayuran 2015-2019... 59 Tabel 24. Sasaran Produksi Tanaman Obat 2015-2019... 61 Tabel 25. Sasaran Produksi Tanaman Florikultura 2015-2019... 62 Tabel 26. Sistematika Program... 63 Tabel 27. Indikator Outcome dan Output... 64 Tabel 28. Target Renstra Ditjen Hortikultura... 67 Tabel 29. Rincian Target Ouput Kegiatan Produksi Cabe dan Bawang... 68 Tabel 30. Rincian Target Ouput Kegiatan Produksi Jeruk, Buah... Lainnya dan Florikultura... 68 Direktorat Jenderal Hortikultura vii

DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Penyerapan Tenaga Kerja Sub Sektor Hortikultura Tahun 2010-2015... 11 Gambar 2. NTP Pertanian dan Sub Sektor Hortikultura Tahun 2010-2014... 16 Gambar 3. Ketersediaan Per Kapita Komoditas Hortikultura (Kg/Kapita)... 17 Gambar 4. Konsumsi Hortikultura (Kg/tahun/kapita)... 18 Gambar 6. Area Pengembangan Kawasan Hortikultura Tahun 2010-2014... 30 Gambar 9. Keterkaitan Visi, Misi dan Tujuan Renstra Kementan 2015-2019 (Permentan Nomor 09/Permentan/RC.020/ 3/2016) dengan Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura... 46 Gambar 10. Visi, Misi dan Tujuan Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura 2015-2019... 47 viii Direktorat Jenderal Hortikultura

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan kelompok komoditas pertanian yang sangat beragam. Kementerian Pertanian telah menetapkan sebanyak 323 jenis produk hortikultura terdiri dari 60 jenis buah-buahan, 80 jenis sayuran, 66 jenis biofarmaka (tanaman obat) dan 117 jenis tanaman hias (florikultura), namun diperkirakan jenis produk hortikultura ini tentu saja akan bertambah banyak di masa mendatang. Dari jumlah tersebut, baru sekitar 90 jenis produk hortikultura yang terdata. Pada periode 20015 2019, komoditas strategis hortikultura yang ditetapkan sebagai komoditas unggulan nasional adalah aneka cabai, bawang merah, kentang, jeruk, mangga, manggis, salak, dan nenas. Komoditas hortikultura telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu komoditas pertanian yang cukup diminati di pasar. Kondisi ini dipengaruhi oleh semakin tingginya kesadaran konsumen akan arti penting komoditas hortikultura yang tidak hanya sebagai bahan pangan, tetapi juga mempunyai kontribusi kepada aspek kesehatan, estetika dan lingkungan. Sebuah perencanaan strategik (Renstra) yang baik adalah sebuah perencanaan yang tingkat implementasinya mencapai keseluruhan dari yang telah direncanakan. Sebuah perencanaan strategik juga tidak luput dari kesenjangan antara perencanaan dengan tingkat implementasinya. Hal-hal makro yang mempengaruhi pencapaiannya adalah perubahan pada lingkungan internal dan eksternal. Perubahan struktur organisasi dan kebijakan makro serta situasi makro ekonomi merupakan salah satu halhal yang perlu dipertimbangkan dalam Renstra. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2015, tentang Kementerian Pertanian berkonsekuensi perubahan struktur organisasi di lingkup kementerian pertanian, termasuk juga pada Ditjen Hortikultura pada tahun 2016 2019. Renstra Ditjen Hortikultura tahun 2015 2019 belum memuat perubahan struktur organisasi tersebut sesuai dengan Direktorat Jenderal Hortikultura 1

Perpres di atas. Selain hal tersebut, Renstra Kementerian Pertanian 2015 2019 yang menjadi sumber acuan Renstra Ditjen Hortikultura, telah direvisi. EDISI REVISI telah diterbitkan pada bulan April 2016 Nomor: 09/Permentan/ RC.020/3/2016 dan telah memuat perubahan organisasi tersebut. Tabel 1 : Perubahan struktur I pada ditjen Hortikultura Menurut Permentan no. 43 Sebelum Perubahan Perubahan Menurut Permentan No. 43 1. Sekretariat Direktorat Jendral 2. Direktorat Budidaya dan Pascapanen 3. Direktorat Budidaya Sayuran dan Tanaman Obat 4. Direktorat Budidaya Florikultura 5. Direktorat Perlindungan Tanaman Hortikultura 6. Direktorat Perbenihan 1. Sekretariat Direktorat Jendral 2. Direktorat Perbenihan 3. Direktorat Buah dan Florikultura 4. Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat 5. Direktorat Perlindungan Hortikultura 6. Direktorat Pengolahan Pemasaran Hasil Hortikultura 1.2 Landasan Hukum Pembangunan Hortikultura Rencana Strategis Direktorat Jenderal Hortikultura merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015-2019 disusun sebagai perwujudan amanah Undang- Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Peraturan Presiden RI Nomor 2 tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019. Dalam RPJPN yang saat ini memasuki tahap ke-3 (2015-2019) difokuskan untuk memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan kompetitif perekonomian yang berbasis sumberdaya alam yang tersedia, sumberdaya manusia yang berkualitas dan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Sedangkan RPJMN 2015-2019 sebagai tahapan ketiga dari RPJPN 2005-2025, memproritaskan pada upaya mencapai kedaulatan pangan, kecukupan energi dan pengelolaan sumberdaya maritim dan kelautan. 2 Direktorat Jenderal Hortikultura

Pada RPJMN 2015-2019, NAWA CITA menjadi agenda prioritas Kabinet Kerja dengan mengarahkan pembangunan pertanian ke depan untuk mewujudkan kedaulatan pangan, agar Indonesia sebagai bangsa dapat mengatur dan memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya secara berdaulat. Kedaulatan pangan diterjemahkan dalam bentuk kemampuan bangsa dalam hal: (1) mencukupi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, (2) mengatur kebijakan pangan secara mandiri, serta (3) melindungi dan menyejahterakan petani sebagai pelaku utama usaha pertanian pangan. Peningkatan kedaulatan merupakan salah satu bagian dari Agenda 7 Nawa cita yaitu Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Selain Kedaulatan Pangan yang ada dalam Nawa cita, juga terdapat Peningkatan Agroindustri sebagai bagian dari agenda 6 yaitu Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional. Kedaulatan pangan dan Agroindustri menjadi bagian dalam upaya mewujudkan perekonomian yang lebih mandiri, yang digambarkan dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan meningkat hingga 8,0 persen, tumbuhnya investasi 12,1 persen, serta ekspor yang diperkirakan tumbuh 12,2 persen di tahun 2019. Melalui upaya ketahanan pangan dan agroindustri, diharapkan sektor pertanian tumbuh 4,5 persen pertahun. Dari kedua sub agenda kedaulatan pangan dan peningkatan agroindustri, maka Kementerian Pertanian hadir dengan visi : Terwujudnya Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani. Tercapainya visi tersebut dapat dilihat dari sejauh mana sasaran strategis yang ditetapkan lima tahun ke depan, yang meliputi 1) meningkatnya produksi padi, jagung, kedelai, daging dan gula; 2) terjaminnya distribusi pangan; 3) meningkatnya akses dan pemanfaatan pangan dan gizi; 4) meningkatnya konsumsi pangan lokal; 5) stabilnya produksi cabai dan bawang merah; 6) berkembangnya produk berek tambah dan berdaya saing; 7) tersedianya bahan baku bioindustri dan bioenergi; 8) meningkatnya kualitas sumberdaya insani petani; 9) meningkatnya pendapatan keluarga petani; 10) meningkatnya kualitas aparatur dan layanan. Direktorat Jenderal Hortikultura 3

Sejumlah Undang-undang, Peraturan Pemerintah (PP) maupun Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) yang ada saat ini secara de yure menjadi modal penting bagi pengembangan hortikultura di Indonesia. Dukungan kebijakan pemerintah terhadap pengembangan hortikultura tersebut diantaranya Undang- Undang Budidaya Pertanian No. 12 dan Undangundang Hortikultura No. 13 Tahun 2010. Salah satu substansi yang diatur dalam Undang undang No. 13 tahun 2010 adalah tentang Pewilayahan Hortikultura: pasal 40 43; Kawasan Hortikultura: pasal 44 47; Unit Usaha Budidaya Hortikultura : pasal 48 49 dan Usaha Hortikultura : pasal 50 56 Dokumen teknokratis yang telah dibuat untuk memberi arah/panduan dalam sistem perencananaan pembangunan hortikultura di Indonesia adalah sebagai berikut : (1) Cetak biru (Blueprint) Pembangunan Hortikultura 2011 2025. Dokumen ini memberi tahapan strategis pencapain pembangunan hortikultura. (2) Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2013 2045. Dimana dokumen ini juga memberi amanah terhadap arah pembangunan pertanian termasuk pembangunan sub sektor hortikultura Indonesia. Keberadaan dokumen-dokumen ini memberi warna sekaligus muatan dalam penyusunan rencana strategi pengembangan hortikultura 2015 2019. (3) Permentan Nomor: 09/Permentan/RC.020/3/2016 tentang Rencana Strategis Kementrian Pertanian Tahun 2015-2019 1.3 Kondisi Umum Hortikultura Komoditas hortikultura telah menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat dan petani sub sektor hortikultura secara nasional juga memberikan kontribusi positif terhadap indikator ekonomi makro. PDB sub sektor hortikultura pada tahun 2012 mencapai 117,8 miliar rupiah dan diproyeksikan mengalami peningkatan menjadi 124 Trilyun rupiah pada tahun 2014. Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) sektor hortikultura pada tahun 4 Direktorat Jenderal Hortikultura

2012 mencapai 109,03 dan diproyeksikan akan meningkat menjadi 111,33 di tahun 2014. Sementara di sektor Ketenagakerjaan, jumlah pekerja yang bekerja di subsektor hortikultura pada tahun 2011 adalah sebesar 3,11 juta orang. Jumlah penduduk Indonesia dewasa ini sebanyak 250 juta jiwa (kondisi tahun 2014) dengan pertumbuhan sekitar 1,5% per tahun. Data tersebut menekankan bahwa Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia dan merupakan 35 % dari jumlah penduduk ASEAN (600 juta jiwa). Hal ini menggambarkan potensi pasar sekaligus tantangan yang besar dalam pemenuhan kebutuhan hortikultura. Tantangan lain adalah mengendalikan impor dan mengoptimalkan kemampuan produksi dalam negeri, terutama komoditas hortikultura yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Selanjutnya, dampak dari kesepakatan dari hubungan internasional mengharuskan kesiapan kemampuan produksi dalam negeri dan meningkatkan daya saing terhadap produk dari negara lain. Sebagai contoh adalah pelaksanaan AEC (ASEAN Economic Community) tahun 2015 yang menyebabkan bebasnya arus masuk produk hortikultura dari negara ASEAN, namun juga memberikan peluang agar produk hortikultura nusantara dapat dipasarkan ke negara ASEAN lainnya. Di sisi lain tuntutan kesehatan dan perkembangan gaya hidup masyarakat menghendaki produk yang berkualitas baik, menyehatkan, dengan tampilan menarik dan diproduksi secara ramah lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut, pelaku usaha hortikultura dituntut untuk dapat meningkatkan daya saing usahanya, dan memanfaatkan teknologi informasi, meningkatkan kerjasama dan kemitraan usaha, serta pemerintah memberikan dukungan, fasilitasi dan pendampingan kepada pelaku usaha hortikultura. Adanya Undang-Undang nomor 13 tahun 2010 tentang Hortikultura telah memberikan payung hukum pada penyelenggaran pembangunan hortikultura secara lebih komprehensif dan intensif. Dengan adanya peraturan legislasi ini diharapkan tujuan dari penyelenggaran pembangunan Direktorat Jenderal Hortikultura 5

hortikultura dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan baik dari sasaran produksi, produktivitas, mutu maupun kesinambungannya. Sejauh ini sejumlah regulasi sebagai turunan dari undang-undang tersebut juga sudah ditindaklanjuti dan beberapa diantaranya sudah efektif berlaku. Setidaknya sampai pada penghujung RPJM I dan rencana strategis Direktorat Jenderal Hortikultura 2009 2014, implementasi undangundang nomor 13 ini telah mewarnai dalam pencapaian sasaran, output maupun outcome Direktorat Jenderal Hortikultura. Memasuki periode RPJMN 2015 2019, sejumlah komoditas hortikultura akan menjadi isu strategis komoditas pertanian yang mendapat perhatian serius dari pemerintah dan pelaku usaha akibat kontribusinya terhadap perekonomian nasional antara lain : bawang merah, aneka cabai, jeruk, mangga, manggis, nenas, salak dan kentang. Beberapa permasalahan yang masih ditemui dalam pengembangan usaha agribisnis hortikultura di Indonesia, diantaranya rendahnya produksi, produktivitas dan mutu produk; lokasi usaha yang terpencar; skala usaha yang sempit dan belum efisien; serta kebijakan dan regulasi dibidang perbankan, transportasi dan logistik, ekspor dan impor yang belum sepenuhnya mendukung pelaku agribisnis hortikultura nasional. Hal ini menyebabkan produk hortikultura nasional kurang mampu bersaing dengan produk hortikultura yang berasal dari negara lain. Secara umum beberapa kendala yang masih ditemui sebagai faktor penghambat pembangunan hortikultura diantaranya: (1) meningkatnya resiko kegagalan/kerusakan panen akibat perubahan lingkungan dan iklim global (2) terbatasnya sumberdaya dan daya dukung lahan dan infrastruktur usaha, (3) belum optimalnya kelembagaan perbenihan dan perlindungan tanaman, (4) terbatasnya akses petani terhadap permodalan, (5) lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan penyuluh, (6) masih rendahnya nilai tukar petani dan nilai tambah hasil produk petani dan (7) lemahnya koordinasi dan keterpaduan pengelolaan pembangunan antara pusat - daerah maupun antar sektor terkait. 6 Direktorat Jenderal Hortikultura

1.4 Tujuan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Hortikultura 2015 2019 ini bertujuan untuk memberikan panduan dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kinerja Tahunan, Rencana Kinerja, evaluasi dan pelaporan atas kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura dalam 5 (lima) tahun sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Dengan demikian, maka dokumen renstra ini menjadi acuan dalam pembangunan hortikultura. 1.5 Ruang Lingkup Ruang lingkup Rencana strategis (renstra) Direktorat Jenderal Hortikultura 2015-2019 mencakup visi, misi, tujuan dan sasaran serta strategi, kebijakan, program dan kegiatan yang akan dilaksanakan Direktorat Jenderal Hortikultura pada kurun waktu 2015 2019. Direktorat Jenderal Hortikultura 7

2. KERAGAAN PEMBANGUNAN HORTIKULTURA Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2009-2013), subsektor hortikultura telah menjadi sumber pertumbuhan kekuatan ekonomi baru sebagai penggerak ekonomi di pedesaan dan perkotaan. Saat ini peran subsektor hortikultura cukup signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional yang ditunjukkan oleh beberapa indikator, antara lain : Sumbangan Sub sektor hortikultura dalam Perekonomian Nasional secara makro seperti PDB, tenaga kerja, neraca perdagangan, NTP, dan lain-lain maupun secara mikro seperti produksi, luas tanam/luas panen, kondisi dan ketersediaan benih, dan sebagainya. Keragaan sumbangsih sub sektor hortikultura terhadap pembangunan ekonomi nasional tersebut dapat disajikan sebagai berikut: 2.1 Sumbangan Hortikultura dalam Indikator Makro 2.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indikator ekonomi makro untuk mengetahui peranan dan kontribusi hortikultura terhadap pendapatan nasional. Sejauh ini kontribusi hortikultura pada PDB mengalami fluktuatif. Pada tahun 2012 PDB hortikultura sebesar Rp 117.424,5 milyar menurun dari tahun sebelumnya yaitu 120.079,3 pada tahun 2011. Pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi Rp 118.207,7 milyar dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar Rp 124.300,9 milyar yang dapat dilihat pada tabel 2. Direktorat Jenderal Hortikultura 9

Tabel 2. Nilai PDB Hortikultura Berdasar Lapangan Usaha 2010-2014 KATEGORI LAPANGAN USAHA Tahun 2010 2011 2012 2013 2014* Pertumbuhan 2010-2014 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 956.119,7 993.857,3 1.039.440,7 1.083.141,8 1.129.052,7 4,81% 1 Pertanian, Peternakan, Perburuan dan Jasa Pertanian 754.434,4 780.581,1 816.304,4 847.763,7 880.389,5 4,87% a. Tanaman Pangan 253.326,6 250.787,4 263.076,2 268.268,2 268.426,9 4,73% b. Tanaman Hortikultura 110.395,3 120.079,3 117.424,5 118.207,7 124.300,9 3,60% c. Tanaman Perkebunan 268.207,3 281.465,0 301.019,5 319.532,6 338.502,2 6,34% d. Peternakan 108.399,9 113.603,3 119.249,8 125.302,3 132.221,1 4,89% e. Jasa Pertanian dan Perburuan 14.105,3 14.646,1 15.534,4 16.452,9 16.938,4 7,29% 2 Kehutanan dan Penebangan Kayu 58.125,9 58.731,0 58.872,0 59.228,8 59.573,5-1,19% 3 Perikanan 143.559,4 154.545,2 164.264,3 176.149,3 189.089,7 6,77% Keterangan : Sumber BPS, olah Pusdatin * Angka Sementara Ditinjau dari rata-rata laju pertumbuhan PDB, Tanaman Hortikultura memiliki laju pertumbuhan sebesar 2,975% pada tahun 2010 hingga tahun 2014. Peningkatan PDB ini tercapai karena terjadinya peningkatan produksi di berbagai sentra dan kawasan, peningkatan luas areal produksi dan areal panen. Hal ini disebabkan peran pemerintah dalam pengembangan kawasan hortikultura dalam 15 tahun terakhir. Di samping itu, nilai ekonomi dan nilai tambah produk hortikultura yang cukup tinggi, sehingga berpengaruh positif pada meningkatnya PDB. 2.1.2 Tenaga Kerja Pengembangan hortikultura di Indonesia mampu berperan dalam menyerap tenaga kerja sehingga membantu mengurangi angka pengangguran di Indonesia. Dalam pengembangan kawasan hortikultura mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, mulai dari penyiapan benih, tenaga pembukaan lahan, penanaman hingga kegiatan pemeliharaan tanaman, pengolahan pasca panen hingga distribusi dan pemasaran. 10 Direktorat Jenderal Hortikultura

Data jumlah tenaga kerja yang bekerja di sub sektor hortikultura tahun 2010 adalah sebesar 3.058.091 orang dan pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 3.168.676 orang. Selama kurun waktu tersebut, terlihat adanya fluktuasi jumlah tenaga kerja yang bekerja di sub sektor hortikultura sebagaimana pada Gambar 1. Gambar 1. Penyerapan Tenaga Kerja Sub Sektor Hortikultura Tahun 2010-2014 TENAGA KERJA DI SUB SEKTOR HORTIKULTURA 3.180.000 3.160.000 3.140.000 3.120.000 3.100.000 3.080.000 3.060.000 3.040.000 3.020.000 3.000.000 3.158.667 3.168.676 3.118.474 3.112.648 3.078.881 3.058.091 2010 2011 2012 2013 2014 2015* Keterangan : Sumber Direktorat Jenderal Hortikultura *) Angka sementara Gambar diatas memperlihatkan bahwa dalam periode 2010 2014, tenaga kerja di sub sektor hortikultura mengalami fluktuasi. Pada tahun 2013 Terjadi penurunan sebagai konsekuensi makin beragamnya pilihan profesi pekerjaan atau juga dipicu karena makin tidak sebandingnya usaha produksi hortikultura yang ada di pedesaan dengan tenaga kerja yang tersedia. Namun, pada tahun 2014 jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan dikarenakan semakin bertumbuhnya industri di bidang hortikultura. Direktorat Jenderal Hortikultura 11

2.1.3 Neraca Perdagangan Neraca perdagangan atau neraca ekspor-impor adalah perbedaan antara nilai ekspor dan impor suatu negara pada periode tertentu yang diukur menggunakan mata uang berlaku. Kinerja ekspor komoditi hortikultura masih lemah dan perlu terus diperbaiki. Hal tersebut disebabkan antara lain besarnya jumlah pasokan yang terbatas, kontinuitas terbatas, ketergantungan pada musim dan sistem produksi serta mutu produk yang belum memenuhi persyaratan, nilai tukar rupiah yang melemah, biaya kargo yang mahal dan belum dikuasainya pasar. Selain itu, ketatnya barier perdagangan antar negara tujuan ekspor sebagai akibat persaingan dagang antar negara juga menjadi kelemahan pada neraca perdagangan. Tabel 3. Volume Ekspor Impor Komoditas Hortikultura Tahun 2010 2014 Komoditas Ekspor (ton) 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun (%) Buah 196,341 223,011 216,731 197,880 239,493 5.77% Flori 4,308 4,888 9,263 4,100 3,693 9.33% Sayuran 138,107 134,024 154,331 128,365 121,753-2.45% Tanaman Obat 13,468 6,123 12,732 33,866 76,193 86.09% Total 352,224 368,046 393,057 364,212 441,132 6.27% Komoditas Impor (ton) 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun (%) Buah 692,703 832,080 885,296 535,485 582,768-1.04% Flori 326 332 15,125 8,219 6,471 1097.66% Sayuran 855,394 1,178,198 1,135,771 992,181 1,063,588 7.17% Tanaman Obat 2,495 23,492 28,700 7,220 3,516 184.40% Total 1,550,917 2,034,102 2,064,892 1,543,105 1,656,344 3.68% 12 Direktorat Jenderal Hortikultura

Komoditas Selisih Ekspor - Impor (ton) 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun (%) Buah -496,362-609,069-668,565-337,605-343,275-3.84% Flori 3,982 4,556-5,862-4,119-2,778-69.14% Sayuran -717,287-1,044,174-981,440-863,816-941,835 9.15% Tanaman Obat 10,973-17,369-15,968 26,646 72,677-90.12% Total -1,198,693-1,666,056-1,671,835-1,178,894-1,215,212 3.23% Keterangan : Sumber BPS dan Pusdatin diolah Laju pertumbuhan volume ekspor hortikultura selama 5 tahun terakhir menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 6,27%/tahun. Pertumbuhan volume ekspor terbesar yaitu pada komoditas tanaman obat sebesar 86.09%/tahun. Pada laju pertumbuhan volume impor hortikutura selama 5 tahun terakhir juga menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 3,68%/tahun. Pertumbuhan volume impor yang menunjukkan kecenderungan menurun yaitu pada komoditas buah sebesar -1,04%/tahun. Sedangkan untuk pertumbuhan impor terbesar yaitu pada komoditas florikultura sebesar 1097,66%/tahun. Secara umum selama 5 tahun terakhir, rata-rata laju pertumbuhan neraca volume perdagangan produk hortikultura menunjukkan nilai positif sebesar 3,23%/tahun. Laju pertumbuhan yang menunjukkan nilai positif yaitu pada komoditas sayuran sebesar 9,15%/tahun. Sedangkan laju pertumbuhan yang menunjukkan penurunan terjadi pada komoditas buah, florikultura dan tanaman obat dengan nilai sebesar -3,84%/tahun, -69,14%/tahun dan -90.12%/tahun. Rincian volume neraca perdagangan dapat dilihat pada tabel 3. Secara umum, laju pertumbuhan agregat nilai ekspor hortikultura selama 5 tahun terakhir menunjukkan nilai positif yaitu sebesar 9,92%/tahun. Komoditas yang mengalami pertumbuhan nilai ekspor yang siginifkan adalah tanaman obat dengan rata-rata sebesar 48,20%/tahun. Sedangkan komoditas yang lain mengalami penurunan dengan masing-masing Direktorat Jenderal Hortikultura 13

komoditas florikultura -26,79%/tahun, Sayur 5,07%/tahun dan buah 9,85%/ tahun. Rincian nilai ekspor dapat dilihat pada tabel 4. Sedangkan laju pertumbuhan nilai impor hortikutura menunjukkan nilai positif sebesar -7,60%/tahun. Dari keempat komoditas utama hortikultura, hanya tanaman obat yang mengalami peningkatan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 133,52%/tahun. Komoditas sayuran, florikultura dan buah mengalami penurunan laju pertumbuhan rata-rata dengan nilai positif sebesar -91,59%/tahun, 9,10%/tahun, 7,08%tahun. Rincian nilai impor dapat dilihat pada tabel 5. Secara umum selama 5 tahun terakhir, neraca nilai perdagangan produk hortikultura menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan yang positif, artinya terjadi penurunan nilai neraca perdagangan, sebesar 17,70%/tahun. Namun jika ditinjau lebih dalam terjadi peningkatan necara perdagangan untuk komoditas tanaman obat dengan laju pertumbuhan sebesar 6943,4%/tahun, sedangkan untuk komoditas lain menunjukkan defisit neraca perdagangan dengan laju pertumbuhan sebesar 18,99%/tahun (florikultura), -26,23%/tahun (sayuran) dan 12,23%/tahun (buah). Rincian nilai neraca perdagangan dapat dilihat pada tabel 6. 14 Direktorat Jenderal Hortikultura

Tabel 4. Nilai Ekspor Komoditas Hortikultura Tahun 2010 2014 NO KOMODITAS Nilai (.000 US $) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 1 Florikultura 9,044 13,160 25,931 16,304 16,587 26,79% 2 Sayur 170,301 196,960 211,101 190,913 204,312 5,07% 3 Buah 173,108 241,583 227,317 192,993 233,197 9,85% 4 Tanaman Obat 18,868 13,998 25,925 34,173 68,888 48,20% Jumlah 371,320,810 465,700,950 490,273 434,384 522,983 9,92% Tabel 5. Nilai Impor Komoditas Hortikultura Tahun 2010 2014 NO KOMODITAS Nilai (.000 US $) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 1 Florikultura 1,757 2,726 12,532 7,948 7,000 91,59% 2 Sayur 587,419 786,950 757,351 810,023 803,760 9,10% 3 Buah 685,896 856,240 964,016 704,548 830,144 7,08% 4 Tanaman Obat 2,394 17,348 21,510 7,305 3,761 133,52% Jumlah 1,277,465,702 1,663,263,170 1,755,409 1,529,823 1,644,666 7,60% Tabel 6. Nilai Neraca Komoditas Hortikultura Tahun 2010 2014 NO KOMODITAS Nilai (.000 US $) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 1 Florikultura 7,287 10,435 13,399 8,356 9,587-18,99% 2 Sayur -417,118-589,990-546,250-619,109-599,449-26,23% 3 Buah -512,788-614,657-736,699-511,554-596,947 12,23% 4 Tanaman Obat 16,473-3,350 4,415 26,868 65,126 6943,4% Jumlah -906,145-1,197,562,220-1,265,135-1,095,439-1,121,683 17,70% Keterangan : Sumber BPS dan Pusdatin diolah 2.1.4 Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani atau disingkat NTP adalah rasio atau perbandingan indeks yang diterima oleh petani dari usaha taninya dengan indeks yang dibayarkan petani dan dinyatakan dalam persen. Rincian NTP dan perkembangannya selama periode 2010 2014 dapat dilihat pada Gambar 2. Direktorat Jenderal Hortikultura 15

Gambar 2. NTP Pertanian dan Sub Sektor Hortikultura Tahun 2010-2014 Keterangan : Sumber BPS diolah Ditjen Hortikultura *) angka proyeksi Dari Gambar diatas memperlihatkan bahwa selama kurun waktu 2010 2014 angka NTP sub sektor hortikultura lebih tinggi dari NTP sub sektor komoditas pertanian lainnya. Rata-rata peningkatan nilai NTP hortikultura pada periode 2010 2014 sebesar 0,99%/tahun. Dengan demikian, agar usaha hortikultura dapat terus didorong dan menjadi pilihan pemerintah dalam meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat yang menggantung hidup di sektor agraris. 2.1.5 Ketersediaan dan Konsumsi Ketersediaan komoditas hortikultura lebih ditekankan pada komoditas yang digunakan untuk konsumsi dan pangan. Komoditas yang diukur ketersediaannya terutama pada buah dan sayur. Ketersediaan buah-buahan perkapita selama lima tahun dari data yang tersedia, terjadi penurunan rata-rata sebesar 1,71%/tahun, sayuran sebesar 0,90%/tahun. Secara keseluruhan ketersediaan sayur dan buah 16 Direktorat Jenderal Hortikultura

mengalami penurunan dari 117,33 kg/kapita pada tahun 2012 menjadi 121,20 kg/kapita pada tahun 2014. Secara lebih rinci ketersediaan per kapita sebagaimana dapat dilihat pada Gambar Gambar 3. Ketersediaan Per Kapita Komoditas Hortikultura (Kg/Kapita) 150 100 50 0 105,58 116,76 119,32 115,54 121,20 63,14 73,29 74,78 70,57 75,49 42,44 43,47 44,54 44,97 45,71 2010 2011 2012 2013 2014 Ketersediaan Sayur Ketersediaan Buah Total Keterangan : Sumber NBM Sumber : Buku Saku Data Hortikultura, September 2013 Kebutuhan konsumsi perkapita dipengaruhi oleh jumlah konsumen, perubahan preferensi konsumsi, tingkat harga, dan tingkat pendapatan masyarakat. Konsumsi sayuran dan buah per kapita memiliki elastisitas lebih besar dibandingkan konsumsi bahan pangan karbohidrat sehingga tingkat konsumsi sangat berkaitan dengan permintaan. Konsumsi hortikultura tahun 2010 untuk buah-buahan sebesar 25,70 kg/ tahun/kapita, sedangkan untuk sayur-sayuran sebesar 30,72 kg/tahun/ kapita. Nilai konsumsi pada tahun 2014 untuk buah-buahan sebesar 27,08 kg/tahun/kapita, sedangkan untuk sayur-sayuran sebesar 54,43 kg/tahun/ kapita jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2010 yang dapat dilihat pada Gambar 4. Direktorat Jenderal Hortikultura 17

Gambar 4. Konsumsi Hortikultura (Kg/tahun/kapita) 100 80 60 40 20 0 77,39 77,63 81,51 75,21 56,42 54,17 52,44 51,16 54,43 25,70 23,22 25,19 24,05 27,08 30,72 2010 2011 2012 2013 2014 Konsumsi Sayur Ketersedian Buah Total Keterangan: Sumber NBM Sumber: Buku Saku Data Hortikultura, September 2013 Tingkat konsumsi buah-buahan dan sayuran di Indonesia mulai tahun 2011 2014 telah sesuai dengan rekomendasi FAO/UNDP yaitu sebesar 75 kg/kapita/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa kepedulian rakyat Indonesia terhadap konsumsi buah dan sayuran sudah meningkat sesuai dengan yang disarankan oleh FAO/UNDP dan mengalami kenaikan yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan total konsumsi buah dan sayuran pada tahun 2010 sebesar 56,42 kg/kapita/tahun. Dengan besarnya kebutuhan konsumsi buah dan sayuran di Indonesia perlu diimbangi dengan ketersediaan produksi sehingga peluang bisnis komoditas tersebut sangatlah menjanjikan untuk dikembangkan. 18 Direktorat Jenderal Hortikultura

2.2 Sumbangan hortikultura Dalam Indikator Mikro 2.2.1 Produksi dan Luas Panen Komoditas Hortikultura Upaya mewujudkan peningkatan produksi dan mutu produk hortikultura yang dikembangkan oleh petani telah dilakukan melalui penyiapan bahan pedoman teknik budidaya yang baik dan benar oleh Direktorat Jenderal Hortikultura, pembinaan dan penyuluhan oleh petugas dari Dinas Pertanian dan PPL Dinas Pertanian di daerah utamanya mengenai penerapan teknologi budidaya yang baik dan benar sesuai GAP dan SOP serta penanganan pasca panen sesuai GHP. Transfer/alih teknologi ini oleh sebagian besar daerah pelaksana Tugas Pembantuan (TP) dilakukan melalui Sekolah Lapang (SL). Dampak yang diharapkan dengan diadakannya sekolah lapang ini adalah meningkatnya penguasaan teknologi, pengetahuan dan keterampilan petani. Hasil yang diperoleh adalah terjadinya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam hal teknologi budidaya dan manajemen usaha, sehingga berakibat pada peningkatan produksi dan pendapatan petani. Adapun perkembangan produksi komoditas hortikultura tahun 2010-2014 dapat dilihat pada tabel 5 Direktorat Jenderal Hortikultura 19

Tabel 5. Perkembangan Produksi Komoditas Tanaman Sayuran Tahun 2010-2014 NO KOMODITAS Produksi (Ton) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2015 (%) 1 Bawang Merah 1.048.934 893.124 964.195 1.010.773 1.233.984 5,00 2 Bawang Putih 12.295 14.749 17.630 15.766 16.893 9,02 3 Bawang Daun 541.374 526.774 596.805 579.973 584.624 2,14 4 Kentang 1.060.805 955.488 1.094.232 1.124.282 1.347.728 6,80 5 Kol/Kubis 1.385.044 1.363.741 1.450.037 1.480.625 1.435.833 0,97 6 Kembang Kol 101.205 113.491 135.824 151.288 136.508 8,36 7 Petsai/Sawi 583.770 580.969 594.911 635.728 602.468 0,89 8 Wortel 403.827 526.917 465.527 512.112 495.798 6,41 9 Lobak 32.381 27.279 39.048 32.372 31.862 2,18 10 Kacang Merah 116.397 92.508 93.409 103.376 100.316-2,96 11 Kacang Panjang 489.449 458.307 455.562 450.859 450.709-2,01 12 Cabe Besar 807.160 888.852 954.310 1.012.879 1.074.603 7,43 13 Cabe Rawit 521.704 594.227 702.214 713.502 800.473 11,47 14 Paprika 5.533 13.068 8.610 6.833 7.031 21,08 15 Jamur 61.376 45.854 40.886 44.565 37.405-10,80 16 Tomat 891.616 954.046 893.463 992.780 915.987 1,01 17 Terung 482.305 519.481 518.787 545.646 556.980 3,71 18 Buncis 336.494 334.659 322.097 327.378 318.214-1,36 19 Ketimun 547.141 521.535 511.485 491.636 477.976-3,32 20 Labu Siam 369.846 428.197 428.061 387.617 357.552-0,36 21 Kangkung 350.879 355.466 320.093 308.477 319.610-2,17 22 Bayam 152.334 160.513 155.070 140.980 134.159-2,99 23 Melinjo 214.355 217.524 224.333 220.837 197.647-1,86 24 Petai 139.927 218.625 216.194 207.016 230.401 15,55 25 Jengkol 50.235 65.830 62.189 61.147 53.661 2,90 Total sayuran 10.706.386 10.871.224 11.264.972 11.558.449 11.918.423 2,72 20 Direktorat Jenderal Hortikultura

Tabel 6. Perkembangan Produksi Komoditas Tanaman Buah Tahun 2010-2014 NO KOMODITAS Produksi (Ton) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 (%) 1 Alpukat 224.278 275.953 294.200 289.893 294.882 7,48 2 Belimbing 69.089 80.853 91.788 79.634 96.907 9,75 3 Duku 228.816 171.113 258.453 233.118 292.373 10,36 4 Durian 492.139 883.969 888.127 759.055 896.125 20,90 5 Jambu Biji 204.551 211.836 208.151 181.632 211.501 1,38 6 Jambu Air 85.973 103.156 104.393 91.284 142.595 16,21 7 Jeruk siam 1.937.773 1.721.880 1.498.394 1.548.394 1.587.103-4,57 8 Jeruk Besar 91.131 97.069 113.375 106.338 114.067 6,09 9 Mangga 1.287.287 2.131.139 2.376.333 2.192.928 2.236.786 17,84 10 Manggis 84.538 117.595 190.287 139.602 142.394 19,07 11 Nangka/Cempedak 578.327 654.808 663.930 586.356 655.528 3,68 12 Nenas 1.406.445 1.540.626 1.781.894 1.882.802 1.851.342 7,30 13 Pepaya 675.801 958.251 906.305 909.818 924.307 9,59 14 Pisang 5.755.073 6.132.695 6.189.043 6.279.279 6.392.306 2,68 15 Rambutan 522.852 811.909 757.336 582.456 822.560 16,67 16 Salak 749.876 1.082.125 1.035.406 1.030.401 1.038.451 10,07 17 Sawo 122.813 118.138 135.322 127.686 135.657 2,83 18 Markisa 132.011 140.895 134.527 141.190 135.426 0,77 19 Sirsak 60.754 59.844 51.802 52.081 52.016-3,63 20 Sukun 89.231 102.089 111.766 106.934 83.012-0,70 21 Apel 190.609 200.173 247.073 255.245 295.758 11,91 22 Anggur 11.700 11.938 10.161 9.473 12.113 2,06 23 Melon 85.161 103.840 125.447 125.207 134.561 12,51 24 Semangka 348.631 497.650 515.505 460.628 524.298 12,38 25 Blewah 30.668 62.928 57.917 26.493 38.322 21,91 26 Stroberi 24.846 41.035 169.796 90.352 114.636 89,76 Total Buah-Buahan 15.490.373 18.313.507 18.916.731 18.288.279 19.225.026 5,83 Direktorat Jenderal Hortikultura 21

Tabel 7. Perkembangan Produksi Komoditas Florikultura Tahun 2010-2014 NO KOMODITAS Bunga Potong Produksi (Tangkai) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 (%) 1 Anggrek 14.050.445 15.490.256 20.727.891 20.277.672 15.906.749 5,08 2 Anthurium Bunga 7.655.542 4.724.730 6.731.211 4.044.012 8.309.359 17,43 3 Anyelir 7.607.588 5.130.332 5.299.671 3.164.326 8.251.029 22,80 4 Gerbera ( Herbras ) 9.693.487 10.543.445 9.854.787 7.735.806 11.322.021 6,77 5 Gladiol 10.064.082 5.448.740 3.417.580 2.581.063 11.831.066 62,69 6 Heliconia 2.961.385 2.791.257 3.306.604 2.043.579 3.488.541 11,31 7 Krisan 185.232.970 305.867.882 397.651.571 387.208.754 218.910.706 12,26 8 Mawar 82.351.332 74.319.773 68.671.463 152.066.469 95.666.915 16,75 9 Sedap Malam 59.298.954 62.535.465 101.197.847 104.975.942 73.087.900 10,16 Total Bunga Potong 378.915.785 486.851.880 616.858.625 684.097.623 446.774.287 7,85 Daun Potong 10 Dracaena 4.625.925 2.447.314 2.067.627 2.877.745 5.503.353 16,95 12 Cordylene 2.154.822 1.995.326 1.032.996 124.058 2.374.942 417,69 11 Monstera 90.394 107.911 92.322 392.290 99.783 63,82 Total Daun Potong 6.871.141 4.550.551 3.192.945 3.394.093 7.978.078 19,44 13 Tanaman Pot - Rumpun Sansevierria (Pedang-pedangan) ****) - Pohon 2.454.373 4.553.674 5.025.370 1.972.808 2.907.665 20,63 14 Aglaonema **) 1.759.953 1.553.429 1.209.218 1.247.189 2.071.791 8,84 15 Adenium (Kamboja Jepang) **) 3.362.736 1.452.423 1.475.235 1.389.355 3.793.346 27,99 16 Euphorbia **) 3.979.417 1.601.503 1.499.264 1.929.946 4.594.644 25,16 17 Phylodendron **) 5.259.980 14.906.151 13.948.818 18.280.140 6.135.820 35,40 18 Pakis **) 4.652.838 4.747.829 4.631.296 5.055.069 5.663.350 5,19 19 Dieffenbachia **) 300.718 319.990 154.212 156.733 367.933 22,75 20 Anthurium Daun **) 1.800.716 1.321.385 1.299.237 1.019.373 2.052.420 12,88 22 Direktorat Jenderal Hortikultura

NO KOMODITAS Produksi (Tangkai) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 (%) 21 Caladium **) 540.084 312.270 366.797 265.602 649.227 23,03 Total Tanaman Pot (Pohon) Bunga Tabur 21.656.442 26.214.980 24.584.077 29.343.407 25.328.531 5,13 22 Melati***) 21.600.442 22.541.485 22.862.322 30.258.648 26.544.647 6,46 Lansekap 23 Palem**) 1.098.197 1.261.445 1.592.339 1.552.882 1.345.629 6,32 24 Soka (Ixora) **) 1.066.126 1.936.024 1.135.735 1.164.582 1.228.607 12,07 Total Lansekap 2.164.323 3.197.469 2.728.074 2.717.464 2.574.236 6,85 Tabel 8. Perkembangan Produksi Komoditas Tanaman Obat Tahun 2010-2014 NO KOMODITAS Rimpang Produksi (Kg) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 (%) 1 Jahe 107.734.608 94.743.139 114.537.658 155.286.288 158.438.815 11,61 2 Lengkuas 58.961.844 57.701.484 58.186.488 69.730.091 71.839.332 5,39 3 Kencur 29.638.127 34.016.850 42.626.207 41.343.456 43.107.985 10,34 4 Kunyit 107.375.347 84.803.466 96.979.119 120.726.111 121.673.189 4,65 5 Lempuyang 8.520.161 8.717.497 7.296.025 11.407.985 10.644.736 8,92 6 Temulawak 26.671.149 24.105.870 44.085.151 35.664.756 36.232.725 13,94 7 Temuireng 7.140.926 7.920.573 6.112.765 9.583.670 9.888.298 12,01 8 Temukunci 4.358.236 3.951.932 4.307.318 8.829.437 8.853.629 26,23 9 Dringo 754.551 611.608 526.090 634.330 730.282 0,69 Total Rimpang 351.154.949 316.572.419 374.656.821 453.206.124 461.408.992 7,82 10 Kapulaga 28.550.282 47.231.297 42.973.264 54.171.417 55.108.972 21,05 11 Mengkudu/Pace 14.613.481 14.411.737 8.967.750 8.432.119 7.939.874-12,74 12 Mahkota Dewa 15.072.118 12.072.154 11.236.881 11.795.760 11.235.633-6,65 13 Kejibeling 1.139.223 949.017 834.472 963.585 1.076.321-0,40 14 Sambiloto 3.845.063 3.286.262 964.888 2.257.368 3.130.218 21,86 Direktorat Jenderal Hortikultura 23

NO KOMODITAS Produksi (Kg) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 (%) 15 Lidah Buaya 4.308.519 3.958.741 9.812.622 10.599.502 11.283.986 38,56 Total Non Rimpang 67.528.686 81.909.208 74.789.877 88.219.751 89.775.006 8,08 JUMLAH 418.683.635 398.481.627 449.446.698 541.425.875 551.183.998 7,56 Berdasarkan data tersebut, secara umum produksi komoditas hortikultura mengalami peningkatan ataupun penurunan dengan laju yang fluktuatif. Laju kenaikan produksi terbesar adalah komoditas florikultura dari kelompok Tanaman Pot rumpun sebesar 20,63% dan kelompok daun potong sebesar 19,44% per tahun. Sementara itu, komoditas tanaman obat mengalami laju peningkatan produksi sebesar 8,08% untuk tanaman Non Rimpang, sedangkan 7,82% untuk tanaman Rimpang. Sedangkan komoditas buah mengalami laju peningkatan produksi selama tahun 2010-2014 sebesar 5,83% rata-rata pertahun. Laju peningkatan produksi komoditas sayuran selama tahun 2010-2014 hanya sebesar 2,72% ratarata per tahun. Adapun perkembangan areal panen komoditas hortikultura tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut Tabel 9. Perkembangan Luas Panen Komoditas Buah Tahun 2010-2014 NO KOMODITAS Luas Panen Buah (Ha) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 (%) 1 mangga 131.674 208.280 219.666 247.239 268.053 9,33% 2 pisang 101.276 104.156 103.157 103.449 100.600-3,18% 3 rambutan 80.492 116.991 96.287 87.063 102.843-1,23% 4 Durian 46.290 69.045 63.189 61.246 67.779 3,11% 5 nangka/cempedak 50.767 60.896 57.340 53.217 55.693-0,98% 6 jeruksiam 50.906 47.181 46.187 48.154 51.098-3,33% 7 semangka 27.493 33.445 33.012 32.210 35.802-0,43% 8 Salak 27.223 24.729 26.941 29.711 28.575-0,65% 24 Direktorat Jenderal Hortikultura

NO KOMODITAS Luas Panen Buah (Ha) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 (%) 9 Duku 28.283 21.282 29.211 26.560 23.212 10,27% 10 Alpukat 20.507 21.653 20.985 22.214 24.200 2,75% 11 Manggis 10.231 16.180 17.852 18.200 15.197 13,94% 12 Nenas 12.141 12.335 16.997 15.807 15.617 7,17% 13 Jambu Air 11.882 13.423 13.393 13.036 13.227 0,16% 14 Pepaya 9.225 11.055 11.702 11.304 10.217 4,67% 15 Sukun 10.036 12.015 11.117 11.214 11.190 2,90% 16 Sawo 9.820 10.103 10.342 10.018 11.009-0,82% 17 Jambu Biji 10.011 9.644 9.753 9.654 9.028-1,66% 18 Melon 5.372 6.343 7.110 7.068 8.185 10,03% 19 Jeruk Besar 6.177 4.507 5.608 5.362 5.665 5,66% 20 Sirsak 5.111 4.221 4.687 4.886 4.900 0,17% 21 Apel 3.828 3.728 4.265 3.734 2.773 5,82% 22 Belimbing 2.822 3.145 3.192 3.117 3.066 1,99% 23 Blewah 3.222 5.123 4.341 2.289 3.435-11,96% 24 Markisa 1.719 1.747 1.712 1.899 1.462 2,49% 25 Stroberi 1.159 987 810 745 787-0,71% 26 Anggur 205 390 193 167 219 1,43% Jumlah 667.872 822.604 819.049 829.563 873.832 1,21% Tabel 10. Perkembangan Luas Panen Komoditas Sayuran Tahun 2010-2014 NO KOMODITAS Luas Panen Sayuran (Ha) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 (%) 1 Cabe Rawit 114.350 118.707 122.091 125.122 134.882 4,24% 2 Cabe Besar 122.755 121.063 120.275 124.110 128.734 1,22% 3 Bawang Merah 109.634 93.667 99.519 98.937 120.704 3,27% 4 Kacang Panjang 85.828 79.623 75.739 76.209 72.448-4,11% 5 Kentang 66.531 59.882 65.989 70.187 76.291 3,82% 6 Kol/Kubis 67.531 65.323 64.277 65.248 63.116-1,66% 7 Petsai/sawi 59.450 61.538 61.059 62.951 60.804 0,61% 8 To mat 61.154 57.302 56.724 59.758 59.008-0,80% Direktorat Jenderal Hortikultura 25

NO KOMODITAS Luas Panen Sayuran (Ha) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 (%) 9 Bawang Daun 57.593 55.611 58.427 57.264 58.362 0,39% 10 kangkung 55.164 55.704 53.352 54.124 52.541-1,18% 11 Terung 52.157 52.233 50.559 50.718 50.875-0,61% 12 Mentimun 56.921 53.596 51.283 49.296 48.578-3,87% 13 Bayam 48.844 46.882 46.211 45.294 45.325-1,84% 14 Wortel 27.149 33.228 29.331 32.070 30.762 3,98% 15 Buncis 36.483 32.063 31.021 30.094 28.632-5,80% 16 Petai 20.778 29.013 31.470 27.223 30.095 11,29% 17 Kacang Merah 22.251 17.684 19.962 18.881 16.170-6,85% 18 Melinjo 14.905 15.748 16.716 16.741 15.383 0,96% 19 Kembang Kol 8.728 9.441 11.776 12.422 11.303 7,34% 20 Labu Siam 10.693 9.669 10.588 10.938 9.502-2,47% 21 Jengkol 6.943 7.907 7.407 6.838 6.678-0,62% 22 Bawang Putih 1.816 1.828 2.632 2.479 1.913 4,00% 23 Lobak 2.083 1.813 2.269 2.074 2.055 0,67% 24 Jamur 684 497 575 584 586-2,43% 25 Paprika 161 221 157 284 316 25,12% Jumlah 1.110.586 1.080.243 1.089.409 1.099.846 1.125.063 0,34% Tabel 11. Perkembangan Luas Panen Komoditas Florikultura Tahun 2010-2014 NO Bunga Potong KOMODITAS Luas Panen Florikultura (Ha) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 (%) 1 Krisan 1.054 881 985 908 965-1,54% 2 Sedap Malam 258 296 311 364 250 1,36% 3 Mawar 583 333 274 329 341-9,19% 4 Anggrek 183 195 164 198 147-3,52% 5 Anthurium 62 38 47 41 20-19,31% 6 Gerbera (Herbras) 49 40 42 37 35-7,38% 7 Heliconia 49 32 35 27 22-16,97% 26 Direktorat Jenderal Hortikultura

NO KOMODITAS Luas Panen Florikultura (Ha) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 (%) 8 Gladiol 48 30 23 21 16-23,27% 9 Anyelir 37 23 30 15 12-19,68% Total Bunga Potong 2.323 1.868 1.911 1.940 1.808-5,63% Daun Potong Dracanea 26 19 13 13 14-11,89% 10 Dracanea 26 19 13 13 14-11,89% 11 Cordyline 16 16 10 4 4-26,32% 12 Monstera 3 3 2 2 2 0,56% Total Daun Potong 45 38 25 19 20-16,15% Tanaman Pot Rumpun 13 Rumpun Sanseviera (pedang-pedangan) Pohon 47 53 36 22 20-17,35% 14 Pakis 67 57 48 57 96 14,11% 15 Phylodendron 62 57 98 51 48 2,93% 16 Adenium (Kamboja Jepang) 61 32 22 25 18-23,51% 17 Aglaonema 38 32 22 21 16-18,85% 18 Euphorbia 52 35 21 21 15-24,91% 19 Anthurium Daun 52 32 23 15 12-30,85% 20 Caladium 8 5 5 4 4-12,55% 21 Dieffenbachia 4 4 2 2 2-17,89% Total Tanaman Pot 344 254 241 196 211-10,57% Bunga Tabur 20,36% 22 Melati 812 752 828 976 1.569 20,36% Lansekap 11,09% 23 Palem*) 619 789 755 824 923 11,09% 24 Soka (Ixora) 22 22 14 14 15-7,08% Direktorat Jenderal Hortikultura 27

Tabel 12. Perkembangan Luas Panen Komoditas Tanaman Obat Tahun 2010-2014 NO KOMODITAS Luas Panen Tanaman Obat (Ha) 2010 2011 2012 2013 2014 Pertumbuhan 2010-2014 (%) RIMPANG 1 Jahe 642 586 598 732 1.003 13,22% 2 Kunyit 487 417 494 543 481 0,65% 3 Kencur 201 224 234 236 205 0,82% 4 Lengkuas 232 227 229 233 206-2,78% 5 Temulawak 144 136 186 191 127 0,12% 6 Lempuyangan 44 44 43 57 34-2,79% 7 Temukunci 31 25 26 52 32 11,14% 8 Temuireng 41 31 37 51 27-3,68% 9 Dringo 5 4 3 3 3-14,25% Total Rimpang 1.827 1.694 1.850 2.098 2.118 4,07% NONRIMPANG 10 Kapulaga 185 332 Til 385 144 29,44% 11 Sambiloto 19 14 9 19 8 14,04% 12 Lidah Buaya 9 7 9 13 3 7,88% 13 Mengkudu/Pace** 14 Kejibeling 7 4 5 6 3 8,83% 15 Mahkota Dewa** Keterangan : Sumber BPS diolah Ditjen Hortikultura *) angka sementara Secara umum, terjadi peningkatan luas panen komoditi hortikultura dan peningkatan produktivitas komoditi hortikultura. Selama 5 tahun terakhir terjadi peningkatan luas panen komoditas buah dengan laju rata-rata sebesar 1,21%/tahun yang dapat dilihat pada tabel 9. Peningkatan luas panen ini juga diikuti dengan peningkatan produksi buah rata-rata sebesar 5,83%/tahun. Komoditas sayuran juga menunjukkan peningkatan produksi rata-rata sebesar 0,34%/tahun, sedangkan pada produksi rata-rata sayuran juga mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,72%/tahun. 28 Direktorat Jenderal Hortikultura

Selama 5 tahun terakhir, rata-rata peningkatan produksi florikultura dalam bentuk bunga potong naik 7,85%/tahun, daun potong naik 19,44%/tahun, tanaman pot pohon naik 5,13%/tahun, tanaman lansekap 6,85%/tahun, kelompok tanaman flori tabur juga naik rata-rata 6,46%/tahun. Sedangkan laju Luas panen Florikultura secara nasional mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena hampir semua luas panen florikultura mengalami penurunan kecuali pada beberapa komoditas seperti monstera, philodendron dan pakis yang mengalami laju rata rata peningkatan berturut turut sebesar (0,56%/tahun), (2,93%/tahun) dan (14,11%/tahun). Produksi tanaman obat (rimpang) nasional 5 tahun terakhir mengalami peningkatan laju rata-rata pertumbuhan sebesar 7,56%/tahun yang terdiri dari peningkatan laju rata-rata pertumbuhan pada rimpang sebesar 7,82%/ tahun dan non rimpang sebesar 8,08%/tahun. Peningkatan luas panen tanaman obat, rata-rata meningkat /tahun 2.2.2 Pengembangan Kawasan Hortikultura Peningkatan produksi hortikultura telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura melalui salah satu kegiatan utamanya berupa pengembangan kawasan buah, sayur, tanaman obat dan florikultura. Namun jika dibandingkan dengan areal panen hortikultura nasional, cakupan areal yang mampu didanai pemerintah sangat kecil sekali, hanya berkisar 0,1% sampai 0,5%. Perkembangan area pengembangan kawasan hortikultura tahun 2010-2014 dapat dilihat pada Gambar 8.berikut : Direktorat Jenderal Hortikultura 29

Gambar 6. Area Pengembangan Kawasan Hortikultura Tahun 2010 2014 Keterangan : angka sasaran sesuai renja/sebelum pemotongan anggaran Peningkatan luas pengembangan komoditas hortikultura meningkat secara signifikan pada kurun waktu tahun 2011 hingga 2014 pada komoditas sayuran, tanaman obat dan buah. Sedangkan untuk komoditas florikultura secara kuantitatif cenderung berkurang. Penambahan luas kawasan hortikultura meningkat tajam sejak tahun 2012. Kondisi ini seiring dengan bertambahnya alokasi anggaran untuk pengembangan kawasan-kawasan hortikultura. Perubahan pola belanja pengembangan kawasan dari semula yang berupa transfer uang menjadi pola pengadaan barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat menyebabkan realisasi pengembangan kawasan pada tahun 2013 dan 2014 mengalami penurunan. Selama kurun waktu lima tahun, 5 komoditas tanaman buah yang mengalami pengembangan luas secara berturut-turut yaitu: manggis 13,94%), duku (10,27%), melon (10,03), mangga (9,33%), dan apel (5,82%). Sedangkan untuk komoditas sayuran adalah : paprika (25,12%), kembang kol (7,34%), bawang putih (4,00%). Komoditas tanaman obat yang mengalami pengembangan 30 Direktorat Jenderal Hortikultura