BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII HUBUNGAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

KUESIONER. Faktor Motivasi Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak. Faktor Pengetahuan Indikator No Pernyataan Jawaban Ya Tidak Mengumpulkan atau

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN EMPANG

BAB VII OUTPUT PEMBELAJARAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

BAB V PROSES SOSIALISASI NILAI KERJA PERTANIAN. 5.1 Proses Sosialisasi Nilai Kerja Pertanian dalam Keluarga Mahasiswa Batak Toba di IPB

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek,

Jangan takut menjawab ya, jawaban anda sangat berarti

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

Tabel validitas alat ukur kompetensi interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB VIII SIKAP PEMILIH PEMULA DI PEDESAAN TERHADAP PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2009

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR SERI UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SEMARANG 1. Oleh: Sri Sudarminah 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III TEMUAN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PETANI DENGAN EFEKTIVITAS MEDIA KOMUNIKASI CYBER EXTENSION DALAM DISEMINASI TEKNOLOGI PERTANIAN

Kecakapan Non Verbal. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data dalam penelitian ini, yaitu kemampuan renang gaya crawl untuk

BAB II KAJIAN TEORI. yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi (Sugiyo, 2005). Komunikasi antar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SOENARJO-ALI MASCHAN MUSA (SALAM): Sebuah Desa yang Teratur

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Manusia adalah makhluk hidup yang dapat dilihat dari dua sisi,

71 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik,

Gambaran Karakteristik Partisipan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan yang sifatnya verbalsampai kepada kegiatan visual. Dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. efektifnya orang-orang bekerja sama dan mengkoordinasikan usaha-usaha mereka

BAB VIII PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

GUMGUM GUMILAR, S.SOS., M.SI Jurnalistik Fikom Unpad

4. HASIL DAN INTERPRETASI HASIL

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

2015 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN PENGUASAAN MATA PELAJARAN MEKANIKA TEKNIK

PROFESSIONAL IMAGE. Etiket dalam pergaulan (2): Berbicara di depan Umum, etiket wawancara. Syerli Haryati, S.S. M.Ikom. Modul ke: Fakultas FIKOM

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

STIKOM, Surabaya 20 November /25/2013 Jemmy Lesmana - STIKOM 1

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui pretest (x) dan

BAB IX HUBUNGAN ANTARA SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN INTENSI PENGUSAHA UKM DENGAN PEMANFAATAN INTERNET DALAM KEGIATAN BISNIS

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

Bab 5 PENUTUP. Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang komunikasi. bersama, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KISI-KISI SKALA KEPERCAYAAN DIRI. 1. Merasamampuberbicaradidepankelasdengan baik 2. Yakin bisamenjawabpertanyaanpertanyaandari

BAB VI ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan hak setiap individu untuk menentukan sikap, pemikiran dan emosi

KORELASI OLEH: JONATHAN SARWONO

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

KIP dan Perubahan Sikap

Terapi Cerita Bergambar Untuk Mengurangi Kesulitan Dalam Berkomunikasi Pada Seorang Remaja di Desa Wedoro Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemajuan dan perkembangan zaman. Hal yang menarik dari kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo, dilaksanakan dalam dua siklus diawali dengan kegiatan observasi

PENGEMBANGAN KEPERCAYAAN DIRI. b. Kebebasan (lebih menyukai pekerjaan yang berdiri sendiri /

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

tidak akan pernah mau dengan sengaja menceritakan rahasia itu kepada orang lain.

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini peneliti akan membahas tentang hasil olah data yang sudah di analisis

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pergaulan sehari-hari adalah sikap rendah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beranjak dewasa. Selain tugas-tugas akademis yang dikerjakan, mahasiswa juga

BAB I PENDAHULUAN. menerima segala pengetahuan, berita, pesan-pesan melalui bahasa.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab I PENDAHULUAN. salah satunya dengan melakukan belanja secara online. Belanja online atau e-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GAYA KERJA PEMBIMBING KEMAHASISWAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainnya. Artinya manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan untuk berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

APLIKASI KOMUNIKASI NON-VERBAL DI DALAM KELAS

Transkripsi:

BAB VI HUBUNGAN PENGETAHUAN BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS Kompetensi komunikasi berikutnya yang memiliki peranan penting dalam menciptakan komunikasi yang efektif adalah pengetahuan tentang orang lain. Dalam hal ini orang yang berasa dari etnis yang berbeda. Kim dan Gudykunts (1997) memaparkan bahwa pengetahuan merupakan bagian yang penting dalam berkomunikasi. Pengetahuan yang baik tentang lawan bicara membuat seseorang lebih sadar tentang apa saja yang dibutuhkan agar dapat berkomunikasi dengan efektif. Efektif atau tidaknya percakapan yang dilakukan oleh seseorang, tidak lepas dari pengetahuannya tentang lawan bicara. Dimulai dari pengetahuan untuk mengumpulkan informasi tentang lawan bicara. Berbagai informasi mengenai lawan bicara dapat diperoleh dengan cara pasif melalui membaca buku dan internet, sedangkan cara aktif dapat dilakukan dengan cara mengamati bagaimana orang lain berkomunikasi atau dengan berinteraksi langsung dengan orang tersebut. Kemampuan lain yang diperlukan adalah pengetahuan tentang perbedaan etnis antara orang Arab dan orang Sunda. Hal ini diperlukan agar komunikator atau komunikan tidak merasa canggung atau terganggu dengan perbedaan etnis yang ada. Perbedaan yang diidentifikasi adalah perbedaan gaya bicara dan jarak interpersonal. Kemampuan lainnya yaitu pengetahuan tentang persamaan individu seperti warna kulit dan postur badan serta pengetahuan untuk membuat interpretasi alternatif terhadap perilaku lawan bicara. Penyajian data dimulai dengan mendeskripsikan variabel yang akan diuji hubungan kausalnya. Deskripsi variabel faktor pengetahuan dan perilaku tersinggung serta canggung bertujuan untuk memberikan gambaran tentang peilaku pasangan teman pada lokasi penelitian. Setelah setiap variabel yang akan diuji dideskripsikan, maka penyajian data berikutnya adalah penjelasan mengenai hubungan kausal antara faktor pengetahuan dengan efektivitas komunikasi antar etnis. Dimulai dari hasil uji statistik Pearson hingga penjelasan mendalam

40 mengenai hubungan antara faktor pengetahuan dengan perilaku tersinggung maupun canggung ketika berinteraksi. 6.1 Hubungan Pengetahuan Berkomunikasi dengan Perilaku Tersinggung Secara umum pengetahuan ketika berinteraksi yang dimiliki oleh orang Arab dan orang Sunda cukup tinggi, yaitu sebesar 53,3 persen (Tabel 11). Hal ini menunjukkan, baik individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda memiliki pengetahuan yang tinggi ketika berinteraksi. Individu dari etnis Arab maupun etnis Sunda memiliki kemampuan untuk mengumpulkan informasi tentang lawan bicaranya, mengetahui perbedaan antara dirinya dengan orang lain, mengetahui ciri-ciri fisik yang membuat mereka sama, dan memiliki interpretasi alternatif tentang perilaku lawan bicara. Tabel 11. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%) Rendah 6 20,0 Sedang 8 26,7 Tinggi 16 53,3 Total 30 100,0 Sebesar 66,7 persen pasangan orang Arab dan Sunda memiliki perilaku tersinggung yang rendah (Tabel 7). Hal ini menunjukkan bahwa perilaku tersinggung antara individu dari etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi dapat dihindari. Dua individu yang sedang berkomunikasi secara umum mampu menghindari topik yang bisa menimbulkan perasaan tersinggung dan mampu menjaga perasaan lawan bicaranya agar tidak tersinggung terhadap isi pembicaraan atau topik yang sedang dibicarakan. Hipotesis awal menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku tersinggung antara etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi. Agar dapat melihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Approx. Sig.), jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji.

41 Tabel 12. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Perilaku Tersinggung Tingkat Tingkat Pengetahuan (%) Perilaku Tersinggung Rendah Sedang Tinggi Rendah 0,0 50,0 100,0 Sedang 0,0 37,5 0,0 Tinggi 100,0 12,5 0,0 Total (%) 100,0 100,0 100,0 Tabel 12 menunjukkan bahwa sebesar 100 persen pasangan teman yang memiliki tingkat pengetahuan rendah, memiliki tingkat perilaku tersinggung yang tinggi. Sebesar 37,5 persen memiliki tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku tersinggung yang sedang. Untuk tingkat pengetahuan yang tinggi, sebesar 100 persen pasangan memiliki tingkat perilaku tersinggung yang rendah. Persentase hubungan tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku tersinggung menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan berkomunikasi maka semakin rendah tingkat perilaku tersinggung ketika berkomunikasi. Pengetahuan yang tinggi tentang lawan bicara membuat dua orang Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi mampu menghindarkan lawan bicaranya merasa tersinggung terhadap tingkah laku ataupun topik yang sedang dibicarakan. Topik yang dapat menimbulkan perilaku tersinggung adalah topik yang menyangkut ciri fisik seseorang baik dari etnis Arab maupun Sunda. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi (Approx. Sig) untuk hubungan antara pengetahuan berkomunikasi dengan perilaku tersinggung adalah 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan berkomunikasi dengan perilaku tersinggung antara etnis Arab dan Etnis Sunda ketika berinteraksi. Nilai signifikansi sebesar 0,000 merupakan nilai yang signifikan, yang menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi maka semakin rendah perilaku tersinggung dari etnis Arab maupun etnis Sunda ketika berinteraksi. Hubungan yang signifikan dapat terjadi karena orang Arab dan Sunda sama-sama memiliki pengetahuan yang baik tentang lawan bicaranya.

42 Pengetahuan yang dimiliki juga dimanfaatkan dengan baik ketika berinteraksi sehingga dua individu tidak merasa tersinggung satu sama lain. Kemampuan pertama yang dimiliki adalah pengetahuan untuk mengumpulkan atau mendapatkan informasi. Sebesar 70 persen orang Arab dan Sunda memiliki pengetahuan untuk mengumpulkan informasi tentang lawan bicaranya. Kedua etnis memiliki pengetahuan yang baik tentang cara berkomunikasi lawan bicaranya dengan cara memperhatikan dan berinteraksi langsung. Dengan cara tersebut, individu dari etnis Arab maupun Sunda dapat mengenali gaya bicara dari lawan bicaranya, orang Arab dengan nada bicaranya yang keras dan tegas, sedangkan orang Sunda dengan nada yang halus. Hal ini dapat menghindarkan kedua individu dari perasaan tersinggung yang membuat proses interaksi menjadi tidak efektif. Kemampuan mengenali cara-cara berkomunikasi yang dimiliki oleh orang Arab maupun Sunda, bisa dikatakan sudah sangat baik. Hal ini dikarenakan orang Arab dan Sunda menganggap bahwa cara berkomunikasi mereka tidak jauh berbeda. Orang Arab terbiasa berbicara dengan bahasa Sunda dan nada bicaranya tidak tinggi. Pengetahuan tentang perbedaan antar etnis juga memiliki peranan penting dalam menghindari perasaan tersinggung ketika berinteraksi. Perbedaan yang diidentifikasi adalah perbedaan kebiasaan dalam berbicara, yaitu gerakan tangan dan kepala yang mengikuti penjelasan akan suatu hal dan perbedaan jarak ketika berinteraksi (jarak interpersonal). Menurut Feghali (1997), jarak interpersonal yang membuat orang Arab merasa nyaman ketika berinteraksi adalah sekitar dua kaki atau sekitar setengah meter. Ternyata orang Sunda juga memiliki jarak interpersonal yang sama dengan orang Arab, sehingga ketika berinteraksi mereka tidak mengalami kendala akan hal tersebut. Orang Arab juga dikenal ekspresif ketika berbicara sehingga mereka senang menambahkan gerakan tangan untuk menjelaskan maksud ucapannya. Pengetahuan tentang perbedaan antar etnis yang dimiliki oleh orang Arab dan Sunda hanya Sebesar 43,3 persen. Kategori ini memiliki nilai paling rendah dibanding kategori lainnya. Hal ini dapat terjadi karena kedua etnis memandang bahwa mereka tidak jauh berbeda dengan etnis lainnya. Selain jarak interpersonal yang sama, orang Arab juga sudah merasa seperti orang Sunda. Mereka

43 dibesarkan di lingkungan Sunda dengan segala bentuk kebiasaannya dalam berkomunikasi. Bagi orang Sunda, kebiasaan berkomunikasi orang Arab sudah seperti mereka, mayoritas nadanya tidak keras dan tegas. Orang Arab pun memandang cara berkomunikasinya tidak lebih ekspresif dibanding orang Sunda dengan tidak banyak menggerakkan tangan ketika berinteraksi. Hal ini membuat orang Arab dan Sunda dapat terhindar dari perasaan tersinggung ketika berinteraksi. Salah satu hal yang dapat membuat seseorang nyaman ketika berinteraksi adalah adanya persamaan individu, dalam hal ini persamaan ciri fisik antara orang Arab dan orang Sunda. Persamaan ini membawa efek menenangkan bagi dua orang yang sedang berinteraksi. Persamaan ciri fisik antara orang Arab dan orang Sunda meliputi warna kulit dan postur badan. Sebesar 67,7 persen orang Arab dan Sunda dapat mengetahui persamaan ciri fisik di antara mereka. Pengetahuan yang baik tentang persamaan ciri fisik dapat menghilangkan perilaku tersinggung karena pengetahuan tersebut membuat dua orang yang sedang berinteraksi merasa nyaman sehingga perasaan tersinggung tidak akan muncul. Perilaku tersinggung dapat muncul ketika seseorang tidak memiliki pengetahuan yang baik tentang lawan bicaranya sehingga muncul perasaan tidak nyaman. Orang Sunda yang memiliki postur pendek dan kulitnya cokelat, bisa merasa tersinggung jika lawan bicaranya memiliki postur badan tinggi besar dan kulitnya putih, karena merasa dirinya menjadi lebih kecil dan posisinya dalam interaksi menjadi tidak sejajar. Orang Arab dan Sunda juga memiliki kemampuan untuk memberikan interpretasi alternatif atas perilaku lawan bicaranya. Hal ini menjadi penting untuk menghindari perasaan tersinggung yang mungkin muncul. Interpretasi alternatif yang dibahas adalah jarak interpersonal. Ketika dua orang berinteraksi pada jarak setengah meter, maka interpretasi yang mungkin muncul adalah jarak tersebut telah melanggar jarak interpersonal, lawan bicara adalah orang yang agresif, atau lawan bicara suka/tertarik. Sebesar 70 persen orang Arab dan Sunda menginterpretasikan hal tersebut ke arah yang positif sebagai ketertarikan lawan bicara terhadap dirinya. Pada suatu kesempatan interaksi, orang Sunda menganggap lawan bicaranya agresif karena dia terlalu dekat ketika berinteraksi, padahal maksud orang Arab tersebut bukan berniat agresif atau semacamnya,

44 tentu hal ini akan membuat orang Arab merasa tersinggung karena maksudnya telah disalahartikan oleh orang Sunda. 6.2 Hubungan Pengetahuan Berkomunikasi dengan Perilaku Canggung Ukuran efektif atau tidaknya proses komunikasi yang dilakukan oleh individu dari etnis Arab dan etnis Sunda, selain dari perilaku tidak tersinggung juga diukur dari perilaku tidak canggung yang dimiliki oleh kedua etnis. Perilaku tidak canggung meliputi kemampuan untuk menyapa, memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat dengan orang lain tanpa perasaan malu, ragu-ragu, ataupun takut. Tabel 11 menunjukkan bahwa pengetahuan berkomunikasi yang dimiliki oleh etnis Arab dan etnis Sunda cukup tinggi, yaitu sebesar 53,3 persen. Sedangkan untuk persentase perilaku canggung, sebesar 56,7 persen etnis Arab dan Sunda memiliki perilaku canggung yang rendah (Tabel 9). Hal ini menunjukkan bahwa rasa canggung antara individu dari etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi dapat diatasi dengan baik. Dua individu yang sedang berkomunikasi dapat menghilangkan perasaan tidak berani, malu, ataupun raguragu untuk berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Mereka sudah terbiasa untuk saling menyapa, inisiatif untuk memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat. Hipotesis awal menyatakan bahwa semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku canggung antara etnis Arab dan etnis Sunda ketika berkomunikasi. Agar dapat melihat hubungan antar keduanya, maka dilakukan uji hubungan dengan menggunakan tabulasi silang dan analisis Pearson. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai signifikansi (Approx. Sig.), jika Approx. Sig. lebih besar dari α (0,05) maka Ho diterima, yang artinya tidak terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 13. Persentase Pasangan Teman menurut Tingkat Pengetahuan dan Tingkat Perilaku Canggung Tingkat Tingkat Pengetahuan (%) Perilaku Canggung Rendah Sedang Tinggi Rendah 0,0 12,5 100,0 Sedang 16,7 87,5 0,0 Tinggi 83,3 0,0 0,0

45 Total (%) 100,0 100,0 100,0 Tabel 13 menunjukkan bahwa sebesar 83,3 persen pasangan yang memiliki tingkat pengetahuan rendah memiliki tingkat perilaku canggung yang tinggi. Sebesar 87,5 persen pasangan memiliki tingkat pengetahuan dan tingkat perilaku canggung yang sedang. Pada tingkat yang lebih tinggi, sebesar 100 persen pasangan yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi memiliki tingkat perilaku canggung yang rendah. Angka tersebut menunjukkan kecenderungan dimana semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi maka semakin rendah perilaku canggung yang ditunjukkan ketika berkomunikasi. Pengetahuan yang tinggi tentang lawan bicara mendorong dua orang yang sedang berinteraksi dapat mengurangi dan menghilangkan perasaan canggung. Mereka dapat dengan leluasa menyapa, memulai pembicaraan, dan bertukar pendapat. Perasaan ragu-ragu, tidak berani, maupun malu dapat dikendalikan dengan baik oleh keduanya. Hasil uji menunjukkan, nilai signifikansi untuk hubungan antara pengetahuan berkomunikasi dengan perilaku canggung adalah 0,000. Hal ini berarti terdapat hubungan antara pengetahuan berkomunikasi dengan perilaku canggung antara etnis Arab dan Etnis Sunda ketika berinteraksi. Nilai signifikansi sebesar 0,000 merupakan nilai yang signifikan, yang menunjukkan semakin tinggi pengetahuan berkomunikasi, maka semakin rendah perilaku canggung antara etnis Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi. Perilaku canggung yang rendah didukung oleh pengetahuan yang baik dari etnis Arab dan Sunda tentang lawan bicaranya. Pengetahuan mengumpulkan atau mendapatkan informasi tentang lawan bicara merupakan salah satu aspek yang penting dalam mengatasi perasaan canggung. Sebesar 70 persen orang Arab dan Sunda dapat mengumpulkan informasi tentang gaya berkomunikasi dari lawan bicaranya, yaitu nada bicara. Individu yang dapat mengumpulkan informasi yang banyak tentang gaya berbicara lawan bicaranya akan memiliki perilaku canggung yang rendah. Ketika orang Arab atau Sunda mengenali gaya berbicara orang lain dan mampu memahaminya, maka mereka dapat berinteraksi dengan nyaman tanpa terganggu dengan perbedaan cara berkomunikasi yang terjadi. Orang Arab dan

46 Sunda dapat mengenali dan memahami cara berkomunikasi masing-masing etnis. Orang Arab cenderung berbicara dengan nada yang keras dan tegas, sedangkan orang Sunda lebih tenang dan halus. Pemahaman akan gaya berkomunikasi dari etnis lain membuat mereka tidak ragu-ragu untuk bertegur sapa bahkan saling bertukar pendapat. Etnis Arab dan Sunda mengetahui perbedaan etnis di antara mereka, namun hanya sebesar 43,3 persen. Kondisi ini disebabkan karena perbedaan etnis seperti jarak interpersonal dan gerakan tangan untuk menjelaskan maksud ucapan sudah tidak mencolok. Orang Arab dan Sunda secara umum tidak lagi menunjukkan perbedaan tersebut ketika berkomunikasi. Jarak interpersonal mereka sama dan orang Arab tidak terlalu ekspresif ketika berinteraksi dengan banyak menggerakkan tangan untuk menjelaskan maksud ucapannya. Pengetahuan yang rendah tentang perbedaan etnis tidak membuat orang Arab dan Sunda merasa canggung ketika berinteraksi. Orang Arab memandang dirinya tidak jauh berbeda dengan orang Sunda dalam hal cara berkomunikasi, hal inilah yang membuat mereka tidak merasa malu atau ragu-ragu untuk memulai pembicaraan, bertegur sapa, dan bertukar pendapat. Kerukunan bertetangga antara orang Arab dan Sunda didukung pula oleh sikap mereka dalam memahami persamaan yang ada. Sebesar 76,7 persen orang Arab dan Sunda sudah merasa tidak ada perbedaan di antara mereka. Orang Arab yang sekarang tinggal di Empang merupakan generasi yang lahir dan dibesarkan di Empang. Walaupun secara sekilas fisik mereka berbeda, yang dapat diidentifikasi dari bentuk hidung dan mata, orang Arab lebih senang menyebut dirinya sebagai orang Sunda. Hal ini dikarenakan kakek dan nenek mereka juga sudah melakukan perkawinan campuran dengan orang Sunda. Persamaan individu yang dipahami oleh orang Arab dan Sunda ini, membuat rasa canggung dapat dihindari. Orang Arab merasa sama seperti orang Sunda dalam hal warna kulit dan postur badan, begitupun sebaliknya. Kemampuan interpretasi alternatif juga membuat perilaku canggung dapat dihindari. Sebesar 70 persen orang Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi, mampu menginterpretasikan dengan tepat apa yang dilakukan oleh lawan bicaranya. Salah dalam mengartikan tingkah laku lawan bicara, dapat membuat

47 salah satu orang yang sedang berinteraksi merasa canggung sehingga proses interaksi tidak akan efektif. Perilaku canggung membuat interaksi menjadi kaku sehingga pertukaran informasi tidak berjalan. Pada kasus ini, orang Arab maupun orang Sunda mampu membuat interpretasi yang tepat tentang jarak interpersonal ketika berkomunikasi. Jarak interpersonal sejauh setengah meter diinterpretasikan sebagai ketertarikan terhadap lawan bicara, bukan sebagai sikap agresif atau pelanggaran atas jarak interpersonal karena terlalu dekat ketika berinteraksi. Interpretasi yang tepat membuat orang Arab dan Sunda yang sedang berinteraksi merasa nyaman, sehingga perasaan tidak berani, malu, ataupun ragu untuk bertukar pendapat dapat dihindari.