BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat dan ada juga yang berupa seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. dan analisis, yaitu mendeskripsikan dan menganalisis verba berprefiks ber- dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perbuatan untuk bersenang-senang baik menggunakan alat tertentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.

BAB I PENDAHULUAN. Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif; biasanya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia tidak terlepas dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan salah satu karya budaya masyarakat 1. Semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

ANALISIS BENTUK DAN MAKNA AFIKS VERBA PADA TEKS BACAAN DALAM BUKU SISWA BAHASA INDONESIA SMP/MTS KELAS VII KURIKULUM 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang dipergunakan sebagai alat komunikasi antarmasyarakat. Menurut

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

pada Fakultas Sastra Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM CERITA PENDEK PADA SURAT KABAR JAWA POS EDISI JANUARI PEBRUARI 2012

BAB I PENDAHULUAN. yang sempurna, manusia dibekali dengan akal dan pikiran. Dengan akal dan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia memiliki bahasa, binatang tidak memiliki bahasa (Verhaar, 2010:3).

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

NASKAH PUBLIKASI KELAS KATA DAN BENTUK KALIMAT DALAM KALIMAT MUTIARA BERBAHASA INDONESIA SERTA TATARAN PENGISINYA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN. berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa selain bersifat

BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro

BAB III METODE PENELITIAN

PROSES MORFOLOGIS PADA TERJEMAHAN AYAT-AYAT AL QUR AN YANG MENGGAMBARKAN KEPRIBADIAN NABI MUHAMMAD SAW NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesan yang disampaikan dapat melalui karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

BAB I PENDAHULUAN. diminati oleh masyarakat Indonesia terutama para remaja setelah merebaknya

PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI Jurnal Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

BAB I PENDAHULUAN. Berbeda dengan sintaksis yang mempelajari bagaimana satuan bahasa terbentuk,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia, yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut dapat berbentuk naskah, surat (bahasa tulis); berupa isyarat misalnya bunyi lonceng, peluit, berupa gerak tubuh seperti simbol-simbol huruf morse dengan bendera; gerak tubuh polisi pengatur lalu lintas atau bahasa orang gagu, berupa gambar, warna atau rupa seperti tanda-tanda lalu lintas, simbol-simbol jenis kelamin, warna-warna bendera atau pita-pita pundak dan patung totem serta candi-candi (Herusatoto, 2001:19). Tari merupakan gerakan badan yang berirama, biasanya diiringi bunyibunyian (KBBI, 2008:1405). Soedarsono (tt:17) mendefinisikan tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerik ritmis yang indah. Hal ini disebabkan gerak yang terdapat dalam rangkaian gerakan tari bukanlah gerak sembarangan. Sebagaimana dijelaskan oleh John Martin seorang ahli tari Amerika (Via Soedarsono, 1972:2) bahwa gerak merupakan pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia. Gerak tidak hanya terdapat pada denyutan-denyutan tubuh manusia untuk dapat menghayati kehidupan manusia, tetapi gerak juga terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosionil manusia. Tari pada dasarnya merupakan media komunikasi bagi antar anggota lingkungan masyarakat ataupun dengan kelompok masyarakat yang lain (Sumaryono, 2011:26). Dengan demikian terdapat tekanan-tekanan tertentu dalam 1

2 gerak yang memiliki makna sebagai ungkapan ekspresi manusia yang dimunculkan melalui nama-nama gerak atau sebutan tertentu. Tari topeng Bapang merupakan tarian yang berasal dari Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. Sebuah tarian yang menjadi bagian dari pertunjukan Wayang Topeng Malangan yang banyak mengadopsi cerita-cerita Panji. Tarian ini mengisahkan petualangan Raden Bapang Jayasentika, seorang Adipati Kerajaan Banjar Patoman yang berwatak semaunya sendiri, tanggap dan sigrak. Watak tokoh dalam tarian ini diwujudkan melalui ciri khas gerak tari yang tegas, dinamis, dan lincah. Hidayat (2008: 60 61) menjelaskan bahwa ciri gerak tari pada tari Topeng Malangan dibedakan atas gerak tari putra (maskulin) yang bersifat gagah dan gerak tari bersifat halus. Ciri motif gerak tari topeng Bapang adalah tari putra (maskulin) yang bersifat gagah, dengan ciri khusus yakni garis gerak yang tegas, volume gerak lebar dan gerak kaki yang terbuka. Sedangkan tarian yang bersifat halus ada pada tokoh-tokoh ksatria yang baik. Tarian ini tidak hanya memiliki karakter gerak yang tegas dan kaki terbuka lebar, namun didukung dengan penggunaan topeng yakni topeng tokoh Bapang yang berciri khas memiliki hidung panjang, berwarna merah, dan garang. Ragam gerak tari Topeng Bapang berpengaruh dalam pembentukan nama ragam geraknya. Beberapa nama ragam gerak tari Topeng Bapang antara lain, emprit nebo, gejug kalong mawas, menjangan ndlusup, ungak-ungak, banyak dhidhis, nggeber malang angkup, nawu, njluwat, singget, nigas, gobesan, ngancap. Nama-nama ragam gerak dalam tari topeng Bapang memiliki makna yang belum terdefinisikan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian mengenai nama-

3 nama ragam gerak tari topeng Bapang yang menitikberatkan pada aspek kebahasaan. Penelitian nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang dilakukan untuk dapat mengetahui nama-nama ragam gerak dalam Tari Topeng Bapang, proses morfologis nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang, serta makna yang terkandung dalam setiap ragam geraknya. 1.2 Rumusan Masalah Setiap masyarakat memiliki istilah-istilah untuk penyebutan benda atau hal lainnya, seperti halnya dalam nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang. Maka dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut. a. Apa yang dimaksud tari topeng Bapang dan apa sajakah nama-nama ragam geraknya? b. Bagaimana bentuk morfologis dan makna yang terkandung dalam nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang? 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang terdiri dari ruang lingkup data dan ruang lingkup pembahasan. 1.3.1 Ruang Lingkup Data Pada penelitian ini peneliti membatasi data pada ungkapan nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang. Nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang yang menjadi bahan penelitian mengambil tari topeng Bapang yang ada di

4 Sanggar Asmorobangun Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur. 1.3.2 Ruang Lingkup Pembahasan Pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini yakni mengidentifikasi nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang secara morfologis untuk mengetahui pembentukan kata dalan nama ragam gerak tari. Kemudian analisis semantis digunakan dalam mengidentifikasi makna dan referen yang mendukung arti pada nama-nama ragam gerak tari tersebut. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendokumentasikan tari topeng Bapang yang ada di sanggar Asmorobangun Dusun Kedungmonggo Desa Karang Pandan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Pendokumentasian pada kali ini untuk mendeskripsikan tari topeng Bapang, khususnya pada nama-nama ragam gerak tari tersebut. Penelitian ini menjelaskan pula proses morfologis atau proses pembentukan kata pada nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang dan makna yang terkandung dalam nama-nama ragam geraknya. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi akademisi maupun masyarakat luas. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan analisis pembentukan kata dan makna

5 pada nama-nama ragam gerak tari. Secara praktis penelitan ini juga diharapkan memberikan manfaat sebagai sumber referensi dalam pengembangan penelitian yang lebih luas terlebih pada bidang morfologi dan semantik. Selain untuk diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai tari topeng Bapang, juga diharapakan penelitian ini bermanfaat bagi sanggar Asmorobangun sebagai inventarisasi dan bahan ajar. 1.6 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan agar tidak terjadi penjiplakan atau plagiat. Sebuah tinjauan pustaka ini dilakukan dengan melihat dan menguraikan tentang penelitian yang terdahulu. Sejauh tinjauan yang dilakukan belum ada yang meneliti mengenai nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang di Sanggar Asmorobangun Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang. Namun terdapat beberapa penelitian yang membahas nama-nama ragam gerak tari dengan objek kajian yang berbeda. Penelitian terkait nama-nama ragam gerak tari pernah dilakukan oleh Nikendari (1997) dalam skripsinya yang berjudul Nama Ragam Gerak Tari Putri Gaya Yogyakarta (Tinjauan Morfo-Semantis). Data penelitian dalam penelitian nama-nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta dianalisis dengan menggunakan teori morfologi dan semantis. Proses pembentukan nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta cenderung bersifat terikat dan bermakna gramatikal. Pada analisis morfologis nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta dibagi menjadi tiga, yakni afiksasi atau pengimbuhan, perulangan, dan pemajemukan atau komposisi. Pada teori semantik berdasarkan kesamaan sifat

6 dan perilaku yang sesuai dengan penyebutan nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta dibagi dalam tiga klasifikasi, yakni makna denotatif, makna metaforis dan dengan maksud khusus. Penelitian ini menggunakan objek kajian berupa nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta, sedangkan penulis menggunakan objek kajian yang berbeda yakni nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang. Penelitian lain terkait nama-nama ragam gerak tari juga pernah dilakukan oleh Dewi (2013) dalam skripsinya berjudul Analisis Morfo-Semantis Nama- Nama Ragam Gerak Tari Lawèt di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Dalam penelitiannya Dewi (2003) membahas nama-nama ragam gerak tari lawèt di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen yang dianalisis menggunakan teori morfologi dan semantis. Pada analisis morfologis nama-nama ragam gerak tari lawèt dan sub-sub variasi gerakan tariannya yang berbentuk kata dibagi menjadi dua, yakni bentuk monomorfemis dan polimorfemis. Pada bentuk polimorfemis, proses morfologisnya berupa afiksasi, pemajemukan dan perubahan monomorfemik. Pada analisis semantis nama-nama ragam gerak tari lawèt dijelaskan makna leksikal dan referen dari sebelas nama-nama ragam gerak beserta dua puluh delapan sub-sub variasi gerakan tari Lawèt. Penelitian ini menggunakan objek kajian berupa analisis morfo-semantis nama-nama ragam gerak tari lawèt di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen, sedangkan penulis menggunakan objek kajian yang berbeda yakni nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang. Penelitian lain juga dilakukan oleh Nurningtyas (2012) dalam skripsinya berjudul Struktur Tari Topeng Bapang Jambuer di Sanggar Galuh Candra Kirana

7 Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang. Nurningtyas (2012) dalam skripsinya membahas struktur tari topeng Bapang Jambuer dengan menggunakan teori struktur gerak tari dan deskripsi tari topeng Bapang. Selain itu perbandingan secara umum mengenai perbedaan antara tari topeng Malang Jambuer dengan tari topeng Bapang Kedungmonggo juga dijelaskan dalam skripsi ini. Meskipun penelitian ini tidak menggunakan teori dan objek kajian yang sama, namun menunjang peneliti untuk mendapatkan data-data tertulis mengenai objek yang diteliti. 1.7 Landasan Teori Penelitian ini bersubjek nama-nama ragam gerak tari dari tari topeng Bapang secara morfologis dan semantis. Oleh karena itu, untuk mengkaji penelitian ini digunakan teori morfologi dan semantik. 1.7.1 Pengertian Morfologi dan Semantik Morfologi merupakan bidang linguistik yang mengidentifikasi satuansatuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal (Verhaar, 2010:97). Menurut Kridalaksana (2011:159), morfologi adalah bidang linguistik yang memperlajari morfem dan kombinasi-kombinasinya atau bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata yaitu morfem. Oleh karena itu penelitian ini mengidentifikasi satuan-satuan dasar yang membentuk ungkapan nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara (Kridalaksana,

8 2011:216). Verhaar (1993:124) mengatakan pula bahwa semantik merupakan cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Maka penelitian ini mengidentifikasi makna dari ungkapan nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang. 1.7.2 Analisis Morfologi dan Semantik Menurut Poedjosoedarmo (1979:6) proses morfologi berbicara mengenai pembentukan kata dalam bahasa Jawa yang terdiri dari morfem bebas dan morfem terikat. Kata-kata berbahasa Jawa dapat berbentuk morfem bebas dan dapat dibentuk dengan mengalami pengimbuhan (afiksasi). Selain itu terdapat pula proses-proses morfologi, seperti pengulangan (reduplikasi), pengubahan bunyi (vowel change and consonant change), pemajemukan (compouding), penyingkatan secara akronim dan perubahan morfofonemik. Analisis morfologis nama-nama ragam gerak Tari Topeng Bapang yang berbentuk kata dikelompokkan dalam bentuk monomorfemis dan polimorfemis. Bentuk kata monomorfemis merupakan kata yang terdiri dari satu morfem, bersifat bebas, dan bermakna. Pada bentuk polimorfemis, proses morfologisnya berupa afiksasi, pengulangan dan pemajemukan. Afiksasi merupakan proses pembentukan kata melalui pemberian imbuhan pada awalan, sisipan, akhiran atau gabungan dari imbuhan-imbuhan pada kata dasar. Imbuhan yang diberikan berupa morfem afiks yang merupakan bentuk terikat dan hadir khusus dipakai untuk membentuk kata berafiks (Sudaryanto, 1992:19). Pengulangan merupakan proses pembentukan kata melalui pengulangan morfem. Menurut Poedjosoedarmo (1979:8) proses pembentukan kata dengan

9 pengulangan (reduplikasi) terdiri dari pengulangan utuh (dwilingga), pengulangan utuh dengan dibarengi bunyi (dwilingga salin swara), pengulangan awal (dwipurwa), dan pengulangan akhir (dwiwasana). Kata majemuk merupakan gabungan dua kata atau lebih yang memiliki arti baru, berbeda dengan arti kata komponennya tetapi perilaku sintaksisnya serupa seperti perilaku sintaksis sebuah kata. Kata majemuk memiliki ciri-ciri sebagai berikut. a. Kata majemuk terdiri dari dua kata atau lebih. b. Kata majemuk memiliki arti baru yang sama sekali berbeda dengan arti komponennya. c. Kata majemuk tak dapat diberi sisipan berupa kata apapun. d. Imbuhan diterapkan pada awal atau akhir kata majemuk seluruhnya, dan jika diduplikasi maka harus diulang seluruhnya. e. Kata majemuk secara sintaksis diperlakukan sebagai kata. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan semantik. Kajian dalam pendekatan ini untuk mengetahui makna yang terdapat pada setiap nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang. Setelah mengetahui bagaiaman pembentukan kata terhadap nama-nama ragam gerak tari topeng Bapang, pada pendekatan kali ini mengungkapkan makna dalam setiap ragam geraknya. Pengungkapan makna dalam hal ini akan dianalisis melalui makna leksikal. Semantik leksikal menyangkut makna leksikal. Semantik leksikal secara leksikologis mencakup segi-segi yang agak banyak jumlahnya, antara lain : a) makna dan referensi; b) denotasi dan konotasi; c) analisis ekstensional dan analisis intensional; d) analisis

10 kompenensial; e) makna dan pemakainya; f) kesinoniman, keantoniman, kehomoniman dan kehiponimian. Penelitian mengenai nama-nama ragam gerakt tari topeng Bapang akan dikaji secara makna leksikal dengan menitikberatkan pada makna dan referensi. Makna leksikal lazim dipandang sebagai sifat kata sebagai unsur leksikal. Sedangkan yang diacu atas kata dinamakan referen. Referensi merupakan salah satu sifat makna leksikal (Verhaar, 2010:389). 1.8 Metode Penelitian Metode penelitian dalam penelitian nama-nama ragam gerak tari Topeng Bapang melalui tiga tahap, yakni metode pengumpulan data, metode analisis data dan metode penyajian data. 1.8.1 Tahap Pengumpulan Data Tahapan awal dalam sebuah penelitian dengan melakukan tahap pengumpulan data. Peneliti mengawali pengumpulan data dengan langsung berinteraksi dengan pelaku tari di Sanggar Asmorobangun Dusun Kedungmonggo Desa Karangpandan Kecamatan Pakisaji Kabuapaten Malang. Observasi dilakukan dengan melihat kegiatan latihan menari di sanggar tersebut. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam tahap ini menggunakan metode teknik simak dan catat, juga teknik kerja sama dengan informan. Teknik simak dimaksudkan mengadakan penyimakan terhadap pemakaian bahasa yang bersifat spontan dan mengadakan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian (Subroto, 1992:41-42). Kemudian dilakukan pula

11 teknik kerja sama dengan informan yakni pembicara asli yang berkemampuan memberi informasi kebahasaan terhadap peneliti. Situasi kerja sama memungkinkan peneliti untuk mengembangkan wawancara itu sedemikian rupa sehingga memperoleh bahan-bahan kebahasaan yang relevan (Subroto, 1992:37). 1.8.2 Metode Analisis Data Tahapan setelah pengumpulan data yakni analisis data. Data yang telah dikumpulkan kemudian diklasifikasikan sesuai bentuknya. Metode yang digunakan dalam menganalisis data yakni metode agih dan metode padan. Metode agih merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui pembentukan kata, sebab alat penentu pada metode ini yakni bahasa itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi, adverbia, dsb), fungsi sintaksis (subjek, objek, predikat, dsb), klausa, silabe kata, titi nada dan yang lainnya (Sudaryanto, 1993:15-16). Metode agih yang digunakan dalam tahap ini ialah metode agih teknik dasar. Teknik dasar merupakan teknik bagi unsur langsung, disebut demikian sebab cara yang digunakan pada awak kerja analisis dengan membagi satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur (Sudaryanto, 1993:32). Metode padan digunakan untuk mengetahui pemaknaan dari data yang ada. Metode padan merupakan metode yang alat penentunya dari luar bagian dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13). Pada penerapan metode dengan data maka metode padan yang digunakan adalah padan referensial. Hal ini disebabkan karena alat penentunya berupa referen. Referen dalam hal ini sesuai dengan referen gerak pada ragam gerak tari. 1.8.3 Metode Penyajian Data

12 Apabila dua tahap di awal telah selesai dan sampai pula pada penarikan kesimpulan, maka tahap yang terakhir yakni penyajian data. Penyajian data dalam hal ini penyajian data yang sesuai dengan kaidah kepenulisan karya ilmiah yang ada. Dalam hal penyajian data, penulis menggunakan pedoman teknik penulisan dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi yang disusun oleh tim Jurusan Sastra Nusantara Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. 1.9 Sistematika penyajian Berdasarkan landasan teori dan metodologi penelitian di atas maka sistematika penyajian penelitian ini disajikan dalam empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup, manfaat penelitian, landasan teori, metodologi penelitian dan sistematika penyajian. Bab II merupakan pemaparan dari deskripsi Tari Topeng Bapang. Bab III merupakan pembahasan analisis morfologis dan semantis namanama ragam gerak tari topeng Bapang, dan Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan mengenai pembahasan pada bab sebelumnya.