persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

dokumen-dokumen yang mirip
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

KUISIONER PENELITIAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. dengan wilayah hutan tropis, tanah dan area lautan yang luas, serta kaya akan

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Taman Wisata Alam Gunung Pancar mempunyai luas 447,50 hektar.

cenderung akan mencari suasana baru yang lepas dari hiruk pikuk kegiatan sehari hari dengan suasana alam seperti pedesaan atau suasana alam asri yang

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan hamparan landscape yang luas dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati

PENILAIAN KUALITAS LINGKUNGAN DAN FASILITAS EKOWISATA DARAJAT PASS KABUPATEN GARUT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik masyarakat sekitar kawasan Taman Wisata Alam

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB 5 KARAKTERISTIK PENGUNJUNG AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR. (%) Muda: tahun 50 Usia. Tingkat Pendidikan Sedang: SMA/SMK-D1 50 Tinggi: D3-S2 41

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

DAFTAR PERTANYAAN KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM TANGKUBAN PERAHU

Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Wisata Agro

Oleh : Slamet Heri Winarno

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

LAMPIRAN. Lampiran 1. Jadwal rencana penelitian. Februari Maret April Mei Juni. Kegiatan. 1. Penyusunan Proposal. 2. Persiapan. 3. Inventarisasi Data

LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

KAWASAN WISATA TELAGA SARANGAN SEBAGAI WISATA PERMAINAN AIR DAN WISATA KULINER

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti BR Tarigan, 2013

WISATA AGRO BUNGA SEBAGAI PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA SUKUH PERMAI DI NGARGOYOSO KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

PENGEMBANGAN KAWASAN REKREASI PERENG PUTIH BANDUNGAN DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. daerah resapan pada kota Medan. Sesuai dengan Undang-Undang No. 26 Tahun

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

BAB I PENDAHULUAN. merupakan modal dasar bagi pembangunan berkelanjutan untuk kesejahteraan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. PERANCANGAN HUTAN PINUS BATEALIT sebagai KAWASAN. WISATA ALAM EDUKASI di JEPARA. (Pendekatan Green Architecture)

I. PENDAHULUAN. keindahan panorama alam, keanekaragaman flora dan fauna, keragaman etnis

Lampiran 7: Pertanyaan Kuesioner dan Wawancara

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

BAB V STRATEGI DAN REKOMENDASI. 5.1 Strategi Pengembangan Pariwisata di Kecamatan Badau

BAB I PENDAHULUAN. tarik sendiri bagi masing-masing kelompok wisatawan. Terlebih lagi, kegiatan wisata

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. Ciwidey, daerah ini kaya akan pemandangan alam dan mempunyai udara yang

Wisata Alam di Kawasan Danau Buyan,Buleleng, Bali. BAB 1 PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TRIANGGULASI DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI (Penekanan Desain Arsitektur Organik Bertema Ekoturisme)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

A. JUDUL PENINGKATAN PARIWISATA DESA WANA WISATA SEGOROGUNUNG DENGAN PENGGUNAAN WEBSITE

Transkripsi:

17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya masih mau membayar lebih mahal untuk berekreasi atau menikmati pemandangan alam di TWA Gunung Pancar. Hal ini tentu harus disertai dengan peningkatan kualitas dari tempat wisata itu sendiri sehingga manfaat yang didapat baik bagi dari segi pengelola maupun pengunjung TWA Gunung Pancar dari kegiatan rekreasi tersebut dapat mencapai optimum. Nilai ekonomi dari manfaat wisata menunjukkan bahwa TWA Gunung Pancar memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Upaya pencapaian nilai ekonomi TWA Gunung Pancar salah satunya dapat dilakukan dengan menaikan tiket masuk yang sesuai dengan keinginan membayar maksimal pengunjung. Hal lain yang dapat dilakukan adalah dengan menambah fasilitas dengan berdasarkan persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR Analisis terhadap prospek pengembangan wisata di TWA Gunung Pancar dilakukan melalui tiga pendekatan, yaitu pendekatan aspek fisik, aspek sosial- 74

ekonomi dan aspek spasial. Berikut adalah penjelasan mengenai hasil analisis dari ketiga aspek tersebut. 8.1 Aspek Fisik Pendekatan aspek fisik dilakukan dengan mengkaji kondisi sarana dan prasarana penunjang kegiatan wisata yang meliputi aksesibilitas, sarana dan prasarana, dan lain-lain saat ini, serta mengkaji potensi alam kawasan yang ada sehingga dapat menentukan kegiatan yang dapat dikembangkan berikut sarana dan prasarana yang perlu ditingkatkan atau dipertahankan pada TWA Gunung Pancar. 8.1.1 Potensi Alam Potensi fisik kawasan yang dimiliki TWA Gunung Pancar bagi pengembangan kegiatan wisata di taman wisata alam tersebut adalah kondisi alam di TWA Gunung Pancar sendiri. TWA Gunung Pancar menawarkan panorama keindahan alam pegunungan dengan hamparan hutan pinus yang cukup luas, udara yang sejuk, dan kekayaan flora dan fauna sebagai daya tarik utama di kawasan ini. Selain itu, sumber air panas yang ada di kawasan ini juga menjadi daya tarik dari TWA Gunung Pancar. Hal ini ditunjukkan oleh jawaban yang diberikan responden yang menyatakan bahwa pemandangan yang indah, pemandian air panas, dan udara yang sejuk merupakan daya tarik utama di TWA Gunung Pancar. Tabel 29. Daya Tarik Kawasan TWA Gunung Pancar No. Daya Tarik Persentase Responden (%) 1 Udara yang Sejuk 49 2 Pemandangan Alam yang Indah 14 3 Pemandian Air Panas 8 4 Track Sepeda Gunung/Downhill 11 5 Lain-lain 18 Total 100 75

Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Berdasarkan Tabel 29 terlihat bahwa udara yang sejuk, pemandangan alam yang indah, dan adanya pemandian air panas menjadi alasan utama untuk mengunjungi TWA Gunung Pancar. TWA Gunung Pancar juga memiliki lokasi yang menarik dengan medan yang cukup menantang bagi kegiatan wisata sekaligus olahraga yaitu track sepeda gunung atau downhill yang juga menjadi daya tarik bagi pengunjung di taman wisata alam ini. Hal ini dikarenakan pengunjung tidak saja dapat menikmati keindahan alam dan kesejukan di TWA Gunung Pancar, tetapi juga dapat melakukan kegiatan olahraga yang mereka sukai. Kekayaan flora dan fauna yang terdapat di kawasan meskipun cukup banyak, namun masih dianggap kurang menarik oleh wisatawan yang datang, padahal keanekaragaman flora dan fauna yang ada di kawasan ini sangat cocok bagi wisatawan yang ingin melakukan pengamatan. Uraian di atas menunjukkan bahwa secara fisik kawasan TWA Gunung Pancar memiliki potensi yang cukup besar untuk pengembangan kegiatan wisata terutama wisata alam dan wisata olahraga. Kondisi alamnya menawarkan panorama alami dan suasana pegunungan yang menyegarkan. Medan yang menantang dan kekayaan flora-faunanya merupakan modal untuk pengembangan wisata minat khusus bagi pengunjung penggemar flora atau fauna langka seperti anggrek, owa, dan elang jawa. 8.1.2 Potensi Prasarana dan Sarana Penunjang Dalam kaitannya dengan pengembangan kegiatan wisata, potensi fisik berupa sarana dan prasarana merupakan salah satu unsur yang juga perlu dipertimbangkan. Di kawasan TWA Gunung Pancar telah berkembang berbagai 76

sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung wisata seperti jalan, angkutan umum, jaringan listrik, WC umum, tempat berteduh, dan warung-warung. Prasarana jalan di kawasan TWA Gunung Pancar cukup baik, jalan di dalam kawasan merupakan jalan beraspal yang kondisinya cukup memadai untuk melayani arus transportasi yang masuk ke kawasan. Prasarana jalan menuju kawasan meskipun tidak sepenuhnya kondisi jalan baik, namun masih cukup memadai untuk melayani arus transportasi pengunjung yang hendak menuju kawasan TWA Gunung Pancar. Hal ini terlihat dari banyaknya pengunjung yang menyatakan bahwa akses untuk menuju kawasan masih mudah yang ditunjukkan pada Tabel 30 berikut ini. Tabel 30. Kemudahan Mencapai Kawasan TWA Gunung Pancar No. Daya Tarik Persentase Responden (%) 1 Sangat Mudah 4 2 Mudah 59 3 Sulit 35 4 Sangat Sulit 2 Total 100 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Berdasarkan wawancara dengan pengunjung TWA Gunung Pancar terdapat beberapa sarana dan prasarana yang dianggap pengunjung perlu ditambahkan dan diperbaiki oleh pengelola TWA Gunung Pancar. Sarana dan prasarana apa saja yang perlu ditambahkan dan diperbaiki tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 31 berikut ini. Tabel 31. Sarana dan Prasarana TWA Gunung Pancar yang Perlu Ditambahkan dan Diperbaiki Sarana dan Prasarana Jumlah Responden (orang) Keinginan Responden Bangunan tempat berteduh 62 Ditambahkan dan (pondokan/shelter) Diperbaiki 77

WC umum (toilet) 79 Ditambahkan Tempat ibadah 67 Diperbaiki Penjual makanan 17 Ditambahkan Tempat sampah 40 Ditambahkan Tempat bermain anak 34 Ditambahkan Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Menurut responden, bangunan tempat berteduh dirasa perlu untuk ditambahkan dan diperbaiki. Hal ini dikarenakan walaupun bangunan tempat berteduh sudah ada di TWA Gunung Pancar namun jumlahnya dirasa masih kurang memadai dan di beberapa tempat bangunan tempat berteduh ini kondisinya dianggap sudah tidak layak sehingga perlu diperbaiki. Sementara itu sarana prasarana seperti WC umum, penjual makanan, tempat sampah, dan tempat bermain anak, menurut pengunjung perlu ditambahkan jumlahnya. Hal ini dikarenakan pengunjung masih kesulitan untuk menemukan atau mendapatkan WC umum di sekitar obyek wisata yang mereka kunjungi, sehingga pengunjung berharap pengelola menambahkan WC umum terutama di area-area yang dekat dengan obyek wisata dan area-area yang ramai dikunjungi wisatawan. Warung-warung yang ada di kawasan ini juga masih dianggap kurang memadai dan perlu ditambahkan, terutama warung-warung yang menjual makanan seperti nasi dan lauk-pauk. Kebanyakan warung-warung yang ada di kawasan ini hanya menjual minuman dan beberapa makanan ringan saja sehingga pengunjung merasa jumlah penjual makanan di lokasi wisata tersebut perlu ditambahkan. Pada TWA Gunung Pancar sangat sulit ditemui sarana kebersihan seperti tempat sampah sehingga pengunjung juga menganggap tempat sampah masih perlu ditambahkan di TWA Gunung Pancar. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian bagi pengelola TWA Gunung Pancar untuk mencegah masalah lingkungan yang dapat ditimbulkan dari sampah yang disebabkan dari adanya 78

aktivitas wisata. Banyaknya pengunjung TWA Gunung Pancar yang datang bersama anak-anak mereka juga menyebabkan banyak pengunjung yang merasa perlu ditambahkannya tempat bermain anak di TWA Gunung Pancar. Pengunjung TWA Gunung Pancar juga menyatakan bahwa tempat ibadah yang ada di TWA Gunung Pancar perlu diperbaiki karena tempat ibadah yang sudah ada kondisinya dianggap kurang layak untuk pengunjung melakukan ibadah. Tempat ibadah ini dirasa perlu karena pengunjung senang menghabiskan waktu di TWA Gunung Pancar sehingga pengunjung sering menjalankan ibadahnya di lokasi tersebut. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di kawasan TWA Gunung Pancar meskipun sudah cukup memadai, namun untuk beberapa jenis kondisinya masih perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Pengembangan sarana dan prasarana juga merupakan faktor penting bagi pengembangan TWA Gunung Pancar. Peningkatan fasilitas atau pelayanan diharapkan akan meningkatkan minat wisatawan untuk mengunjungi taman wisata alam tersebut. Namun, pengembangan sarana dan prasarana penunjang wisata, terutama pada kawasan yang dilindungi sebaiknya dibatasi untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan. Memperhatikan berbagai uraian tersebut, maka pengembangan sarana dan prasarana penunjang wisata di TWA Gunung Pancar berkaitan dengan kepentingan pengelolaan TWA Gunung Pancar hendaknya berpegang pada dua hal pokok, yaitu : 1. Memanfaatkan sarana dan prasarana yang sudah ada sebagai modal dasar pengembangan seperti jalan, angkutan umum, jaringan listrik, serta fasilitas lainnya. 79

2. Mengakomodasikan rencana pengembangan yang sudah ada, termasuk rencana yang telah disusun oleh pihak-pihak terkait pada kawasan TWA Gunung Pancar dan sekitarnya. 8.2 Aspek Sosial-Ekonomi Pengembangan kegiatan wisata TWA Gunung Pancar berkaitan dengan adanya status kawasan Gunung Pancar sebagai taman wisata alam, dimana keberadaan masyarakat sekitar merupakan faktor penting yang perlu mendapat perhatian untuk menciptakan keselarasan antara keberadaan TWA Gunung pancar dengan keberadaan masyarakat sekitar agar dapat saling memberikan manfaat. Dalam pengelolaan pariwisata di TWA Gunung Pancar posisi masyarakat adalah sebagai pihak yang turut menikmati adanya aktivitas wisata yang berlangsung, yaitu dengan membuka warung, berjualan, dan jasa wisata lainnya. Sebagian masyarakat khususnya masyarakat di Kampung Cimandala sudah terlibat langsung dalam kegiatan wisata yang ada di TWA Gunung Pancar. Hanya sedikit yang secara langsung masih menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian atau bertani. Kegiatan wisata yang ada di TWA Gunung Pancar dianggap cukup memberikan manfaat dalam menambah penghasilan dan menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 32, peningkatan pendapatan masyarakat per bulan sebelum dan setelah adanya TWA Gunung Pancar. Tabel 32. Peningkatan Pendapatan Masyarakat per Bulan Sebelum dan Setelah Adanya TWA Gunung Pancar Jenis Pendapatan Rata-Rata per Bulan (Rp) Peningkatan Pekerjaan Sebelum Ada TWA Gunung Pancar Setelah Ada TWA Gunung pancar Pendapatan per Bulan (Rp) Penjaga Karcis 500.000 1.250.000 750.000 Pedagang 700.000 1.011.000 311.000 Penjaga Taman 412.500 575.000 162.500 80

Buruh Wisata 413.461 611.538 198077 Security 46.666 1.116.667 1.070.001 Warung 1.631.333 2.380.000 748.667 Ojeg 1.395.000 1.824.667 429.667 Supir Angkot 1.400.000 1.900.000 500.000 Tukang Pijat 2.050.000 2.500.000 450.000 Sumber: Rianah Sary (2011) Dalam rencana pengelolaan TWA Gunung Pancar, meskipun peran masyarakat dalam pengelolaan TWA Gunung pancar belum dirumuskan secara jelas, namun dalam pengembangan kawasan hutan masyarakat telah dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pengelola TWA Gunung Pancar guna membantu meningkatkan kesejahteraan mereka melalui kegiatan penanaman pohon bersama, yang hampir secara rutin dilakukan setiap tahun. Bentuk aktivitas yang seperti itu sangat menguntungkan sekaligus perlu mendapat perhatian, karena dengan begitu tekanan terhadap kawasan hutan oleh masyarakat sangat kecil. Pengelolaan TWA Gunung Pancar termasuk kegiatan pariwisatanya harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat mengingat adanya ketergantungan masyarakat pada pariwisata yang ada di TWA Gunung Pancar. Keterlibatan masyarakat juga harus ditingkatkan sebagai mitra dalam pengelolaan kawasan serta diupayakan untuk memanfaatkan tenaga masyarakat sekitar. 8.3 Aspek Spasial Pengelolaan TWA Gunung Pancar dijalankan secara kolaborasi antara Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat dan PT Wana Wisata Indah (WWI), dimana peran pengelolaan yang dijalankan masing-masing pihak disesuaikan dengan surat keputusan yang ada. BKSDA sebagai pemegang 81

izin konservasi kawasan TWA Gunung Pancar, sedangkan PT WWI sebagai pemegang izin pemanfaatan wisata di kawasan TWA Gunung Pancar. Penetapan status kawasan Gunung Pancar menjadi taman wisata alam (TWA) menyebabkan pemanfaatan kawasan ini menjadi kawasan wisata dengan tetap mempertimbangkan keberlanjutan sumberdaya alam yang tedapat di dalamnya. Oleh karena itu, kawasan TWA Gunung Pancar dibagi menjadi dua blok, yaitu blok pemanfaatan dan blok perlindungan. Berdasarkan pembagian tersebut, nantinya hanya blok pemanfaatan saja yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan wisata, sedangkan blok perlindungan yang berupa hutan alam akan terus dijaga kelestariannya dan tidak diperkenankan untuk digunakan dalam kegiatan wisata. Penggunaan blok pemanfaatan untuk kegiatan wisata, walaupun diizinkan namun tetap harus memperhatikan aspek lingkungan, karena pada blok pemanfaatan juga terdapat hutan konservasi, sehingga dalam pengembangannya seperti pembangunan sarana-prasarana maupun pembangunan obyek wisata pada blok ini harus mempertimbangkan kandungan lokalnya, baik bahan maupun arsitekturnya. Saat ini pada blok pemanfaatan telah dibangun gerbang masuk, kantor pengelola, area parkir kendaraan, fasilitas umum seperti tempat berteduh dan WC umum, arena outbound, arena camping ground, aula, dan pemandian air panas, yang semuanya dibangun dengan memperhatikan keseimbangan dan keserasian dengan alam dan sekitarnya seperti yang terlihat pada Gambar 29 berikut ini. 82

Gambar 6. Pembangunan Fasilitas Rekreasi di Blok Pemanfaatan 8.4 Kesediaaan Membayar Dalam penelitian ini juga ditanyakan mengenai kesediaan maksimum pengunjung untuk membayar tiket masuk ke lokasi TWA Gunung Pancar. Kesediaan membayar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keinginan maksimum pengunjung dalam membayar tiket masuk TWA Gunung Pancar. Kesediaan membayar erat kaitannya dengan pendapatan seseorang, seseorang yang mempunyai pendapatan tinggi mungkin memiliki kecenderungan kesediaan membayar yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang berpendapatan lebih rendah. Tabel 5 menjelaskan mengenai kesediaan maksimum pengunjung TWA Gunung Pancar dalam membayar tiket masuk. Tabel 33. Kesediaan Membayar Tiket Masuk TWA Gunung Pancar Kategori Besaran Rata-rata Rp 3.950,00 Minimum Rp 1.000,00 Maksimum Rp 15.000,00 Median Rp 3.000,00 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011) Dari tabel terlihat bahwa berdasarkan nilai tengah pengunjung mau membayar tiket masuk sampai pada harga Rp 3.000,00. Hal tersebut berarti walaupun pengunjung menganggap murah, tetapi mereka masih mampu dan bersedia membayar sampai pada harga tersebut. Terdapat pengunjung yang mempunyai minimum kesediaan membayar tiket masuk seharga Rp 1.000,00 dan 83

terdapat pengunjung yang masih mampu dan bersedia membayar tiket masuk sampai harga Rp 15.000,00. Menurut hasil wawancara dan kuesioner di lapangan, sebagian besar pengunjung bersedia untuk mengeluarkan biaya tambahan jika berbagai fasilitas rekreasi ditambah dan ditingkatkan kualitasnya. Adapun bentuk fasilitas yang menurut responden perlu ditingkatkan atau diperbaiki kualitasnya antara lain bangunan tempat beteduh (pondokan/shelter dan tempat beribadah. Sedangkan fasilitas yang perlu ditambahkan adalah WC umum, penjual makanan, tempat sampag, dan tempat bermain anak (playground). Pengelolaan yang baik dari TWA Gunung Pancar sangat diperlukan untuk meningkatkan jumlah pengunjung di kawasan ini. IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan Berdasarkan dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu : 1. Karakteristik sosial ekonomi pengunjung TWA Gunung Pancar yang paling menonjol adalah pengunjung dengan usia antara 18-25 tahun, berasal dari 84