BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gilarsi Dian Eka Pertiwi, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
O 1 X O 2. Gambar 3.1 One Group Pretest-Posttest Design

BAB I PENGAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan ilmu fundamental yang menjadi dasar perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurvita Dewi Susilawati, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada berbagai kendala yang ada. Menurut Anne O Dwyer (2011)

2015 ID ENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PAD A MATERI TEKANAN MENGGUNAKAN THREE-TIER TEST

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran biologi di Madrasah Aliyah (MA) adalah agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fuji Hernawati Kusumah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Semua pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah disebut sebagai

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data hasil tes homogenitas, observasi keterlaksanaan pembelajaran, post test dan angket respon siswa.

Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada Materi Hukum Newton

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA MELALUI METODE CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI) TERMODIFIKASI PADA MATERI USAHA DAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN MISKONSEPSI SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI GERAK BERDASARKAN HASIL THREE-TIER TEST

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengumpulan Data. Produk. Massal. Gambar 3.1 Langkah-langkah penggunaan Metode R & D

Siti Nurkhayani, Zainuddin, dan Syubhan Annur Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PADA MATERI GERAK MELINGKAR.

Siti Nurkhayani, Zainuddin, dan Syubhan Annur Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Yustina Jaziroh, 2014

Analisis Miskonsepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Menggunakan Certainty Of Response Index (CRI) Pada Konsep Gaya

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah. Roswati dalam Wisma (2008) mengemukakan bahwa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SMA KELASXI PADA MATERI DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR TAHUN AJARAN 2013/2014

ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mohammad Iqbal, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Analisis Konsepsi Siswa Pada Konsep Kinematika Gerak Lurus

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA SMP DALAM MATERI PERBANDINGAN DENGAN MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX (CRI)

Muhammad Agus Al Arief, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rekapitulasi peningkatan penguasaan konsep

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. experimental dan deskriptif. Metode pre experimental digunakan untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui generalisasi dan berfikir abstrak. Konsep merupakan prinsip dasar

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5E TERHADAP PERUBAHAN KONSEP TENTANG HUKUM NEWTON PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PALU

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang terdiri

STUDI MISKO SEPSI PESERTA DIDIK KELAS IX SMP EGERI 1 MAKASSAR PADA

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan serangkaian aktivitas yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Irpan Maulana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Miskonsepsi yang terjadi pada diri siswa akan mengganggu efektivitas

BAB I PENDAHULUAN. intelektual siswa. Dalam lembaga formal proses reproduksi sistem nilai dan budaya

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kepentingan hidup. Secara umum tujuan pendidikan dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Daimul Hasanah. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

BAB II. MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR HIPOTETIK DEDUKTIF, PEMAHAMAN KONSEP, KETERAMPILAN GENERIK SAINS DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nomor : 02 : SMP N 1 KOTA MUNGKID. Mata Pelajaran : IPA/ Fisika Kelas/ Semester : VIII/ Ganjil

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

1. BAB III METODE PENELITIAN

Pemahaman Konsep Hubungan antara Arah Gaya, Kecepatan dan Percepatan dalam Satu Dimensi pada Mahasiswa Calon Guru Fisika FKIP Universitas Tadulako

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN THINK-ALOUD PROTOCOLS UNTUK MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI DI SMA KHADIJAH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN. buku ajar ini mewajibkan guru untuk berfikir kritis dan selektif dalam memilih

Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

2016 PENGEMBANGAN MEDIA SIMULASI VIRTUAL PERPINDAHAN KALOR DAN PENGGUNAANNYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA YANG BERORIENTASI PENGUBAHAN KONSEPSI SISWA SMA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MEREMEDIASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI HUKUM NEWTON DI SMP

PENGGUNAAN STRATEGI POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MEMPERBAIKI MISKONSEPSI FISIKA. Rina Ning Tyas 1, Sukisno 2, Mosik 3

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PDEODE BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI SISWA PADA KONSEP LISTRIK DINAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke-20 telah terjadi perubahan paradigma dalam dunia sains,

ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PROBLEM SOLVING LABORATORY MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONFLIK KOGNITIF TERHADAP PERUBAHAN KONSEP FISIKA SISWA SMA NEGERI 5 PALU

BAB I PENDAHULUAN. Belajar menurut pandangan konstruktivisme adalah proses. pengkonstruksian pengetahuan oleh individu pembelajar sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi dan berhadapan dengan masalah-masalah yang timbul.

OMEGA Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika Vol 1, No 2 (2015) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dwi Ratnaningdyah, 2015

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN:

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN S LEARNING IN SCIENCE

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Namun biasanya penilaian ini lebih ditujukan hanya untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adelia Alfama Zamista, 2015

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN MELALUI TES DIAGNOSTIK EMPAT TAHAP PADA SISWA SMA KELAS XII

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP IPS PADA PESERTA DIDIK

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil studi lapangan mengenai tanggapan siswa terhadap pelajaran fisika di salah satu SMA Negeri di kota Bandung kepada 39 orang siswa menyatakan bahwa 38,46 % siswa menyukai fisika sedangkan 61,54 % siswa tidak menyukai pelajaran fisika. Tingkat kesulitan pelajaran fisika menurut siswa yaitu 17,95 % siswa mengatakan sangat sulit, 74,36 % siswa mengatakan sulit, 7,69 % siswa mengatakan sedang, dan tidak ada siswa yang mengatakan bahwa pelajaran fisika mudah. Penemuan di atas mengungkapkan bahwa pelajaran fisika tidak disukai oleh sebagian besar siswa di sekolah dan salah satu penyebabnya karena mereka menganggap bahwa pelajaran fisika itu sulit. Hasil studi lapangan mengenai metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi menyatakan bahwa 78,9 % siswa mengatakan bahwa metode yang sering digunakan oleh guru adalah ceramah, 2,6 % siswa mengatakan demonstrasi, 2,6 % siswa mengatakan praktikum, 13,2 % siswa mengatakan diskusi, dan 2,6 % siswa mengatakan latihan soal. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran masih berpusat pada guru, sangat sedikit sekali peran siswa dalam proses pembelajaran. Siswa hanya menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya hasil studi lapangan mengenai kegiatan yang dilakukan guru ketika memulai menyampaikan materi pelajaran yaitu 57,9 % siswa mengatakan bahwa guru langsung menyampaikan materi baru, 15,8 % siswa mengatakan bahwa guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari sebelumnya, 5,3% siswa mengatakan bahwa guru memberikan permasalahan terkait materi baru, dan 23,1 % siswa mengatakan bahwa guru mengaitkan konsep fisika dengan kehidupan sehari-hari. Hasil di atas menunjukkan bahwa guru memulai menyampaikan materi pelajaran tidak berusaha untuk menggali dulu pemahaman awal siswa, salah satunya dengan memberikan permasalahan.

2 Pemberian permasalahan di awal kegiatan belajar atau sering disebut kegiatan penggalian konsepsi awal sangat penting untuk melatih siswa dalam berhipotesis berdasarkan pengetahuan awal yang dia miliki. Adanya penggalian konsepsi awal siswa akan mengidentifikasi apakah siswa memiliki konsep awal yang sesuai atau tidak dengan konsep ilmiah. Tanpa adanya penggalian konsepsi awal dalam kegiatan belajar, maka guru tidak akan tahu konsep awal siswa sehingga bisa memicu adanya miskonsepsi pada siswa. Berdasarkan hasil penelitian pada sebuah jurnal menyebutkan bahwa siswa datang ke sekolah dengan banyak miskonsepsi tentang konsep ilmiah terutama konsep fisika (Bawaneh et al, 2011). Pernyataan di atas menunjukkan bahwa siswa datang ke sekolah tidak dengan pikiran kosong, melainkan sudah memiliki konsep awal. Konsep awal tersebut bisa mereka dapatkan melalui pengalaman hidup mereka sebelumnya. Konsep awal tersebut sering disebut dengan konsepsi alternatif. Konsepsi alternatif ini biasanya tidak konsisten atau sebagian konsisten dengan pengetahuan ilmiah yang diterima saat ini (Baser, 2006). Sejalan dengan teori belajar konstruktivisme bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa adalah konstruksi mereka sendiri, tidak mungkin mentransfer pengetahuan karena setiap orang membangun pengetahuan pada dirinya (Von Glasersfeld dalam Suparno, 1997). Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai pengetahuan ke pikiran orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan bila seorang guru bermaksud menstransfer konsep, ide, dan pengertiannya kepada seorang murid, pemindahan itu harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh si murid lewat pengalamannya (Glasersferld dalam Suparno, 1997). Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya menunjukkan bahwa pengetahuan itu tidak dapat begitu saja dipindahkan, melainkan harus dikonstruksikan atau paling sedikit diinterpretasikan sendiri oleh siswa (Suparno, 1997). Berg (1991: 10), menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan konsep siswa yang sungguh berbeda dengan konsep para ilmuan. Konsep fisika merupakan salah satu konsep yang sering mengalami miskonsepsi. Salah satu konsep fisika yang miskonsepsinya banyak dialami siswa yaitu pada materi mekanika tentang

3 hukum-hukum Newton. Konsep-konsep pada hukum Newton ini penting dalam fisika, tetapi di sekolah ditemukan banyak siswa memiliki konsepsi yang tidak sesuai dengan konsep fisikawan. Menurut Katu, 1994 (Rusmini, 2001), salah konsep dalam mekanika yang sering ditemukan adalah bahwa pada setiap benda yang bergerak ada gaya yang bekerja searah dengan arah gerak benda. Besar gaya yang bekerja pada sebuah benda diyakini banyak siswa makin lama akan makin kecil dan akhirnya habis. Selain itu, banyak siswa beranggapan bahwa jika benda diletakkan di atas papan tipis sehingga papan itu melengkung, maka gaya yang dikerjakan papan itu pasti lebih kecil daripada berat benda. Hasil penelitian Tandiling (Rusmini, 2001) menunjukkan bahwa dari 36 siswa yang dijadikan sampel penelitian ditemukan sebanyak 27 (78%) siswa mengalami salah konsep tentang hukum I Newton dan 24 (67 %) siswa tentang hukum III Newton. Beberapa salah konsep yang ditemukan, antara lain : (1) pada sebuah buku yang diam di atas meja, tidak ada gaya yang bekerja padanya (59 %); (2) lift akan bergerak ke atas karena mendapat gaya dorong dari bawah sehingga kecepatannya selalu tetap dan bergerak ke bawah disebabkan gaya tarik atau percepatan gravitasi bumi g (47 %); (3) apabila dua mobil bertabrakan, maka massa dan laju mobil yang lebih besar akan selalu menghasilkan gaya yang lebih besar daripada mobil yang mempunyai massa atau laju lebih kecil ketika keduanya saling bertabrakan (53 %) (Rusmini, 2001). Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu kajian untuk memperbaiki proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memperoleh pengetahuannya dan mampu memperbaiki konsepnya. Salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan di atas yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran konflik kognitif dimana strategi pembelajaran tersebut berorientasi pada pengubahan konsepsi alternatif siswa yang menuju pada konsep ilmiah. Melalui strategi pembelajaran konflik kognitif, maka siswa akan dihadapkan pada suatu situasi yang bertentangan dengan konsepnya kemudian siswa diarahkan dengan penyelesaian berupa percobaan maupun demonstrasi. Dalam pembelajaran ini, siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan konsepsinya dan menuntut siswa

4 untuk memperoleh pemahaman konsep yang baik sehingga akan mengurangi tingkat miskonsepsi siswa terhadap suatu konsep fisika. Penelitian yang dilakukan oleh Lee et al (2003) menunjukkan bahwa penerapan strategi pembelajaran konflik kognitif pada sejumlah siswa sekolah menengah di Korea Selatan dapat mengubah konsepsi alternatif siswa yang keliru tentang listrik dan mekanika. Penelitian yang telah dilakukan oleh Mosik dan P.Maulana (2010) tentang usaha mengurangi terjadinya miskonsepsi fisika melalui pembelajaran dengan pendekatan konflik kognitif juga menunjukkan bahwa pendekatan konflik kognitif dalam pembelajaran fisika mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap miskonsepsi fisika. Berdasarkan uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif Untuk Mengurangi Miskonsepsi Hukum Newton. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Apakah penerapan strategi pembelajaran konflik kognitif dapat mengurangi miskonsepsi hukum Newton pada siswa SMA? Untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Berapa besar pengurangan miskonsepsi hukum Newton pada siswa SMA setelah diterapkan strategi pembelajaran konflik kognitif? 2. Bagaimana tingkat konflik kognitif yang dialami siswa melalui penerapan strategi pembelajaran konflik kognitif?

5 C. Batasan Masalah Berdasarkan perumusan masalah yang telah dibuat, maka untuk memfokuskan masalah dalam penelitian ini dikemukakan batasan masalah sebagai berikut: 1. Dalam penelitian ini, pengurangan miskonsepsi hukum Newton ditentukan dengan cara membandingkan persentase miskonsepsi sebelum dan sesudah diterapkan strategi pembelajaran konflik kognitif. 2. Profil konflik kognitif siswa terhadap pengurangan miskonsepsi hukum Newton ditentukan berdasarkan jumlah skor yang diperoleh dari perhitungan setiap komponen konflik kognitif menggunakan aturan skala Likert. Karena nilai maksimum tingkat konflik kognitif adalah 60 dan nilai minimum 12, maka pengkategoriannya, yaitu kategori sangat tinggi (48 > x), kategori tinggi (40 < x 48), kategori sedang (32 < x 40), kategori rendah (24 < x 32), dan kategori sangat rendah (x 24). Tingkat konflik kognitif yang berada kategori paling tinggi menunjukkan bahwa siswa mengalami konflik kognitif dalam pembelajaran yang ditunjukkan dengan pengurangan persentase miskonsepsi yang lebih tinggi daripada siswa yang mengalami konflik kognitif pada tingkat yang lebih rendah. D. Variabel Dan Definisi Operasional Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk variabel bebas adalah strategi pembelajaran konflik kognitif dan variabel terikat adalah miskonsepsi. Definisi untuk kedua variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut. 1. Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif Strategi pembelajaran konflik kognitif adalah strategi pembelajaran yang mempertentangkan konsepsi awal siswa yang keliru agar terjadi ketidakseimbangan struktur kognitif sehingga terbentuk konsep baru yang sesuai dengan konsep ilmiah. Pada strategi pembelajaran ini siswa dihadapkan pada suatu situasi yang menimbulkan konflik kognitif. Konflik kognitif adalah ketidaksesuaian persepsi seseorang antara suatu struktur kognitif dengan lingkungan (informasi luar) atau ketidaksesuaian antara komponen-komponen

6 struktur kognitif (keyakinan, perhatian, kecemasan, dan penilaian kembali). (Lee et al, 2003: 587) Lee et al mengemukakan bahwa strategi pembelajaran konflik kognitif terdiri dari tiga tahapan, yaitu (1) fase awal (preliminary stage), (2) fase konflik (conflict stage), dan (3) fase resolusi (resolution stage). Untuk mengetahui keterlaksanaan strategi pembelajaran konflik kognitif, maka selama proses pembelajaran fisika dilakukan observasi terhadap aktivitas guru dan siswa dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh observer. 2. Miskonsepsi Hammer menyatakan bahwa miskonsepsi dapat dipandang sebagai suatu konsepsi atau struktur kognitif yang melekat dengan kuat dan stabil di benak siswa yang sebenarnya menyimpang dari konsepsi yang dikemukakan para ahli (Ulfarina, 2010). Identifikasi miskonsepsi siswa dilakukan melalui tes pilihan ganda tiga tingkat (3-tier misconception test) yang dilaksanakan sebelum diberi treatment dan setelah diberi treatment. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk : 1. Mengetahui berapa besar pengurangan miskonsepsi hukum Newton pada siswa SMA setelah diterapkan strategi pembelajaran konflik kognitif. 2. Mengetahui tingkat konflik kognitif siswa melalui penerapan strategi pembelajaran konflik kognitif. F. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti, hasil penelitian dapat memberikan informasi tentang pengurangan miskonsepsi hukum Newton pada siswa SMA melalui penggunaan strategi pembelajaran konflik kognitif. 2. Bagi guru, strategi pembelajaran konflik kognitif dapat digunakan dalam proses pembelajaran fisika di sekolah untuk mengurangi miskonsepsi hukum Newton pada siswa SMA.

7 3. Bagi siswa, dapat mengurangi miskonsepsinya pada hukum Newton. G. Struktur Organisasi Adapun rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab sebagai berikut. 1. Bab I Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah b. Identifikasi dan Perumusan Masalah c. Batasan Masalah d. Variabel dan Definisi Operasional e. Tujuan Penelitian f. Manfaat Penelitian g. Struktur Organisasi 2. Bab II Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif dan Miskonsepsi a. Teori Belajar Konstruktivisme b. Konsep dan Konsepsi c. Miskonsepsi d. Miskonsepsi pada Mekanika e. Identifikasi Miskonsepsi dengan Certainty of Response Index (CRI) f. Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif g. Conflict Cognitive Level Test (CCLT) h. Hubungan Antara Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif dengan Miskonsepsi 3. Bab III Metode Penelitian a. Metode dan Desain Penelitian b. Populasi dan Sampel Penelitian c. Instrumen Penelitian d. Teknik Analisis Instrumen Penelitian e. Teknik Pengolahan Data f. Prosedur Penelitian 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Pelaksanaan Penelitian

8 b. Deskripsi Aktivitas Guru dan Siswa dalam Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif c. Hasil dan Pembahasan Pengurangan Miskonsepsi Siswa 5. Bab V Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan b. Saran