BAB I PENDAHULUAN. penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. TORCH merupakan suatu istilah jenis penyakit infeksi yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. parasit spesies Toxoplasma gondii. Menurut Soedarto (2011), T. gondii adalah parasit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. protozoa parasit Toxoplasma gondii (T.gondii), parasit tersebut dapat menginfeksi

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Toxoplasma gondii, merupakan penyakit yang banyak dijumpai di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan

BAB I PENDAHULUAN. Rubella, Sitomegalovirus (CMV) dan Herpes Simplex Virus (HSV). Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang beriklim tropis, penularan penyakit oleh parasit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hewan ke manusia. Toxoplasma gondii berperan sebagai parasit obligat

BAB I PENDAHULUAN. protozoa yang ditularkan melalui feses kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ini tersebar di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia, penyakit ini bersifat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Toxoplasma

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. protozoa Toxoplasma gondii, infeksi parasit ini dijumpai di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN TOKSOPLASMOSIS PADA WANITA USIA SUBUR DI RSU ASSALAM GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Jurnal Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Infeksi Rubella

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

BAB. V KESIMPULAN, SARAN DAN RINGKASAN. A. Kesimpulan. 1. Seroprevalensi antibodi IgG anti-t. gondii pada penderita skizofrenia tidak lebih

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebahagiaan yang menjadi tujuan seseorang. Kebahagiaan autentik

BAB I PENDAHULUAN. puncak kejadian leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan

Prevalensi Seropositif IgM/IgG Toksoplasma pada Wanita Pranikah dan Tinjauan Faktor Risiko Kepemilikan Kucing

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB I PENDAHULUAN. hujan yang tinggi (Febrian & Solikhah, 2013). Menurut International

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. jenis penyakit infeksi yaitu TOxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus dan. bila infeksi diderita oleh ibu hamil ( Widodo, 2009 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Infeksi Toxoplasma gondii (T. gondii) dan Cytomegalovirus (CMV) pada

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. tipe Herpes Virus yang telah teridentifikasi. Human Herpes Virus antara lain

The IgM Insidence and IgG Prevalence of Positive Anti-Toxoplasma in Kedurus Abattoir Workers at Surabaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. menelan stadium infektif yaitu daging yang mengandung larva sistiserkus.

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. data, tetapi diperkirakan berkisar 0,1-1 per orang per tahun di daerah

PENDAHULUAN. Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Jumlah (ekor) Frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada saat makanan tersebut siap untuk dikonsumsi oleh konsumen. adalah pengangkutan dan cara pengolahan makanan.

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

PENYAKIT ZOONOSIS PADA TELUR, SUSU, DAN DAGING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak,

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Toksoplasma pada Ibu Hamil di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

Gambaran Faktor Risiko Toksoplasmosis pada Wanita Hamil di. Wilayah Kerja Puskesmas Blahbatuh I Tahun 2016

Penelitian Klinis-Epidemiologis Leptospirosis pada Manusia dan Reservoir di Yucatan, Meksiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Seroepidemiologi toksoplasmosis pada masyarakat di Desa Kumu Kabupaten Minahasa tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

PENCEGAHAN TOKSOPLASMOSIS MELALUI POLA MAKAN DAN CARA HIDUP SEHAT

Disusun Oleh : ANAS WAHID OKTARIANA J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Toxoplasma gondii adalah parasit protozoa yang ditemukan di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN A.

Jumlah Ternak yang dipotong di rumah potong hewan (RPH) menurut Provinsi dan Jenis Ternak (ekor),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bab 4 P E T E R N A K A N

Virologi - 2. Virologi - 3. Virologi - 4

Partikel virus (virion), terdiri dari : Virologi adalah ilmu yang mempelajari tentang virus dan agent menyerupai virus:

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN. usia subur. Perdarahan menstruasi adalah pemicu paling umum. kekurangan zat besi yang dialami wanita.meski keluarnya darah saat

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Rabies merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS

BAB 1 PENDAHULUAN. nematoda yang hidup di usus dan ditularkan melalui tanah. Spesies cacing

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

PENANGANAN INFEKSI KEHAMILAN DAN PERSALINAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sistemik (Potter & Perry, 2005). Kriteria pasien dikatakan mengalami infeksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

PERNYATAAN. Surakarta, 17 Juli Tenri Ashari Wanahari NIM. G

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. bayi dengan faktor risiko yang mengalami ketulian mencapai 6:1000 kelahiran

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TORCH adalah singkatan dari toxoplasma, rubella, citomegalovirus, dan herpes, yaitu penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa atau parasit darah dan virus. Penyebab utama penyakit ini adalah hewan yang ada di sekitar kita, seperti ayam, kucing, anjing, burung, tikus, kambing, sapi dan lainnya. Cara penularannya kepada manusia melalui dua cara, yaitu aktif (didapat) dan pasif (bawaan). Penularan secara aktif terjadi bila menelan oosista dan sista, sedangkan penularan secara pasif terjadi melalui plasenta dari ibu ke anak. Penularan secara aktif antara lain, makan daging setengah matang yang berasal dari hewan yang terinfeksi (mengandung sista) misalnya daging sapi, kambing, domba, kerbau, babi, ayam, kelinci dan lainnya. Kemungkinan terbesar penularan TORCH ke manusia melalui jalur ini. Sebagai misal, makan sate setengah matang atau masakan lain yang dagingnya tidak dimasak sempurna.(juanda,2008). Toksoplasmosis adalah penyakit parasit zoonosis lazim seluruh dunia dan agen penyebab adalah intra seluler protozoa, yang disebut Toxoplasma gondii (Barbosa et al., 2009). Toxoplasmosis adalah salah satu penyakit zoonosis yang paling penting yang ditransfer oleh daging mentah atau setengah matang. (Beaver, 2000). Prevalensi toksoplasmosis tergantung pada usia, wilayah geografis, diet dan menjaga kucing di rumah-rumah. Peningkatan umur, konsumsi daging mentah atau setengah matang, menjaga kucing di rumah dan tinggal di daerah dataran rendah, hangat, lembab dapat meningkatkan prevalensi (Sharif dan Ajami, 2000).

Toksoplasmosis pada manusia dijumpai di seluruh dunia dengan angka prevalensi yang berbeda. Di Eropa Selatan prevalensi toxoplasmosis sebesar lebih dair 60 %, sedangkan di Eropa Utara prevalensi kurang dari 20%. (Schmidt, et al., 2006). Di Amerika Serikat, satu dari tiga orang yang berumur 50 tahun tercatat terinfeksi oleh oosista T.gondii (Kruszon- Moran,et al.,2005 dalam Radke, et al.,2005). Dari lima pulau di Indonesia didapatkan 59,8% serum ibu hamil positif kumulatif IgG toksoplasmosis, tertinggi di pulau Sulawesi (76,5%) dan terendah di Nusa Tenggara (43,4%), sedangkan lainnya sekitar 57,5%-65,0% (Jawa-Bali, Sumatera, Irian Jaya dan Kalimantan). Irian Jaya menunjukkan IgM toksoplasmosis tertinggi (20,0%), daerah Kalimantan dan Sulawesi hampir sama (2,7%-3,2%) dan terendah adalah provinsi Nusa Tenggara yaitu 1,9%, sedangkan di Sulawesi tidak ditemukan IgM. Propinsi dengan nilai IgG toksoplasmosis paling tinggi adalah Lampung (88,66%) sedangkan IgM tertinggi di Irian Jaya dan Riau (20,0%) dari 19 propinsi yang ada di Indonesia (Soeharsono, 1995). Di Daerah Istimewa Yogyakarta, prevalensinya 61,5%, dengan angka tertinggi didapatkan di Kabupaten Kulon Progo, 78,6%, dan angka terendah di kabupaten Gunung Kidul, yaitu 29,5% (Sujono, 2010). Toxoplasmosis ditularkan melalui oocyt dalam kotoran kucing yang terinfeksi dan juga konsumsi sayuran yang terkontaminasi dan tidak dicuci, buah-buahan,susu tidak dipasteurisasi dan daging mentah atau kurang matang yang terinfeksi, transfusi darah dan transplantasi organ (Hatam et al;., 2005 et al. Riemann, 1975; Sacks et al,.1982). Konsumsi daging kurang matang telah diidentifikasi sebagai faktor risiko prinsip infeksi Toxoplasma gondii pada manusia ( Haddadzadeh et al 2006., ). Laporan penelitian epidemiologis menunjukkan bahwa prevalensi infeksi Toxoplasma gondii pada wanita (pra-nikah atau hamil) bervariasi secara substansial antar negara. Sebagai contoh di negara-negara benua Amerika seperti di Amerika Serikat dan 31,7% di Brazil

selatan 74,5% perempuan hamil memiliki anti-toxoplasma gondii IgG antibodi ( Jonse et al 2003., ; Spalding et al 2005., ). Di negara-negara Eropa, prevalensi infeksi Toxoplasma gondii pada wanita bervariasi 9-67%. ( Alvarado-Esquivel et al 2006., ). Survey seroepidemiological toxoplasmosis pada gadis muda sebelum menikah dan kehamilan akan sangat berguna untuk mencegah toksoplasmosis kongenital, karena ketika kita mengetahui populasi gadis-gadis yang tidak memiliki imunitas terhadap toksoplasmosis kita dapat merancang langkah langkah pencegahan untuk mencegah toksoplasmosis kongenital (Odelis dan Yesus, 2009). Wanita pranikah merupakan populasi yang berpotensi akan mendapatkan kehamilan. Populasi ini selanjutnya akan memiliki faktor resiko untuk mendapatkan dampak buruk atas terjadinya infeksi toksoplasma yang berdampak pada kelainan selama kehamilan, kecacatan dan kematian janin. Berdasarkan uraian di atas maka diperlukan penelitian yang mengungkap besarnya prevalensi seropositif IgG dan IgM pada populasi pranikah dan tinjauan faktor resiko konsumsi daging kurang matang. Di dalam agama Islam, kita diajarkan untuk selalu memperhatikan makanan apa yang kita makan seperti yang tercantum dalam Surat Abasa ayat 24 yang berarti : Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. (Q.S 80 : 24) Kemudian di dalam Surat An-Nahl ayat 115 yang berarti : Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-nya. Dari dua ayat tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa umat Islam diharapkan untuk selalu memperhatikan setiap makanan yang dikonsumsinya, dengan kriteria makanan yang kita makan itu haruslah yang baik dan juga halal. Baik disini dimaksudkan makanan yang

bersih, matang dan terjaga dari kontaminasi zat-zat berbahaya yang bisa mengganggu tubuh dan juga terhindar dari penyakit penyakit. B. RUMUSAN MASALAH Dari hal hal tersebut diperlukan penelitian seropositif IgG dan IgM Toksoplasma pada wanita pranikah dengan faktor resiko konsumsi daging kurang matang, sehingga muncul pertanyaan : 1. Berapa prevalensi IgG dan IgM toksoplasma pada wanita pranikah dengan faktor resiko konsumsi daging kurang matang? 2. Berapa besar pengaruh konsumsi daging kurang matang? C. KEASLIAN PENELITIAN Penelitian mengenai prevalensi toxoplasmosis di sekolah tinggi pada populasi perempuan usia muda pernah dilakukan di Iran (Moradali et al., 2009). Prevalensi toksoplasmosis pada anak perempuan di sekolah tinggi ini sebesar 22,1%. Ada hubungan yang signifikan antara seropositif antibodi toxoplasma dan faktor-faktor seperti, kontak dengan kucing, konsumsi susu mentah, konsumsi sayuran mentah dan kebiasaan konsumsi makanan. Penelitian yang hampir sama juga pernah dilakukan mengenai prevalensi dan hubungan faktor risiko toxoplasmosis pada wanita hamil di Trinidad dan Tobago (Samuel et al., 2008), dengan hasil dari 232 perempuan sampel di dua klinik rumah sakit, 83 (35,8%) dan 8 (3,4%) adalah seropositif untuk imunoglobulin T. gondii IgG dan IgM, masing-masing. Dari 218 perempuan di pusat-pusat kesehatan, 76 (34,9%) memiliki bukti infeksi masa lalu (IgG), sedangkan 26 (11,9%) adalah seropositif untuk imunoglobulin IgM, menunjukkan infeksi baru selama kehamilan. Hanya memiliki "3 atau lebih" anak-anak secara bermakna dikaitkan dengan infeksi oleh T. gondii. Kemudian di Meksiko Utara, penelitian mengenai seroepidemiologi pada pasien rawat

inap pskiatri ditemukan hasil dari studi ini, pasien rawat inap psikiatri di Durango, Meksiko, dan skizofrenia pasien rawat inap umum khususnya memiliki prevalensi lebih tinggi secara signifikan mengenai infeksi T. gondiigondii daripada kelompok kontrol. T. Hasil menunjukkan bahwa konsumsi buah mentah tidak dicuci mungkin rute yang paling penting transmisi T. gondii gondii di rawat inap psikiatri kami sementara konsumsi daging domba yang tidak begitu penting ( Cosme et al.,2006). Sebuah di penelitian di Babol,Iran mengenai evaluasi serologi menggunakan titer IgG dan IgM didapatkan hasil 241 wanita antara 13 sampai 40 tahun dianggap. Rata-rata usia adalah 20,98 tahun. Dari kasus ini, 47,3% adalah perkotaan dan 52,7% adalah pedesaan. 63,9% memiliki IgG dan 12,4% memiliki anti-toxoplasmosis antibodi IgM. Menurut tes serologi untuk mengukur IgG dan IgM dengan ELISA, 63 / 9% adalah IgG sero-positif dan 36,1% adalah sero-negatif. (Youssefi et al., 2007). Penelitian mengenai faktor resiko juga pernah dilakukan di negara Inggris, Seorang yang lebih tinggi prevalensi signifikan dikaitkan dengan lokasi pedesaan,makan daging anjing dan usia meningkat. Sebuah prevalensi signifikan lebih tinggi non toksoplasmosis diamati pada wanita yang pernah tinggal dengan kucing atau anak kucing. Berbeda dengan penelitian di Eropa baru-baru ini hanya asosiasi yang lemah antara diet dan toksoplasmosis ditemukan. Kegiatan Berkebun tidak terkait dengan seropositif tetapi signifikan lebih rendah seroprevalensi-non terlihat di tukang kebun yang selalu memakai sarung tangan. Penelitian ini menegaskan bahwa prevalensi toksoplasma di Inggris terus menurun sejak 1960-an. Prevalensi meningkat dengan usia ditemukan dalam studi, menyoroti perlunya terus mendidik wanita usia subur tentang faktor risiko untuk toxoplasmosis. (Nash et al.,2004).

D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan umum : - Mengetahui hubungan kejadian seropositif IgM/IgG toksoplasma pada wanita pranikah Tujuan Khusus : - Mengetahui seberapa besar pengaruh konsumsi daging kurang matang terhadap prevalensi toksoplasma - Mengetahui prevalensi seropositif IgG dan IgM pada wanita pranikah dengan tinjauan faktor resiko konsumsi daging kurang matang E. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : 1. Peneliti : Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian 2. Responden : Memberikan pemahaman mengenai faktor resiko toksoplasma 3. Institusi : Mengembangkan riset dan ilmu pengetahuan pada mahasiswa 4. Masyarakat : Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai toksoplasmosis BAB II