BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta dan sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pusat bisnis di Ibukota

KEADAAN UMUM. Gambaran Umum Kota Depok

APARTEMEN MAHASISWA DI KOTA DEPOK

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (2010), jumlah penduduk DKI Jakarta adalah

KAJIAN PELUANG PELIBATAN MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN HUTAN KOTA SRENGSENG JAKARTA BARAT TUGAS AKHIR

Penentuan Lokasi Alternatif Kawasan Hijau Binaan Di Jakarta Barat

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. di wilayah Kabupaten Siak Propinsi Riau. Jaringan jalan yang terdapat di

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah uang. Salah satu yang menunjang aktivitas manusia adalah alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Polusi maupun efek rumah kaca yang meningkat yang tidak disertai. lama semakin meninggi, sehingga hal tersebut merusak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern ini teknologi berkembang dengan pesat. Hal ini

APARTEMEN DI BEKASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak terkecuali pada daerah-daerah di Indonesia. Peningkatan urbanisasi ini akan

ke segala arah dan melepaskan panas pada malam hari. cukup pesat. Luas wilayah kota Pematangsiantar adalah km 2 dan

JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH ILMU HUTAN KOTA LANJUTAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau merevisi peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan tempat tinggal pada saat ini menunjukkan perkembangan yang

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini perkembangan teknologi semakin pesat, komputer dan internet

BAB 2 KETENTUAN UMUM

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berkembang pesatnya usaha bisnis di Indonesia pada khususnya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Jakarta merupakan Ibukota dari Indonesia, oleh sebab itu industri dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu dapat dilakukan dengan se-efisien mungkin. Sama halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyalahgunaan perizinan..., Mumtazah, FH UI, 2010.

KANTOR SEWA DENGAN TEMA PERKANTORAN TAMAN DI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman kumuh di kota yang padat penduduk atau dikenal dengan istilah urban

BAB 1 PENDAHULUAN. Indomaret merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi saat ini berkembang dengan pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bontang terletak 150 km di utara Samarinda. Dengan wilayah yang relatif kecil dibandingkan kabupaten

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, Software

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi di Indonesia saat ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Balai Kota Denpasar di Lumintang 1

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

1 BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat telah banyak mengetahui tentang administrasi perkantoran atau

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

REDESAIN KANTOR DINAS PENDIDIKAN JAWA TENGAH

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN KEPEGAWAIAN DI PT. KARYA TERANG SEDATI SIDOARJO SKRIPSI

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

FUNGSI HUTAN KOTA DALAM MENGURANGI PENCEMARAN UDARA DI KOTA SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sudah semakin maju, banyak orang berusaha menemukan bagaimana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin maju pada saat ini memacu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Suatu organisasi harus memiliki visi dan misi yang jelas untuk

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya frekuensi curah hujan dan populasi penduduk di daerah Ibukota

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hujan terus meningkat, hal ini tidak diimbangi oleh daerah resapan air,

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menggunakannya, dan hanya dilakukan oleh pemerintah kota belum sampai

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TEMPAT PENGOLAHAN BARANG BEKAS DI SURAKARTA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perumahan menjadi gersang dan panas (Oloan, 2011). cara bertahan hidup yang paling awal (Aninditya, 2014).

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 1985 TENTANG PENETAPAN RENCANA UMUM TATA RUANG KAWASAN PUNCAK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. guna mendukung keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan suatu perusahaan yang handal. Dan ketidak lancaran. pengelolaan suatu informasi dapat mengakibatkan kekacauan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini begitu pesat.

BAB I PENDAHULUAN. mendasar yang harus diwujudkan untuk melangsungkan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pula kecepatan dalam memperoleh informasi. Salah satu sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia teknologi informasi dewasa ini mengalami perkembangan yang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kota seringkali diidentikkan dengan berkembangnya kawasan bisnis maupun kawasan niaga. Gejala menjamurnya pembangunan fisik yang berlebihan dipastikan akan berdampak buruk pada kelestarian alam menjadi tidak terjaga, bahkan terabaikan. Pembangunan fisik memiliki kecenderungan menuju semakin berkurangnya ruang terbuka hijau yang dialihfungsikan menjadi kawasan pertokoan, perkantoran, industri dan lain-lain. Keadaan demikian merupakan wujud dari tidak harmonisnya hubungan manusia dengan alam yang mengakibatkan pembangunan kota menjadi hanya maju secara ekonomi namun mundur secara ekologi. Padahal kestabilan kota secara ekologi sangat penting, sama pentingnya dengan nilai kestabilan ekonominya. Dengan terganggunya kestabilan ekosistem di perkotaan, maka alam menunjukkan reaksinya berupa meningkatnya suhu udara, penurunan air tanah, banjir/genangan air, penurunan permukaan tanah, pencemaran air berupa air minum berbau dan air mengandung logam berat, pencemaran udara seperti meningkatnya kadar karbon monoksida, karbon dioksida, oksida nitrogen dan belerang, dan lainnya. Efek samping dari mundurnya keadaan perkotaan secara ekologi juga dapat menyebabkan suasana kota yang gersang, panas, bising, kotor dan berdebu, dan lebih berpolusi. 1

2 Untuk menjaga kestabilan ekologi di perkotaan, perlu keseimbangan antara alam dengan pembangunan. Ruang terbuka hijau memiliki fungsi untuk perlindungan ekosistem, pengamanan lingkungan dari pencemaran, penciptaan iklim mikro, perlindungan tata air, meningkatkan citra estetika lingkungan, menciptakan kebersihan dan kesehatan, sarana rekreasi, dan sarana produksi. Maka, hijaunya kota tidak hanya menjadikan kota itu indah dan sejuk, namun dari aspek kelestarian, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan sumber daya alam yang diperoleh akan memberikan manfaat-manfaat berupa kenyamanan, kesegaran, terbebasnya kota dari polusi udara dan suara, serta meningkatnya kesehatan warga kota. Kota Depok merupakan contoh dari kota yang sedang berkembang dan memiliki visi sebagai kota ramah lingkungan, namun juga mempunyai ancaman akan berkembangnya kota ke arah kemunduran ekologi jika tidak ada kesatuan pengaturan perencanaan dari pemerintahnya dalam rangka pengembangan sarana dan prasarana fisik kota, serta pembinaan wilayah kotanya. Kota Administratif Depok letaknya sangat strategis ditinjau dari segi politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan. Wilayah ini berbatasan langsung dengan wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, merupakan wilayah penyangga untuk meringankan tekanan perkembangan penduduk DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara, yang diarahkan untuk pola pemukiman dan penyebaran kesempatan kerja secara lebih merata. Kemudian Kota Depok dalam perkembangannya selain sebagai pusat pemukiman telah tumbuh pula sebagai kota perdagangan, jasa dan pendidikan, namun tetap dengan visi yang berwawasan lingkungan.

3 Kota Depok awalnya merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Bogor, namun karena perkembangannya yang pesat maka dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1981 ditetapkan menjadi Kota Administratif yang meliputi Kecamatan Beji, Kecamatan Pancoran Mas, dan Kecamatan Sukmajaya. Bahkan berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1999 atas aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat, kemudian wilayah Kota Administratif Depok diperluas sehingga sekarang terdiri dari 6 Kecamatan. Hal tersebut mengakibatkan bertambahnya beban tugas dan volume kerja dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan serta pelayanan masyarakat di Kota Depok. Industri adalah salah satu bentuk pembangunan yang sedang berkembang di Kota Depok. Adanya kawasan industri merupakan ciri suatu kota yang sedang berkembang, dan perkembangan industri di Kota Depok meningkat dari tahun ke tahun. Pada Industri Besar dan Sedang dari sub sektor 31-39 saja (lihat Lampiran halaman L3) tercatat sejumlah 107 industri dengan jumlah 36.534 tenaga kerja pada tahun 2004. Karena itu Kota Depok mempunyai kebutuhan khusus dalam pengembangan kawasan industri di wilayahnya. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Depok No.12 Tahun 2001 pasal 26 yang berisi Kegiatan industri dibatasi perluasannya dan diarahkan bagi industri yang ramah lingkungan, maka dibutuhkan langkah-langkah yang tepat dalam alokasi bagi lahan industri baru di wilayah Kota Depok. Tugas Dinas Tata Kota dan Bangunan adalah untuk menentukan alokasi yang tetap mempertahankan kelestarian alam dan kehijauan di wilayahnya.

4 Dalam membuat keputusan seperti menentukan alokasi industri baru di Kota Depok, Dinas Tata Kota dan Bangunan memerlukan data tabular yang sebagian diperoleh dari instansi-instansi lain seperti BAPEDA, DPU, DKLH, dan lain-lainnya. Pada prakteknya, Dinas Tata Kota dan Bangunan mengalami beberapa benturan komunikasi dalam birokrasi yang mengakibatkan kesan kurangnya koordinasi antar dinas-dinas pemerintah yang bersangkutan dalam proses perizinan industri ini. Selain itu, staf Dinas Tata Kota dan Bangunan yang selama ini menyelesaikan tugasnya dalam menentukan keputusan alokasi industri tersebut secara manual, akan mengalami hambatan kinerja seiring dengan jumlah permohonan industri yang meningkat. Kendala birokrasi selalu merugikan bagi pihak Industri. Untuk memecahkan masalah di atas, Dinas Tata Kota dan Bangunan membutuhkan suatu sistem yang dapat menyediakan keterpaduan data dari berbagai sumber dalam kesatuan proses yang mampu menyajikan data geografis secara digital sekaligus melakukan analisis dan perhitungan dalam membantu memberikan keputusan yang tepat bagi alokasi industri baru. Pihak industri juga akan mendapat keuntungan berupa dipersingkatnya seluruh waktu proses perizinan industri dan birokrasi perizinan yang lebih efektif.

5 1.2 Ruang Lingkup Ruang Lingkup penelitian dan penulisan skripsi dibatasi pada : a. Daerah Penelitian : Seluruh Wilayah Administrasi Daerah Pemerintahan Kota Depok yaitu mencakup 6 kecamatan yang dalam pengembangan Rencana Tata Ruang dan Wilayahnya dibagi menjadi 12 Bagian Wilayah Kota (BWK). b. Objek Penelitian : Objek penelitian dibatasi pada kawasan industri baru tingkat industri sedang dan industri besar, serta beberapa elemen kota lainnya khususnya ruang terbuka hijau, yang berhubungan dalam ketentuan alokasi industri. Namun untuk pengembangan lebih lanjut, aplikasi yang dihasilkan dari penelitian ini direncanakan mampu menangani pengolahan berbagai jenis data lain melalui representasi visual dan keunggulan SIG yang serupa untuk memenuhi kebutuhan Dinas Tata Kota seperti pengelolaan elemenelemen kota lainnya. c. Asumsi pada skripsi : Asumsi pertama; Dalam proses perizinan industri baru, Pemerintah Kota Depok beritikad baik dalam mewujudkan visi Kota Depok sebagai Kota Pendidikan dan Permukiman yang Religius dan Ramah Lingkungan dengan mengedepankan kelestarian alam dan kehijauan di wilayahnya. Asumsi kedua; Semua studi pustaka yang digunakan sebagai referensi dalam proses penelitian dianggap benar. Adapun relevansi data dianggap cukup memadai terhadap waktu penulisan penelitian ini dibuat.

6 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis dan merancang suatu aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang ditujukan untuk membantu tugas Dinas Tata Kota dan Bangunan Depok dalam menentukan alokasi industri yang sesuai visi Kota Depok yang ramah lingkungan, diantara lain dengan cara: 1. Memadukan berbagai data serta ketentuan-ketentuan yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan alokasi industri. 2. Menganalisis data spasial beserta atributik melalui aplikasi SIG sesuai ketentuan untuk menghasilkan keputusan alokasi industri yang terbaik. 3. Membuat representasi data spasial atas alokasi industri dan persebaran industri existing yang disajikan dalam visualisasi keruangan sehingga mudah dimengerti. Manfaat 1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja staf Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Depok khususnya dalam proses perizinan industri baru. Hal ini mencakup masalah komunikasi, sumber daya manusia, dan penyimpanan data. 2. Penerapan sistem basis data elektronik yang lebih unggul, lebih aman, menghemat ruang penyimpanan data, dan mudah diintegrasikan dengan sistem komputer lainnya. 3. Mempercepat proses analisis terhadap permohonan industri dengan penggunaan SIG berbasis komputer.

7 4. Kemudahan untuk memanipulasi (add, edit, delete, update) data atributik dan data spasial yang ada di dalam aplikasi karena penerapan sistem basis data berbasis komputer. 5. Dapat dijadikan basis pengembangan aplikasi lain bagi Dinas Tata Kota dan Bangunan sehingga mendapatkan keunggulan SIG yang sama. Informasi spasial dan atributik yang didapat sebagai hasil dari analisis aplikasi khususnya berhubungan dengan industri, juga dapat digunakan untuk kepentingan ketataruangan lainnya. 6. Mendorong investor untuk membuka industri baru di Kota Depok karena kemudahan dalam proses perizinannya yang birokrasinya diperjelas dan tidak lagi saling tumpang tindih. 7. Memberi kejelasan kepada pihak industri atas jawaban permohonan izin industri baru, berupa report yang dikeluarkan oleh aplikasi. 8. Kelestarian dan kehijauan alam dapat dipertahankan, dimulai dari alokasi industri yang ramah lingkungan sesuai dengan visi Kota Depok. 9. Tercapainya kehidupan masyarakat Kota Depok yang sehat. Diharapkan dengan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh sistem yang berbasis komputer ini dapat memudahkan proses perizinan, pendataan, dan pengelolaan industri di Kota Depok untuk jangka panjang.

8 1.4 Metodologi Penelitian Berikut adalah metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini beserta penjelasannya: Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi lapangan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap, wawancara dengan pihak yang terkait, dan studi pustaka lanjutan terhadap kompilasi data Kota Depok agar data yang diperoleh lebih akurat. Studi Kepustakaan Metode ini dilakukan dengan menggali informasi dari buku-buku atau sumber informasi tertulis lainnya, khususnya berkaitan dengan SIG yang dapat digunakan sebagai referensi yang menunjang penulisan skripsi ini. Penelitian ini juga menggunakan beberapa hasil karya tulis sebagai bahan pembanding. Metode Analisis Analisis dilakukan dengan survei terhadap sistem yang sedang berjalan, analisis terhadap hasil temuan survei, analisis data yang tersedia serta analisis kebutuhan sistem. Dalam analisis kebutuhan sistem juga dilakukan perancangan database serta dibuat diagram aliran data sebagai bagian dari metodologi perancangan.

9 Metode Perancangan Metode perancangan sistem didasari pada pengembangan Spiral Model, di mana setiap tahap pengembangan bergantung dari kemajuan pengembangan sebelumnya. Tahap-tahap perancangan aplikasi sistem informasi geografis ini adalah sebagai berikut : 1. Pemilahan kategori input 2. Perancangan struktur database 3. Perancangan struktur program 4. Perancangan operasi analisis geografis dalam aplikasi 5. Perancangan antarmuka pemakai 6. Perancangan input dan output yang diharapkan. 1.5 Sistematika Penulisan Bab 1. Pendahuluan : Bab ini terdiri dari latar belakang yang mendasari pemilihan topik, pembatasan ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat dari aplikasi, metodologi penelitian yang digunakan, dan gambaran secara umum mengenai tiap bab yang ada dalam karya tulis ini.

10 Bab 2. Landasan Teori Dan Kerangka Berpikir : Bab ini memberikan penjabaran tentang teori-teori yang dijadikan sebagai acuan pendukung karya tulis ini. Bab ini juga dilengkapi dengan kerangka berpikir yang diterapkan ke dalam sistem yang dirancang. Bab 3. Analisis Dan Perancangan Sistem : Bab ini menjabarkan hasil analisis yang didapatkan selama proses penelitian dan pengamatan dilakukan. Selain itu bab ini juga membahas deskripsi rancangan aplikasi yang diusulkan untuk pemecahan masalah yang ada pada obyek yang diteliti. Bab 4. Implementasi Dan Evaluasi : Bab ini merupakan inti penelitian yang mengemukakan solusi permasalahan dan cara penggunaan aplikasi dalam bentuk rencana implementasi yang sebelumnya turut membahas spesifikasi perangkat yang dibutuhkan. Semua data diolah, ditafsirkan, diuji dan semua fakta yang membantu kejelasan masalah dibahas secara mendalam.. Bab 5. Simpulan Dan Saran: Bab ini berisi rangkuman kesimpulan yang didapat sebagai hasil dari penelitian ini, sementara saran dikemukakan agar dapat memberi manfaat bagi peneliti lain dalam mengembangkan sistem yang lebih baik maupun bagi pihak lain yang sekiranya dapat memetik manfaat dari hasil penelitian ini.