BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PADA KOPERASI LAUT SEJAHTERA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TEGAL SARI KOTA TEGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT. BPR NARPADA NUSA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peran perbankan dalam membangun ekonomi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Landasan hukum yang mengatur masalah keberadaan dan usaha Bank Umum

BAB II LANDASAN TEORI. kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiata usahanya. Banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan atau kondisi keuangan bank dan non keuangan bank merupakan

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA BPR BKK KARANGMALANG CABANG KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan yang menjual produk yang berbentuk jasa. Perbankan. dana, disamping menyediakan jasa-jasa keuangan lainnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Bank Syariah membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 Pasal 1 tentang perbankan, dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN PERBANKAN BERDASARKAN METODE CAMELS

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi- sendi perekonomin dunia

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD BPR BKK KANTOR CABANG TIRTOMOYO TAHUN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PD. BPR BANK KLATEN

sampai dengan 30 September 2012 adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia perbankan sangat pesat setelah terjadi deregulasi di

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN METODE CAMEL PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT NARIBI PERKASA (PERIODE )

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN FINANSIAL BANK DENGAN MENGGUNAKAN RASIO CAMEL PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE TAHUN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari peranan lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam memajukan

Analisis Kinerja Keuangan Bank Untuk Mengetahui tingkat Kesehatan Bank (Studi Kasus PT.BNI (Persero), Tbk.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENALAN TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CAMEL

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PT BPR MASARAN MITRA ANDA KABUPATEN SRAGEN. Oleh: JUNI TRISNOWATI (Dosen FE-UNSA)

BAB III METODE PENELITIAN. metode deskreptif pada perusahaan, yaitu dengan cara menganalisis data-data

BAB X PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAMELS)

ANALISIS TINGKAT KESEHATAN BANK DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMEL

BAB III METODE PENELITIAN dengan nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dalam hal ini penulis akan melakukan analisa kinerja keuangan bank yang

II. TINJAUAN PUSTAKA Institusi Perbankan

Analisis Rasio Camel Untuk Menilai Tingkat Kesehatan Pada Bank Muamalat Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank merupakan urat nadi perekonomian suatu bangsa, sehingga apabila terjadi masalah di dunia perbankan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Disusun oleh : Nama : Las Rohana Jurusan : Akuntansi

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 39

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai penggerak perekonomian dalam suatu negara. Menurut Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

Sri Pujiyanti Dr. Ir. E. Susi Suhendra, MS Universitas Gunadarma

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

Hal 9-2. C tive by Ticha. Hal 9-4. C tive by Ticha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpengaruh pada seluruh aspek di dalamnya. Dapat dikatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. layanan yang sifatnya memberi kemudahan dan kepuasan nasabah.

BAB III METODE PENELITIAN. data tertulis lainnya yang berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi pada saat sekarang ini telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 sangat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rasio permodalan diukur dengan membandingkan antara rasio Modal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kasmir, 2012:2) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 31 tentang Akuntansi Perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 10 tahun 1998 bahwa yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lapisan masyarakat. Secara umum, bank memiliki fungsi utama. lembaga intermediasi, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel bank umum syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bank merupakan lembaga keuangan yang keberadaannya sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi (financial intermediary) yaitu lembaga keuangan yang berfungsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Bank 1. Pengertian Bank Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat tidak terlepas dari kaitannya dengan uang. Sebab untuk menjalankan perekonomian, masyarakat membutuhkan uang untuk melakukan transaksi. Dalam melakukan transaksinya masyarakat dapat melakukannya dengan mendapatkan bantuan dari sebuah lembaga keuangan yang kita kenal dengan nama bank. Dengan adanya bank masyarakat menjadi terbantu untuk dapat menukarkan uangnya, transfer, membayar rekening listrik, air, telepon ataupun pembayaran lainnya. Bank berasal dari kata banco yang artinya adalah bangku. Kata ini berasal dari bahasa Italia. Kata bangku inilah yang digunakan seorang bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah atau pelanggannya sampai kemudian istilah ini resmi dan populer menjadi Bank. Definisi bank menurut UU No. 14 tahun1967 Pasal 1 tentang Pokok-Pokok Perbankan adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari pengertian diatas dapat dijelaskan lebih lanjut bahwa Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter. Karena fungsi-fungsinya tersebut, maka keberadaan bank yang sehat, baik secara individu maupun secara keseluruhan sebagai suatu sistem, merupakan prasyarat bagi suatu perekonomian yang sehat. Untuk menciptakan bank sehat tersebut antara lain diperlukan pengaturan dan pengawasan bank secara efektif. Sebagaimana diatur dalam undang-undang, bank adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan maka bank bertindak sebagai lembaga intermediasi atau lembaga perantara untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro ataupun deposito berjangka. Sementara itu, pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi, kredit modal kerja ataupun kredit konsumsi. Penghimpunan dana dari masyarakat perlu dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga efisien dan dapat disesuaikan dengan rencana penggunaan

dana tersebut. Pada dasarnya bank mempunyai empat alternatif untuk menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu dana sendiri, dana dari deposan, dana pinjaman dan sumber dana lainnya. Dana yang telah dihimpun bukanlah dana yang semuanya murah tapi sebagian besar adalah dana dari deposan yang menimbulkan kewajiban bagi bank untuk membayar imbal jasa berupa bunga. Untuk memperoleh penerimaan bank dalam rangka menutup biaya-biaya lain serta mendapatkan keuntungan, maka bank berusaha mengalokasikan dananya dalam berbagai bentuk aktiva dengan berbagai macam pertimbangan. Sebelum bank memutuskan untuk memilih suatu bentuk aktiva tertentu dalam pengalokasian dana pihak ketiga, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Terdapat tiga hal menjadi perhatian bank untuk menjadi bahan pertimbangan yaitu risiko, hasil dan jangka waktu. 2. Jenis jenis Bank Penggolongan bank tidak hanya berdasarkan jenis kegiatan usahanya, melainkan juga mencakup bentuk badan hukum, pendirian dan kepemilikan, dan target pasarnya. a. Menurut kegiatan usaha Sesuai dengan UU No 10 Tahun1998 tentang Perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan jenis bank terdiri atas :

1. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum yaitu: a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. Menerbitkan surat pengakuan utang. c. Menerima pembayaran atas tagihan surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga. 2. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah, yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu-lintas pembayaran. Tugas dari Badan Perkreditan Rakyat meliputi: a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dana atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. b. Memberikan kredit kepada pengusaha kecil dan rumah tangga. c. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. b. Menurut bentuk badan usaha Untuk memperoleh izin usaha sebagai bank umum atau bank perkreditan rakyat, suatu lembaga keuangan wajib memenuhi persyaratan mengenai susunan organisasi, permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang perbankan, dan kelayakan rencana kerja. Badan hukum suatu bank umum dapat berupa perseroan terbatas, koperasi atau perusahaan daerah. Sedangkan badan hukum bank perkreditan rakyat dapat berupa perusahaan daerah, koperasi, perseroan terbatas, bentuk lainnya yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

c. Menurut pendirian dan kepemilikan Bank umum hanya dapat didirikan dan melakukan kegiatan usaha dengan izin Direksi Bank Indonesia oleh warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing dan atau badan hukum asing secara kemitraan. Modal disetor untuk mendirikan bank ditetapkan sekurangkurangnya sebesar tiga triliun rupiah. Modal disetor bagi bank yang berbadan hukum koperasi adalah simpanan pokok, simpanan wajib, dan hibah sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang perkoperasian. Sedangkan modal disetor yang berasal dari warga negara asing dan atau badan hukum asing setinggi-tingginya sebesar 99% dari modal bank. Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga negara Indonesia. Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang bentuk badan hukumnya perseroan terbatas sangat dimungkinkan untuk mengalami perubahan kepemilikan. Perubahan kepemilikan ini terutama karena Bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat yang bentuknya Perseroan terbatas dapat menerbitkan saham, meskipun hanya saham atas nama. Saham yang harus diterbitkan berupa saham atas nama agar Bank Indonesia tetap dapat memonitor perubahan kepemilikan bank. Meskipun kepemilikannya sangat mungkin terjadi dengan cara jual beli saham dibursa efek, tetapi mengingat sahamnya atas nama maka perubahan tersebut dapat terus dipantau oleh Bank Indonesia untuk tujuan pengawasan dan pembinaan.

d. Menurut target pasar Secara umum, jenis bank atas dasar target pasarnya dapat digolongkan menjadi tiga bagian yaitu: 1. Retail Bank, Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah retail. Retail disini adalah nasabah-nasabah individual, perusahaan, dan lembaga lain yang skalanya kecil. Biasanya ditinjau dari jasa kredit yang diberikan, nasabah debitor yang dilayani adalah memerlukan fasilitas kredit tidak lebih daripada Rp 20 miliar. 2. Corporate Bank, Bank jenis ini memfokuskan pelayanan dan transaksi kepada nasabah-nasabah yang berskala besar. Biasanya berbentuk korporasi, maka bank yang berkelompok ini disebut corporate bank. Pelayanan transaksi yang diberikan kepada suatu perusahaan sering kali membawa konsekuensi berupa pelayanan yang harus diberikan juga kepada karyawan, direksi dan komisaris dari perusahaan tersebut secara individual. Pelayanan yang diberikan secara perorangan disini diarahkan untuk menjalin kerja sama yang lebih baik dengan nasabah-nasabah korporasi. 3. Retail-Corporate Bank, Bank jenis ini memberikan pelayanan tidak hanya kepada nasabah retail tetapi juga kepada nasabah korporasi.

3. Usaha Pokok Bank Bank pada dasarnya merupakan perantara antara SSU (Surplus Spending Unit) dengan DSU (Deficit Spenddung Unit), usaha pokok bank didasarkan atas empat hal pokok yaitu: 1. Denomination Divisibility adalah bank yang menghimpun dana dari SSU (Surplus Spending Unit) yang masing-masing nilainya relatif kecil, tetapi secara keseluruhan jumlahnya akan sangat besar. Dengan demikian bank dapat memenuhi permintaan DSU yang membutuhkan dana tersebut dalam bentuk kredit. 2. Maturity Flexibility adalah bank dalam menghimpun dana menyelenggarakan bentuk-bentuk simpanan yang bervariasi jangka waktu dan penarikannya seperti rekening giro, rekening koran, deposito berjangka, sertifikat deposito, buku tabungan dan lain sebagainya. 3. Liquidity Tranformation adalah dana yang disimpan oleh para penabung (SSU) kepada bank umumnya bersifat likuid. Karena itu, SSU dapat dengan mudah mencairkannya sesuai dengan bentuk tabungannya. 4. Risk Diversification adalah bank dalam menyalurkan kredit kepada banyak pihak atau debitur dan sektor-sektor ekonomi yang beraneka ragam, sehingga resiko yang dihadapi bank dengan cara menyebarkan kredit semakin kecil.

B. Tingkat Kesehatan Bank 1. Pengertian Tingkat Kesehatan bank Bank yang sehat adalah Bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat dipergunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakan, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsi tersebut bank dapat memberikan layanan yang baik kepada masyarakat dan bermanfaat bagi perekonomian Indonesia Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang berlaku. Menurut Selamet ( 2006 : 185 ) Tingkat kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesi. Menurut Veithzal Rivai ( 2007 : 118 ) Tingkat kesehatan bank adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik, yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat melancarkan lalu lintas pembayaran serta dapat dipergunakan oleh

pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakan, terutama kebijakan moneter. Menurut Kasmir ( 2008 : 41 ) Tingkat kesehatan bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. 2. Faktor faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Faktor faktor yang dinilai dalam penilaian kesehatan Bank meliputi : a. Permodalan ( Capital ) Setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum ( KPMM ) sekurang-kurangnya 8%. Minimum Capital Adequecy Ratio sebesar 8% ini, dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang terjadi, dengan tepat mengacu pada standar International, yaitu Bank for International Settlement ( BIS ) yang berpusat di Geneva. Tinggi rendahnya CAR suatu bank akan dipengaruhi oleh 2(dua) faktor utama yaitu besarnya modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko ( ATMR ) yang dikelola oleh bank tersebut. Hal ini disebabkan penilaian terhadap factor permodalan didasarkan pada rasio ATMR.

Penilaian terhadap Pemenuhan KPMM ( Kewajiban Penyediaan Modal Minimum ) Bank: a. Pemenuhan KPMM sebesar 8% diberi kredit sehat dengan nilai kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8%, maka nilai kredit ditambah 1 hingga maksimum 100. b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% samapi dengan 7,9% diberi predikat kurang sehat dengan nilai kredit 65 dan untuk penurunan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan maksimum 0 Perlu dikeatahui disini adalah bahwa pemenuhan KPMM sebesar 8% pada waktunya akan ditingkatkan.disesuaikan dengan Peraturan Bank Indonesia. b. Faktor Kualitas Aktiva Produktif Adalah penilaian terhadap factor Kualitas Aktiva Produktif ( KAP ) didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu: a. Rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan terhadap Aktiva Produktif b. Rasio Penyisihan Pengahapusan Aktiva Produktif Yang Dibentuk ( PPAPYD ) oleh Bank terhadap Penyisihan Pengahapusan Aktiva Produktif Yang Wajib Dibentuk ( PPAPWD ) oleh Bank. Aktiva produktif yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, yang besarnya ditetapkan sebagai berikut:

a. 25% dari kredit yang digolongkan dalam Perhatian Khusus (Special Mention ) b. 50% dari kredit yang digolongkan Kurang Lancar (Substandard) c. 75% dari kredit yang digolongkan diragukan (Doubtful ) d.100% dari kredit yang digolongkan Macet (Loss) yang masih tercatat dalam pembukuan Bank dan surat berharga yang digolongkan macet. c. Faktor Manajemen Meliputi penilaian terhadap factor manajemen yang mencakup 2(dua) komponen yaitu manajemen umum dan manajemen risiko, dengan menggunakan daftar pertanyaan/pernyataan, yang jumlahnya ditetapkan sebagai berikut: a. Bagi bank devisa sebesar 100 b. Bagi bank non devisa sebanyak 85 Setiap pertanyaan/pernyataan mempunyai nilai kredit sebagai berikut: a. Bagi bank devisa sebesar 0,25 b. Bagi bank non devisa 0,294 Skala penilaian untuk setiap pertanyaan/pernyataan ditetapkan antara 0 sampai dengan 4, dengan criteria sebagai berikut: a. Nilai 0 mencerminkan kondisi lemah b. Nilai 1,2, dan 3 mencerminkan kondisi antara c. Nilai 4 mencerminkan kondisi yang baik

d. Faktor Rentabilitas Dalam penilaian faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu: a. Rasio laba sebelum pajak dalam 12bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama b. Rasio biaya operasional dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama. Untuk hal ini sering digunakan dengan singkatan BOPO, yaitu Biaya Opersional dibanding dengan Pendapatan Operasional e. Faktor Likuiditas Dalam penilaian factor likuiditas didasarkan pada 2(dua) rasio yaitu: a. Cash Ratio, penilaian Alat Liquid terhadap hutang lancar. b. Loan to deposit ratio (LDR), mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. C. Kriteria Kesehatan Bank Tingkat kesehatan pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kuantitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan kuantitatif tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan penilaian terhadap faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, rentabilitas, likuiditas. Pendekatan kuantitatif diperlukan karena masing-masing faktor tersebut mengandung berbagai aspek yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya serta saling mempengaruhi.

Pelaksanaan penilaian terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan dengan cara: 1. Mengkuantifikasi beberapa komponen penting dari masing-masing faktor. 2. Atas dasar kuantifikasi komponen-komponen penting tersebut dilakukan penilaian lebih lanjut dengan memperhatikan aspek lain yang secara materil berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan masing-masing faktor. Sedangkan tata cara kuantifikasi penilaian kesehatan dilakukan dengan reward system yaitu memberikan nilai kredit 0 sampai dengan 100 bagi masing-masing faktor komponen penilaian tingkat kesehatan Bank Umum beserta dengan bobotnya. Predikat kesehatan Bank Umum digolongkan menjadi empat kriteria yaitu sehat, cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat. Tabel 2.1 Penggolongan Tingkat Kesehatan Nilai Predikat 81 100 Sehat 66 - <81 Cukup Sehat 51 - <66 Kurang Sehat 0 - <51 Tidak Sehat Sumber : SK DIR BI No. 30/11/KEP/DIR/97 D. Manfaat Penilaian Kesehatan Bank Dalam pemeriksaan bank, sebagai implikasi terhadap fungsi pengawasan oleh Bank Indonesia, dikaitkan dengan ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank ini pada prinsipnya merupakan kepentingan pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun bagi pengawas dan pembina bank.

Ketentuan penilaian tingkat kesehatan bank, bank dimaksudkan untuk dapat dipergunakan sebagai: 1. Standar bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolan bank telah sesuai dengan asas-asas perbankan yang sehat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku 2. Standar untuk menetapkan arah pembinaan dan pengembangan bank secara individual maupun untuk industri perbankan secara keseluruhan. E. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi untuk penelitian lanjutan. Berikut ini adalah table tinjauan penelitian terdahulu. Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Hasil Penelitian 1. Chatrin CM Siregar (2008) Capital ( permodalan ) termasuk dalam kategori sangat baik, Asset quality ( kualitas aktiva produktif ) termasuk dalam kategori baik, Earning ability ( rentabilitas ) termasuk dalam kategori baik, Liquidity ( likuiditas ) termasuk dalam kategori sangat baik. 2. Endang Triyana (2007) Capital ( permodalan ) termasuk dalam kategori sehat, Asset quality ( kualitas aktiva produktif ) termasuk dalam kategori tidak sehat, Management ( Manajemen ) termasuk dalam kategori cukup sehat, Earning Ability ( Rentabilitas ) termasuk dalam kategori tidak sehat, Liquidity ( Likuiditas ) termasuk dalam kategori sehat.

Pada penelitian terdahulu oleh Chatri CM Siregar dalam penelitiannya yang berjudul Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan Analisis CAMELS Studi Kasus PT Bank SUMUT (2008). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Capital ( permodalan ) termasuk dalam kategori sangat baik, Asset quality ( kualitas aktiva produktif ) termasuk dalam kategori baik, Earning ability ( rentabilitas ) termasuk dalam kategori baik, Liquidity ( likuiditas ) termasuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Endang Triyana (2007) dengan penelitian berjudul Analisis tingkat kesehatan Bank pada PD BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesehatan masing-masing komponen Capital, Assets, Management, Earnings, Liquidity pada PD BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal serta untuk mengetahui perkembangan tingkat kesehatan bank pada PD BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal tahun 2004-2006 secara keseluruhan jika ditinjau dari segi CAMEL apakah mengalami peningkatan atau penurunan. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa Capital sehat, Asset tidak sehat, Management cukup sehat, Earnings tidak sehat, Liquidity sehat, sementara perkembangan tingkat kesehatan pada PD BPR Bank Pasar Kabupaten Tegal tahun 2004-2006 untuk komponen Capital, Management, Liquidity cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan untuk komponen Asset dan Earning mengalami peningkatan tahun 2004-2005 sedangkan tahun 2006 mengalami penurunan karena bank rugi. Perbedaan penelitian ini dari penelitian terdahulu yaitu penelitian mengukur semua komponen faktor CAMEL dalam perusahaan.

F. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan factor-faktor penting yang telah diketahui pada masalah tertentu, maka penelitian ini dapat digambarkan seperti dibawah ini PT BRI Cabang Putri Hijau Medan ANALISA CAMEL Permodalan (Capital ) : 1. Rasio CAR Kualitas Aktiva Prod (Asset Quality) : 1. Rasio KAP 2. Rasio PPAP Manajemen (Management ) : 1. Manajemen Umum 2. Manajemen Risiko Rentabilitas (Earning ) : 1. Rasio ROA 2. Rasio BOPO Likuiditas (Liquidity ) : 1. Rasio CR 2. Rasio LDR HASIL PENILAIAN KESEHATAN Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Menurut undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Di sisi lain bank juga bertindak sebagai pemakai dana berarti bank akan menggantikan peran pemakai dana

untuk dapat memakai dana setiap saat diperlukan. Hubungan antara pihak bank dan pihak para pemakai jasa bank tentu harus terjaga untuk menjamin kelangsungan usaha bank tersebut. Pentingnya menjaga kepercayaan kepada para pemakai jasa, bank harus mampu menjaga tingkat kesehatannya untuk menjaga kelangsungan usahanya. Pentingnya kesehatan suatu bank didasarkan pada pertimbangan bidang usaha bank yang merupakan lembaga kepercayaan masyarakat, dimana kegunaan utamanya sebagai penyalur dana masyarakat. Kesehatan suatu bank dalam hal ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia yang menyangkut kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola, masyarakat pengguna jasa bank, maupun Bank Indonesia selaku pembina dan pengawas bank. Penilaian tingkat kesehatan bank sangat penting dilakukan karena bank harus selalu memperhatikan asas kehati-hatian agar dapat terhindar dari masalah-masalah yang dapat mengancam kelangsungan hidup usaha bank. Penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan maksud untuk menilai sejauh mana kelayakan usaha dan kelangsungan hidup PT Bank Rakyat Indonesia. Pentingnya penilaian tingkat kesehatan bank ini ditegaskan dalam UU No. 10 Tahun 1998 pasal 29 yang menyatakan bahwa bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Adapun analisis tingkat kesehatan bank itu sendiri dilakukan sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR/97 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/2/UPPB/97 tanggal 30 April 1997 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, yaitu dengan cara menilai faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas atau yang disebut CAMEL. Penilaian tingkat kesehatan itu sendiri didasarkan pada ketentuan perhitungan rasio atas berbagai faktor dan komponen yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Rasio yang diperoleh dari hasil penilaian faktor dan komponen tersebut selanjutnya diberi kredit 0 sampai dengan 100. Nilai kredit yang diperoleh dari hasil kuantifikasi digunakan untuk menentukan predikat kesehatan dari umum yang meliputi sehat, cukup sehat, kurang sehat, dan tidak sehat.