Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agus Latif, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian meliputi: (1) Pengelolaan pembelajaran fisika menggunakan model

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

IMPLEMENTASI MODEL LEARNING CYCLE 5E DISERTAI LKS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS, KETERAMPILAN PROSES SAINS, DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kimia kelas X 1 SMA Tri

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA SMA NEGERI SAWANG KABUPATEN ACEH SELATAN ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN 5-E LEARNING CYCLE TERHADAP KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA BAGI SISWA KELAS X MIA SMA LABORATORIUM UM

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 6E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA NEGERI 3 PEKANBARU

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana guru dapat merangsang dan mengarahkan siswa dalam belajar, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 1 MARABAHAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi. kualitasnya, dan mampu mandiri, dan pemberian dukungan bagi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang

Seminar Pendidikan Serantau 2011

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Hasil Belajar Matematika. a. Pengertian Hasil Belajar Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar

1. PENDAHULUAN. didapatkan nilai rata-rata tes formatif materi pokok larutan elektrolit dan redoks kelas

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, 2) Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau

PENGEMBANGAN MODUL IPA BERBASIS KONSTRUKTIVISME MODEL LEARNING CYCLE 5E

OLEH Vera Puspita Liangsari NIM ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN. satu kali diisi dengan melakukan pre test, tiga kali pertemuan diisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRACT. Keywords: Achievement, Learning Cycle, Process Skills PENDAHULUAN

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING PADA SISWA KELAS X PMIA 3 DI SMAN 3 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Belajar telah dijadikan alat hidup dan wajib belajar selama

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya dengan jalan membina potensi potensi yang ada, yaitu rohani

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Untuk itu guru harus menata kegiatan. sesuai dengan situasi dilingkungan siswa itu sendiri.

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di kelas VII yang berjumlah 19 orang yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN 2016

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang ada untuk pembentukan kepribadian yang utuh, memiliki rasa

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THE 5E LEARNING CYCLE DISERTAI TEKNIK PICK UP CARDS GAME

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas,

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk dalam rumpun IPA (ilmu pengetahuan

Model SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) SUSIWI S

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

ABSTRACT. Keywords: Learning Cycle, Mastery of concepts, Basic Skill of Scientific Works. PENDAHULUAN

Erlisa Pertiwi, Syahril Bardin, Masitah Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Mulawarman

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum pelaksanaan penelitian dengan Pendekatan Kooperatif Learning. NO Indikator Keterangan

Model Pembelajaran Learning Cycle Tipe 5E untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas X MA Al-khairaat Pusat Palu

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR

PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS (LEARNING CYCLE) PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI DINAMIKA PARTIKEL DI KELAS X SEMESTER 1 SMA NEGERI 1 PALANGKA RAYA TAHUN AJARAN 2010/2011 Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya Abstrak Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengelolaan pembelajaran, aktivitas guru dan siswa, serta hasil belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran siklus (learning cycle). Sampel penelitian adalah kelas X-8 SMA Negeri 1 Palangkaraya yang berjumlah 40 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan learning cycle dari tiga kali pertemuan sebesar 47,67 termasuk dalam kategori baik. Aktivitas guru yang paling dominan adalah membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS yaitu sebesar 37,04 % dan aktivitas siswa yang paling dominan adalah membaca dan mengerjakan LKS sebesar 37,37 %. Ketuntasan hasil belajar kognitif siswa secara individu terdapat 30 orang siswa yang tuntas dan 10 orang siswa tidak tuntas. Kata kunci : learning cycle, pengelolaan pembelajaran, aktivitas guru dan siswa, hasil belajar. PENDAHULUAN Penggunaan model maupun metode yang tepat pada pembelajaran dapat mendorong tumbuhnya rasa senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami pelajaran sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik. Hasil wawancara dengan salah seorang guru fisika SMA Negeri 1 Palangka Raya diperoleh informasi bahwa pembelajaran fisika cendrung masih bersifat konvensional yang berpusat pada guru dan lebih sering menggunakan metode ceramah dan jarang memvariasikan berbagai metode dalam pembelajaran fisika. Siswa dalam kegiatan belajar mengajar jarang melakukan kegiatan eksperimen dan pengamatan, padahal alat laboratorium cukup memadai untuk kegiatan eksperimen, sehingga dapat mempengaruh hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut peneliti ingin mengimplementasikan model pembelajaran learning cycle yang berbasis kontrukstivisme pada materi dinamika partikel. Model learning cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Carplus dalam Science Curriculum Improvement Study (SCIS) USA (Fajorah dkk, 2004). Lubis (2007) menyatakan bahwa Learning cycle pada mulanya terdiri dari tiga tahapan kegiatan atau fase yaitu tahap eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan penerapan konsep (concept application) dan dikembangkan lagi menjadi 5 fase yang terdiri atas tahap pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration / extention), dan evaluasi (evaluation). Tahap pembangkitan minat (engagement), bertujuan untuk membangkitkan minat dan keingintahuan siswa untuk membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Tahap eksplorasi (exploration), memberi kesempatan untuk siswa bekerja baik secara mandiri maupun kelompok tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencacat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan-kegiatan seperti praktikum dan telaah literatur. Tahap penjelasan (explanation), guru harus mendorong siswa untuk menjelaskan konsep dengan kalimat sendiri, meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan siswa, dan mengarahkan kegiatan diskusi. Tahap elaborasi (elaboration / extention), mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep F-63

Komang Gde Suastika / Pembelajaran Learning cycle yang telah dipahami dan keterampilan yang telah dimiliki kedalam situasi baru. Tahap evaluasi bertujuan untuk mengetahui efektifitas tahap-tahap sebelumnya dan pengetahuan serta pemahaman konsep siswa (Hirawan, 2005). Masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah : (a) Bagaimana pengelolaan pembelajaran fisika dengan menggunakan model learning cycle? (b) Bagaimana aktivitas guru dan siswa pada pembelajaran fisika menggunakan model learning cycle? (c) Bagaimana ketuntasan hasil belajar siswa pada pembelajaran menggunakan model learning cycle pada materi pokok dinamika partikel? PEMBAHASAN Pelaksanaan pembelajaran dikelas dilakukan dengan model learning cycle yang terdiri atas tahap-tahap engagement (tahap pembangkitan minat dan keingintahuan siswa), exploration (tahap eksplorasi konsep baru melalui eksperimen/diskusi atau tahap menguji hipotesis/prediksi tentang suatu konsep), explanation (tahap penjelasan atau pemamaparan hasil ekplorasi yang dapat dilakukan melalui diskusi kelas), elaboration (tahap penerapan konsep dan keterampilan pada situasi baru/lain), serta evaluation (tahap evaluasi pemahaman konsep yang baru dipelajari). Instrumen penelitian terdiri atas lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa, dan tes hasil belajar (THB) tentang dinamika partikel. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) disusun agar proses pembelajaran terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran. RPP disusun berdasarkan tahap-tahap dari model learning cycle yaitu engagement, exploration, explanation, elaboration/extention, dan evaluation. Lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran digunakan untuk melihat kemampuan guru dalam mengaplikasikan langkah-langkah model learning cycle yang diisi oleh pengamat selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle dan diisi oleh pengamat selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tes hasil belajar siswa berupa soal-soal pilihan ganda, digunakan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa setalah pembelajaan menggunakan model learning cycle pada materi dinamika partikel. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok belajar dan pelaksanaan pembelajaran dikelas dilaksanakan pada bulan November-Desember 2010. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menerapkan model learning cycle ditampilkan pada Tabel 01 berikut ini : Tabel 01 Pengelolaan pembelajaran menggunakan model learning cycle RPP RPP No Aspek yang diamati I II RPP III P P P Tahap I : Pembangkitan Minat (Engagement) 1. Membangkitkan minat belajar siswa 1 dengan pertanyaan-pertanyaan yang 2 2 2 2 faktual dalam kehidupan sehari-hari. 2 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran. 2 2 2 2 Tahap II : Eksplorasi (Exploration) 1. Membagi siswa kedalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 5-6 orang siswa yang heterogen baik 2 2 2 2 dari tingkat kecerdasaan dan jenis kelamin. F-64

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 4 2. Membagikan LKS kepada siswa serta meminta siswa mebaca dan menanyakan hal-hal tang kurang dipahami tentang LKS. 2 3 3 2.67 3. Membagikan alat dan bahan yang diperlukan serta meminta siswa 5 mengerjakan LKS dan menginformasikan alokasi waktu yang 3 3 3 3 diperlukan untuk mengerjakan LKS tersebut. 6 4. Membimbing dan mengarahkan setiap kelompok dalam mengerjakan LKS. 3 3 3 3 Tahap III. Penjelasan (Explanation) 1. Meminta beberapa kelompok mempresentasikan hasil yang dari 7 LKS yang telah dikerjakan dan 3 3 3 3 meminta kelompok lain menanggapinya. 8 2. Memberikan definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan memakai penjelasan siswa terlebih 2 3 3 2.67 dahulu. 9 3. Memberikan beberapa contoh soal yang berhubungan dengan materi yang 2 3 3 2.67 baru dibahas. Tahap IV. Elaborasi (Elaboration) 10 1. Memberi tugas mengerjakan lembar soal penerapan konsep. 2 2 3 2.33 2. Membimbing dan mengamati siswa 11 dalam mengerjakan lembar soal 3 3 3 3 penerapan konsep. 3. Meminta beberapa siswa 12 mengungkapkan/menuliskan jawaban dari lembar soal penerapan konsep dan 3 3 3 3 siswa lain menanggapinya. 13 4. Guru memastikan bahwa setiap siswa telah mengetahui jawaban yang benar. 2 2 2 2 Tahap V. Evaluasi (Evaluation) 14 1. Mengevaluasi siswa secara individu dengan tes tertulis. 2 2 2 2 2. Menginformasikan kepada siswa 15 materi yang akan dibahas pada 2 2 2 2 pertemuan selanjutnya. 16 Pengelolaan waktu 3 3 3 3 Pengelolaan suasana kelas 17 1. Antusias siswa 3 3 3 3 18 2. Antusias guru 3 3 3 3 Jumlah Skor Perolehan 44 47 48 47,67 Skor maksimal 18 x 4 = 72 Sumber : Hasil pengolahan data, 2011 F-65

Komang Gde Suastika / Pembelajaran Learning cycle Pada pertemuan pertama perolehan skor pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan learning cycle sebesar 44 termasuk dalam kategori cukup baik, sedangkan pada pertemuan kedua guru memperoleh skor sebesar 47 yang termasuk dalam kategori baik, dan pada pertemuan ketiga guru memperoleh skor sebesar 48 yang juga termasuk katagori baik. Secara keseluruhan skor ratarata dari tiga kali pertemuan adalah 47,67 yaitu pengelolaan pembelajaran dengan katagori baik. Persentase aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model learning cycle secara ringkas ditampilkan pada Tabel 02. Tabel 02 Persentase aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle No Aktivitas Guru Persentase ( % ) Rata-rata RPP-1 RPP-2 RPP-3 (%) 1. Membangkitkan minat belajar siswa 5,56 3,70 5,56 4,94 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3,70 0 2,78 2,16 3. Membimbing siswa membentuk kelompok belajar 7,41 3,70 5,56 5,56 4. Membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS 50,00 44,44 16,67 37,04 5. Membimbing siswa menyajikan hasil LKSI 7,41 11,11 5,56 8,03 6. Menjelaskan/mengembangkan konsep/materi 14,81 18,52 38,89 24,07 7. Memberikan lembar soal penerapan 7,41 konsep kepada siswa 12,96 19,44 13,27 8. Mengevaluasi hasil belajar 3,70 5,56 5,56 4,94 Persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan model learning cycle secara ringkas dituliskan pada Tabel 03. Tabel 03 Persentase aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle No Aktivitas Siswa Persentase ( % ) RPP-1 RPP-2 RPP-3 Rata-rata (%) 1. Merespon pertanyaan yang diajukan guru 5,56 3,70 5,56 4,94 2. Mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan 3,70 0 2,78 2,16 3. Membentuk kelompok belajar 7,61 3,98 5,56 5,72 4. Membaca dan mengerjakan LKS 50,39 44,69 17,03 37,37 5. Menyajikan hasil dari LKS yang telah dilakukan 6,81 10,59 5,28 7,56 6. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru 14,81 18,52 38,89 24,07 7. Mengerjakan lembar soal penerapan konsep 7,70 13,57 19,72 13,66 8. Mengerjakan soal evaluasi 3,41 4,94 5,22 4,52 F-66

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran selama 3 kali pertemuan terlihat bahwa sebagian besar waktu digunakan oleh guru untuk membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS yang termasuk dalam tahap eksplorasi pada model pembelajaran learning cycle. Aktivitas guru yang juga dominan adalah menjelaskan / mengembangkan konsep yang termasuk pada tahap penjelasan (explanation). Hal ini menunjukkan bahwa dalam model learning cycle lebih dominan dilakukan pada tahap eksplorasi dimana siswa melakukan pengamatan dan percobaan, dan juga pada tahap penjelasan dimana guru meminta penjelasan siswa terlebih dahulu kemudian guru mengembangkan konsep yang telah didapatkan siswa sehingga siswa lebih memahami konsep tersebut. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang lebih dominan adalah membaca dan mengerjakan LKS yang termasuk dalam tahap eksplorasi. Siswa melakukan percobaan dan pengamatan yang disajikan dalam LKS. Aktivitas siswa yang juga dominan adalah mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru yang termasuk dalam tahap penjelasan (explanation). Hal ini menunjukkan bahwa siswa antusias ingin mengetahui lebih jelas tentang materi yang dipelajari yang sudah didapat dari kegiatan LKS yang dilakukan pada tahap eksplorasi. Ketuntasan individu dan klasikal yang dicapai siswa diperoleh dari analisis hasil tes akhir siswa, dimana diikuti oleh keseluruhan siswa kelas X-8 yang berjumlah 40 siswa. Pedoman penentuan tingkat ketuntasan individu mengacu pada standar ketuntasan dari SMAN-1 Palangka Raya yang menggunakan standar ketuntasan sebesar 70%, sedangkan secara klasikal ketentuan ketuntasan yang diisyaratkan yaitu mencapai 85% siswa tuntas. Siswa yang tuntas sebanyak 30 siswa dengan persentase sebesar 75 %. Siswa yang tuntas tersebut dikarenakan hasil belajarnya mencapai 70%. Sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 dengan persentase 25 % KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran learning cycle terlaksana dengan kategori baik dengan skor 47,67. 2. Aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menerapkan model learning cycle adalah dominan pada kegiatan membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengerjakan LKS (37,04%) dan menjelaskan/mengembangkan konsep/materi (24,07 %). Sedangkan aktivitas siswa yang dominan adalah membaca dan mengerjakan LKS (37,37 %) dan mendengar dan memperhatikan penjelasan guru (24,07 %). 3. Ketuntasan hasil belajar siswa sebanyak 30 siswa tuntas dari 40 siswa yang mengikuti tes, sesuai ketuntasan yang disyaratkan sekolah sebesar 70 %. Sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10 dengan persentase 25 %. DAFTAR PUSTAKA Fajorah, Fauziatul & Dasna, I Wayan. 2004. Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif dalam Bahan Makanan pada Siswa Kelas II SMU. Jurnal Pendidikan dan pembelajaran. 11(2); 112-122. Hirawan, I Kadek A. 2005. Model Siklus Belajar (learning Cycle). Diambil pada tanggal 24 April 2010, dari http://www.scribd.com/doc/16315603/model-siklus-belajar Lubis, Grafura. 2007. Pembelajaran dengan model Siklus Belajar (Learning Cycle). Diambil pada tanggal 24 Maret 2010, dari http://lubisgrafura. wordpress.com/2007/09/20/pembelajarandengan-model-siklus-belajar-learning-cycle/ Muslich, Masnur. 2009. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) : Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Widiyoko, Taufik. 2002. Pengembangan Model Pembelejaran Langsung Yang Menekan Pada F-67

Komang Gde Suastika / Pembelajaran Learning cycle Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Bidang Studi Biologi Produk Bahasan Sistem Pengeluaran Di SLTP. Tesis Tidak Diterbitkan. Universitas Negeri Surabaya, Surabaya. F-68