BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satu dekade terakhir dunia penerbangan di dunia dan di Indonesia tumbuh sangat pesat. Jumlah pesawat meningkat cepat seiring makin banyaknya masyarakat menggunakan moda udara. Dengan peningkatan jumlah pengguna transportasi udara di Indonesia (34 Juta penumpang tahun 2008) serta modernisasi pesawat transport maupun pesawat militer, maka banyak permasalahan penerbangan yang muncul yang dapat diakibatkan oleh manusia. Pada manusia kondisi kesehatan dari awak pesawat baik pilot maupun penumpang sangatlah penting. Kesiapan pesawat secara keseluruhan juga sangat penting dalam menunjang keselamatan penerbangan. Baik itu menyangkut manajemen, administrasi, prosedur maupun kesiapan manusia yang mengawaki pesawat tersebut. 1,2,3 Dalam melakukan transportasi penerbangan, pesawat udara biasanya terbang dengan ketinggian antara 9150 meter sampai 12.200 meter dari permukaan laut, pada ketinggian ini orang sehat akan mengalami penurunan saturasi oksigen antara 4% sampai 6%. Menurunnya saturasi oksigen dapat mengganggu fungsi fisiologis tubuh dan membahayakan kesehatan sehingga ditetapkan penggunaan kabin bertekanan (cabin pressured) pada pesawat transport. 3,4 Federasi Penerbangan Internasional (FAA) telah membuat suatu ketetapan bahwa setiap pesawat udara harus memelihara tekanan kabinnya pada ketinggian 2348 m (8000 kaki) dari permukaan laut. Pada ketinggian 2348 m ini nilai inspired fraction oxygen (FiO 2 ) sekitar 15% dan pada orang sehat akan terjadi penurunan saturasi oksigen (SaO 2 ) menjadi 93%-94%, sesuai dengan kurva disosiasi. 3,4
Perubahan faal paru saat terpapar pada ketinggian terjadi melalui mekanisme penurunan tekanan parsial udara dan ekspansi gas ke dalam rongga tubuh yang cenderung menjadi lebih besar dari semula. Pada ketinggian 8000 kaki ini dapat terjadi ekspansi gas sekitar 38% dalam rongga tubuh. 5 Sebuah guideline preflight medical check up pada penderita dengan penyakit paru sebelum melakukan perjalanan udara bertujuan untuk mencegah terjadinya hipoksemia berat akibat penurunan tekanan pada kabin pesawat. Antara lain dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah, bila dijumpai PaO 2 < 70 mmhg, ini merupakan indikasi untuk menggunakan suplemen oksigen selama penerbangan, karena diprediksikan akan terjadi penurunan PaO 2 saat berada pada ketinggian 8000 kaki yaitu sampai di bawah dari 50 mmhg. Pemeriksaan analisa gas darah ini merupakan salah satu contoh pemeriksaan faal paru yang bertujuan untuk mengevaluasi perubahan fungsi paru akibat ketinggian dan pemeriksaan ini penting dalam memprediksi terjadinya hipoksia. 6 Ketinggian penerbangan pesawat komersial pada umumnya berkisar antara 35.000 hingga 43.000 kaki. Pada setiap perubahan ketinggian ini, maka atmosfir akan mengalami perubahan pada tekanan, suhu dan kelembaban secara teratur, diikuti dengan penurunan tekanan parsial oksigen yang memberikan dampak bagi fisiologi tubuh. 7,8 Untuk mencegah timbulnya dampak yang merugikan bagi tubuh tersebut penerbangan militer dan komersial telah membuat suatu ruang pengangkut penumpang yang bertekanan udara cukup dengan suhu dan kelembaban udara yang sangat terkontrol dan telah dibuat nyaman untuk penumpang dan awak pesawat, yang disebut dengan ruang kabin bertekanan. Walaupun dalam ketinggian tertentu tekanan udara dalam kabin umumnya dijaga hingga 6000-8000 kaki yang berarti bertekanan sekitar 570 mmhg. Tetapi suatu studi yang dilakukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa pada ketinggian antara 6000-8000 kaki ini dapat mengakibatkan turunnya saturasi oksigen sebesar 6-8%. 3,8,9
Dillard dkk menyimpulkan, pada ketinggian 8000 kaki pada 42 subjek ditemukan penurunan saturasi oksigen selama terpapar dengan hipoxia yang tidak berhubungan dengan umur, penurunan Forced Vital Capacity (FVC) sekitar 0,123 L, peningkatan residual volume (RV) dan peningkatan peak expiratory flow (PEF). Penurunan FVC disebabkan ekspansi udara dalam tubuh (distensi udara) sedangkan peningkatan PEF akibat penurunan densiti udara. 10 Penelitian terhadap orang normal dengan menggunakan suatu ruang udara bertekanan rendah terjadi juga penurunan baik SaO 2 maupun PaO 2, namun pada penderita PPOK derajat penurunan ini lebih berat. 11 Penelitian Humpreys dkk terhadap 84 penumpang berusia 1-78 tahun, menemukan penurunan saturasi oksigen (SaO 2 ) terhadap semua penumpang pada penerbangan jarak dekat dan jauh sekitar 4%. 12 Sedangkan Sari dkk meneliti terhadap 30 orang anggota Paskhas TNI AU pada ruang Hypobaric chamber Lakespra setara 8000 kaki, menemukan penurunan saturasi oksigen sekitar 6,5%. 13 Pada penelitian Akero dkk, menemukan SaO 2 pada sea level sekitar 96±1% dan pada ketinggian 8000 kaki terjadi penurunan SaO 2 sekitar 90±4%. 14 Penelitian Lopez dkk pada subjek usia 20 55 tahun, didapatkan usia 30-39 tahun mempunyai toleransi terhadap hipoksia lebih baik dari pada usia diatas 40 tahun, dan kecepatan timbulnya hipoksia ini tidak berhubungan dengan Body Mass Index, merokok dan aktivitas fisik. 15 Bendrick dkk meneliti 29 orang pasien PPOK saat terpapar di ketinggian 5000-9000 kaki (rata-rata 6900 kaki), menemukan penurunan saturasi oksigen dari oksimetri yang tidak berhubungan dengan usia, riwayat merokok, rasio FEV 1 /FVC, dan ketinggian kabin dalam pesawat. 16 Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang penurunan saturasi oksigen, pengaruh faktor usia dan faal paru terhadap penurunan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara saat perubahan ketinggian diatas 8000 kaki yang dinilai dengan menggunakan pulse oximetri.
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah perbedaan faktor usia pada ketinggian di atas 8000 kaki di dalam pesawat udara berpengaruh terhadap penurunan saturasi oksigen? 2. Bagaimana pengaruh faal paru terhadap penurunan saturasi oksigen di dalam pesawat udara saat berada pada ketinggian di atas 8000 kaki? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh faktor usia dan faal paru terhadap penurunan saturasi oksigen pada ketinggian di atas 8000 kaki di dalam pesawat udara. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk menentukan adanya pengaruh faktor usia dengan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara yang terpapar dengan perubahan ketinggian. 2. Untuk menentukan adanya hubungan antara riwayat merokok dengan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara yang terpapar dengan perubahan ketinggian. 3. Untuk menentukan adanya pengaruh faal paru dengan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara yang terpapar perubahan ketinggian. 4. Untuk menentukan hubungan gejala/keluhan respiratorik dengan saturasi oksigen pada ketinggian 8000 kaki di dalam pesawat udara. 5. Untuk menentukan adanya pengaruh hasil foto rongent dada dengan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara yang terpapar perubahan ketinggian. 6. Untuk menentukan adanya pengaruh hemoglobin dengan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara yang terpapar perubahan ketinggian.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Mengetahui dan memberikan informasi pengaruh faktor usia dan faal paru terhadap penurunan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara saat terpapar dengan ketinggian. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan bagi calon penumpang yang mempunyai riwayat penyakit saluran pernapasan dan untuk bahan pertimbangan bagi petunjuk operasional di bidang kesehatan penerbangan.