BAB I PENDAHULUAN. sehingga ditetapkan penggunaan kabin bertekanan (cabin pressured) pada pesawat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pesawat komersial mempunyai kabin bertekanan (cabin pressure) yang biasanya

Pengaruh Faktor Usia dan Faal Paru Terhadap Penurunan Saturasi Oksigen di Atas Ketinggian 8000 Kaki di dalam Pesawat Udara

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB V PEMBAHASAN. kelamin pria dipilih karena mayoritas populasi sampel di BBKPM adalah pria dan

BAB I PENDAHULUAN. Riset Kesehatan Dasar (RISKEDAS) di Indonesia tahun mendapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada semua umur

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa

BAB I PENDAHULUAN. Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk. tidak dapat di jangkau oleh transportasi darat dan laut.

BAB IV. TINGKAT KEBOCORAN yang DIIZINKAN PADA KABIN PESAWAT BOEING Bepergian dengan pesawat terbang sudah meningkat sejak beberapa tahun.

THE RELATIONSHIP BETWEEN AEROBIC FITNESS AND TIME OF USEFUL CONSCIOUSNESS OF PILOT STUDENTS EXPOSED TO 25,000 FEET IN AN ALTITUDE CHAMBER ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

I. PENDAHULUAN. tidak banyak melakukan aktivitas fisik dan menata pola makan agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Tes fungsi paru dilakukan untuk menilai kondisi paru seseorang. Tes fungsi

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply

BAB I PENDAHULUAN. PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan pun muncul seiring semakin padatnya jumlah penduduk. Salah. satunya permasalahan di bidang transportasi.

Indikasi Pemeriksaan

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN VOLUME PARU PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Menurut Federal Aviation Administration, sudah mencapai 750 juta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TERAPI OKSIGEN. Oleh : Tim ICU-RSWS. 04/14/16 juliana/icu course/2009 1

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

PEMERIKSAAN FUNGSI PARU DENGAN SPIROMETRI. Hj. Efy Afifah, SKp, M.Kes. Pengukuran obyektif paru menggunakan alat spirometer.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernapasan merupakan sistem yang sangat penting dalam tubuh manusia. 17 Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

2. PERFUSI PARU - PARU

BAB I PENDAHULUAN. peringkat kelima di seluruh dunia dalam beban penyakit dan peringkat

BAB 2. TINJAUAN KEPUSTAKAAN. ALI/ARDS adalah suatu keadaan yang menggambarkan reaksi inflamasi

Sistem Pernapasan - 2

INTERVENSI ULTRA SOUND THERAPY LEBIH BAIK DARIPADA MICRO WAVE DIATHERMY TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA KASUS SINUSITIS FRONTALIS BAGI AWAK KABIN

PEMERIKSAAN FAAL PARU

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan kain tradisional dari Indonesia yang telah diakui oleh

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang menghasilkan

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH DILAKUKAN PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.

Respirasi melibatkan empat proses: ventilasi (pergerakan udara. Anatomi Sistem Respirasi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menerus, maka akan terjadi perubahan pada fungsi paru-paru mereka

MEMBRAN RESPIRATORIUS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Keterampilan Klinis UJI FAAL PARU (SPIROMETRI)

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi, bahan serta peralatan yang semakin rumit dan kompleks tersebut sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN : UJI LATIHAN PERNAFASAN TERHADAP FAAL PARU, DERAJAT SESAK NAFAS DAN KAPASITAS FUNGSIONAL PENDERITA PPOK STABIL

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi perokok dewasa per hari. Menurut data Global Adult Tobacco Survey

PERBANDINGAN PARAMETER FUNGSI PARU ATLET PUTRA CABANG OLAHRAGA TINJU DENGAN TAEKWONDO DI PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak langsung, memiliki andil besar dalam mempengaruhi berbagai aspek dalam

Desain pesawat masa depan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

FAAL PERNAPASAN. Prof. DR. dr. Suradi Sp.P (K), MARS, FISR, Kresentia Anita R., Lydia Arista. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Hairul Azhar, 2014 kajian kapasitas terminal penumpang dan apron bandar udara h.as. hanandjoeddintanjungpandan

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh persalinan lama sebesar 37%, perdarahan berlebihan sebesar

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit paru (Suma mur, 2011). Penurunan fungsi paru

FORMAT PENGUMPULAN DATA. Judul : Pengaruh Bretahing Relaxation Dengan Menggunakan Teknik Balloon

BAB I PENDAHULUAN. terhadap jasa penerbangan sebagai moda transportasi yang cepat dan efisien

BAB I PENDAHULUHAN. kelahiran hidup, 334/ kelahiran hidup, dan 307/ kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian di Indonesia. World Health Organisation (2012)

BAB III. METODE PENELITIAN

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB I PENDAHULUAN. umum dengan total medali 476 terdiri dari 182 emas, 151 perak dan 143

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan terhadap keselamatan dan kesehatan para pekerja di tempat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

ANALISIS FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN TRANSPORTASI PENERBANGAN KOMERSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat

STATUS PEMERIKSAAN PENELITIAN ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PPOK SETELAH MENGIKUTI PROGRAM REHABILITASI PARU No : RS/No.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Satu dekade terakhir dunia penerbangan di dunia dan di Indonesia tumbuh sangat pesat. Jumlah pesawat meningkat cepat seiring makin banyaknya masyarakat menggunakan moda udara. Dengan peningkatan jumlah pengguna transportasi udara di Indonesia (34 Juta penumpang tahun 2008) serta modernisasi pesawat transport maupun pesawat militer, maka banyak permasalahan penerbangan yang muncul yang dapat diakibatkan oleh manusia. Pada manusia kondisi kesehatan dari awak pesawat baik pilot maupun penumpang sangatlah penting. Kesiapan pesawat secara keseluruhan juga sangat penting dalam menunjang keselamatan penerbangan. Baik itu menyangkut manajemen, administrasi, prosedur maupun kesiapan manusia yang mengawaki pesawat tersebut. 1,2,3 Dalam melakukan transportasi penerbangan, pesawat udara biasanya terbang dengan ketinggian antara 9150 meter sampai 12.200 meter dari permukaan laut, pada ketinggian ini orang sehat akan mengalami penurunan saturasi oksigen antara 4% sampai 6%. Menurunnya saturasi oksigen dapat mengganggu fungsi fisiologis tubuh dan membahayakan kesehatan sehingga ditetapkan penggunaan kabin bertekanan (cabin pressured) pada pesawat transport. 3,4 Federasi Penerbangan Internasional (FAA) telah membuat suatu ketetapan bahwa setiap pesawat udara harus memelihara tekanan kabinnya pada ketinggian 2348 m (8000 kaki) dari permukaan laut. Pada ketinggian 2348 m ini nilai inspired fraction oxygen (FiO 2 ) sekitar 15% dan pada orang sehat akan terjadi penurunan saturasi oksigen (SaO 2 ) menjadi 93%-94%, sesuai dengan kurva disosiasi. 3,4

Perubahan faal paru saat terpapar pada ketinggian terjadi melalui mekanisme penurunan tekanan parsial udara dan ekspansi gas ke dalam rongga tubuh yang cenderung menjadi lebih besar dari semula. Pada ketinggian 8000 kaki ini dapat terjadi ekspansi gas sekitar 38% dalam rongga tubuh. 5 Sebuah guideline preflight medical check up pada penderita dengan penyakit paru sebelum melakukan perjalanan udara bertujuan untuk mencegah terjadinya hipoksemia berat akibat penurunan tekanan pada kabin pesawat. Antara lain dilakukannya pemeriksaan analisa gas darah, bila dijumpai PaO 2 < 70 mmhg, ini merupakan indikasi untuk menggunakan suplemen oksigen selama penerbangan, karena diprediksikan akan terjadi penurunan PaO 2 saat berada pada ketinggian 8000 kaki yaitu sampai di bawah dari 50 mmhg. Pemeriksaan analisa gas darah ini merupakan salah satu contoh pemeriksaan faal paru yang bertujuan untuk mengevaluasi perubahan fungsi paru akibat ketinggian dan pemeriksaan ini penting dalam memprediksi terjadinya hipoksia. 6 Ketinggian penerbangan pesawat komersial pada umumnya berkisar antara 35.000 hingga 43.000 kaki. Pada setiap perubahan ketinggian ini, maka atmosfir akan mengalami perubahan pada tekanan, suhu dan kelembaban secara teratur, diikuti dengan penurunan tekanan parsial oksigen yang memberikan dampak bagi fisiologi tubuh. 7,8 Untuk mencegah timbulnya dampak yang merugikan bagi tubuh tersebut penerbangan militer dan komersial telah membuat suatu ruang pengangkut penumpang yang bertekanan udara cukup dengan suhu dan kelembaban udara yang sangat terkontrol dan telah dibuat nyaman untuk penumpang dan awak pesawat, yang disebut dengan ruang kabin bertekanan. Walaupun dalam ketinggian tertentu tekanan udara dalam kabin umumnya dijaga hingga 6000-8000 kaki yang berarti bertekanan sekitar 570 mmhg. Tetapi suatu studi yang dilakukan pada orang dewasa menunjukkan bahwa pada ketinggian antara 6000-8000 kaki ini dapat mengakibatkan turunnya saturasi oksigen sebesar 6-8%. 3,8,9

Dillard dkk menyimpulkan, pada ketinggian 8000 kaki pada 42 subjek ditemukan penurunan saturasi oksigen selama terpapar dengan hipoxia yang tidak berhubungan dengan umur, penurunan Forced Vital Capacity (FVC) sekitar 0,123 L, peningkatan residual volume (RV) dan peningkatan peak expiratory flow (PEF). Penurunan FVC disebabkan ekspansi udara dalam tubuh (distensi udara) sedangkan peningkatan PEF akibat penurunan densiti udara. 10 Penelitian terhadap orang normal dengan menggunakan suatu ruang udara bertekanan rendah terjadi juga penurunan baik SaO 2 maupun PaO 2, namun pada penderita PPOK derajat penurunan ini lebih berat. 11 Penelitian Humpreys dkk terhadap 84 penumpang berusia 1-78 tahun, menemukan penurunan saturasi oksigen (SaO 2 ) terhadap semua penumpang pada penerbangan jarak dekat dan jauh sekitar 4%. 12 Sedangkan Sari dkk meneliti terhadap 30 orang anggota Paskhas TNI AU pada ruang Hypobaric chamber Lakespra setara 8000 kaki, menemukan penurunan saturasi oksigen sekitar 6,5%. 13 Pada penelitian Akero dkk, menemukan SaO 2 pada sea level sekitar 96±1% dan pada ketinggian 8000 kaki terjadi penurunan SaO 2 sekitar 90±4%. 14 Penelitian Lopez dkk pada subjek usia 20 55 tahun, didapatkan usia 30-39 tahun mempunyai toleransi terhadap hipoksia lebih baik dari pada usia diatas 40 tahun, dan kecepatan timbulnya hipoksia ini tidak berhubungan dengan Body Mass Index, merokok dan aktivitas fisik. 15 Bendrick dkk meneliti 29 orang pasien PPOK saat terpapar di ketinggian 5000-9000 kaki (rata-rata 6900 kaki), menemukan penurunan saturasi oksigen dari oksimetri yang tidak berhubungan dengan usia, riwayat merokok, rasio FEV 1 /FVC, dan ketinggian kabin dalam pesawat. 16 Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin meneliti lebih jauh tentang penurunan saturasi oksigen, pengaruh faktor usia dan faal paru terhadap penurunan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara saat perubahan ketinggian diatas 8000 kaki yang dinilai dengan menggunakan pulse oximetri.

1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah perbedaan faktor usia pada ketinggian di atas 8000 kaki di dalam pesawat udara berpengaruh terhadap penurunan saturasi oksigen? 2. Bagaimana pengaruh faal paru terhadap penurunan saturasi oksigen di dalam pesawat udara saat berada pada ketinggian di atas 8000 kaki? 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh faktor usia dan faal paru terhadap penurunan saturasi oksigen pada ketinggian di atas 8000 kaki di dalam pesawat udara. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk menentukan adanya pengaruh faktor usia dengan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara yang terpapar dengan perubahan ketinggian. 2. Untuk menentukan adanya hubungan antara riwayat merokok dengan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara yang terpapar dengan perubahan ketinggian. 3. Untuk menentukan adanya pengaruh faal paru dengan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara yang terpapar perubahan ketinggian. 4. Untuk menentukan hubungan gejala/keluhan respiratorik dengan saturasi oksigen pada ketinggian 8000 kaki di dalam pesawat udara. 5. Untuk menentukan adanya pengaruh hasil foto rongent dada dengan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara yang terpapar perubahan ketinggian. 6. Untuk menentukan adanya pengaruh hemoglobin dengan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara yang terpapar perubahan ketinggian.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Mengetahui dan memberikan informasi pengaruh faktor usia dan faal paru terhadap penurunan saturasi oksigen pada penumpang pesawat udara saat terpapar dengan ketinggian. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengetahuan bagi calon penumpang yang mempunyai riwayat penyakit saluran pernapasan dan untuk bahan pertimbangan bagi petunjuk operasional di bidang kesehatan penerbangan.