(FORECASTING ANALYSIS):

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yang akan datang. Ramalan adalah situasi dan kondisi yang diperkirakan akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi jagung merupakan hasil bercocok tanam, dimana dilakukan penanaman bibit

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik Regional Bruto

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PERAMALAN

ANALISIS DERET WAKTU

Pembahasan Materi #7

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vanissa Hapsari,2013

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

METODE KUANTITATIF, MENGGUNAKAN BERBAGAI MODEL MATEMATIS YANG MENGGUNAKAN DATA HISTORIES DAN ATAU VARIABLE-VARIABEL KAUSAL UNTUK MERAMALKAN

Analisis Deret Waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SISTEM PERAMALAN PERSEDIAAN UNIT MOBIL MITSUBISHI PADA PT. SARDANA INDAH BERLIAN MOTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING

PERAMALAN (FORECASTING)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERAMALAN (FORECASTING) #2

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (forecasting) adalah kegiatan memperkirakan atau memprediksi apa. situasi dan kondisi di masa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Membuat keputusan yang baik

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA HASIL Perbandingan Akurasi Hasil Peramalan MC Tire IRC Tube Type. menganalisa produk MC Tire IRC Tube Type, sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

Aplikasi Sistem Informasi Forecasting pada PD. Maha Jaya. Teknik Informatika 1 Teknik Industri 2 Universitas Kristen Petra Surabaya

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL HOLT-WINTER DAN METODE DEKOMPOSISI KLASIK

PERENCANAAN PRODUKSI

Peramalan (Forecasting)

PENGGUNAAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MERAMALKAN PERSEDIAAN BERAS PADA BULOG DIVRE ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Dugaan atau perkiraan mengenai kejadian atau peristiwa pada waktu yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA Definisi dan Tujuan Forecasting. yang belum terjadi (Pangestu S, 1986:1). Forecasting atau peramalan

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Infornasi Estimasi Penjualan Dengan Menggunakan Metode Exponential. Abstraksi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

Didownload dari ririez.blog.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN

EMA302 Manajemen Operasional

III. LANDASAN TEORI A. TEKNIK HEURISTIK

ANALISIS TINGKAT PENJUALAN UNTUK MENENTUKAN PERENCANAAN PERSEDIAAN DENGAN MENGGUNAKAN FORECASTING. (Studi pada Toko Tekstil Gemilang Jaya Bandung)

CROSS SECTION. Data yang tidak berdasar waktu DATA STATISTIK BERDASARKAN PERSPEKTIF WAKTU TIME SERIES. Berbasis Waktu

BAB 2 LANDASAN TEORI. sama setiap hrinya. Pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tinggi dan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem informasi terdiri dari input, proses, dan output, seperti yang terlihat pada

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang

BAB IV METODE PENELITIAN

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Program Studi Teknik Otomasi, Jurusan Teknik Kelistrikan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi yang diperkirakan

BAB III LANDASAN TEORI

VI PERAMALAN PENJUALAN AYAM BROILER DAN PERAMALAN HARGA AYAM BROILER

BAB I PENDAHULUAN. Peramalan merupakan suatu kegiatan memprediksi nilai dari suatu

Hasil Peramalan dengan Menggunakan Software Minitab

BAB II LANDASAN TEORI. saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau organisasi atau suatu jaringan

BAB II KAJIAN TEORITIS

MODUL MINITAB UNTUK PERAMALAN DENGAN METODE ARIMA DAN DOUBLE EXPONENTIAL

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE NAIVE DAN MOVING AVERAGE

CROSS SECTION. Data yang tidak berdasar waktu DATA STATISTIK BERDASARKAN PERSPEKTIF WAKTU TIME SERIES. Berbasis Waktu

BAB II LANDASAN TEORI. dan bekerja sama untuk memproses masukan atau input yang ditunjukkan kepada

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

S (t)=ax(t)+(1-a)s t-1 (2) S (t)=asn(t)+(1-a)s t-1 (3) F(t+m)=S(t)+mb(t) (4)

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Seiring dengan meningkatknya pangsa pasar, permintaan konsumen juga menjadi

PENGGUNAAN METODE SMOOTHING EKSPONENSIAL DALAM MERAMAL PERGERAKAN INFLASI KOTA PALU

PERAMALAN PRODUKSI SARUNG TENUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMULUSAN DATA

Harwein et al., Peramalan Data Times Series Kebutuhan Tepung Terigu Sebagai Bahan Baku Pembuatan Roti...

BAB 2 LANDASAN TEORI

Peramalan Jumlah Penumpang Pada Siluet Tour And Travel Kota Malang Menggunakan Metode Triple Exponential Smoothing

BAB 2 LANDASAN TEORI

Estimasi, Pemilihan Model dan Peramalan Hubungan Deret Waktu

BAB III PERAMALAN. Praktikum Sistem Produksi ATA 2014/2015

III KERANGKA PEMIKIRAN

Dian Kristanti 1) 1 Prodi Pendidikan Matematika, STKIP Bina Bangsa Meulaboh.

PENERAPAN ALGORITMA FORECASTING UNTUK PREDIKSI PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SRAGEN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016.

Universitas Gunadarma PERAMALAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini, data yang diperoleh dari 4 tahun terakhir pada toko

UNIVERSITAS WINAYA MUKTI TEKNIK PROYEKSI BISNIS DODI TISNA AMIJAYA SE.,MM METODA METODA -- METODA PERAMALAN METODA PERAMALAN

REGRESI LINEAR SEDERHANA

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS KUANTITATIF ANALISIS PERAMALAN Hand-out ke-3 ANALISIS PERAMALAN (FORECASTING ANALYSIS): Contoh-contoh sederhana PRODI AGRIBISNIS UNEJ, 2017 PROF DR IR RUDI WIBOWO, MS

Contoh aplikasi tehnik peramalan METODA SEDERHANA

Tahun Kuartal t Penjualan 1987 1 1 500 2 2 350 3 3 250 4 4 400 1988 1 5 450 2 6 350 3 7 200 4 8 300 1989 1 9 350 2 10 200 3 11 150 4 12 400 1990 1 13 550 2 14 350 3 15 250 4 16 550 1991 1 17 550 2 18 400 3 19 350 4 20 600 1992 1 21 750 2 22 500 3 23 400 4 24 650 1993 1 25 850 2 26 600 3 27 450 4 28 700 Ilustrasi Penjualan Beras (kg) pada Koperasi Agribis : 1987-1993

METODA SEDERHANA Tahun Kuartal t Penjualan 1987 1 1 500 2 2 350 3 3 250 4 4 400 1988 1 5 450 2 6 350 3 7 200 4 8 300 1989 1 9 350 2 10 200 3 11 150 4 12 400 1990 1 13 550 2 14 350 3 15 250 4 16 550 1991 1 17 550 2 18 400 3 19 350 4 20 600 1992 1 21 750 2 22 500 3 23 400 4 24 650 1993 1 25 850 2 26 600 3 27 450 4 28 700 Model peramalan yang paling sederhana mengangap bahwa pengamatan pada periode waktu yang baru saja berlalu (tahun lalu, bulan lalu, dan sebagainya) adalah alat peramalan yang terbaik untuk meramalkan keadaan di masa datang. Model yang sederhana itu adalah : Ŷt+1 = Yt..(1) dimana Ŷt+1 adalah ramalan yang dibuat pada waktu t untuk memperkirakan nilai Y pada waktu t+1 Jika data tahun 1987 sampai 1992 digunakan sebagai data dasar dan data tahun 1993 adalah data yang akan diramalkan, maka ramalan kuartal pertama tahun 1993 adalah :Y25 = 650 Kesalahan peramalan yang terjadi pada periode 25 adalah : e25 = Y25 Ŷ25 = 850 650 = 200. Nilai ramalan untuk periode 26 = 850 dengan kesalahan 250. Pengujian data dalam contoh di atas membuat seseorang analis berkesimpulan bahwa penjualan meningkat dari waktu ke waktu. Bila nilai data meningkat dari waktu ke waktu, maka dikatakan bahwa data tersebut tidak stasioner (nonstationary) atau dengan kata lain mengikuti suatu trend. Jika persamaan (1) digunakan, maka tingkat konsistensi proyeksi sangat lemah.

Teknik tersebut dapat disesuaikan dengan menambahkan selisih antara data tahun ini dan tahun lalu. Dengan demikian, modelnya menjadi : Ŷ t+1 = Y t + (Y t - Y t-1 )... (2) Persamaan (2) memperhitungkan perubahan yang terjadi antar kuartal. Ramalan untuk kuartal pertama tahun 1993 adalah : Ŷ 24+1 = Y 24 + (Y 24 - Y 24-1 ) Ŷ 25 = Y 24 + (Y 24 - Y 23 ) Ŷ 25 = 650 + (650-400) Ŷ 25 = 650 + 250 Ŷ 25 = 900 Kesalahan peramalan dengan model ini adalah : e 25 = Y 25 - Ŷ 25 e 25 = 850 900 = - 50

Untuk beberapa kasus, penggunaan tingkat perubahan lebih baik daripada penggunaan perubahan secara absolut. Dengan demikian modelnya menjadi : Y t Ŷ t+1 = Y t Y t-1 (3) Peramalan untuk kuartal pertama tahun 1993 dengan menggunakan model ini adalah : Ŷ 24+1 = Y 24 Y 24 Y 24-1 Ŷ 25 = Y 24 Ŷ 25 = 650 Y 24 Y 23 650 400 Ŷ 25 = 1.056 Terlihat bahwa akan lebih baik bila seorang analis menggunakan rata-rata perubahan absolut masa lalu atau tingkat perubahan dalam mempersiapkan peramalan.

METODA SEDERHANA DENGAN VARIASI MUSIMAN... Bila kita mengamati data pada Tabel, maka akan terlihat bahwa terdapat variasi musiman. Penjualan pada kuartal keempat umumnya lebih besar dari penjualan pada kuartal-kuartal yang lain. Jika pola musimannya kuat, maka model yang sesuai adalah : Ŷ t+1 = Y t-3 (4) Persamaan (4) menunjukkan bahwa nilai variabel pada kuartal berikutnya akan sama dengan nilai variabel pada tahun yang lalu. Ramalan pada kuartal pertama pada tahun 1993 adalah : Ŷ 24+1 = Y 24-3 Ŷ 25 = Y 21 Ŷ 25 = 750 Kelemahan utama pendekatan ini adalah diabaikannya segala sesuatu yang terjadi selama setahun dan pengabaian adanya pola trend.

METODA SEDERHANA DENGAN VARIASI MUSIMAN DAN TREND... Ada beberapa cara untuk memperoleh informasi baru. Sebagai contoh, seseorang analis dapat mengkombinasikan berbagai pendekatan dan menitikberatkan pada variasi musiman dan trend. Salah satu model yang memungkinkan adalah : Ŷ t+1 = Y t-3 + (Y t - Y t-1 )+..+ (Y t-3 Y t-4 ) 4 (5) Di mana nilai Y t-3 meramalkan pola musiman dan nilai-nilai yang lain digunakan untuk menghitung rata-rata perubahan selama 4 kuartal yang lalu (trend). Ramalan untuk kuartal pertama tahun 1993 dengan menggunakan model ini adalah : Ŷ 24+1 = Y 24-3 + Y 24 Y 24-1 +..+ ( Y 24-3 Y 24-4 ) 4 Ŷ 25 = Y 21 + Ŷ 25 = 750 + (Y 24 - Y 23 ) + (Y 23 - Y 22 ) + (Y 22 - Y 21 ) + (Y 21 - Y 20 ) 4 (650-400) + (400-500) + (500-750) + (750-600) 4 Ŷ 25 = 750 + 12,5 Ŷ 25 = 762,5

Contoh aplikasi tehnik peramalan METODA RATA-RATA

METODA RATA-RATA SEDERHANA Data dapat diperhalus dengan berbagai cara. Tujuannya adalah menggunakan data masa lalu untuk membuat model peramalan untuk masa-masa yang akan datang. Seperti pada model-model sederhana, suatu keputusan dibuat dengan menggunakan data t sebagai data dasar, dan data yang lain sebgai data yang diuji atau diramalkan. Kemudian persaman di bawah ini digunakan untuk menghitung rata-rata data dasar dan untuk meramalkan nilai pada periode selanjutnya. Ŷ t+1 = Y= n Y t t-1 N Akhirnya tingkat kesalahan nilai peramalan dihitung dan diambil keputusan mengenai tepat tidaknya teknik peramalan tersebut. Contoh Dengan data Koperasi Agribis, metode rata-rata sederhana diaplikasikan. Ramalan untuk kuartal pertama 1993 adalah : Ŷ 24+1 = Y= n Y t t-1 n Ŷ 25 = 9.800 24 Ŷ 25 = 408,33 Tingkat kesalahan peramalan adalah : e 25 = Y 25 - Ŷ 25 e 25 = 850 408,33 e 25 = 441,67 Ramalan untuk kuartal kedua tahun 1993 dilakukan dengan menambahkan data kuartal pertama (850), sehingga nilai ramalannya adalah : Ŷ 25+1 = 10,650 25 Ŷ 26 = 426

METODA RATA-RATA BERGERAK SEDERHANA (SINGLE MOVING AVERAGE) Persamaan (1) menunjukkan model rata-rata bergerak sederhana : M t+1 = Ŷ t+1 = (Y 1 + Y t-1 + Y t-2 +..+ Y t-n+1 ) 4 (1) Dimana : M t = rata-rata bergerak pada periode t Ŷ t+1 = nilai ramalan periode berikutnya Y t = nilai aktual pada periode t n = jumlah data dalam rata-rata bergerak

Contoh Metoda Single Moving Average Tabel 4.2 Rata-rata Begerak Empat Kuartal Penjualan Jagung Koperasi Agribis Tahun Kuartal t Penjualan Y t Jumlah Nilai ramalan Rata-rata Bergerak Ŷ t+1 1991 1 17 550 2 18 400 3 19 350 4 20 600 1.900 1992 1 21 750 2.100 475 275 2 22 500 2.200 525-25 3 23 400 2.250 550-150 4 24 650 2.300 562,5 87,5 1993 1 25 850 2.400 575 275 2 26 600 2.500 600 0 3 27 450 2.550 625-175 4 28 700 2.600 637,5 62,5 1994 1 29 650 e t Dengan data Tabel di atas, maka peramalan dengan rata-rata bergerak untuk kuartal pertama tahun 1992 adalah : M 20 = Ŷ 20+1 = (Y 20 + Y 20-1 + Y 20-2 + Y 20-4+1 ) 4 Ŷ 21 = Ŷ 21 = (Y 20 + Y 19 + Y 18 + Y 17 ) 4 550+400+350+600 1990 = 4 4 475 Jika data kuartal pertama tahun 1992 diketahui, maka tingkat kesalahan ramalan dapat dihitung : e 21 = Y 21 - Ŷ 21 = 750 475 = 275

METODA RATA-RATA BERGERAK GANDA (DOUBLE MOVING AVERAGE) Teknik rata-rata bergerak ganda diringkas dengan menggunakan persamaan (2) sampai (4) Pertama, persaman (2) digunakan untuk menghitung rata-rata bergerak. Ŷ t+1 = Y t + Y t-1 + Y t-2 +..+ Y t-n+1 n Misalkan M t =Y t+1. Kemudian persaman (2a) dapat digunakan untuk menghitung rata-rata bergerak kedua. M t = M t + M t-1 + M t-2 +..+ M t-n+1 n Persamaan (3) digunakan untuk menghitung selisih antara kedua rata-rata bergerak tersebut. a t = 2M t - M t (3) Persaman (4) adalah faktor penyesuaian tambahan yang mirip dengan slope yang selalu berubah sepanjang suatu serial data : (2) (2a) b t = 2 n - 1 (M t - M t ) (4) Akhirnya, persamaan (5) digunakan untuk membuat ramalan pada periode m : Ŷ t+p = a t + b tp (5) di mana : n = jumlah periode dalam rata-rata bergerak Y t = nilai aktual Y pada periode t p = jumlah periode ke depan yang akan diramalkan

Contoh Metoda Double Moving Averages (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Waktu t Penyewaan mingguan y t Rata-rata Bergerak 3-Mingguan (2) M t Rata-rata Bergerak 3-Mingguan (3) M t Nilai a Nilai a Ramalan A = bp (p=1) e t 1 654 - - - - - - 2 658 - - - - - - 3 665 659 - - - - - 4 672 665 - - - - - 5 673 670 665 675 5 - - 6 671 672 669 675 3 680-9 7 693 679 674 684 5 678 15 8 694 686 679 693 7 689 5 9 701 696 687 705 9 700 1 10 703 699 694 704 5 714-11 11 702 702 699 705 3 709-7 12 710 705 702 708 3 708 2 13 712 708 705 711 3 711 1 14 711 711 708 714 3 714-3 15 728 717 712 722 5 717 11 16 - - - - - 727 - MSE = 63,7 Palwa Video TARA mengoperasikan beberapa tempat penyewaan kaset video di Jakarta. Perusahaan tersebut sedang berkembang dan perlu menambah persediaan kaset video untuk mengimbangi peningkatan permintaan. Pimpinan perusahaan menugaskan Suramal untuk meramalkan jumlah penyewaan pada bulan depan. Data penyewaan selama 15 minggu terakhir tersedia dan diperlihatkan dalam kolom (2) tabel. Pada mulanya Suramal membuat ramalan dengan menggunakan rata-rata bergerak 3 mingguan dan MSE untuk model ini adalah 133. (Kolom (3)). Karena datanya mengikuti suatu trend, maka ramalan yang dibuat Suramal selalu lebih rendah dari jumlah penyewaan yang sebenarnya. Untuk mengatasi masalah ini, ia mencoba metode rata-rata bergerak ganda. Hasilnya diperlihatkan dalam kolom (4 s/d 7).

Ŷ 15+1 = Y 15 + Y 15-1 + + Y 15-3+1 3 Ŷ 16 = 728 + 711 + 712 3 = 717 Jika M t = 717, maka perhitungan persamaan (2a) digunakan untuk menghitung rata-rata bergerak 3 mingguan yang kedua (kolom 4) adalah : Ŷ 15 = Y 15 + Y 15-1 + + Y 15-3+1 3 Persamaan (3) digunakan untuk menghitung perbedaan antara kedua rata-rata bergerak tersebut (kolom 5) a 15 = 2M 15 - M 15 = 2(717) - 712 = 722 persamaan (4) menyesuaikan slope tersebut (kolom 6) B 15 = 2 2 (M 15 M 15 ) = 3-1 2 (717 712) = 5 Persaman (5) digunakan untuk meramalkan 1 periode ke depan (kolom 7). Ŷ 15+1 = a 15 + b 15 (1) = 722 + 5 = 727 Ramalan untuk 4 minggu kemudian : Ŷ 15+4 = a 15 + b 15 (4) = 722 + 5(4) = 742 Perhatikan bahwa MSE turun dari 133 menjadi 63,7

Contoh aplikasi tehnik peramalan METODA PEMULUSAN EKSPONENSIAL (EXPONENTIAL SMOOTHING)

Single Exponential Smoothing Pemulusan eksponensial (exponential smoothing) adalah suatu prosedur yang mengulang perhitungan secara terus menerus dengan menggunakan data terbaru. Metode ini didasarkan pada perhitungan rata-rata (pemulusan) data-data masa lalu secara eksponensial. Setiap data diberi bobot, di mana data yang lebih baru diberi bobot paling baru, δ(1- δ) digunakan untuk data yang agak lama, δ(1 - δ) 2 untuk data yang lebih lama lagi, dan seterusnya. Dalam bentuk yang mulus, ramalan yang baru (untuk waktu t+1) dapat dianggap sebagai rata-rata yang diberi bobot terhadap data terbaru (pada waktu t) dan ramalan yang lama (untuk waktu t). Bobot δ diberikan pada data terbaru, dan bobot 1- δ diberikan pada ramalan yang lama, dimana 0< δ<1. Dengan demikian : Ramalan baru = δx(data baru) + (1- δ) x (ramalan lama) Secara matematis, persamaan pemulusan eksponensial dapat ditulis : Ŷ t+1 = δy t + (1- δ) Ŷ t (1) Di mana : Ŷ t+1 = nilai ramalan untuk periode berikutnya δ = konstanta pemulusan (0< δ<1) Y t = data baru atau nilai Y yang sebenarnya pada periode t Ŷ t = nilai pemulusan yang lama atau rata-rata yang dimuluskan hingga periode t-1 Agar δ dapat diinterpretasikan dengan lebih baik, persamaan (1) diuraikan sebgai berikut : Ŷ t+1 = δy t + (1- δ) Ŷ t = δy t + Ŷ t - δŷ t = Ŷ t + δ(y t - Ŷ t )

CONTOH SINGLE EXPONENTIAL SMOOTHING Bulan ke PENJUALAN FORECAST ALPHA = 0,10 FORECAST ALPHA = 0,50 1 20 - - - FORECAST ALPHA = 0,90 2 21 20,00 20,00 20,00 3 19 20,10 20,50 20,90 4 17 19,99 19,75 19,19 5 22 19,69 18,38 17,22 6 24 19,92 20,19 21,52 7 18 20,33 22,10 23,75 8 21 20,10 20,05 18,58 9 20 20,19 20,53 20,76 10 23 20,17 20,27 20,08 11 22 20,45 21,64 22,71 12 19 20,61 21,82 22,07 Mana yang lebih baik peramalan di atas?

Double Exponential Smoothing (Metoda Brown) Teknik pemulusan eksponensial ganda (double exponential smoothing) sering juga disebut Metode Brown digunakan dalam peramalan data runtut waktu yang mengikuti suatu trend linier. Teknik ini disajikan oleh persamaan (2) sampai (6) Karena nilai-nilai pemulusan bukan hasil ramalan, maka persamaan-persamaan penyesuaian lebih mudah bila notasi-notasi di bawah ini dimasukkan dalam persamaan tersebut : A t = nilai Y t yang dimuluskan secara eksponensial pada waktu t A t = nilai Y t yang dimuluskan secara eksponensial ganda pada waktu t Nilai pemulusan eksponensial dihitung dengan menggunakan persamaan (2) A t = δy t + (1- δ) A t-1... (2) Persamaan (3) digunakan untuk menghitung nilai pemulusan eksponensial ganda A t = δa t + (1- δ) A t-1...(3) Persaman (4) digunakan untuk menghitung perbedaan antara nilai-nilai pemulusan eksponensial tersebut a t = 2A t A t... (4) Persamaan (5) adalah faktor penyesuaian tambahan yang hampir sama dengan pengukuran slope suatu kurva b t = δ 1 - δ (A t A t ) (5) Akhirnya, persamaan (6) digunakan untuk membuat peramalan pada periode p yang akan datang Ŷ t+p = a t + b t p... (6) Di mana : δ = konstanta pemulusan Y t = nilai Y aktual pada periode t P = jumlah periode ke depan yang akan diramalkan

CONTOH FORECASTING DENGAN DOUBLE EXP.SMOOTHING PERIODE PERMINTAAN X SINGLE EXP SMOOTHING DOUBLE EXP SMOOTHING NILAI a Nilai b FORECAST UNTUK m=1 1 120 120 120 120 - - 2 125 121 120,20 121,80 0,20 120 3 129 122,60 120,68 124,52 0,48 122 4 124 122,88 121,12 124,64 0,44 125 5 130 124,30 121,76 126,84 0,64 125,08 6 140 127,44 122,90 131,98 1,14 127,48 7 128 127,55 123,83 131,27 0,93 133,12 8 136 129,24 124,91 133,57 1,08 132,20 9 142 131,79 126,29 137,29 1,38 134,65 10 130 131,43 127,32 135,54 1,03 138,67 11 135 132,14 128,28 136,00 0,97 136,57 12 144 134,51 129,53 139,49 1,25 136,97 13 132 134,01 130,43 137,59 0,90 140,74 14 138 134,81 131,31 138,31 0,88 138,49 15 145 136,85 132,42 141,18 1,11 139,19 16 135 136,48 133,23 139,73 0,81 142,39 17 140 137,18 134,02 140,34 0,79 140,54 18 148 139,34 135,08 143,60 1,07 141,13 19 140 139,47 135,96 142,98 0,88 144,67 20 150 141,58 137,08 146,08 1,13 143,86

Catatan Perhitungan Double Exp Smoothing anggap alpha = 0,20 Y1 = 120, karena belum cukup data untuk menghitung At sehingga At dianggap sebesar 120 dan A t juga sebesar 120 Y2 = 125 sehingga : A2 = 0,2 (125) + 0,8 (120) = 121 (nilai pada kolom 3) A 2 = 0,2 (121) + 0,8 (120) = 120,2 (nilai pada kolom 4) a2 = 2 (121) 120,2 = 121,80 (nilai pada kolom 5) b2 = (0,2/0,8) (121 120,20) = 0,20 (nilai pada kolom 6) Nilai forecast tahun ke 3 = 121,8 + 0,20 = 122 (nilai pada kolom 7) Demikian seterusnya.. Untuk memilih nilai alpha yang tepat, digunakan trial and error, dengan mencari MSE minimumnya.

Contoh tehnik peramalan lain METODA HOLT-WINTER H-W no seasonal atau dikenal dengan Metoda H-W tanpa musiman. Metoda ini prinsipnya sama dengan Double Exponential Smoothing. H-W Additif. Model ini memasukkan term trend serta season (musim). Model umum : y t = a t +bt+c t. Dalam hal ini, b adalah koefisien trend dan c t adalah smoothing seasonal. Koefisien trend tersebut juga mengalami penyesuaian pada setiap pergerakan periode, seperti halnya komponen rata-rata a t H-W Multiplikatif. Model umum : y t = (a t +bt)c t.

REKOMENDASI AKADEMIK Berbagai contoh menunjukkan bahwa Permodelan Data Time Series untuk analisis peramalan dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik pemulusan (smoothing) maupun dekomposisi (trend, season/musiman, siklis/cyclical, dan tak beraturan/irregular). Harus dipahami terlebih dahulu pola atau perilaku data yang akan dianalisis. Pemeriksaan (diagnose) dan transformasi data seringkali menjadi bagian terpenting sebelum analisis peramalan dilakukan. Dalam praktek, umumnya penentuan model peramalan terbaik dilakukan dengan trial and error, dan kemudian menetapkan metoda terpilih dengan kriteria MAPE, MAP, MSD yang terkecil.

Next...