BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

Aliran Fluida. Konsep Dasar

Gambar 3-15 Selang output Gambar 3-16 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk Gambar 3-17 Skema penelitian dengan sudut pipa masuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

KEHILANGAN HEAD ALIRAN AKIBAT PERUBAHAN PENAMPANG PIPA PVC DIAMETER 12,7 MM (0,5 INCHI) DAN 19,05 MM (0,75 INCHI).

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

2 yang mempunyai posisi vertikal sama akan mempunyai tekanan yang sama. Laju Aliran Volume Laju aliran volume disebut juga debit aliran (Q) yaitu juml

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

KOEFISIEN GESEK PADA RANGKAIAN PIPA DENGAN VARIASI DIAMETER DAN KEKASARAN PIPA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

FLUID CIRCUIT FRICTION EXPERIMENTAL APPARATUS BAB II

ALIRAN MELALUI PIPA 15:21. Pendahuluan

FLUID FLOW ANALYSIS IN PIPE DIAMETER 12.7 MM ACRYLIC (0.5 INCHES) AND 38.1 MM (1.5 INCH) Eko Singgih Priyanto, Ridwan., ST., MT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

UNIVERSITAS INDONESIA EFEK LARUTAN TINTA TERHADAP KOEFISIEN GESEK PADA PIPA ACRYLIC Ø 12,7 MM SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGUKURAN HEAD LOSSES MAYOR (PIPA PVC DIAMETER ¾ ) DAN HEAD LOSSES MINOR (BELOKAN KNEE 90 DIAMETER ¾ ) PADA SISTEM INSTALASI PIPA

BAB IV PRINSIP-PRINSIP KONVEKSI

STUDI DISTRIBUSI TEKANAN ALIRAN MELALUI PENGECILAN SALURAN SECARA MENDADAK DENGAN BELOKAN PADA PENAMPANG SEGI EMPAT

Pengaruh Diameter Gelembung Hidrogen Terhadap Penurunan Tekanan (Pressure Drop) Pada Saluran Tertutup Segi-Empat

ANALISIS FAKTOR GESEKAN PADA PIPA HALUS ABSTRAK

Analisa Pengaruh Variasi Volume Tabung Udara Dan Variasi Beban Katup Limbah Terhadap Performa Pompa Hidram

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

MENENTUKAN NILAI KOEFISIEN GESEK PADA PIPA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI MICROSOFT VISUAL BASIC. Irsan Mustafid Halomoan

ALIRAN FLUIDA. Kode Mata Kuliah : Oleh MARYUDI, S.T., M.T., Ph.D Irma Atika Sari, S.T., M.Eng

BAB III DESKRIPSI ALAT DAN PROSEDUR PENGUJIAN

pipa acrylic diameter 5, mm (1 inci) dan pipa acrylic diameter 38,1 mm (1,5 inci) Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan penulis yai

ALIRAN PADA PIPA. Oleh: Enung, ST.,M.Eng

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

Menghitung Pressure Drop

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

I. TUJUAN PRINSIP DASAR

ALIRAN FLUIDA DALAM PIPA TERTUTUP

PENGARUH DIAMETER NOZEL UDARA PADA SISTEM JET

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

ANALISIS DEBIT FLUIDA PADA PIPA ELBOW 90 DENGAN VARIASI DIAMETER PIPA

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

BAB III ANALISA ALIRAN TURBULENT TERHADAP ALIRAN FLUIDA CAIR PADA CONTROL VALVE ANSI 150 DAN ANSI. 300 PADA PT.POLICHEM INDONESIA Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. Sebelum melakukan pengujian pada sistem Bottle Filler secara keseluruhan, dilakukan beberapa tahapan antara lain :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

Pengaturan kerugian gesek Jaringan pipa, nominal (in) : ½ B, ¾ B, 1 B, 1 1/4 B,

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Laporan Praktikum Operasi Teknik Kimia I Efflux Time BAB I PENDAHULUAN

SEMINAR NASIONAL ke8tahun 2013 : RekayasaTeknologiIndustridanInformasi

ANALISA PERANCANGAN INSTALASI GAS

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

Sidang Tugas Akhir. Alfin Andrian Permana

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure)

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

EFEK KEKASARAN PIPA TERHADAP KOEFISIEN GESEK SKRIPSI DACHRY ANTONI

Analisis Unjuk Kerja pada Air Jenis Pompa Shimizu PS-135E dengan Menggunakan Alat Ukur Flowmeter

PENGARUH DEBIT ALIRAN TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

PENGARUH REYNOLD NUMBER ( RE ) TERHADAP HEAD LOSSES PADA VARIASI JENIS BELOKAN PIPA ( BERJARI JARI DAN PATAH )

Aliran pada Saluran Tertutup (Pipa)

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

ABSTRAKSI Analisis Aliran Fluida Pada sambungan Pipa Ellbow Dan SambunganPipaTee Dengan Computational Fluid Dynamics (CFD) Pipa merupakan alat transpo

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

BAB III SET-UP ALAT UJI

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF)

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

Panduan Praktikum 2012

PENGARUH VARIASI VOLUME TABUNG TEKAN TERHADAP EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

LAPORAN PRAKTIKUM UOP I SIRKUIT FLUIDA

PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA

KAJI EKSPERIMENTAL RUGI TEKAN (HEAD LOSS) DAN FAKTOR GESEKAN YANG TERJADI PADA PIPA LURUS DAN BELOKAN PIPA (BEND)

BAB II LANDASAN TEORI

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA ALIRAN FLUIDA (ALF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2015

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL

Transkripsi:

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA.1 PERHITUNGAN DATA Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data mentah berupa temperatur kerja fluida pada saat pengujian, perbedaan head tekanan, dan waktu yang diperlukan untuk menampung fluida pada volume tertentu. Data temperatur kerja fluida pada saat pengujian digunakan untuk menentukan sifat-sifat dari fluida, yaitu antara lain nilai massa jenis fluida (ρ) dan viskositas kinematik (v) yang digunakan bersama dengan data massa fluida yang ditampung selama waktu tertentu untuk mencari kecepatan fluida dan ynolds number. Sedangkan data perbedaan head tekanan digunakan untuk mencari nilai koefisien gesek (λ). Bilangan ynolds dan koefisien gesek dari setiap aliran yang diambil datanya diplot dalam diagram Moody. Adapun asumsi yang digunakan untuk memperoleh data dan mempermudah perhitungannya antara lain: o Fluida yang dipakai incompressible, o Aliran steady dan berkembang penuh, o Tidak ada gelembung udara yang terjebak didalam pipa manometer, o Tidak terdapat kebocoran pada sistem sirkulasi terutama pada instalasi pengujian, o Perubahan tekanan udara luar diabaikan.. PENGUJIAN I..1 Contoh Perhitungan pada Pengujian I Pada pengujian pertama ini untuk mendapatkan bilangan ynolds () digunakan rumus pipa berpenampang lingkaran dan faktor koefisien gesek (λ) didapatkan dengan menggunakan persamaan Darcys-Weisbach. Berikut ini adalah contoh perhitungan untuk data yang didapat dari hasil pengujian I dengan pipa acrilic diameter mm: Pipa penguji dengan diameter dalam (d) = 1 mm = 0,01 m Massa air yang ditampung (m) = 110 gram = 0,11 kg 33

3 Waktu yang tercatat pada saat pengambilan data (t) = 10,53 detik Selisih head yang terukur pada manometer lurus yaitu = 1 mm = 1 x 10-3 m Massa jenis air (T = 30 o C) = 996,5 kg/m 3 Viskositas kinematik fluida air (T = 7.5 o C) = 8,6 x 10-7 m /s Gravitasi (g) = 9,81 m/s Menghitung kecepatan rata-rata air pada pipa penguji dengan menggunakan rumus sebagai berikut. 1. Menghitung kecepatan rata-rata aliran, U Q AU m. t d U m U t d Dimana: Q = debit aliran (m 3 /s) A = luas penampang pipa (m ) U = kecepatan rata-rata (m/s) m = massa fluida (kg) ρ = massa jenis fluida (kg/m 3 ) t = waktu fluida penampung (s) d = diameter pemanpang pipa (m) U. m. t.. d =.(0,11) (996,5)(10,53)(3,1)(0,01) = 0,183 m/s. Menghitung bilangan ynolds Dari hasil perhitungan kecepatan rata-rata diatas maka bilangan ynolds bisa dihitung, sebesar: Ud v (0,183)(0,01) = 1517,05 7 (8,6x10 ) 3. Menghitung koefisien gesek (λ)

35 Koefisien gesek dapat dihitung sebagai berikut: H L LU gd gd LU (9,81)(0,01) (50x10 )(0,183) -3 H L 1x10 = 0,061-3 Dari hasil yang di dapat ( kondisi di 130 D ) yaitu ynolds () dan koefisien gesek (λ) akan di plot sehingga menggambarkan diagram Moody... Contoh Perhitungan Data dari Hasil Percobaan Dari salah satu data hasil pengujian pada pipa inlet alumunium dengan diameter dalam mm. Parameter yang diperoleh dari pengujian: Massa : 0,11 kg Waktu aliran (t) : 10,1 s Viskositas : 8,63 x 10-7 m /s Jarak titik tapping (l) : 50 mm Pressure drop ( h) :,0 mm Temperatur fluida (T) : 7,5 o C Density (ρ) : 996,5 kg/m 3 Untuk mendapatkan kecepatan aliran fluida dapat diselesaikan dengan persamaan sebagai berikut: m U t. p. A (0,11) (10,1)(996,5)( x0,01 = 0,1376 m/s Besarnya bilangan ynolds untuk fluida Newton pada kecepatan U adalah: ) DU = v (0,01)(0,1376) 7 (8,6x10 ) = 161,36 Besarnya bilangan koefisien gesek pada pipa kasar diselesaikan berdasarkan persamaan Darcy Weisbach yaitu sebagai berikut:

36 L U gd (9,81)(0,01) h h 0,6 = 0,1656 3 D g LU (50x10 )(0,0,1376)..3 Hasil Pengolahan Data Hasil yang didapat dari pengolahan data-data percobaan diplot ke dalam grafik untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai pengaruh kecepatan aliran dengan faktor gesek yang timbul...3.1 Grafik Pengolahan Data Penelitian yang dilakukan menggunakan pipa inlet bulat dengan diameter 1 mm, suhu air pada saat pengambilan data yaitu 7,5 o C. Hasil-hasil pengolahan data dari semua percobaan dapat dilihat pada grafik-grafik berikut: 1) Perbandingan grafik -λ antara panjang pipa masuk L= 130D dan L= 100D Friction (λ) Grafik hubungan Hubungan antara ynolds Number dengan () dengan Koef. Friction Gesek ( λ ) (λ) pada pipa allumunium diameter x 8 Water (7,5 o C) 1 f=6/ 0.1 0.01 6 f 6 f f 0,316 f=0.316re^-1/ Posisi 100D Posisi 130 D f 0,316 100 1000 10000 100000 Gambar.1 Hubungan -λ menunjukkan perbandingan antara panjang masuk L= (130D) dengan L= (100D).

37 Tabel.1 Contoh tabel pengolahan data aliran air pada pipa masuk (inlet) Alluminium berdiameter mm pada saat di posisi 100D No T ( o C) W (kg) t (s) H (mm) BJ Viskos U Friction (λ) 1 7.5 0.0 10.90 0.3 996.88 8.9E-07 0.01876 0.91 0.55788 7.5 0.0 10.80 0.3 996.88 8.9E-07 0.085 9.6 0.3815 3 7.5 0.03 10.3 0. 996.88 8.9E-07 0.03308 389.58 0.86803 7.5 0.0 10.5 0.5 996.88 8.9E-07 0.080 50.0 0.3558 5 6 7.5 0.0 10.1 0.6 996.88 8.9E-07 0.0503 59.7 0.18585 7.5 0.05 10.0 0.7 996.88 8.9E-07 0.05855 689.50 0.167093 7 7.5 0.06 10.67 0.8 996.88 8.9E-07 0.07187 86.5 0.1601 8 9 7.5 0.07 10.5 1.0 996.88 8.9E-07 0.0888 999.7 0.1103 7.5 0.08 10.97 1.0 996.88 8.9E-07 0.09553 11.9 0.08599 10 7.5 0.09 10.3 1.1 996.88 8.9E-07 0.1056 139.5 0.080035 11 1 7.5 0.10 10.98 1. 996.88 8.9E-07 0.11989 111.7 0.06553 7.5 0.11 10.59 1.3 996.88 8.9E-07 0.1913 150.55 0.063068 13 7.5 0.1 10.9 1.7 996.88 8.9E-07 0.1508 1769.63 0.057683 1 7.5 0.1 10.03. 996.88 8.9E-07 0.1757 055.57 0.061809 15 7.5 0.16 10.3 3. 996.88 8.9E-07 0.003 357.80 0.06655 ) Perbandingan grafik -λ antara panjang pipa masuk L= 130D dan L= 70D Friction (λ) Grafik Grafik hubungan Hubungan antara ynolds ynold Number Number dengan () Koef. dengan Gesek Friction ( λ 1 (λ) ) pada pipa allumunium diameter x 8 0.1 6 f f=6/ f=0.316re^-1/ Posisi 130 D Posisi 70D Water (7,5 o C) 0.01 f 0,316 100 1000 10000 100000 Gambar. Hubungan -λ menunjukkan perbandingan antara panjang masuk L= 130D dengan L= 70D

38 3) Perbandingan grafik -λ antara panjang pipa masuk L= 130D dan L= 50D Friction (λ) Grafik hubungan antara ynold Number () dengan Friction (λ) pada pipa allumunium diameter x 8 Water (7,5 o C) 1 Grafik Hubungan ynolds Number dengan Koef. Gesek ( λ ) 0.1 6 f f=6/ f=0.316re^-1/ Posisi 130 D posis 50D f 0,316 0.01 100 1000 10000 100000 Gambar.3 Hubungan -λ menunjukkan perbandingan antara panjang masuk L= 130D dengan L= 50D ) Perbandingan grafik -λ secara keseluruhan (Al, diameter mm) Grafik Hubungan ynolds Number dengan Koef. Gesek ( λ ) Grafik hubungan antara ynold Number () dengan Friction (λ) pada pipa allumunium diameter x 8 1 Water (7,5 o C) f=6/ f=0.316re^-1/ Posisi 50D Posisi 70 D Friction (λ) 0.1 6 f Posisi 100D Posisi 130 D 0.01 100 1000 10000 100000 Gambar. Hubungan -λ menunjukkan perbandingan keseluruhan posisi pipa masuk f 0,316

39 5) Perbandingan grafik -λ secara keseluruhan pada jenis pipa acrylic (d=mm) Grafik Grafik hubungan Hubungan antara ynolds Number Number dengan () Koef. dengan Gesek Friction ( λ ) Pada pipa acrilyc (λ) diameter x 8 pada pipa acrylic diameter x 8 Water (7,5 o C) 1 Posisi 50 D Posisi 70 D Posisi 100 D Posisi 130 D f=6/ f=0.316re^-1/ Friction (λ) 0.1 6 f f 0,316 0.01 100.00 1000.00 10000.00 100000.00 Gambar.5 Hubungan -λ menunjukkan perbandingan keseluruhan posisi inlet menggunakan pipa acrylic (dia. mm) 6) Perbandingan grafik -λ secara keseluruhan pada jenis pipa acrilic (d=6mm) 1 Grafik Grafik hubungan Hubungan antara ynolds Number () dengan Koef. Friction Gesek (λ) pada ( λ ) pipa acrylic diameter 6 x 10 Water (7,5 o C) 50 D 70D 100D 130D f=6/ f=0.316^-1/ 0.1 Friction (λ) 0.01 6 f f 0,316 0.001 100.00 1000.00 10000.00 100000.00 Gambar.6 Hubungan -λ menunjukkan perbandingan keseluruhan posisi inlet menggunakan pipa Acrilic (dia. 6 mm)

0.. Analisa Hasil (Pengujian I) 1. Perbandingan grafik -λ antara panjang pipa masuk L= 130D dan L= 100D Apabila kita mengamati grafik (Gambar.1) diatas, data air pada pipa masuk (inlet) L= (130D) pada aliran laminar terlihat data berimpitan atau berdekatan dengan garis Hagen-Poiseuille (garis 6 / ) demikian juga pada aliran turbulen data berimpitan/berdekatan dengan garis Blassius (garis 0,316 ), hal ini merupakan bahwa data yang diperoleh pada panjang jarak inlet sebesar 130D sangat cocok dengan persamaan-persamaan aliran fluida. Aliran transisi terjadi pada bilangan ynolds pada = ±000 sampai dengan = ±00, ini menunjukkan bahwa aliran transisi terjadi secara cepat dan drastis. Pada kondisi ini kenaikan koefisien gesek cukup tinggi, dapat dilihat dari perhitungan data pada = 055.57, λ = 0.061809 sedangkan pada = 357.80, λ = 0.06655. Kenaikan koefisien gesek pada aliran transisi ini terjadi sesaat setelah fluida keluar dari pipa masuk, aliran yang ditimbulkannya akan mengalami fluktuasi yang tinggi disekitar pipa masuk sehingga menimbulkan gesekan diantara molekul fluida dan permukaan dari pada pipa. Pada saat aliran mulai berubah ke turbulen (diatas ±00) koefisien gesek mulai turun, pada grafik terlihat sifat aliran mulai mengalami penurunan gesekan seiring bertambahnya bilangan ynolds. Bertambahnya jarak atau posisi pipa masuk dengan perpanjangan sebesar 130x diameter pipa uji (100%) membuat sifat aliran atau pola aliran berkembang penuh (fully developed flow) lebih lama, sehingga sifat aliran dapat kembali pada pendekatan persamaan-persamaan Novier-Stokes. Apabila kita mengamati daerah transisi pada grafik, terjadi kenaikan koefisien gesek secara drastis seiring bertambahnya kecepatan aliran, ini terjadi karena perubahan kecepatan pada pipa (laminar ke turbulen) akan menimbulkan gesekan lebih besar. Perbandingan antara panjang masuk L= 1,56 m(l= 130D) dengan L= 1,0 m (L= 100D) yaitu, pada garis laminar terlihat data-data untuk L=100D berada di atas garis data L= 130D, ini dikarenakan naiknya koefisien gesek akibat semakin pendeknya jarak panjang pipa masuk. Aliran transisi pada garis L=100D juga mengalami perubahan, dimana terjadi pada = 1700 sampai dengan = 000.

1 Sedangkan pada saat kecepatan aliran semakin cepat atau naiknya bilangan ynolds dan menjadi turbulen, akan terlihat penurunan koefisien gesek pada grafik, hal ini diakibatkan terbentuknya sub lapisan viskos pada daerah turbulen berkembang penuh sehingga kerugian geseknya semakin menurun.. Perbandingan grafik -λ antara panjang pipa masuk L= 130D dan L= 70D Pada Gambar. terlihat perbandingan antara panjang masuk L= 1,56 m (L= 130D) dengan L= 0,8 m (L= 70D), pada garis laminar dan transisi terlihat data panjang masuk untuk data L=100D berada di atas garis data L= 130D, ini dikarenakan naiknya koefisien gesek akibat semakin pendeknya jarak panjang pipa masuk terhadap manometer. Aliran transisi pada garis L=100D terjadi pada = 1700 sampai dengan = 000. Setelah kondisi aliran transisi hilang dan menjadi turbulen (>000) koefisien gesek akan turun dan mendekati garis L=130D atau mengikuti persamaan dari pada Blassius. 3. Perbandingan grafik -λ antara panjang pipa masuk L= 130D dan L= 50D Pada Gambar.3 yaitu kurva perbandingan antara panjang pipa masuk L= 50D dengan L= 130D, perbedaan antara kedua kurva semakin tinggi, ini dikarenakan koefisien gesek pada panjang pipa masuk L= 50D semakin besar. Awal terjadinya aliran transisi pada posisi ini tidak kelihatan, sedangkan akhir dari aliran transisi tersebut terjadi pada aliran turbulen pada ± 10000..3 PENGUJIAN II Pada pengujian kedua ini aliran fluida diatur pada kecepatan tertentu, kecepatan aliran pada sistem dijaga konstan saat pengambilan data, bilangan ynolds dan kecepatan rata-rata aliran dijadikan sebagai parameter tetap (konstan). Pengambilan data dilakukan dengan menggeser pipa masuk (inlet) dari jarak terdekat dari step pressure (L/D terkecil), hingga jarak tertentu untuk mendapatkan L/D pada kondisi dimana aliran sudah berkembang penuh (fully developed flow). Jadi pada pengujian kedua yang dilakukan adalah menentukan saat dimana aliran sudah berkembang penuh, hal ini terjadi apabila degradasi tekanan ( p) pada manometer akan tetap, tidak berubah meskipun jarak geser (L/D) diperbesar.

Adapun persamaan yang digunakan pada pengujian ini yaitu: 1. Menentukan kecepatan rata-rata aliran (U): m Q AU U t d (m/s) Massa (m) dan waktu (t) diambil saat fluida mengalir keluar dari sistem, keluaran fluida tersebut ditampung dan mencatat waktunya kemudian ditimbang dengan timbangan digital.. Menghitung bilangan ynolds (): d U v Viskositas kinematik (v) didapat sesuai dengan kondisi fluida air pada temperatur konstan (7,5 o C)..3.1 Contoh perhitungan data hasil pengujian II Dari salah satu data hasil pengujian pada pipa inlet alluminium dengan diameter dalam mm diperoleh data-data sebagai berikut: Massa : 0,063 kg Waktu aliran (t) : 10,56 s Diameter (d) : 0.01 m Viskositas kinematik (v) : 8,6 x 10-7 m /s Pressure drop ( h) : 1,5 mm Temperatur fluida (T) : 7,5 o C Density (ρ) : 996,5 kg/m 3 Menghitung kecepatan rata-rata dan bilangan ynolds: 1. Menghitung kecepatan rata-rata aliran fluida, U m U t d = (0,063) (996,5)(10,56)(3,1)(0,01 ) = 0.0596 m/s. Menghitung bilangan ynolds, d U = v (0.01)(0,0596) = 751.0-7 (8,6x10 )

3 Pada bilangan ynolds konstan didapat beberapa data penurunan tekanan ( h) dan rasio jarak L/D seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Aliran fluida adalah laminar dengan empat data bilangan ynolds (= 81; = 1181; = 1538; = 1968).3. Hasil Pengolahan Data.3..1 Pengolahan data untuk aliran laminar Tabel. Tabel data pengujian untuk mencari kondisi aliran laminar berkembang penuh No 751. 116 16 198 h L/D h L/D h L/D h L/D 1 11.69 6.1 15.86 7. 1.9 1.9 7.5 3. 11.18 8.9 1.87 11 0.86 19.56 6.5 9.6 3 10.6 1. 13.79 16 0.3.5 5.6 33.5 10.9 16.7 13.6 17. 0.0.53.6 36.5 5 9.78 0.19 13 1.3 19. 8.76 0.3 6 9. 3.8 1 6 18 36 3 6 7 9 5 11.5 33 17 1 1. 56 8 8.3 3 11 37 15.6 51 19.5 66 9 7.9 36 10.6 1.8 61 18.5 76 10 7.9 38 10.5 53 1 81 17.9 86 11 7.9 5 10. 60 1 91 17 99 1 7.9 55 10. 70 1 88.5 17 111. 13 7.9 75 10. 88 1 95.6 17 116. 1 7.9 81.7 10. 90 1 97.9 17 119. 15 7.9 93. 10. 95.7 1 108. 17 19.6 16 7.9 86. 10. 101. 1 10.3 17 133. 17 7.9 97.6 10. 106. 1 111. 17 139.9 18 7.9 116.6 10. 11.3 1 115.7 17 10.3 Pada tabel diatas, data yang diarsir menunjukkan kondisi aliran sudah berkembang penuh dimana perubahan terhadap panjang hidrodinamik setelah mencapai L/D = 38 pada = 751.0 menunjukkan tekanan pada manometer atau selisih head, h = 7,9 nilai ini tidak akan berubah (konstan) walaupun panjang jarak masuk pipa inlet diperbesar. Data-data diatas dibuat grafik hubungan antara penurunan tekanan ( h) dengan rasio panjang (L/D) seperti pada grafik dibawah ini (Gambar.7), garis putus-putus menunjukkan dimana data pengujian pada saat kondisi aliran sudah berkembang penuh.

Hidrodinamik Panjang Aliran Masuk untuk Aliran Laminar h, [mm-water] 30 8 6 0 18 16 1 1 10 8 6 0 =751. =116 =16 =198 0 0 0 60 80 100 10 10 160 L/D [-] Gambar.7 Hubungan L/D- h menunjukkan perbandingan antara beberapa bilangan ynolds konstan pada aliran laminar..3.. Pengolahan data untuk aliran turbulen Tabel.3 Tabel data pengujian untuk mencari kondisi aliran turbulen berkembang penuh 09.56 01. 156.57 130.98 No H L/D H L/D H L/D H L/D 1 1550.0 19.8 180.0 17.0 90.0 16.0 670.0 1. 150.0 0.5 155.0 17.8 910.0 18.0 665.0 15.0 3 150.0 1.3 10.0 18.3 890.0 19.0 650.0 16.0 190.0. 10.0 19.8 830.0 0.5 60.0 18.0 5 160.0 3.1 1390.0 1.5 770.0. 635.0 19.0 6 160.0. 1350.0 3.0 770.0 3.6 575.0 1.5 7 160.0 7.1 1350.0 6.0 770.0 6.0 575.0 3.5 8 160.0 31. 1350.0 9.5 770.0 9.6 575.0 6.5 9 160.0 35.6 1350.0 36.0 770.0 3.5 575.0 9.0 10 160.0 38.5 1350.0 39.6 770.0 38.0 575.0 3.0 11 160.0.0 1350.0.0 770.0.0 575.0 39.0 1 160.0 8.0 1350.0 6.0 770.0 5.0 575.0.0 Pada tabel diatas, data yang diarsir menunjukkan kondisi aliran sudah berkembang penuh. Kemudian data-data tersebut diatas dibuat grafik hubungan

5 antara penurunan tekanan ( h) dengan rasio panjang (L/D) seperti pada grafik dibawah ini: 1600.0 Hidrodinamik Panjang Aliran Masuk untuk Aliran Turbulen 130.98 156.57 01. 130.98 100.0 100.0 h, [mm-water] 1000.0 800.0 600.0 00.0 00.0 0.0 0.0 10.0 0.0 30.0 0.0 50.0 60.0 L/D [-] Gambar.8 Hubungan L/D- H menunjukkan perbandingan antara beberapa bilangan ynolds konstan pada aliran turbulen..3.3 Analisa Hasil (Pengujian II) 1. Hidrodinamik panjang aliran masuk untuk aliran laminar Pada Gambar.7 menunjukkan hidrodinamik panjang aliran masuk dengan perubahan tekanan persatuan perubahan panjang. Empat buah data grafik masing-masing pada kondisi bilangan ynolds konstan dalam range aliran laminar. Pada = 16 konstan, jarak aliran masuk atau rasio L/D dari rendah ke tinggi dirubah dengan menarik pipa kecil keluar memperpanjang jarak masuk (L) kemudian penurunan tekanan, p dilihat dari perubahan ketinggian air pada pipa manometer. Pada setiap perubahan kenaikan nilai rasio L/D diikuti oleh penurunan nilai kerugian tekanan. Penurunan kerugian tekanan ditunjukkan dengan garis lurus menurun pada kenaikan rasio L/D, dan penurunan garis lurus akan berubah menjadi horizontal atau tidak terlihat lagi pengurangan kerugian tekanan pada pertambahan rasio L/D. Pada saat nilai penurunan tekanan ( p) sudah tidak berubah (konstan) walaupun panjang pipa masuk terus dinaikkan, kondisi ini dinamakan kondisi sudah berkembang penuh (fully developed flow).

6 Pada saat awal nilai P konstan disebut aliran sudah berkembang penuh pada kondisi setiap bilangan ynolds yang diukur. Nilai hubungan bilangan ynolds dengan rasio L/D pada aliran berkembang penuh untuk aliran laminar dapat diperkirakan seperti tabel.. Tabel. Hidrodinamik panjang aliran laminar berkembang penuh 751. 116 16 198 L/D 38 60 81 99 Setiap nilai untuk mencapai aliran berkembang penuh harus memenuhi harga minimal dari rasio L/D. Semakin tinggi nilai harus disediakan jarak yang cukup dengan kenaikan nilai rasio L/D. Misalnya untuk nilai bilangan ynolds 16 jarak panjang aliran masuk minimal L = 81D.. Hidrodinamik panjang aliran masuk untuk aliran turbulen. Pada gambar.8 menunjukkan hidrodinamik panjang aliran masuk pada variasi bilangan ynolds konstan pada aliran turbulen. Nilai kerugian tekanan, dp/dl atau p akan menurun secara linear bila kenaikan rasio L/D pada setiap kecepatan konstan ( = konstan). Misalnya, pada = 09.56 konstan, jarak panjang aliran masuk L/D dinaikkan, diikuti dengan penurunan nilai kerugian tekanan. Pada saat nilai kerugian tekanan ( p) sudah tidak berubah (konstan) walaupun panjang aliran masuk terus dinaikkan, kondisi ini dinamakan kondisi sudah turbulen berkembang penuh (fully developed turbulen flow). Pada saat awal nilai p konstan akibat kenaikan rasio L/D aliran sudah berkembang penuh pada setiap nilai. Nilai hubungan bilangan ynolds dengan rasio L/D pada aliran turbulen berkembang penuh dapat diperkirakan seperti tabel dibawah: Tabel.5 Hidrodinamik panjang aliran turbulen berkembang penuh 09.56 01. 156.57 130.98 L/D 3.1 3. 1.5 Setiap nilai untuk mencapai aliran berkembang penuh harus memenuhi harga minimal dari rasio L/D. Semakin tinggi nilai diperlukan nilai rasio L/D semakin besar. Misal untuk nilai bilangan ynolds 130,98 jarak panjang aliran

7 masuk minimal L= 1.5 D, sedangkan pada bilangan ynolds 09,56 jarak panjang aliran masuk minimal naik menjadi 3.1 D.