Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Di Kelurahan Pangolombian Kota Tomohon

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Program KB dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pencegahan atau penurunan AKI di Indonesia adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan desain studicross

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI ASEPTOR KB AKTIF TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS BANJARMASIN INDAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Permasalahan yang sangat menonjol adalah jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di ASEAN. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun 2015 dan misi sangat

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

32 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAN IMPLANT (Studi pada akseptor KB Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya 2014)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingginya laju pertumbuhan penduduk saat ini memang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia. Situasi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar negara-negara di dunia yaitu masalah kependudukan. Laju

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Berencana secara komprehensif (Syaiffudin, 2006). untuk menggunakan alat kontrasepsi hormonal maupun non hormonal.

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

FAKTOR PASANGAN YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR. (Studi di Kelurahan Cipari Kota Tasikmalaya)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

Oleh : Lia Natalia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender (BKKBN,

Transkripsi:

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud Anita Lontaan 1, Kusmiyati 2, Robin Dompas 3 1,2,3. Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado Abstrak Latar Belakang : Penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia pada Januari 2012 yaitu IUD 3.669.455 (11,5%), MOW 1.120.540 (3,51%), MOP 220.571 (0,69%), Kondom 907.949 (2,85%), Implan 2.782.759 (8,72%), Suntik 14.812.333 (46,44%), Pil 8.381.396 (26,28%) 11. Jenis kontrasepsi yang paling banyak digunakan adalah suntik. Tujuan : penelitian ini adalah menganalisa hubungan antara faktor sosial ekonomi, pendidikan, partisipasi suami/isteri, umur dan paritas dengan pemilihan jenis kontrasepsi. Metode : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik 17 dengan desain personal interview, besar sampel 303 Pasangan Usia Subur yang ditentukan secara Proporsional Random Sampling 15 dari 8 desa wilayah kerja Puskesmas Damau, instrument yang digunakan adalah Check-List, hasil penelitian di analisa menggunakan Uji Chi-Square X². Hasil penelitian : menunjukkan sebagian besar responden memilih non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. Faktor sosial ekonomi, pendidikan, partisipasi suami/isteri, umur memiliki hubungan dengan pemilihan kontrasepsi, dan faktor paritas tidak memiliki hubungan Kesimpulan : bahwah faktor yang memiliki hubungan dengan pemilihan kontrasepsi adalah sosial ekonomi (ρ= 0.000), pendidikan (ρ= 0.000), partisipasi suami/isteri (ρ= 0.000), umur (ρ= 0.0520), faktor paritas (ρ= 0.726) tidak memiliki hubungan Kata Kunci : Pasangan Usia Subur, Pemilihan Kontrasepsi. PENDAHULUAN Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi. Hasil sensus menurut Balai Pusat Statistik (BPS) pada bulan Agustus 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363 orang, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesr 1,49 % pertahun. Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang tidak diiringi dengan peningkatan kualitas penduduk, maka terus dilakukan upaya penanganan yaitu dengan program Keluarga Berencana. Program KB adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan, untuk mencapai hal tersebut dibuatlah beberapa cara untuk mencegah ataupun menunda kehamilan, walaupun dalam pelaksanaannya pelayanan KB yang berkualitas belum sepenuhnya menjangkau seluruh wilayah nusantara. Karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur dalam memilih alat kontrasepsi seperti kurangnya sarana yang dibutuhkan, pendidikan, sosial ekonomi, budaya, agama, status wanita dan dukungan suami. Hal ini dikarenakan setiap metode atau alat kontrasepsi yang dipilih memiliki efektifitas yang berbeda-beda. (1) Volume 2 Nomor 1. Januari Juni 2014 27

Penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia pada Januari 2012 yaitu IUD 3.669.455 (11,5%), MOW 1.120.540 (3,51%), MOP 220.571 (0,69%), Kondom 907.949 (2,85%), Implan 2.782.759 (8,72%), Suntik 14.812.333 (46,44%), Pil 8.381.396 (26,28%) (2). Di Provinsi Sulawesi Utara jumlah pasangan usia subur (PUS) 315.489 pasangan, PUS yang aktif KB tahun 2012 berjumlah 202.612PUS (64.22%) terdiri atas peserta KB Suntik 67.513 orang (33.32%), Pil 50.780 orang (25.06%), Implant 44.667 orang (22.05%), AKDR 26.907 orang (13.28%), Kondom 6198 orang (3.06%), MOP 1.138 orang (0,5%), MOW 5.409 orang (2.67%) dan yang tidak aktif KB tahun 2012 berjumlah 112.877 PUS (3). Di Kabupaten Talaud jumlah pasanngan usia subur (PUS) 19.726 PUS, yang aktif KB tahun 2012 berjumlah 9.207 PUS (46.67%) yang terdiri dari peserta Implant 4.215 orang (23,3%), Suntik 3.720 orang (20,5%), Pil3.128 orang (17,3%), AKDR 104 orang (0,57&), Kondom 35 orang (0,19%), MOP 10 orang (0,05%), MOW 18 orang ( 0,09%), sedangkan PUS yang tidak aktif KB berjumlah 10.519 (53.3%) (4). Di Puskesmas Damau jumlah PUS ada 1250 pasang, yang aktif KB berjumlah 835 orang (66.8%) yang terdiri dari implat 120 orang (9.6%), suntik 380 orang (30.4%), pil 230 orang (18.4%), AKDR 50 orang (4%), MOW: 32 orang (2.56%), MOP: 3 orang (0.24%), Kondom: 20 orang (1.6%) sedangkan PUS yang tidak KB ada 415 (33.2%) Orang (5). METODE Penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Sampel Penelitian 303 orang dari populasi seluruh pasangan usia subur yang ada di Puskesmas Damau Kepulauan Talaud berjumlah 1250 PUS dan yang diambil secara Proporsional Random Sampling dengan menggunakan rumus alokasi proporsional di tiap desa dari 8 desa (6). Data diperoleh melalui wawancara perseorangan ( personal interview ) menggunakan check-list. HASIL Gambaran Umum Responden 1. Distribusi Responden Berdasarkan variabel penelitian Tabel: 1. Distribusi Responden Berdasarkan variabel penelitian No Variabel f % (n=303) 1 Sosial Ekonomi Kurang 164 54.1 Cukup 139 45.9 2 Pendidikan Dasar Menengah Tinggi 3. Partisipasi Suami/Istri Tidak Setuju Setuju 4. Umur 5. Paritas < 20 tahun 20-30 tahun > 30 tahun Volume 2 Nomor 1. Januari Juni 2014 28 < 2 > 3 104 136 63 65 238 66 109 128 223 80 34.3 44.9 20.8 21.5 78.5 21.8 36 42.2 73.6 26.4 Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden mempunyai sosial ekonomi kurang, sebagian besar responden berpendidikan menengah, sebagian besar suami/isteri berpartisipasi dalam pemilihan kontrasepsi, sebagian besar responden berumur > 31 tahun, sebagian besar

responden mempunyai anak (paritas) 2 orang. 2. Distribusi Responden Berdasarkan pemilihan kontrasepsi Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Di Puskesmas Kabupaten Talaud Damau No Pemilihan Kontrasepsi NMKJP f % MKJP f % 1 Kondom 15 7.6 Implant 55 52 2 Suntik 108 54.5 AKDR 30 29 3 Pil 75 37.9 Kontap 20 19 Jumlah 198 100 Jumlah 105 100 Tabel 6 menunjukkan sebagian besar bahwa responden menggunakan kontrasepsi suntik atau Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. 3. Analisis bivariabel. Tabel 7. Hubungan Sosial Ekonomi, pendidikan, partisipasi suami/istri, umur, paritas dengan Pemilihan Kontrasepsi di Puskesmas Damau Kabupaten Talaud No. Variabel 1. Sosial Ekonomi : Kurang Cukup 2. Pendidikan : Dasar Menengah Tinggi 3. Partisipasi Suami/Istri : Tidak Setuju Setuju 4. Umur : < 20 tahun 20-30 tahun > 30 tahun 5. Paritas : 2 > 2 Pemilihan Kontrasepsi (n=303) NMKJP MKJP f % f % 127 71 82 86 30 64 134 66 83 66 147 51 42 23,4 27 28 10 21 44 22 27 22 49 17 37 68 22 50 33 1 104 0 38 50 76 29 12,2 22,4 7 17 11 0,4 34,6 0 13 17 25 10 ρ 0,726 Tabel 7 menunjukkan bahwa responden tingkat sosial ekonomi cukup lebih banyak memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang dibandingkan dengan sosial ekonomi kurang. hasil analisis statistik ρ= 0.000 (ρ < 0,05) artinya ada hubungan antara sosial ekonomi dengan pemilihan kontrasepsi. Dari Pendidikan menunjukkan bahwa responden tingkat pendidikan tinggi lebih banyak memilih Volume 2 Nomor 1. Januari Juni 2014 29

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang dibandingkan dengan responden tingkat pendidikan dasar. hasil analisis statistik menunjukkan nilai ρ= 0.000 (ρ < 0,05) artinya ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan Pemilihan Kontrasepsi. Partisipasi suami/istri dalam pemilihan kontrasepsi lebih banyak memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (34.6%) dibandingkan dengan responden tidak berpartisipasi dalam pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (0.4%). Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-quare nilai ρ= 0.000 (ρ < 0,05) artinya ada hubungan antara partisipasi suami/istri` Responden berumur > 30 tahun lebih banyak memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (17 %) dibandingkan dengan responden berumur < 20 tahun tidak ada responden menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang. hasil analisis statistik menunjukkan nilai ρ= 0.052 (ρ < 0,05) artinya ada hubungan antara umur Responden dengan paritas 2 orang lebih banyak memilih Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (25.0%) dibandingkan dengan paritas 2 orang (10%). hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-quare nilai ρ= 0.726 (ρ > 0,05) artinya tidak ada hubungan antara paritas dengan pemilihan jenis kontrasepsi. PEMBAHASAN Hubungan sosial ekonomi dengan pemilihan jenis kontraspsi menunjukkan ada hubungan antara sosial ekonomi dengan pemilihan jenis kontrasepsi. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya di Tasikmalaya yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara status ekonomi keluarga dengan pemilihan kontrasepsi, (7) tapi hal ini berbeda juga dengan penelitian yang dilakukan Anggio disebutkan bahwa ada hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan metode kontrasepsi (8). Dari ketiga penelitian tersebut tampak bahwa tidak selalu ada hubungan antara sosial ekonomi Hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik dan jumlah responden dari tiap penelitian. Penghasilan mempunyai hubungan erat dengan pemilihan kontrasepsi, responden yang status ekonominya cukup lebih banyak memilih metode kontrasepsi jangka panjang, karena metode tersebut tergolong kontrasepsi yang mahal. Tinggi rendahnya status sosial ekonomi masyarakat mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi karena dari tingkat ekonomi masyarakat berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang akan digunakan misalnya keluarga yang berpenghasilan cukup akan lebih mampu mengikuti program KB dari pada keluarga yang tidak mampu, karena bagi keluarga yang kurang mampu KB bukanlah merupakan kebutuhan pokok (9). Hubungan tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan jenis kontrasepsi. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Pramono dan Ulfa (2011) di Semarang yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi (10) Namun hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Indah (2012) di Volume 2 Nomor 1. Januari Juni 2014 30

Medan dimana pada penelitiannya disebutkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi. (11) Berdasarkan ketiga penelitian tersebut tampak bahwa tidak selalu ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik dan jumlah responden dari tiap penelitian. Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan berbagai keputusan. Peningkatan tingkat pendidikan akan menghasilkan tingkat kelahiran yang rendah karena pendidikan akan mempengaruhi persepsi negatif terhadap nilai anak dan akan menekan adanya keluarga besar (12). Hubungan partisipasi suami/isteri dalam pemilihan alat kontrasepsi yang menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Sugiarti dan Siti (2012) di Tasikmalaya yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara partisipasi suami/isteri dengan pemilihan kontrasepsi, (7) dari penelitian tersebut tampak bahwa tidak selalu ada hubungan antara partisipasi suami/isteri ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik dan jumlah responden dari tiap penelitian. Dukungan suami/isteri merupakan salah satu faktor penguat (reinforcing factor) yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Maka setiap dilakukan tindakan medis dalam penggunaan kontrasepsi, harus membutuhkan partisipasi atau dukungan dari suami/isteri karena menyangkut organ reproduksi dari kedua pihak (1). Hubungan umur dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang menunjukkan ada hubungan antara umur dengan pemilihan jenis kontrasepsi. Penelitian yang sama dilakukan oleh Pramono dan Ulfa (2012) di Semarang dimana pada penelitiannya disebutkan bahwa ada hubungan antara umur (10) Umur hubungannya dengan pemakaian kontrasepsi berperan sebagai faktor intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah, komposisi biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita. Perbedaan fungsi faaliah, komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu periode umur menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan (12). Hubungan antara paritas dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang menunjukkan tidak ada hubungan antara paritas dengan pemilihan jenis kontrasepsi. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Angoi (2012) di Semarang yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas (jumlah anak) dengan pemilihan (8) kontrasepsi dari kedua penelitian tersebut tampak bahwa tidak selalu berhubungan antara faktor jumlah anak Hal ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik dan jumlah responden dari tiap penelitian. Paritas atau jumlah anak harus di perhatikan setiap keluarga karena semakin banyak anak semakin banyak pula tanggungan kepala keluarga dalam Volume 2 Nomor 1. Januari Juni 2014 31

mencukupi kebutuhan hidup, selain itu juga harus menjaga kesehatan reproduksi karena semakin sering melahirkan semakin rentan terhadap kesehatan ibu (13). SIMPULAN 1. Ada hubungan antara Sosial ekonomi 2. Ada hubungan antara Pendidikan 3. Ada hubungan antara Partisipasi suami/isteri dengan pemilihan kontrasepsi. 4. Ada hubungan antara Umur dengan pemilihan kontrasepsi. 5. Tidak ada hubungan antara Paritas Terima Kasih atas Kontribusi yang besar dalam penelitian ini disampaikan kepada Maria Goretty Maamina DAFTAR PUSTAKA 1. Sulistyawati A. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika; (2011). 2. BKKBN. Kebijakan Nasional Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepi Dalam Pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta.: BKKBN; (2005). 3. BKKBN. Profil BKKBN. Manado: BKKBN Propinsi Sulut. (2012). 4. BKKBN Kabupaten Talaud. Profil BKKBN Kabupaten Talaud. Kabupaten Talaud: BKKBN Kabupaten Talaud (2012). 5. Puskesmas Damau. Profil Puskesmas Damau Kabupaten Talaud. Damau Kabupaten Talaud.: Puskesmas Damau Kabupaten Talaud (2012). 6. Riduwan. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan 8. Bandung: Alfabeta (2010). 7. Sugiarti, dan Siti. Faktor Pasangan yang mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi Pada Pasangan Usia subur [Skripsi]. Tasikmalaya: FIK Tasikmalaya; (2012). 8. Anggio. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi. (2012) [diakses 2013 04-05 ]; dari www.journal.stikestelogorejo.ac.id. 9. Handayani S. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana, Pustaka Rihama. Yogyakarta: Pustaka Rihama; (2010). 10. Pramono, dan Ulfa. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pemilihan AKDR [Skripsi]. Semarang: Stikes Telogorejo; (2011). 11. Indah. Hubungan Sosial Ekonomi dan Karakteristik Akseptor dengan Tingkat Kemandirian Peserta Baru [Skripsi]. Medan: USU; (2012). 12. Kusumaningrum R. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur. (2009) [diakses 2013 10-05]; dari www.eprints.undip.ac.id. 13. Hartanto. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Alat Kontrasepsi. (2003) [diakses 2013 04-05-2013]; dari http://mantrinews.blogspot.com. Volume 2 Nomor 1. Januari Juni 2014 32