Laut dalam dengan kedalaman -20 m memanjang hingga 10 km ke arah timur laut

dokumen-dokumen yang mirip
Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 4 ANALISA HIDRO-OSEANOGRAFI

Gambar 2.1 Peta batimetri Labuan

(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95.

BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

STUDI KARAKTERISTIK MUARA SUNGAI BELAWAN SUMATERA UTARA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB III DATA DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUMPULAN DATA DAN ANALISA

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pengumpulan Data. Data dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder Data Primer

SURVEY PELABUHAN DAN PERAIRAN PANTAI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

BAB 6 MODEL TRANSPOR SEDIMEN DUA DIMENSI

DAFTAR ISI Hasil Uji Model Hidraulik UWS di Pelabuhan PT. Pertamina RU VI

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas, dirasakan sangat perlu akan kebutuhan adanya angkutan (transport) yang

BAB V PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN KALIANGET KEBUPATEN SUMENEP

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

Praktikum M.K. Oseanografi Hari / Tanggal : Dosen : 1. Nilai PASANG SURUT. Oleh. Nama : NIM :

HIBAH PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA JUDUL PENELITIAN STUDI ANALISIS PENDANGKALAN KOLAM DAN ALUR PELAYARAN PPN PENGAMBENGAN JEMBRANA

BAB IV ANALISIS. 4.1 Data Teknis Data teknis yang diperlukan berupa data angin, data pasang surut, data gelombang dan data tanah.

STUDI PENENTUAN DRAFT DAN LEBAR IDEAL KAPAL TERHADAP ALUR PELAYARAN (Studi Kasus: Alur Pelayaran Barat Surabaya)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak.

BAB IV ANALISIS DATA

Analisis Angkutan dan Distribusi Sedimen Melayang Di Sungai Kapuas Pontianak Kalimantan Barat pada musim kemarau

5. BAB V ANALISA DATA

Analisis Penentuan Debit dan Muka Air Rencana Bagi Perencanaan Dermaga dan Alur Pelayaran Batubara di Sungai Eilanden, Papua

ANALISA ANGKUTAN SEDIMEN DI SUNGAI JAWI KECAMATAN SUNGAI KAKAP KABUPATEN KUBU RAYA

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMECAH GELOMBANG PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA CILACAP

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

Perencanaan Layout dan Penampang Breakwater untuk Dermaga Curah Wonogiri

KAJIAN SEDIMENTASI PADA SUMBER AIR BAKU PDAM KOTA PONTIANAK

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi

3,15 Very Fine Sand 1,24 Poorlysorted -0,21 Coarse-Skewed. 4,97 Coarse Silt 1,66 Poorlysorted -1,89 Very Coarse-Skewed

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

ANALISA LAJU SEDIMENTASI DI MUARA SUNGAI CILAUTEUREUN GARUT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PASANG SURUT PERAIRAN MUARA SUNGAI MESJID DUMAI ABSTRACT. Keywords: Tidal range, harmonic analyze, Formzahl constant

BAB III PERENCANAAN PERAIRAN PELABUHAN

BAB V ANALISIS DATA. Tabel 5.1. Data jumlah kapal dan produksi ikan

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB III METODOLOGI. 3.1 Persiapan

BAB X PEMBUATAN LENGKUNG ALIRAN DEBIT

STUDI POLA ARUS DI PERAIRAN KHUSUS PERTAMINA PT. ARUN LHOKSEUMAWE - ACEH

STUDI TRANSPOR SEDIMEN LITHOGENEUS DI PERAIRAN MUARA SUNGAI DUMAI PROVINSI RIAU. Oleh

ANALISIS SIRKULASI ARUS LAUT PERMUKAAN DAN SEBARAN SEDIMEN PANTAI JABON KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMUR

Pengembangan Pelabuhan Batu Panjang Kabupaten Bengkalis Provinsi Riau

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

PENDAHULUAN. Laut yang mengelilingi pulau-pulau di Indonesia membuat banyak terbentuknya

Simulasi Arus dan Distribusi Sedimen secara 3 Dimensi di Pantai Selatan Jawa

Gambar 15 Mawar angin (a) dan histogram distribusi frekuensi (b) kecepatan angin dari angin bulanan rata-rata tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEDIMENTASI PADA WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP UMUR LAYANAN WADUK

OPTIMALISASI DERMAGA PELABUHAN BAJOE KABUPATEN BONE

Gambar 4.1 Air Laut Menggenangi Rumah Penduduk

PELABUHAN CPO DI LUBUK GAUNG

Studi Perencanaan Alur Pelayaran Optimal Berdasarkan Hasil Pemodelan Software SMS-8.1 di Kolong Bandoeng, Belitung Timur

ANALISIS PERUBAHAN DEFLEKSI STRUKTUR DERMAGA AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

3.1. METODOLOGI PENYUSUSNAN TUGAS AKHIR

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

PENGUKURAN LOW WATER SPRING (LWS) DAN HIGH WATER SPRING (HWS) LAUT DENGAN METODE BATHIMETRIC DAN METODE ADMIRALTY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB III METODOLOGI 3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

Lengkung Aliran Debit (Discharge Rating Curve)

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA PROFIL VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

III - 1 BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. yang digunakan dalam perencanaan akan dijabarkan di bawah ini :

BAB II SURVEI LOKASI UNTUK PELETAKAN ANJUNGAN EKSPLORASI MINYAK LEPAS PANTAI

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN BREAKWATER DI PELABUHAN BANTAENG

Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.

Perbandingan Akurasi Prediksi Pasang Surut Antara Metode Admiralty dan Metode Least Square

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 3 (2014), Hal ISSN :

PENGANTAR OCEANOGRAFI. Disusun Oleh : ARINI QURRATA A YUN H

ANALISIS SIRKULASI ARUS LAUT PERMUKAAN DAN SEBARAN SEDIMEN PANTAI JABON KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMUR

Hidrometri Hidrometri merupakan ilmu pengetahuan tentang cara-cara pengukuran dan pengolahan data unsur-unsur aliran. Pada bab ini akan diberikan urai

Pengertian Pasang Surut

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 4, Tahun 2017, Halaman Online di :

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Desain Pelabuhan Penyeberangan di Pulau Sonit, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah

BAB III 3. METODOLOGI

Oleh: Ikhsan Dwi Affandi

Gambar 1. Diagram TS

BAB II STUDI PUSTAKA

Transkripsi:

28 46 ' 60" 12 14 ' 30" 001 7 9 2' 20" 00 8 0 02 0 07 0 03 006 R O A D - 4 BEA & CUKAI KPLP PENGERUKAN 101 INTERLAND 102 El.+4.234 J A L A N A N G G A D A I 103 J A L A N D O S O M U K O J A L A N S U L A W E S I II R O A D - 6 El.+3.109 BM. X= 465976.00 Y= 418620.00 Z= +3.509 105 106 107 JL. ANGGA DA II JL. TEMB US OP EN STORAGE UJUNG BARU 109 111 112 113 T ERMINAL OPEN ST ORAGE PENUM PANG J A L A N U J U N G B A R U J A L A N S E L A T L A U T ROAD - 1 JL. BROMO DOK WARUNA NUSA SENTANA 203 CITRA JL. M ARION COPE LAND 8 6 41' 535" 202 ROA D - 3 201 26 46' 31.6" 46 42 ' 35" I K D GABION CO PE LA ND 46 2 3' 20 " Bab III Kondisi Fisik Lokasi Kajian Laut dalam dengan kedalaman -20 m memanjang hingga 10 km ke arah timur laut hingga muara sungai Belawan. E. 462000.000 E. 464000.000 E. 466000.000 E. 468000.000 E. 470000.000 E. 472000.000 E. 474000.000 N. 426000.000 N. 428000.000 N. 430000.000 N. 432000.000 S Peilchaal Sedimen Layang & Dasar N. 426000.000 A Arus Mercusuar N. 420000.000 N. 422000.000 N. 424000.000 CARGO I CARGO II LAPANGAN PENUMPU KAN CFS I CFS II N. 418000.000 PT. ARIBHAWANA UTAMA BELAWAN LAMA N. 416000.000 N. 414000.000 N. 416000.000 N. 418000.000 N. 420000.000 N. 422000.000 N. 424000.000 N. 428000.000 N. 430000.000 N. 432000.000 E. 462000.000 E. 464000.000 E. 466000.000 E. 468000.000 E. 470000.000 E. 472000.000 E. 474000.000 N. 414000.000 Gambar 3.4 Bathimetri Perairan Belawan 3.3 KONDISI KLIMATOLOGI Sumatra utara terletak diwilayah khatulistiwa dimana tekanan udara rendah dan mempunyai iklim tropikal. Perubahan iklim sangat kecil sehingga iklim harian dapat diprediksi dengan mudah. Dalam kondisi khusus hujan lebat kadang terjadi di sepanjang garis pantai. Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-5

Suhu udara harian di Belawan berkisar antara 22 0 C - 33 0 C dengan kelembaban sangat tinggi dengan rata-rata 82%. Angin dominan adalah angin muson timur-laut yang bertiup sepanjang Bulan November hingga Bulan Maret. Sedangkan angin munson barat daya bertiup dari Juni hingga September dengan kekuatan rata-rata di Selat Malaka 10 knots. Rata-rata curah hujan bulanan di Medan untuk perioda ulang 25 tahun (1952-1977) bervariasi antara 100-260 mm/bulan. Dari data tersebut diketahui pula bahwa rata-rata curah hujan bulanan lebih tinggi diantara Bulan September hingga Bulan Desember. 3.4 HIDRO-OSEANOGRAFI 3.4.1 Pasang Surut Data pasang surut untuk keperluan kajian ini merupakan hasil pengamatan yang dilaksanakan pada tanggal 7 23 September 2007, dengan pembacaaan ketinggian air setiap 1 (satu) jam. Pengamatan pasang surut dilakukan di 3 titik yaitu, muara Sungai Belawan, muara Sungai Percut dan muara Sungai Koala Besar (Gambar 3.5). Pengukuran Pasang Surut di S. Koala Besar Pengukuran Pasang Surut di S. Belawan Pengukuran Pasang Surut di S. Percut Gambar 3.5 Lokasi Pengamatan Pasang Surut Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-6

Hasil pengukuran pasang surut yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.1, Tabel 3.2 dan Tabel 3.3. Tabel 3.1 Hasil pengamatan pasang surut di S. Koala Besar 7 21 September 2007 J/T 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 J/T 7 234 216 206 201 201 212 219 231 240 256 250 240 220 198 174 157 152 160 174 200 219 237 247 260 7 8 255 230 205 194 185 190 195 214 234 250 264 263 247 217 185 158 139 130 140 173 205 237 250 273 8 9 270 255 223 190 175 170 175 197 221 247 270 285 278 248 210 175 145 128 128 150 180 222 257 280 9 10 285 270 240 205 178 163 155 172 205 238 265 285 295 271 235 188 140 110 109 138 160 198 243 274 10 11 288 278 254 221 180 160 145 150 180 219 261 285 300 295 260 215 168 134 111 107 130 180 225 268 11 12 288 296 277 240 200 168 148 140 160 200 245 275 297 305 285 240 195 151 122 111 129 170 220 263 12 13 296 310 291 264 215 185 158 142 152 185 230 263 290 305 300 255 215 167 139 126 119 165 215 250 13 14 287 298 310 290 248 199 173 148 145 170 210 248 278 298 300 278 235 195 161 145 140 163 205 245 14 15 280 310 320 290 253 220 190 160 145 158 193 230 265 290 295 295 260 225 189 163 153 165 200 235 15 16 270 300 310 295 270 240 200 176 160 158 182 215 247 270 285 280 263 225 190 167 154 159 180 218 16 17 248 275 287 285 264 240 207 180 160 158 170 195 227 250 265 270 250 235 207 185 170 168 185 210 17 18 230 257 263 280 270 250 223 198 180 168 175 193 215 235 253 256 250 238 220 203 185 184 185 205 18 19 223 240 257 260 256 247 230 213 195 183 180 187 198 210 220 226 230 228 220 215 207 203 205 210 19 20 218 224 240 245 247 240 232 221 210 200 194 193 195 200 205 210 223 225 227 227 227 224 220 220 20 21 215 213 211 215 217 220 224 223 221 218 215 208 201 200 200 201 207 218 230 241 243 246 244 240 21 Tabel 3.2 Hasil pengamatan pasang surut di S. Belawan 8 22 September 2007 J/T 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 J/T 8 187 175 145 119 108 104 108 118 141 161 180 190 186 164 130 95 70 40 48 71 105 140 172 195 8 9 203 193 170 135 101 89 78 99 125 157 181 203 209 195 165 120 82 51 42 48 81 125 165 198 9 10 215 216 192 160 112 90 73 75 105 140 174 198 220 218 195 148 101 56 27 23 52 100 145 184 10 11 206 208 205 175 134 95 70 58 77 120 156 194 222 232 220 177 130 80 41 15 30 78 127 173 11 12 205 226 225 202 159 114 75 56 60 96 144 186 211 234 230 198 156 102 56 26 25 64 118 165 12 13 203 230 241 223 182 140 98 67 55 81 124 168 199 225 235 215 178 131 82 51 34 52 99 155 13 14 193 227 245 240 210 174 122 84 60 65 101 143 185 215 229 225 201 155 109 75 56 60 93 144 14 15 189 223 241 249 218 179 133 99 66 50 88 132 173 205 225 233 219 185 144 98 73 72 94 139 15 16 177 209 235 248 233 208 155 121 89 72 84 118 155 189 207 217 206 183 142 103 80 72 82 117 16 17 159 188 211 227 224 198 168 122 89 72 75 104 135 164 185 199 198 178 148 120 97 88 95 120 17 18 149 173 193 212 212 194 164 135 111 92 85 105 128 151 166 183 185 179 158 135 110 102 101 112 18 19 135 152 170 185 191 183 162 135 130 110 101 103 110 125 136 145 157 160 155 145 135 129 126 124 19 20 135 145 155 162 168 168 159 150 142 130 118 112 115 120 123 133 143 152 154 153 150 148 147 145 20 21 140 137 139 140 122 155 150 153 149 155 142 137 125 110 120 117 120 125 136 147 153 159 162 160 21 22 153 140 123 120 119 125 135 143 155 160 163 158 140 124 108 99 81 98 113 132 154 173 183 187 22 Tabel 3.3 Hasil pengamatan pasang surut di S. Percut 9 23 September 2007 J/T 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 J/T 9 213 209 179 151 123 106 105 111 132 165 194 218 223 207 174 108 83 74 71 99 149 188 217 230 9 10 217 195 159 127 99 90 101 131 163 195 219 237 219 187 145 113 85 75 74 97 156 197 209 211 10 11 223 226 204 167 135 107 83 79 105 139 181 216 243 237 214 168 126 105 84 76 98 136 148 194 11 12 235 238 231 195 147 118 97 79 92 128 173 208 238 248 226 188 146 111 106 91 84 89 141 191 12 13 233 256 234 218 168 129 118 82 77 97 165 190 219 243 221 198 154 121 96 78 65 71 156 178 13 14 231 252 255 214 188 141 116 95 71 90 123 176 209 234 238 213 177 119 106 95 96 86 132 173 14 15 222 244 252 232 203 167 121 103 84 80 113 156 197 227 238 235 202 173 129 107 86 91 125 168 15 16 203 243 253 245 195 144 128 116 96 88 111 140 174 205 217 219 199 162 136 112 85 86 109 133 16 17 191 209 225 234 211 176 147 121 109 100 84 95 126 155 183 203 204 196 170 124 103 97 116 131 17 18 149 167 213 218 208 188 161 138 116 100 101 123 141 166 179 191 195 177 159 133 117 118 116 131 18 19 176 177 185 196 194 186 173 150 126 116 110 117 129 138 151 163 164 166 148 147 142 135 133 139 19 20 149 159 167 175 179 174 179 160 145 134 125 125 123 134 139 149 161 164 162 156 166 164 155 151 20 21 146 148 148 154 155 157 160 158 155 151 147 139 131 129 128 129 134 144 155 166 168 171 171 166 21 22 157 138 134 126 125 129 145 164 166 164 163 156 143 127 114 103 116 118 129 157 164 178 188 192 22 23 177 155 139 122 121 125 140 154 177 192 196 189 157 134 115 104 83 98 109 138 175 174 214 237 23 Pengolahan data pasang surut dilakukan dengan alur sebagaimana disajikan pada Gambar 2.1. Analisa pasang surut dilakukan untuk memperoleh elevasi muka air penting, dengan urutan analisa sebagai berikut: Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-7

a. Menguraikan konstanta pasang surut b. Meramalkan fluktuasi muka air akibat pasang surut selama 1 (satu) periode pasang surut c. Menghitung elevasi muka air penting Perhitungan konstanta pasang surut dapat dilakukan dengan menggunakan Metoda Least Square. Komponen pasang surut hasil penguraian dengan Metoda Least Square, dapat dilihat pada Tabel 3.4. Karakteristik Pasang Surut Tabel 3.4 Komponen Pasang Surut Hasil Pengamatan Lokasi Koala Besar Belawan Percut Fasa Amplitudo Fasa Amplitudo (derajat (cm) (derajat) (cm) ) Amplitud o (cm) Fasa (derajat) Konstanta: M2 53.583-65.59 61.707-84.81 57.049-67.52 S2 32.33-62.99 26.969-69.94 29.03-25.09 N2 8.641 68.41 11.773 49.49 9.813 69.65 K1 39.981 43.74 39.159 28.46 14.157 13.92 M4 0.627 59.51 1.679 10.67 1.819-69.55 O1 4.02 69.12 3.346 59.1 2.254 71.82 P1 33.491-60.97 30.916-76.01 6.704 55.03 K2 8.869-60.15 18.348 65.61 23.251 40.52 MS4 0.444-44.95 2.367 39.58 1.868 68.23 Bilangan Formzall (F) 0.566 0.574 0.278 Tipe Pasang Surut mixed, semidiurnal mixed, semidiurnal mixed, semidiurnal Selanjutnya dilakukan peramalan pasang surut selama 15 hari, yang dipilih bersamaan dengan masa pengukuran yang dilakukan di lokasi kajian. Hasil peramalan tersebut dibandingkan dengan pembacaan elevasi di lapangan untuk melihat kesesuaiannya. Perbandingan hasil peramalan dengan hasil pengukuran untuk ketiga lokasi disajikan pada Gambar 3.6, Gambar 3.7 dan Gambar 3.8. Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-8

350 GRAFIK PASANG SURUT AIR SUNGAI KOALA BESAR TANGGAL 7 SEPTEMBER - 21 SEPTEMBER 2007 300 TINGGI MUKA AIR (cm) 250 200 150 100 Pengukuran Peramalan 50 0 0 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 264 288 312 336 360 384 408 JAM KE - Gambar 3.6 Pasang surut Sungai Koala Besar 350 GRAFIK PASANG SURUT AIR SUNGAI BELAWAN TANGGAL 8 SEPTEMBER - 22 SEPTEMBER 2007 300 TINGGI MUKA AIR (cm) 250 200 150 100 Pengukuran Peramalan 50 0 0 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 264 288 312 336 360 384 408 JAM KE - Gambar 3.7 Pasang surut Sungai Belawan 350 GRAFIK PASANG SURUT AIR SUNGAI PERCUT TANGGAL 9 SEPTEMBER - 23 SEPTEMBER 2007 300 TINGGI MUKA AIR (cm) 250 200 150 100 Pengukuran Peramalan 50 0 0 24 48 72 96 120 144 168 192 216 240 264 288 312 336 360 384 408 JAM KE - Gambar 3.8 Pasang surut Sungai Percut Dengan konstanta yang didapatkan, dilakukan pula peramalan elevasi muka air untuk satu periode pasang surut yaitu selama 18.6 tahun. Hasil peramalan ini digunakan untuk menentukan nilai elevasi muka air penting pasang surut yang menjadi ciri khas suatu Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-9

lokasi. Adapun nilai elevasi muka air penting untuk ketiga lokasi pengamatan pasang surut ditunjukan pada Tabel 3.5, Tabel 3.6 dan Tabel 3.7. Tabel 3.5 Elevasi Muka Air Penting di S. Koala Besar Elevasi Muka Air Bacaan Elevasi Peilschaal (+) Hingest Water Spring (HWS) = 386.87 3.33 Mean High Water Spring(MHWS) = 307.49 2.54 Mean High Water Level (MHWL) = 264.28 2.11 Mean Sea Level (MSL) = 217.28 1.64 Mean Low Water Level (MLWL) = 169.22 1.16 Mean Low Water Spring (MLWS) = 116.39 0.63 Lowest Water Spring (LWS) = 53.69 0.00 Tabel 3.6 Elevasi Muka Air Penting di S. Belawan Elevasi Muka Air Bacaan Elevasi Peilschaal (+) Hingest Water Spring (HWS) = 321.217 3.41 Mean High Water Spring(MHWS) = 240.053 2.60 Mean High Water Level (MHWL) = 191.618 2.12 Mean Sea Level (MSL) = 142.107 1.62 Mean Low Water Level (MLWL) = 91.210 1.11 Mean Low Water Spring (MLWS) = 28.764 0.49 Lowest Water Spring (LWS) = -19.904 0.00 Tabel 3.7 Elevasi Muka Air Penting di S. Percut Elevasi Muka Air Bacaan Elevasi Peilschaal (+) Hingest Water Spring (HWS) = 294.40 2.65 Mean High Water Spring(MHWS) = 246.74 2.17 Mean High Water Level (MHWL) = 196.70 1.67 Mean Sea Level (MSL) = 154.89 1.25 Mean Low Water Level (MLWL) = 113.33 0.84 Mean Low Water Spring (MLWS) = 67.42 0.38 Lowest Water Spring (LWS) = 29.74 0.00 Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-10

3.4.2 Gelombang Gelombang yang terjadi di sepanjang garis pantai Belawan berasal dari gelombang laut dalam dari arah utara ke timur laut, yang dibangkitkan sesuai fetch di perairan Selat Malaka. Gelombang ini terjadi pada saat muson timur laut yang terjadi dari November hingga Maret. Gelombang ini merupakan gelombang signifikan yang merupakan penyebab utama terjadinya sedimentasi di pintu masuk alur pelayaran Belawan. Informasi gelombang disajikan dalam bentuk waverose seperti yang terlihat pada Gambar 3.9. PROSENTASE DISTRIBUSI ARAH TERHADAP KEJADIAN GELOMBANG TAHUN 1992-2001 LOKASI PELABUHAN BELAWAN U BL TL B T BD TG S Gambar 3.9 Waverose di Pelabuhan Belawan Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-11

3.4.3 Sedimen Layang dan Sedimen Dasar Sampel sedimen di ambil dari 23 lokasi (Gambar 3.10). Sampel sedimen layang yang telah diambil dianalisis di laboratorium untuk mendapatkan kandungan dan konsentrasi TSS maupun TDS, juga turbiditas dan salinitas. Tabel 3.8 menunjukan hasil analisis laboratorium sedimen layang. Gambar 3.10 Lokasi pengukuran arus dan pengambilan sampel air dan sedimen Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-12

Tabel 3.8 Hasil analisis laboratorium sedimen layang No Kode Sampel TDS ( mg/l ) TSS ( mg/l ) Analisis Turbidity ( NTU ) Salinitas ( O /oo ) 1 Lok-1 35372.5 20.915 0.675 32.975 2 Lok-2 38200 5.5 0.005 32.175 3 Lok-3 18907.5 1 0.35 17.1 4 Lok-4 30327.5 3.75 2.675 23.55 5 Lok-5 24570 67 14.075 24.75 6 Lok-6 265222.5 20 3.525 20.6 7 Lok-7 31725 3 1 30.775 8 Lok-8 25825 25.5 7.55 21.15 9 Lok-9 35200 59 17.5 32.925 10 Lok-10 41200 33 11 39.35 11 Lok-11 19040 27.75 6.5 16.55 12 Lok-12 Spring 17848.75 47.875 10.3625 15.575 13 Lok-12 Neap 19860 59.5 16.675 20.325 14 Lok-13 14272.5 70 25.75 13.85 15 Lok-14 11675 122 48.25 9.75 16 Lok-15 16120 13.75 7.925 8.675 17 Lok-16 14250 77 23 12.375 18 Lok-17 16087.5 97.25 35.25 13.85 19 Lok-18 13440 41.75 71.25 11.425 20 Lok-19 20577.5 116.25 48.75 13.625 21 Lok-20 21995 30.25 63.75 19.675 22 Lok-21 16775 21.75 17.85 14.5 23 Lok-22 16452.5 42.25 35.75 13.975 Sampel sedimen dasar dianalisis di laboratorium untuk mendapatkan kurva distribusi ukuran partikel (grainsize) dan juga parameter-parameter seperti specific gravity dan juga Cc dan Cu. Hasil analisis tersebut akan digunakan untuk mengklasifikasikan jenis tanah berdasarkan klasifikasi tanah USDA pada Gambar 3.11 dan juga untuk mendapatkan ukuran partikel d50. Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-13

Gambar 3.11 Klasifikasi tanah berdasarkan USDA Rekapitulasi hasil analisis sampel sedimen dasar disajikan pada Tabel 3.9. Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-14

Tabel 3.9 Hasil analisis laboratorium sedimen dasar Sample No. : 1 2 3 4 5 PASSING # 200 % 51.56 70.46 93.09 95.07 89.75 Gravel % 4 8 0 0 0 Sand % 45 21 7 5 10 Silt % 44 56 58 58 62 Clay % 8 14 36 37 28 Specific gravity (Gs) 2.607 2.592 2.636 2.627 2.624 Sample No. : 6 7 8 9 10 PASSING # 200 % 97.85 50.17 87.87 93.93 32.69 Gravel % 0 0 3 1 14 Sand % 2 50 9 5 54 Silt % 56 43 64 59 30 Clay % 42 7 24 35 3 Specific gravity (Gs) 2.597 2.618 2.612 2.623 2.602 Sample No. : 11 12 13 14 15 PASSING # 200 % 19.16 59.27 3.81 34.14 32.78 Gravel % 2 18 1 4 2 Sand % 79 23 96 62 66 Silt % 19 49 4 32 28 Clay % 0 11 0 3 5 Specific gravity (Gs) 2.664 2.655 2.636 2.710 2.609 Sample No. : 16 17 18 19 20 PASSING # 200 % 67.41 43.67 20.45 37.63 6.17 Gravel % 5 19 6 2 1 Sand % 28 38 74 61 93 Silt % 59 39 20 35 6 Clay % 9 4 0 3 0 Specific gravity (Gs) 2.614 2.615 2.673 2.667 2.691 Sample No. : 21 22 23 S. Deli S. Nonang PASSING # 200 % 98.72 78.55 94.14 17.95 70.42 Gravel % 0 3 1 0 1 Sand % 1 19 5 82 29 Silt % 57 62 61 18 59 Clay % 42 17 33 0 11 Specific gravity (Gs) 2.560 2.538 2.548 2.724 2.573 Hasil analisis butiran (d50) di setiap stasiun berkisar antara 0,0058 mm sampai dengan 0.2753 mm, material dasar perairan pelabuhan pada umumnya tanah liat berpasir. Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-15

3.5 DATA HIDROMETRI 3.5.1 Arus Tujuan pengukuran arus adalah untuk mendapatkan besaran kecepatan dan arah arus. Hal ini sangat berguna dalam penentuan sifat dinamika perairan lokal. Titik lokasi dari survei pengukuran arus ini disesuaikan dengan kondisi oceanography lokal, dimana arus mempunyai pengaruh yang sangat penting. Dalam pengukuran arus, yang dilakukan adalah pengukuran distribusi kecepatan. Dalam hal ini pengukuran dilakukan pada beberapa kedalaman dalam satu penampang, yaitu pada kedalaman 0.2d, 0.6d, dan 0.8d. Kecepatan arus rata-rata pada suatu penampang yang besar dihitung dengan persamaan: V = 0.25 ( v0.2d + 2.v0.6d + v 0.8d ) dimana : v0.2d = arus pada kedalaman 0.2d d = kedalaman lokasi pengamatan arus. Data arus yang digunakan pada kajian ini merupaka hasil pengukuran arus secara simultan pada lokasi 12. Lokasi titik pengukuran arus dapat dilihat pada Gambar 3.10. Hasil pengukuran arus simultan disajikan pada Tabel 3.10 dan Tabel 3.11 serta Gambar 3.12 dan Gambar 3.13. Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-16

Tabel 3.10 Kecepatan dan arah arus lokasi 12 (neap) Data Kec. & Arah Arus Lokasi 12 No Kec.Rata2 Arah (o) (m/det) 0,2D 0,6D 0,8D 0 0.27 240 210 220 1 0.34 210 180 220 2 0.45 220 210 200 3 0.41 200 210 230 4 0.45 230 210 200 5 0.27 230 240 210 6 0.17 10 40 30 7 0.56 20 40 30 8 0.52 30 10 20 9 0.41 40 20 10 10 0.52 60 40 30 11 0.39 30 40 20 12 0.30 180 160 170 13 0.40 240 100 220 14 0.49 260 220 180 15 0.41 170 160 190 16 0.38 180 190 200 17 0.40 190 200 180 18 0.34 220 260 240 19 0.22 220 260 240 20 0.46 40 50 30 21 0.43 20 40 40 22 0.23 30 10 20 23 0.33 40 20 10 24 0.09 20 40 30 25 0.31 220 240 200 26 0.46 220 200 210 27 0.43 200 220 210 28 0.43 240 230 210 29 0.25 210 230 240 30 0.21 10 30 40 31 0.45 40 30 20 32 0.21 40 60 20 33 0.43 30 10 20 34 0.43 40 20 30 35 0.44 20 40 10 Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-17

Gambar 3.12 Kecepatan & arah terhadap waktu di lokasi 12 (neap) pada 0.2d, 0.6d, 0.8d Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-18

Tabel 3.11 Kecepatan dan arah arus lokasi 12 (spring) Data Kec. & Arah Arus Lokasi 12 No Kec.Rata2 Arah (o) (m/det) 0,2D 0,6D 0,8D 0 0.52 10 30 40 1 0.25 20 40 10 2 0.10 40 10 30 3 0.14 240 210 200 4 0.30 230 210 240 5 0.34 210 240 230 6 0.24 230 220 200 7 0.18 220 210 240 8 0.17 40 60 80 9 0.37 20 40 30 10 0.37 40 20 10 11 0.23 20 10 40 12 0.21 40 50 20 13 0.22 30 40 10 14 0.39 220 240 250 15 0.20 210 230 240 16 0.22 260 280 250 17 0.37 260 240 250 18 0.32 230 220 240 19 0.30 210 230 220 20 0.27 240 220 210 21 0.38 230 210 240 22 0.47 10 30 20 23 0.45 30 10 40 24 0.45 20 40 30 25 0.29 40 10 50 26 0.21 10 40 30 27 0.23 220 200 210 28 0.36 210 240 250 29 0.46 240 230 220 30 0.32 240 220 250 31 0.22 220 210 200 32 0.22 70 50 60 33 0.25 80 100 90 34 0.42 60 40 30 35 0.23 20 40 30 Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-19

Gambar 3.13 Kecepatan & arah terhadap waktu di lokasi 12 (spring) pada 0.2d, 0.6d, 0.8d Di Sungai Belawan arus maksimum pada waktu pengukuran terjadi pada saat neap di titik 12 sebesar 0.56 m/detik, sedangkan arus minimum di titik 12 sebesar 0.09 m/detik. Arus maksimum yang terjadi pada waktu pengukuran saat spring di titik 12 sebesar 0.52 m/detik sedangkan arus minimum di titik 12 sebesar 0.10 m/detik. 3.5.2 Debit Sungai Alur Pelabuhan Belawan terdapat di lokasi bermuaranya dua buah sungai, yaitu sungai Belawan dan Deli. Oleh karena itu, data debit aliran dan konsentrasi sedimen dari kedua sungai tersebut dapat dijadikan syarat batas dalam pemodelan matematika. Pada Gambar 3.14 dan Gambar 3.15 ditampilkan debit aliran dan debit sedimen pada kedua Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-20

sungai tersebut yang merupakan hasil pemodelan daerah aliran sungai pada studi sebelumnya. 250 200 Debit aliran (m3/detik) 150 100 50 Sungai Deli Sungai Belawan 0 0 720 1440 2160 2880 3600 4320 5040 5760 6480 7200 7920 8640 Waktu (jam) Gambar 3.14 Debit Aliran Sungai Belawan dan Deli untuk Periode 1 Tahun Konsentrasi Sedimen (kg/m3) 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 0 720 1440 2160 2880 3600 4320 5040 5760 6480 7200 7920 8640 Waktu (jam) Sungai Deli Sungai Belawan Gambar 3.15 Konsentrasi Sedimen Tersuspensi Sungai Belawan dan Deli untuk Periode 1 Tahun 3.6 PENGERUKAN Sungai Belawan membawa sedimen dalam jumlah yang banyak yang terendapkan di sepanjang pantai dan muara. Alur masuk pelabuhan Belawan dan Kolam Citra mempunyai kadar sedimentasi yang tinggi, sehingga diperlukan pemeliharaan yang berupa pengerukan berkala sebanyak 2 kali setahun untuk alur pelayaran dan 1 kali setahun untuk kolam pelabuhan. Pengerukan selalu diawali dengan survey bathimetri dengan cara sounding alur dan kolam pelabuhan yang disebut dengan istilah Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-21

predredging, untuk mengetahui volume sedimen yang akan dikeruk. Setelah pengerukan juga dilakukan sounding sebagai prosedur pemeriksaan yang disebut dengan istilah final sounding. Potongan melintang as saluran predredging dan final sounding tahun 1992 1996 untuk alur pelayaran disajikan dalam Gambar 3.16. Data rekapitulasi volume hasil pengerukan alur dan kolam pelabuhan untuk periode terdahulu, tahun 1979 1990 disajikan dalam Tabel 3.12. Tabel 3.12 Volume pengerukan alur dan kolam pelabuhan periode tahun 1979-1990 ALUR PELAYARAN BELAWAN KOLAM PELABUHAN NO TAHUN VOLUME KEDALAMAN NO TAHUN VOLUME KEDALAMAN KERUK ( M. LWS ) KERUK ( M. LWS ) ( M3 ) ( M3 ) I II III IV V VI VII VIII 1 79 3,360,445.0-9.0 1 79 178,000.0-7 s/d -9 2 80 3,510,000.0-9.0 2 80 250,060.0-7 s/d -9 3 81 3,600,000.0-9.0 3 81 449,815.0-7 s/d -9 4 82 3,700,000.0-9.0 4 82 292,800.0-7 s/d -9 5 83 3,515,000.0-10.0 5 83 582,775.0-7 s/d -9 6 84 3,100,000.0-10.0 6 84 176,500.0-7 s/d -9 7 85 2,576,585.0-10.0 7 85 56,004.0-7 s/d -9 8 86 1,657,573.0-9.5 8 86 237,014.0-7 s/d -11 9 87 1,600,000.0-9.5 9 87 85,714.0-7 s/d -11 10 88 1,500,000.0-9.5 10 88 185,000.0-7 s/d -11 11 89 2,100,000.0-9.5 11 89 190,000.0-7 s/d -11 12 90 2,500,000.0-9.5 12 90 178,000.0-7 s/d -11 Total volume 32,719,603.0 2,861,682.0 yang telah dikeruk Untuk periode terdahulu 1979 1990 terlihat bahwa volume pengerukan untuk alur pelayaran relatif besar sampai dengan tahun 1984, hal ini dapat dipahami karena pada periode ini merupakan tahap pengembangan Pelabuhan Belawan. Pada periode ini terdapat butiran-butiran sedimen dalam jumlah besar yang dihasilkan dari konstruksi fisik pelabuhan yang terutama berupa reklamasi (Terminal Peti Kemas, Gabion). Setelah Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-22

reklamasi selesai, volume sedimentasi relatif berkurang, akan tetapi semakin meningkat seiring asumsi dengan perubahan tata guna lahan di sekitar hulu Pelabuhan Belawan dan perairan sekitarnya. Volume sedimen di kolam pelabuhan polanya sejalan dengan peningkatan sedimentasi pada alur., akan tetapi setelah tahun 1984 volume sedimentasi relatif fluktuatif, terutama terjadi peningkatan volume keruk pada tahun 1986 yang mungkin diakibatkan karena pemeliharaan akibat sedimentasi pada tahun 1985 yang kurang memenuhi persyaratan draft kapal atau perluasan kolam pelabuhan. Data rekapitulasi volume hasil pengerukan alur dan kolam pelabuhan periode terbaru untuk tahun 1997 2002 disajikan dalam Tabel 3.13. Tabel 3.13 Volume pengerukan alur dan kolam pelabuhan periode tahun 1997-2002 ALUR PELAYARAN BELAWAN KOLAM PELABUHAN NO TAHUN VOLUME NO TAHUN VOLUME KERUK KERUK ( M3 ) ( M3 ) I II III V VI VII 1 1997 1,800,000.0 1 79 187,113.0 2 1998 1,681,102.0 2 80 347,151.0 3 1999 800,000.0 3 81 203,426.0 4 2000 780,332.0 4 82 249,296.0 5 2001 818,915.0 5 83 238,493.0 6 2002 1,224,802.0 6 84 209,850.0 Total volume yang telah dikeruk 7,105,151.0 1,435,329.0 Untuk periode terbaru 1997 2002 terlihat bahwa volume pengerukan di alur pelayaran relatif sama dengan periode akhir tahun 1979-1990. Terlihat bahwa telah terjadi penurunan jumlah sedimentasi selama 3 tahun dari tahun 1999 2001, dan meningkat lagi pada tahun terakhir masa ini. Pada periode ini volume sedimen di kolam pelabuhan relatif stabil. Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-23

0 400 800 1200 1600 2000 2400 2800 3200 3600 4000 4400 4800 5200 5600 6000 6400 6800 7200 7600 8000 8400 8800 9200 9600 10000 10400 10800 11200 11600 12000 12400 12800 13200 0 2 4 6 8 10 Jan-94 Jan-93 Okt 95 Jun-96 Mar-96 Jun-95 Jan-95 Jun-94 Jan-96 Jul-93 12 14 Gambar 3.16 Profil Memanjang As Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan berdasarkan Pre Dredge Sounding Tahun 1993-1996, dan final Sounding Tahun 1993 1996 (dalam meter; sumbu y adalah kedalaman dari LWS, sumbu x adalah alur dari station 0) Dengan jika kedalaman alur pelayaran yang diperlukan sebesar 10 mlws terlihat bahwa pada beberapa bagian alur relatif memerlukan pengerukan yang cukup dalam, s/d 2 meter. Laporan Tugas Akhir Kajian Sedimentasi Alur Pelayaran Pelabuhan Belawan 3-24