Perancangan Prototipe Anemometer Berbasis Gelombang Suara Ultrasonik Frekuensi Rendah

dokumen-dokumen yang mirip
Bab II Dasar Teori (2.1)

Tugas Sensor Ultrasonik HC-SR04

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

TUGAS AKHIR APLIKASI PEMANCAR DAN PENERIMA SENSOR ULTRASONIK SR04 DALAM PENGKURAN JARAK PRIMA AYUNI

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

PENERAPAN SINYAL ULTRASONIK PADA SISTEM PENGENDALIAN ROBOT MOBIL

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

ALAT UKUR JARAK PADA MOBIL BERBASIS SISTEM ULTRASONIK

DT-51 Application Note

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI TELMETRI SUHU BERBASIS ARDUINO UNO

BAB II DASAR TEORI. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

PERANCANGAN SISTEM PEMBAYARAN BIAYA PARKIR SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN RFID (RADIO FREQUENCY IDENTIFICATION)

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

PENGUKUR TINGGI BADAN DENGAN DETEKTOR ULTRASONIK

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk mencapai tujuan

JURNAL RISET FISIKA EDUKASI DAN SAINS

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

RANCANG BANGUN SISTEM AUTOTRACKING UNTUK ANTENA UNIDIRECTIONAL FREKUENSI 2.4GHZ DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTOLER ARDUINO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

yaitu, rangkaian pemancar ultrasonik, rangkaian detektor, dan rangkaian kendali

BAB II KONSEP DASAR SISTEM MONITORING TEKANAN BAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

Rancang Bangun Alat Pengocok Bahan Kimia Otomatis (Automatic Chemical Shaker) Berbasis Mikrokontroler ATMega16

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

BAB III ANALISA DAN CARA KERJA RANGKAIAN

KARYA ILMIAH KWH METER DIGITAL DENGAN FITUR PEMBATAS ENERGI LISTRIK

BAB III PERANCANGAN ALAT. Pada perancangan alat untuk sistem demodulasi yang dirancang, terdiri dari

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

ALAT UKUR TINGGI BADAN DENGAN GELOMBANG ULTRASONIK BERPENAMPILAN DIGITAL

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

3. METODOLOGI PENELITIAN

AVR ATmega8. Kuliah SBM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Maret 2014,

Implementasi Transduser Ultrasonik Untuk Pengembangan Kontroler Sony Playstation Yang Diterapkan Pada Game Tekken

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PENGUKUR VOLUME ZAT CAIR MENGGUNAKAN GELOMBANG ULTRASONIK BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

Clamp-Meter Pengukur Arus AC Berbasis Mikrokontroller

2. TINJAUAN PUSTAKA. oleh tiupan angin, perbedaan densitas air laut atau dapat pula disebabkan oleh

BAB IV PROTOTYPE ROBOT TANGGA BERODA. beroda yang dapat menaiki tangga dengan metode pengangkatan beban pada roda

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan Januari 2013.

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar

BAB II ANALISIS DAN PERANCANGAN. Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat opensource,

BAB II DASAR TEORI Arduino Mega 2560

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Implementasi Sensor Ultrasonik Untuk Mengukur Panjang Gelombang Suara Berbasis Mikrokontroler

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Ethanol

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT LUNAK

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT

ROBOT OMNI DIRECTIONAL STEERING BERBASIS MIKROKONTROLER. Muchamad Nur Hudi. Dyah Lestari

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III METODOLOGI PENULISAN

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

PEMBANGKIT DAN PENGHITUNG FREKUENSI

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS SISTEM. diharapkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan analisis. Selain itu,

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2014 sampai dengan selesai.

BAB III PERANCANGAN DAN PENGUKURAN

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

JURNAL Teori dan Aplikasi Fisika Vol. 04, No. 02, Juli Tahun 2016

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN KONTROL PANEL

JOBSHEET SENSOR ULTRASONIC

1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN SISTEM PENGHITUNG VOLUME BAHAN BAKAR SEPEDA MOTOR DENGAN OUTPUT ALARM DAN SUARA BERBASIS MIKROKONTROLLER ATMEGA8535 SECARA SOFTWARE

MODULATOR DAN DEMODULATOR. FSK (Frequency Shift Keying) Budihardja Murtianta

ADC (Analog to Digital Converter)

RANCANG BANGUN ALAT BANTU TUNA NETRA MENGGUNAKAN BAHASA C DENGAN MEMANFAATKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 TUGAS AKHIR NOVA AVRILIA S

Modul VIII Filter Aktif

BAB III PERANCANGAN ALAT

OTOMATISASI SISTEM PEMISAHAN MINYAK DAN AIR PADA GATHERING STATION

BAB III PERANCANGAN ALAT

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

PERCOBAAN 3a MULTIVIBRATOR

Sistem monitoring ph dan suhu air dengan transmisi data. Adi Tomi TE Tugas Akhir Program Studi Elektronika Elektro - ITS

Transkripsi:

Perancangan Prototipe Anemometer Berbasis Gelombang Suara Ultrasonik Frekuensi Rendah Jackson Van Bowles Manurung, Ir. T. Ahri Bahriun, M.Sc Konsentrasi Teknik Komputer, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA e-mail: jackson@students.usu.ac.id Abstrak Anemometer merupakan sebuah instrumen yang digunakan untuk mengetahui kecepatan pergerakan udara. Umumnya sebuah anemometer mengukur kecepatan pergerakan udara dengan mengukur rasio kecepatan putar poros pada baling-baling yang berinteraksi langsung terhadap udara yang bergerak. Momen inersia serta pengaruh mometum poros dan baling-baling akan menjadi isu utama saat pembahasan mengenai akurasi hasil pengukuran. Tulisan ini membahas tentang perancangan instrumen tersebut dengan menggunakan prisnsip dasar perambatan gelombang mekanis yang pada pembahasan ini adalah gelombang ultrasonik dan diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi isu momen inersia dan pengaruh momentum tersebut. Secara fisika, pergerakan udara sebagai media perambatan dapat mempengaruhi cepat rambat gelombang ultrasonik sehingga dengan mengamati perubahan cepat rambat gelombang ultrasonik, dapat diketahui kecepatan pergerakan udara tersebut. Perangkat yang digunakan pada perancangan ini adalah transduser ultrasonik, penguat sinyal dan sistem mikrokontroler ATmega32. Kata kunci : Gelombang ultrasonik, Cepat rambat gelombang, Mikrokontroler ATmega32 1. Pendahuluan Anemometer yang umum digunakan sebagai perangkat pengukur kecepatan udara bergerak, menggunakan putaran pada poros baling-baling sebagai indikitaror terjadinya interaksi antara sayap baling-baling dengan udara yang bergerak dan kecepatan putar poros tersebut sebagai rasio terhadap kecepatan pergerakan udara. Kecepatan pergerakan udara dapat berubah dengan sangat drastis sehingga dengan menggunakan metode tersebut akan menimbulkan isu terhadap akurasi pengukuran kecepatan pergerakan udara. Mengingat poros baling-baling dan balingbaling itu sendiri memiliki massa dan gaya gesekan terhadap bidang tumpuannya maka akan menimbulkan masalah saat momentum yang dihasilkan oleh pergerakan udara belum cukup mampu mengimbangi massa dan momen inersia baling-baling tersebut. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan gelombang mekanis untuk mengukur kecepatan pergerakan udara, karena gelombang mekanis tidak memiliki massa sehingga tidak dipengaruhi oleh isu momen inersia dan momentum udara. Selain itu kecepatan rambat gelombang mekanis relatif konstan terhadap kondisi fisis media rambat yang stabil atau tidak memiliki percepatan. Gelombang ultrasonik adalah salah satu pengelompokan gelombang mekanis yang dibangkitkan dengan meresonansikan materi padat pada frekuensi diatas 20kHz (batas ambang atas indra pendengaran manusia). Secara alami pembangkitan gelombang pada frekuensi ini sangat sukar ditemui selain oleh beberapa makhluk hidup dengan penggunaan navigasi dan komunikasi. Penggunaan gelombang pada frekuensi ini akan sangat tepat pada aplikasi anemometer untuk mengurangi kemungkinan terjadinya interferensi gelombang pada frekuensi yang sama dan juga terjadinya derau oleh gelombang dengan frekuensi yang berdekatan. 2. Anemometer Ultrasonik Perambatan gelombang mekanis sangat dipengaruhi oleh media perambatannya [1]. Perubahan keadaan fisis media perambantan akan berpengaruh terhadap kecepatan rambat gelombang, daya gelombang saat merambat dan jarak yang dapat ditempuh. Seperti halnya yang terjadi pada gelombang ultrasonik saat merambat melalui media perambatan fluida baik material gas ataupun materian cair, perubahan tekanan, suhu dan komposisi material yang terkadung didalamnya akan sangat mempengaruhi kecepatan rambat gelombang tersebut. -56- copyright @ DTE FT USU

Kondisi tersebut dapat dimanfaatkan yaitu dengan mengamati perubahan kecepatan rambat gelombang ultrasonik untuk dapat mengetahui perubahan fisis yang terjadi pada media perambatannya tersebut. Seperti contoh, kecepatan rambat gelombang ultrasonik akan semakin besar ketika tekanan atau suhu atau kelembaban meningkat pada udara. Perubahan kecepatan rambat gelombang ultrasonik juga dapat terjadi jika udara tersebut bergerak relatif terhadap arah perambatan ultrasonik tersebut. Dengan menggunakan perumusan masalah secara matematika, perubahan kecepatan rambat gelombang ultrasonik pada udara yang dipengaruhi kondisi fisis medianya tersebut dapat diabaikan sehingga perubahan kecepatan pergerakan udara dapat diperoleh dengan mengetahui perubahan kecepatan rambat gelombang pada udara. Terdapat dua cara untuk mengetahui perubahan kecepatan rambat ultrasonik pada udara. Cara pertama adalah dengan mengukur jarak yang dapat ditempuh oleh gelombang tersebut pada satuan waktu yang telah ditentukan dan cara kedua adalah dengan mengukur waktu tempuh yang dibutuhkan oleh ultrasonik untuk dapat merambat pada jarak tertentu. Kedua cara tersebut adalah tepat secara teori namun memiliki perbedaan yang sangat besar jika diaplikasikan secara nyata, karena pada praktiknya akan lebih mudah untuk mengukur waktu rambat jika dibandingkan dengan mengukur jarak tempuh ultrasonik tersebut. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan mengetahui perubahan kecepatan rambat gelombang ultrasonik pada udara yang juga dipengaruhi oleh perubahan kecepatan pergerakan medianya tersebut, dapat diketahui kecepatan pergerakan udara itu tanpa dipengaruhi oleh perubahan sifat fisis lainnya yang terjadi pada udara tersebut. Jika kecepatan rambat gelombang pada udara dilambangkan dengan, kecepatan pergerakan udara adalah dan perubahan kecepatan rambat gelombang akibat interaksinya dengan udara yang bergerak yaitu, maka dengan menggunakan persamaan vektor diperoleh, = (2.1) dan = + (2.2) yang mana persamaan 2.1 adalah persamaan perubahan kecepatan rambat ultrasonik saat arah pergerakan udara tersebut berlawanan arah dengan arah perambatan gelombang. Persamaan 2.2. adalah persaman saat arah perambatan gelombang sama dengan arah pergerakan udara. Dengan mendapatkan kedua hasil pengukuran tersebut, maka dapat diketahui kecepatan pergerakan udara ultrasonik dengan persamaan 2.3, = = + = (2.3) yang mana adalah hasil pengukuran antara arah perambatan gelombang dan arah pergerakan udara yang searah dan adalah hasil pengukuran antara arah perambatan gelombang dan arah pergerakan udara yang berlawanan. Pengukuran terhadap perubahan kecepatan rambat gelombang akan lebih mudah dilakukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk dapat merambat pada jarak tertentu yang telah ditetapkan. TX1 RX2 Arah rambat gelombang Arah rambat gelombang Jarak kedua transduser RX1 Gambar 1. Pola pengukuran kecepatan rambat ultrasonik Untuk mendapatkan kedua hasil pengukuran tersebut, diposisikan dua pasang transduser pada arah yang berlawanan. Setiap pasang transduser terdiri dari satu transmitter dan satu receiver dengan arah -57- copyright @ DTE FT USU TX2

pemancaran gelombang ultrasonik dari transmitter menuju receiver seperti pada Gambar 1. Pengukuran akan dilakukan secara bergantian pada masing-masing pasang transduser untuk menghindari kemungkinan terjadinya interferensi gelombang jika dilakukan pengukuran secara bersamaan. Dengan mengasumsikan kecepatan adalah hasil perbandingan antara jarak tempuh yang dilalui per satuan waktu, maka persamaan 2.3 dapat menjadi persamaan 2.4, = (2.4) dimana: adalah kecepatan gerak udara ( ) adalah jarak kedua transduser ( ) adalah waktu cacah gelombang masingmasing pemancar ( ) gelombang sinusoidal pada frekuensi 40kHz juga. Untuk dapat menggunakan sinyal tersebut menjadi sinyal interupsi terhadap pencacah waktu maka diperlukan beberapa proses pengkondisian sinyal. Proses pengkondisian sinyal ini sendiri terdiri dari filtering sinyal, penguatan sinyal, pendeteksi puncak dan pendeteksi level netral. Proses pengkondisian sinyal tersebut dapat digambarkan seperti pada diagram blok Gambar 2. Sinyal interupsi Gambar 2.Blok diagram proses pengkondisian sinyal receiver 3. Perancangan perangkat keras dan Secara umum, kecepatan rambat perangkat lunak ultrasonik pada tekanan dan kelembaban Sesuai dengan dasar teori pola udara udara yang konstan relatif linear pengukuran, dapat diasumsikan bahwa terhadap perubahan suhu. Perubahan linear pengukuran terhadap perubahan kecepatan tersebut mengikuti persamaan 3.1, pergerakan udara dilakukan dengan menghitung perubahan selisih waktu yang = 331.6 + 0.606 (3.1) dibutuhkan oleh gelombang untuk dapat merambat pada jarak yang telah ditentukan. dimana: Perancangan terhadap perangkat akan adalah kecepatan rambat ( membutuhkan pembangkit dan penerima adalah suhu udara ( ) gelombang ultrasonik serta pendukungnya ) sebagai antarmuka gelombang ultrasonik pada suhu 30 dapat diketahui kecepatan yang digunakan dan juga pencacah waktu. rambat ultrasonik adalah 349.78. Batas Transduser gelombang ultrasonik yang kecepatan rambat yang dapat ditolerir, digunakan adalah SQ40T yang memiliki dibutuhkan untuk menentukan batas variabel frekuensi kerja 40kHz dan terdiri dari yang digunakan sebagai tempat menyimpan sepasang transduser yang memiliki fungsi nilai cacah waktu serta untuk menentukan yang berbeda yaitu transmitter dan receiver. jarak optimal antara kedua transduser. Transduser ini membutuhkan sinyal Jika diasumsikan terjadi perubahan berbentuk kotak pada frekuensi sekitar kecepatan rambat ultrasonik yang 40kHz untuk dapat membangkitkan disebabkan pergerakan udara dengan arah gelombang ultrasonik. Sinyal kotak tersebut tepat tegak lurus terhadap arah perambatan dihasilkan secara digital oleh mikrokontroler gelombang dan menghasilkan perubahan dengan tujuan sinyal yang dihasilkan akan arah perambatan maka sesuai dengan lebih stabil pada frekuensi 40kHz jika datasheet SQ40T, besar sudut bukaan dibandingkan dengan pembangkitan secara maksimum yang dapat diterima adalah analog oleh komponen kapasitor atau juga sebesar 15 induktor. terhadap sumbu pusat. Kisaran suhu pengukuran pergerakan udara adalah Pada saat receiver SQ40T merespon gelombang ultrasonik pada frekuensi 40kHz, antara -15 sampai dengan 60 maka receiver tersebut akan menghasilkan sehingga asumsi kecepatan rambat -58- copyright @ DTE FT USU RX filter Penguat Peak Detector Zero-crossing Detector

gelombang adalah antara 322.51 sampai 367.97 dan kecepatan gerak maksimal yang diharapkan adalah antara 86.42 sampai 98.6. Sebagai langkah awal perancangan, jarak antara kedua transduser yang digunakan adalah 30cm dan waktu tunda sebagai hasil dari waktu yang dibutuhkan oleh gelombang untuk dapat merambat pada jarak tersebut adalah antara 0.81ms sampai 0.93ms. Besar memori pada mikrokontroler yang dibutuhkan untuk menyimpan hasil pencacahan waktu diperoleh dengan mengasumsikan batas waktu tempuh gelombang ultrasonik terhadap skala waktu yang digunakan untuk membentuk satu cacah pada mikrokontroler. Jika pencacahan waktu menggunakan frekuensi cacah 1MHz, maka variabel yang digunakan harus mampu menyimpan data paling sedikit antara 815 cacah sampai dengan 930 cacah. Variabel yang tepat untuk kebutuhan ini adalah variable integer yang mana maksimal penyimpanan datanya adalah 65536 (16 bit atau 2 16 ) cacah. Dengan besar kapasitas penyimpanan data tersebut, sistem pencacahan akan memiliki kesempatan untuk dapat menggunakan frekuensi cacah sampai 70MHz atau setidaknya memberikan toleransi tambahan waktu tunda sebagai tambahan tundaan waktu oleh proses pengkondisian sinyal. Filter yang digunakan adalah high-pass orde pertama [4] dengan frekuensi cut-off 15.9kHz, sehingga nilai impedansi yang digunakan adalah resistor 10kΩ dan kapasitor 1nF. Penguat yang digunakan adalah IC TL072 dengan slew-rate yang cukup besar yaitu 13V/µs dengan konfigurasi rangkaian penguat non-inverting yang dikaskade sebanyak dua tingkat. Ilustrasi terhadap rangkaian ini adalah seperti Gambar 3. Gambar 3. Ilustrasi rangkaian filter dan penguat terkaskade Pada rangkaian Gambar 3. terdapat R2 dan R3 yang digunakan sebagai parameter penguatan sinyal secara manual dengan menggunakan resistor variabel. Tanggap frekuensi pada rangkaian ini adalah seperti pada Gambar 4. Gambar 4. Tanggap frekuensi pada rangkaian filter high-pass Pelemahan yang terjadi pada frekuensi sinyal 40kHz adalah -639.053mdB, yang mana nilainya sangat kecil hingga dapat diabaikan. Rangkaian berikutnya yang digunakan adalah rangkaian peak detector yang akan mempertahankan puncak sinyal sinusoidal yang telah melewati penguat TL072 terkaskade pada frekuensi 40kHz. Rangkaian peak detector yang dimaksud adalah seperti pada Gambar 5. Gambar 5. Rangkain peredam dengan menggunakan komparator Pada rangkaian Gambar 5. diilustrasikan rangkaian peredam atau peak detecktor yang dikombinasikan dengan rangkaian komparator. Rangkaian komparator tersebut berfungsi untuk mendeteksi batas level tegangan yang digunakan sebagai threshold sinyal untuk membangkitkan sinyal interupsi. Batas tersebut dapat dapat diubah dengan tujuan untuk menciptakan toleransi waktu tambahan untuk menghindari kemungkinan sinyal terpengaruh derau luar. Fungsi interupsi yang akan dibangkitkan memiliki pola interupsi active-low atau akan dibangkitkan pada saat terjadi perubahan status logika dari level high menjadi low. Tujuan pembangkitan interupsi tesebut adalah untuk menghentikan pencacahan waktu yang dimulai pada saat yang -59- copyright @ DTE FT USU

bersamaan dengan pembangkitan sinyal kotak untuk memicu pembangkitan gelombang ultrasonik. Sinyal kotak tersebut dibangkitkan dengan mengubah level tegangan logika pada salah salah satu output timer mikrokontroler ATmega 32 yang mana berdasarkan tingkat prioritas interupsi timer[5], maka digunakan output Timer 2 yaitu pada pin PD7 atau kaki dengan nomer 27. Pengubahan status logika pada output terjadi secara berkala dengan besar tundaan untuk setiap perubahan adalah kurang lebih 12.5µs atau sesuai dengan frekuensi kerja transduser ultrasonik SQ40T. Secara sistem, pembentukan tundaan dilakukan dengan memanfaatkan salah satu mode Timer yang akan mengubah status logika otuput secara otomatis saat tundaan yang dibentuk dari jumlah cacahan untuk tundaan terpenuhi. Mode ini dinamakan CTC (Clear Time on Compare match) dengan konfigurasi bit COM20 dan bit WGM21 pada register TCCR2 aktif. Besar tundaan yang diharapkan, ditulis dalam bentuk bilangan hexadesimal pada register OCR2 yang mana besarnya mengikuti persamaan 3.2 2 = (3.2) Untuk mendapatkan frekuensi 40kHz dari mikrokontroler yang menggunakan kristal dengan frekuensi 16MHz dibutuhkan faktor pembagi 200 desimal atau 0xC8. Pada keadaan nyatanya, penggunaan nilai 40kHz pada sinyal pemicu gelombang ultrasonik tidak menjamin simpangan maksimal sinyal sinusoidal pada receiver, sehingga dibutuhkan penyesuaian nilai frekuensi sinyal kotak sehingga didapat simpangan optimal sinyal sinusoidal tersebut [3]. Indikator nilai yang digunakan berupa LCD 16x2 alfanumeric, mikrokontroler yang digunakan adalah ATMEL ATmega 32 pada sistem mikrokontrolernya, frekuensi cacah kristal yang digunakan adalah 16MHz dan bahasa program yang digunakan adalah bahasa C. optimal sebesar 40.65kHz. Frekuensi optimal tersebut ditentukan berdasarkan respon pada receiver terhadap gelombang ultrasonik yang dipicu. Hasil pengamatan tersebut dilakukan dengan osciloscope seperti pada Gambar 6. Gambar 6. Respon receiver terhadap gelombang ultrasonik Waktu yang dibutuhkan gelombang ultrasonik untuk merambat pada media udara pada jarak 30cm pada percobaan ini adalah 889.24µs. Waktu tersebut diperoleh dengan membatasi pencacahan waktu yang dimulai sejak pembangkitan sinyal kotak pada transmitter sampai dengan pembangkitan sinyal sinusoidal sebagai respon terhadap gelombang ultrasonik pada receiver. Hasil pengamatan tersebut ditunjukkan seperti pada Gambar 7. Gambar 7. Waktu rambat gelombang ultrasonik pada jarak 30cm Pengujian rangkaian pengkondisian sinyal analog diperoleh tambahan tundaan waktu waktu yang sangat besar hingga 398.49µs yang diukur sejak pembangkitan sinyal kotak pada transmitter sampai dengan perubahan level tegangan logika output komparator pada rangkaian pengkondisi sinyal. Perubahan level tegangan logika output tersebut digunakan sebagai sinyal 4. Pengujian Pengujian terhadap frekuensi sinyal kotak yang digunakan sebagai sinyal picu gelombang ultrasonik, didapatkan frekuensi interupsi terhadap pencacah waktu. -60- copyright @ DTE FT USU

Pada pengujian sistem pencacah waktu secara keseluruhan yang melibatkan pembangkitan sinyal pemicu gelombang ultrasonik, pengkondisian sinyal pada receiver dan pencacahan waktu serta fasilitas interupsi terhadap pencacahannya, terjadi overflow dari batas toleransi waktu cacah yaitu dua kali waktu tunda terhadap rambat gelombang ultrasonik atau sekitar 2ms. Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan bahasa pemrograman C pada sistem mikrokontroler ATmega32, dan juga menggunakan antarmuka indikator berupa LCD 16x2 alfanumeric. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan 1. Hasil pengujian terhadap rancangan anemometer ini masih tidak sesuai dengan hasil yang diharapkan, seperti waktu cacah yang masih mengalami over-flow dan interupsi eksternal yang mempengaruhi interupsi internal pada Timer mikrokontroler yang mungkin disebabkan oleh tundaan waktu pada saat ekseskusi program interupsi yang relatif lama atau juga disebabkan oleh beberapa fasilitas interupsi yang masih saling mempengaruhi walaupun telah memiliki prioritas eksekusi pada compiler C GCC-AVR. 2. Tundaan tambahan yang dihasilkan pada rangkaian pengkondisi sinyal receiver relatif sangat besar yaitu sekitar 398.49µs atau sekitar 44.8% dari waktu yang dibutuhkan oleh gelombang ultrasonik untuk dapat ditransmisikan pada jarak 30cm yaitu sekitar 889.24µs. 3. Pembangkitan sinyal kotak yang dilakukan bersamaan dengan pencacahan waktu pada mikrokontroler yang sama, berpotensi terjadinya gangguan. dan interaksi antara fasilitas interupsi saat dibangkitkan pada satu sistem yang sama dengan menggunakan bahasa pemrograman C pada compiller GCC-AVR. Daftar Pustaka [1] Resnick, Halliday 1985 Physics, 3 rd Edition. Bandung: Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung [2] Millman, jacob Halkias, Christos C. 1972 Intergrated Electronics. McGRAW-HILL INTERNATIONAL BOOK COMPANY [3] Millman, Jacob Sutanto 1992. Mikroelektronika Sistem Digital dan Rangkaian Analog. Jakarta: PENERBIT ERLANGGA [4] Putra, Agfianto Eko 2002. Penapis Aktif Elektronika: Teori dan Praktek. Yogyakarta: Gava Media [5] Winoto, Ardi 2008. Mikontroler AVR Atmega8/32/16/8535. Bandung: INFORMATIKA [6] Hartanto, Budi 2004. Memahami Logika Pembuatan Program C Secara Mudah. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta 5.2. Saran Dibutuhkan penelitian mendalam pada proses eksekusi interupsi oleh fasilitas timer internal, interupsi eksternal, proses pembangkitan sinyal kotak, waktu pemrosesan -61- copyright @ DTE FT USU