Populasi Bakteri dan Jamur pada Daging Sapi dengan Penyimpanan Suhu Rendah

dokumen-dokumen yang mirip
Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV RESPONS MIKROBIA TERHADAP SUHU TINGGI

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN SUSU KEDELAI DALAM LEMARI ES TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI PSIKROFILIK

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET TERHADAP KUALITAS MIKROBIOLOGIS KEJU MOZZARELLA YANG DISIMPAN PADA SUHU REFRIGERATOR

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

THE EFFECT OF DIFFERENT FROZEN STORAGE TIME ON THE CHEMICAL QUALITY OF BEEF

KARAKTERISTIK KIMIA SOSIS ASAP DENGAN BAHAN BAKU CAMPURAN DAGING DAN LIDAH SAPI SELAMA PENYIMPANAN DINGIN (4-8 o C)

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

A. Isolasi Mikrobia merupakan proses pemisahan mikrobia dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan harus

I. PENDAHULUAN. dan cepat mengalami penurunan mutu (perishable food). Ikan termasuk komoditi

PERTUMBUHAN JASAD RENIK

Pengaruh Pemakaian Urea Dalam Amoniasi Kulit Buah Coklat Terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Secara in vitro

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

PENGERTIAN ISOLASI MIKROORGANISME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Hasil pengukuran Nilai OD pada Media NB. Tabel 1. Pengukuran Nilai OD pada Media NB. Waktu OD (Optical Density)

1. PENDAHULUAN. pengetahuan dan tingkat kesadaran masyarakat tentang kebutuhan gizi

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM CUKA NIRA AREN TERHADAP DAGING SAPI ASAM

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

PENGARUH PENAMBAHAN AKTIVATOR LAKTOPEROKSIDASE TERHADAP KETAHANAN SUSU SAPI SEGAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

PENGARUH BAHAN PENGEMAS DAN LAMA PENDINGINAN TERHADAP KEASAMAN DAN ANGKA REDUKTASE SUSU PASTEURISASI

SIFAT KIMIA TEPUNG DAGING SAPI YANG DIBUAT DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA DAN SIFAT MIKROBIOLOGISNYA SELAMA PENYIMPANAN

ABSTRAK KUALITAS DAN PROFIL MIKROBA DAGING SAPI LOKAL DAN IMPOR DI DILI-TIMOR LESTE

Teknik Identifikasi Bakteri

PAPER BIOKIMIA PANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

PENGERINGAN PENDAHULUAN PRINSIP DAN TUJUAN PENGOLAHAN SECARA PENGERINGAN FAKTOR-FAKTOR PENGERINGAN PERLAKUAN SEBELUM DAN SETELAH PENGERINGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri yang bersifat Gram

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

PENGAWETAN PANGAN. Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

Balai Penelitian Teniak,P.O. Box 221 Bogor Dinas Petemakan Kotamadya Bogor

PENGARUH KONSENTRASI TAWAS TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI GRAM POSITIF DAN NEGATIF

Ketahanan Daging Rendang Tanpa Pemasakan Ulang Selama Penyimpanan Suhu Ruang Berdasarkan Uji Reduktase dan Organoleptik

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang

PENGARUH IRADIASI DAN PENYIMPANAN DARI SUPLEMEN PAKAN RUMINANSIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

Teknik Isolasi Mikroorganisme

PENGARUH LAMA PEYIMPANAN SUSU SAPI PASTEURISASI PADA SUHU RENDAH TERHADAP SIFAT FISIKO-KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK YOGURT SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. komposisi senyawanya terdiri dari 40% protein, 18% lemak, dan 17%

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2013 Maret 2014

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mineral. Susu adalah suatu cairan yang merupakan hasil pemerahan dari sapi atau

Pengalengan buah dan sayur. Kuliah ITP

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Februari tahun

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam pada lampiran 3a, bahwa pemberian KMnO 4 berpengaruh terhadap

dari reaksi kimia. d. Sumber Aseptor Elektron

BAB I PENDAHULUAN. perikanan yang sangat besar. Oleh karena itu sangat disayangkan bila. sumber protein hewani, tingkat konsumsi akan ikan yang tinggi

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

Nova Nurfauziawati VI. PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

PENGARUH PENAMBAHAN AKTIVATOR LAKTOPEROKSIDASE TERHADAP KETAHANAN SUSU SAPI SEGAR

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2013 di. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Riau.

Pengaruh Lama Penyimpanan dalam Lemari Es terhadap PH, Daya Ikat Air, dan Susut Masak Karkas Broiler yang Dikemas Plastik Polyethylen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Agustus 2014 di

PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SUSU, TELUR DAN DAGING PASCA PANEN

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan Mikrobiologi Isolasi dan Identifikasi Dasar Mikroba

STUDI PEMANFAATAN KULIT CEMPEDAK DALAM PEMBUATAN MANDAI STUDY ON MAKING USE OF SKIN CEMPEDAK MANDAI

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

PRODUKSI BIOMASSA PROBIOTIK KHAMIR DALAM MEDIA EKSTRAK UBI JALAR DALAM SKALA FERMENTOR 18L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

PENGARUH PASTEURISASI DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN MIKROBIOLOGIS SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA (PE) SKRIPSI OLEH :

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei Juni Di

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. freezer selama 5 hari, 10 hari, 15 hari dan 20 hari dapat dilihat pada table ini.

The Study of Catfish (Pangasius hypophthalmus) Freshness by Handling with Different Systems By Yogi Friski 1 N. Ira Sari 2 and Suparmi 2 ABSTRACT

STUDI KEAMANAN SUSU PASTEURISASI YANG BEREDAR DI KOTAMADYA MALANG (KAJIAN DARI MUTU MIKROBIOLOGIS DAN NILAI GIZI)

SAP DAN SILABI MIKROBIOLOGI DASAR PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3 Data perubahan parameter kualitas air

II. METODELOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Sains Peternakan Vol. 7 No 2 (2009): 66-72 ISSN 1693-8828 Populasi Bakteri dan Jamur pada Daging Sapi dengan Penyimpanan Suhu Rendah A. H. T. Prihharsanti Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Mercu Buana, Yogyakarta ABSTRAK Daging sapi merupakan tempat yang ideal untuk kehidupan bakteri dan jamur dan merupakan bahan pangan yang penting. Penyimpanan daging pada suhu rendah dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu penyimpanan terhadap populasi bakteri dan jamur. Bahan yang digunakan adalah daging sapi. Daging disimpan pada suhu penyimpanan 28-30ºC (suhu kamar) 9-12ºC(suhu dalam refrigerator) dan 0-1ºC(suhu dalam freezer). Lama penyimpanan adalah 0;3;6;9;12;15 dan 18 jam. Untuk medium buatan digunakan kaldu nutrisi sebagai medium pertumbuhan bakteri dan agar kentang dekstrosa untuk jamur. Peubah yang diamati adalah jumlah koloni bakteri dan jumlah koloni jamur. Untuk mengetahui awal pembusukan diuji dengan uji Eber. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap pola faktorial 3x7 dengan 3 ulangan. Data diuji dengan analisisi variansi, dilanjutkan dengan uji Ducan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan dan suhu berpengaruh nyata (P <0,05) terhadap jumlah bakteri maupun jamur. Pada penyimpanan dalam freezer jumlah koloni bakteri maupun jamur sangat sedikit. Kata kunci: Daging, bakteri, jamur, suhu. The bacteria and mold population in the meat at the cold storage temperature ABSTRACT Meat is an important food but is also an ideal place for microorganism to life. Some of them might cause damage in food materials. Low storage temperature will slow down the growth of microorganisms. The purpose of the study was to know the influence of storage temperature on bacteria and mold population. Meef meat was stored at 28-30ºC(room temperature), 9-12ºC (refrigerator temperature) and 0-1ºC(freezer temperature). Length of storage time were 0;3;6;9;12;15; and 18 hours. Medium, nutrition broth was used as medium for bacterial growth and potato dextrose jelly for the mold. Variables observed were number of bacteria colonies and mold. To know the beginning of deteriotation, Eber test was done.the experimental design was Completely Ramdomized Design factorial 3x7 with 3 replications. The collected data were statistically analyzed by using variance analysis and Ducan Multiple Range Test. The storage length and the storage temperature affected (P<0,05) bacteria and mold population in the freezer. The low storage temperature in freezer resulted a smaller microorganism population in the meat. Key words: Meat, bacteria, mold, storage. 66 Sains Peternakan Vol. 7 (2), September 2009

PENDAHULUAN Sapi merupakan hewan ternak yang produk utamanya adalah daging atau susu. Ketersediaan daging sapi perlu didukung oleh teknik penyimpanan yang tepat. Daging sapi merupakan produk yang digemari oleh masyarakat, dan merupakan sumber protein hewani yang sangat baik. Sebagai bahan makanan yang mempunyai nilai gizi tinggi, daging sapi merupakan media yang subur bagi pertumbuhan bakteri dan jamur, sehingga penanganan daging harus mendapatkan perhatian yang benar. Komposisi kimia dan kelembaban daging sangat ideal untuk berlangsungnya proses kehidupan bakteri dan jamur. Hal ini menyebabkan daging tidak dapat bertahan lama bila disimpan pada suhu kamar. Mikroorganisma kontaminan yang banyak hidup pada daging sapi adalah bakteri dan jamur. Kedua mikroorganisme tersebut sangat potensial merusak. Daging mengandung sekitar 75% air, atau berkisar antara 65-85%. Air merupakan konstituen utama cairan ekstra seluler. Di dalam air banyak senyawa kimia yang terlarut maupun yang tersuspensi. Air merupakan medium transportasi diantara serat daging sehingga kadar air berperan peting pada kehidupan mikroorganisme (Soeparno, 1994). Proses pendinginan dapat mengurangi kadar air pada daging. Lemak pada daging adalah lemak-lemak netral dan fosfolipid yang pada kondisi cair sangat disukai oleh mikroorganisme. Dengan pendinginan, lemak akan menjadi padat. Protein pada jaringan hewan dibedakan menjadi 3 (tiga) fraksi berdasarkan kelarutannya (Soeparno, 1994). Sarpkoplasma adalah protein yang larut pada air, miofibril larut pada saline, dan stroma adalah protein jaringan ikat yang tidak larut pada air maupun saline. Protein digunakan oleh mikroorganisme melalui proses metabolisme yang enzimatis. Proses metabolisme adalah serangkain reaksi kimia sel. Sebagai rangkaian proses kimia maka metabolisme akan terhambat pada kondisi suhu rendah. Kandungan karbohidrat pada daging memang sangat rendah, terutama dalam bentuk glikogen yaitu berkisar 0,5-13%. Selain itu daging juga mengandung bahan-bahan anorganik yang berperan sebagai kation dan anion (Naruki dan Kanoni, 1992). Kation dan anion sangat membantu proses metabolisme pada setiap organisme. Ketersediaan nutrisi yang lengkap pada daging merupakan tempat yang ideal bagi kehidupan bakteri dan jamur. Seperti halnya mikroorganisma pada umunya, fase pertumbuhan bakteri dan jamur secara berturutturut adalah sebagai berikut: Fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan logaritmik, fase pertumbuhan lambat, fase statis dan fase kematian (Fardias, 1989). Pada fase adaptasi mikroorganisme belum melakukan kegiatan enzimatis pada media, sehingga kondisi daging belum banyak mengalami perubahan. Memperpanjang waktu adaptasi ini berarti menunda terjadinya perubahanperubahan pada daging. Pertumbuhan bakteri dan jamur selalu diikuti dengan kegiatan enzimatis, sehingga akan merubah komposisi kimia media. Perubahan komposisi tersebut terekspresi dalam bentuk pembusukan, sehingga tidak layak lagi untuk dikonsumsi (Tranggono et al. 1990). Kerusakan dapat dipercepat oleh kenaikan suhu, kelembaban dan ketersediaan oksigen (Soeparno, 1994). Dalam hal ini faktor yang paling mudah dikendalikan adalah suhu. Untuk memelihara daging dalam waktu yang agak panjang, di lingkungan rumah tangga atau pedagang pengecer biasanya menggunakan pengawetan dengan sistem pendinginan karena paling praktis dan aman. Suhu dingin dapat menghambat kerusakan daging karena dalam waktu tertentu aktivitas bakteri dan jamur masih ditujukan untuk beradaptasi (Bernholdt, 1975). Bila adaptasi telah tercapai, maka aktivitas akan terjadi dan segera akan disertai dengan peningkatan jumlah bakteri dan jamur, sehingga lama penyimpanan perlu dibatasi. Batasan lama penyimpanan, berbeda untuk Populasi Bakteri dan Jamur pada Daging... (Prihharsanti) 67

suhu yang berbeda. Berbagai cara dalam penanganan daging yang masih segar, pada prinsipnya adalah dengan menekan aktivitas bakteri dan jamur (Soeparno, 1994). Keberhasilan dalam menekan aktivitas bakteri dan jamur tercermin pada jumlah bakteri dan jamurnya. Jumlah bakteri dan jamur yang lebih sedikit berarti aktivitasnyapun lebih sedikit sehingga proses enzimatisnya juga terbatas. Proses enzimatis mempercepat degradasi senyawa-senyawa penyusun. Laju pertumbuhan bakteri dan jamur sangat ditentukan oleh suhu lingkungan. Pada umumnya, bakteri dan jamur tersebut tumbuh optimal pada suhu 10 o 40 o Celcius. Informasi tentang jumlah bakteri dan jamur yang tumbuh pada penyimpanan dengan suhu yang berbeda belum banyak, atau bahkan belum ada. Secara umum dalam kehidupan sehari-hari dikenal 3(tiga) lingkungan suhu penyimpanan. Lingkungan tersebut adalah suhu kamar (20-35 0 C), Refrigerator (5-7 0 C) dan freezer (0 sd - 5 0 C). Sehubungan dengan itu maka telah dilakukan penelitian tentang pengaruh penyimpanan pada suhu yang berbeda yaitu pada suhu kamar, Refrigerator dan freezer terhadap jumlah bakteri dan jamur. Untuk melengkapi informasi tentang kesegaran daging yang disimpan dilaporkan juga hasil pengujian awal pembusukan menggunakan larutan Eber. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pedagang pengecer dan konsumen daging untuk menentukan suhu penyimpanan yang sesuai dengan waktu penggunaannya. Bagi masyarakat ilmiah, penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang teknologi pengendalian pertumbuhan mikroorganisme pada daging sapi. MATERI DAN METODE Daging sapi peranakan Ongole bagian lulur (Longisidimus dorsi). Medium padat selektif Agar Kaldu Nutrisi (AKN) untuk media kultur bakteri Agar Kentang Dekstrosa (AKD) untuk media kultur jamur Reagen Eber untuk uji pembusukan. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Pola Faktori 3 X 7 X 3 yaitu dengan 3 suhu penyimpanan (suhu kamar, Refrigerator & Freezer),7 macam waktu penyimpanan (0; 3; 6; 9; 12; 15 & 18 jam) dan 3 Ulangan. Penghitungan koloni bakteri dan jamur dilakukan dengan cara tidak langsung yaitu dengan menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada media buatan, dengan asumsi bahwa koloni berasal dari satu spora. Proses penanaman mikroorganisma daging pada media buatan adalah sebagai berikut: AKN dan AKD disiapkan sebagai media buatan, pada cawan petri dalam kondisi beku. Selanjutnya, 1 gram sampel daging perlakuan disuspensikan dengan pengenceran 10 4 X menggunakan aquades. Dari hasil suspensi daging, 1ml suspensi ditabur pada AKN dan 1ml suspensi ditabur pada AKD. Pada keadaan cawan petri tebalik, biakan diinkubasikan dan koloni bakteri dan jamur dihitung setelah 24 jam. Uji Pembusukan Daging ukuran (0,50X0,50X0,50)Cm 3 dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian dituangi 5ml reagen Eber. Tabung ditutup rapat jika tidak terbentuk embun putih berarti daging belum busuk dan jika terbentuk embun putih NH 4 Cl berarti daging telah busuk. Data kuantitatif yang terkumpul dianalisis dengan Analisis Variansi (Anova). Dari hasil Anova yang menunjukkan ada perbedaan maka dilanjutkan dengan Duncan s Multiple Range Test untuk mengetahui letak pengaruh perlakuan yang berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN Populasi Bakteri Pada Daging Rata-rata jumlah bakteri pada penyimpanan daging di suhu kamar, refrigerator dan freezer dalam waktu yang 68 Sains Peternakan Vol. 7 (2), September 2009

Tabel 1. Jumlah Bakteri pada daging dengan suhu dan lama penyimpanan yang berbeda (10 4 /gram) Lama (jam) penyimpanan Suhu Penyimpanan Kamar Refrigerator Freezer Rata-rata 0 40,00 c 0,30 c 49,67 c 40,00 3 53,00 bc 41,67 c 40,30 c 45,00 6 74,00 b 42,67 c 40,67 c 42,40 9 124,30 a 44,67 c 42,00 c 70,30 12 150,30 a 44,61 c 41,67 c 78,89 15 139,60 a 44,00 c 41,67 c 75,10 18 128,30 a 43,00 c 41,00 c 70,70 Rata-rata 101,38 43 41 a,b,c Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata. berbeda dapat dilihat pada Tabel 1. Pertambahan jumlah koloni bakteri tampak menonjol pada daging yang telah 9 jam disimpan pada suhu kamar, sedangkan pada penyimpanan di refrigerator dan freezer, spora bakteri tidak aktif. Hal ini ditunjukkan oleh kenyataan bahwa koloni bakteri pada medium tidak mengalami perubahan yang nyata dengan betambahnya waktu penyimpanan. Hasil anova menunjukkan bahwa terdapat beda nyata di antara perlakuan suhu dan lama penyimpanan. Hal ini berarti bahwa pada suhu yang berbeda pengaruh lama penyimpanan juga berbeda. Pada suhu kamar jumlah bakteri setelah disimpan 9 jam meningkat sangat pesat, tetapi perlakuan lain tidak. Penghitungan dengan DMRT menunjukkan bahwa jumlah bakteri pada suhu kamar selama 9; 12; 15 dan18 jam berbeda nyata dengan jumlah bakteri pada suhu dan lama penyimpanan yang berbeda. Jumlah koloni bakteri pada penyimpanan di dalam refrigerator dan freezer tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, jadi tampak bahwa bakteri yang hidup pada kedua tempat belum tumbuh sampai dengan 18 jam penyimpanan. Pada suhu kamar, mulai tampak meningkat pada penyimpanan 6 jam dan dan pada selang waktu 6 jam sampai 9 jam perupakan pertumbuhan paling cepat. Pengaruh suhu terutama pada aktivitas enzim yang dihasilkan oleh bakteri dalam mengkatalisis perubahan biokimia yang terjadi di dalam maupun di luar sel. Pada suhu rendah, pertumbuhan bakteri terhambat, meskipun demikian sampai batas tertentu bakteri tidak mengalami kematian, bakteri demikian disebut bakteri psikrofilik (Suriawiria, 1980). Bakteri ini ada pada daging yang disimpan pada refrigerator. Bakteri yang masih mampu tumbuh dapat dihambat bila disimpan di dalam freezer yang suhunya 0-10 C (Forrest et al, 1975). Suhu di bawah 50 C akan menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk, bahkan dapat mencegah semua aktivitas bakteri patogen (Soeparno, 1994). Kematian bakteri pada suhu rendah disebabkan oleh terjadinya perubahan keadaan koloidal protoplasma yang tidak reversibel (Pearson dan Dutson,1986). Populasi Jamur Pada Daging Penyimpanan daging pada suhu yang berbeda menyebabkan jumlah spora yang bertahan pada daging berbeda pula. Hal ini tampak pada jumlah koloni yang terhitung pada kultur jamur di media buatan dari suspensi daging yang telah disimpan pada suhu dan lama penyimpanan yang berbeda (Tabel 2). Populasi Bakteri dan Jamur pada Daging... (Prihharsanti) 69

Tabel 2. Jumlah jamur pada daging dengan suhu dan lama penyimpanan yang berbeda (10 4 /gram) Lama (jam) penyimpanan Suhu Penyimpanan Kamar Refrigerator Freezer Rata-rata 0 18 i 18,67 i 17 i 17,69 3 36 i 26 i 17,33 i 26,40 6 73 gf 37 i 21 i 43,67 9 144,33 d 61,67 gh 27,67 i 77,89 12 191,33 C 93,67 ef 29,67 i 104,89 15 251,67 b 97,67 ef 31,67 i 127 18 268,67 a 102,33 e 50 hg 140,33 Rata-rata 140,43 62, 43 27,76 Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata. Dari hasil anova didapatkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara kombinasi perlakuan suhu dan waktu penyimpanan, dan terdapat interaksi. Jadi dalam hal ini pertumbuhan jamur pada lama penyimpanan tertentu pengaruhnya berbeda jika daging disimpan pada suhu yang berbeda. Menurut Rice (1971), pertumbuhan yang optimum terjadi pada suhu kamar (20-35 0 C). Pada Refrigerator, yaitu suhu (5-7 0 C), jamur masih dapat tumbuh, meskipun tidak secepat pada suhu kamar. Tampaknya laju pertumbuhan paling tinggi terjadi pada penyimpanan 9 jam, hal ini menunjukkan bahwa sel muda yang tumbuh makin banyak karena adaptasi telah tercapai. Kenyataan bahwa daging belum menunjukkan gejala pembusukan pada jam ke 9 ini, berarti nutrisi belum banyak yang digunakan jamur dan zat toksik belum terbentuk. Jamur psikrofil tumbuh optimum pada suhu 15 0 C. Jamur inilah yang tumbuh pada daging yang disimpan dalam refrigerator. Sementara itu daging yang disimpan dalam freezer tetap dapat ditumbuhi jamur karena suhunya berada pada 0 0 C, tetapi kondisinya tidak aktif sehingga keberadaannya tidak akan mengubah komposisi kimia daging. Dalam penelitian ini sampai dengan penyimpanan 18 jam dalam freezer, secara visual kondisi daging masih tetap segar, walaupun sebenarnnya menurut Sudarmadji dkk (1989), khamir dari jenis asporogenus masih mampu tumbuh pada suhu 0 0 sd 1,6 0 C. Khamir ini pada daging sapi biasanya bersifat lipolitik, sehingga aktivitasnya merusak daging. Permulaan Pembusukan pada Daging Pengujian awal dengan Eber, menunjukkan bahwa daging yang dibiarkan pada suhu kamar sudah mulai melepaskan gas hasil pembusukannya pada jam ke 9. Hal ini ditunjukkan adanya hasil reaksi uap HCl dari reagen Eber dengan NH 3 dari daging. Reaksi ini menimbulkan embun putih membentuk cincin pada dinding tabung reaksi. Sampai pada jam ke 18 penyimpanan di refrigerator dan freezer, daging belum mengalami pembusukan (tabel 3), hal ini sesuai dengan keaktifan prtumbuhan bakteri dan jamur. Enzim yang dilepaskan ke media, oleh bakteri danm jamur digunakan untuk mengubah senyawa pada media agar menjadi senyawa sederhana yang terlarut, sehingga dapat berdifusi ke dalam sel mikroorganisme tersebut dan digunakan untuk metabolisme. Enzim pembusuk pada daging adalah eksoenzim yang proteolitik maupun lipolitik, yang secara umum akan bekerja optimal pada suhu kamar. Secara umum enzim akan bekerja optimal pada suhu 10-60 0 C (Pelzar dan Chan, 1986). Pada penelitian ini pembusukan terjadi pada 70 Sains Peternakan Vol. 7 (2), September 2009

Tabel 3. Hasil pengujian dengan reagen Eber pada daging dengan suhu dan lama penyimpanan yang berbeda kebusukan daging menggunakan Reagen Lama (jam) Suhu Penyimpanan penyimpanan Kamar Refrigerator Freezer 0 - - - 3 - - - 6 - - - 9 + - - 12 + - - 15 + - - 18 + - - Keterangan : - tidak terbentuk embun putih NH 4 Cl + terbentuk embun putih NH 4 Cl daging yang disimpan pada suhu kamar, karena mikroorganisme pembusuk dapat bermetabolisme tanpa hambatan. Enzim dapat bekerja optimal pada suhu kamar, karena suhu 0 kamar rata-rata 28 C, sedangkan di refrigerator hanya 7 0 C dan di freezer 0 0 C. KESIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1. Suhu sangat menentukan pertumbuhan mikroorganisme pada daging. 2. Pada suhu rendah perkembangan populasi bakteri dan jamur dapat dihambat. 3. Pada refrigerator dan freezer, sampai dengan penyimpanan 18 jam populasi bakteri belum berkembang 4. Walaupun sangat lambat populasi jamur pada daging yang disimpan di dalam freezer ternyata tetap dapat bertambah. 5. Pembusukan terjadi pada jam ke 9 pada daging yang disimpan pada suhu kamar. 6. Dalam refrigerator maupun freezer kualitas mikrobiologi daging masih tetap bertahan sampai dengan 18 jam penyimpanan. DAFTAR PUSTAKA Bernholdt, H.F.,1975., Enzim in Food Processing: Meat and Other Proteinaceus Food, 2 nd ed. G. Readed Academy Press, New york. Fardias, S., 1989., Mikrobiologi Pangan, PAU Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Forrest, 1975., Principle of Meat Science, W.H. Freman and Co. San Fransisco. Naruki S, dan Sri Kanoni., 1992, Kimia dan teknologi Pengolahan Hasil Hewan. Kimia dan Pengolahan Daging. PAU, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pearson, A.M. and T.R. Dutson., 1986, Meat and Poultry Microbiology, Advances in meat Research, Michigan, New York. Pelezar Michael J. and E.C.S. Chan, 1976. Element of Microbiology, Mc.Graw-Hill Book Company Inc., New York, Toronto, London. Rahayu, K, 1989. Mikrobiologi Pangan, PAU Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rice, E., 1971., The Science vof Meat and Meat Product: The Nutritional Content and Value of Meat and Meat Products, 2 nd ed., J.F. Price and B.S. Scheigert, W.H. Freeman and Co., San Fransisco. Populasi Bakteri dan Jamur pada Daging... (Prihharsanti) 71

Saile., 1961, Fundamental Principles of Bacteriology, 5 th ed. Mc. Graw-Hill Book Company Inc., New York, Toronto London. Soeparno, 1994, Ilmu dan Teknologi Daging, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Soedarmadji., Rahayu, dan Kapti., 1989. Mikrobiologi Pangan, PAU Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Suriawiria, Unus., 1983, Mikrobiologi Umum, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Tranggono., 1990, Kimia dan Nutrisi Pangan, PAU Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 72 Sains Peternakan Vol. 7 (2), September 2009