BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hepatitis adalah penyakit peradangan hati yang paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Secara khusus hepatitis B yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB) dapat menyebabkan berbagai kondisi mulai dari karier hepatitis B asimptomatik, hepatitis B kronik aktif, hepatitis B fulminan, sirosis hati, bahkan hingga karsinoma hepatoseluler (Iino, 2002). Lebih dari 240 juta orang terinfeksi hepatitis B kronik, dan lebih dari 780.000 orang meninggal setiap tahun karena Hepatitis B akut atau kronik (World Health Organization, 2015). Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 dengan jumlah sampel 10.391 menunjukkan bahwa persentase HBsAg positif adalah sebesar 9,4%. Persentase hepatitis B tertinggi pada kelompok umur 45-49 tahun (11,92%), umur > 60 tahun (10,57%) dan umur 10-14 tahun (10,02%). HBsAg positif pada kelompok laki-laki dan perempuan hampir sama (9,7% dan 9,3%). Hal ini menunjukkan bahwa 1 dari 10 penduduk Indonesia telah terinfeksi VHB (Direktorat Jenderal PP & PL Kemeterian Kesehatan RI, 2012). 1
2 Hepatitis B tersamar atau occult hepatitis B virus infection (OBI) dideskripsikan sebagai kondisi penyakit dengan ditemukan adanya DNA VHB yang mampu bereplikasi dalam hati namun tanpa terdeteksinya HBsAg dalam serum (Bremer et al., 2009). Hal ini sering terjadi setelah hilangnya HBsAg secara progresif dalam beberapa tahun setelah infeksi (Raimondo et al., 2007) dan bertahan sebagai karier dalam level rendah (Allain, 2004). Baku emas untuk diagnois OBI adalah dengan analisis ekstraksi DNA VHB dari hati atau sampel darah (Samal et al., 2012). OBI terlibat dalam beberapa masalah klinis diantaranya transmisi infeksi melalui transfusi darah atau transplantasi hati dan reaktivasi infeksi pada pasien imunosupresif. Selain itu banyak bukti menunjukkan bahwa OBI berkontribusi terhadap perkembangan sirosis dan mungkin memiliki peran penting dalam hepatokarsinogenesis (Squadrito et al., 2014). Prevalensi infeksi VHB tersamar bervariasi di seluruh dunia, dengan tingkat yang lebih tinggi dilaporkan di Asia daripada di tempat lain (Torbenson & Thomas, 2002). Prevalensi untuk infeksi VHB tersamar berkisar antara 1% sampai 87% telah dilaporkan dari berbagai tempat berbeda di dunia (Arababadi et al., 2012).
3 Anti-HBc merupakan antibodi yang pertama kali muncul dan memiliki target nukleokapsid dari VHB. Antibodi ini hampir selalu ditemui di setiap pasien dengan kontak VHB di masa lampau, bahkan pada karier VHB tanpa respon lain. Selain itu penentuan anti-hbc berguna dalam diagnosis OBI, bahkan ketika DNA VHB tidak tersedia karena kemungkinan viremia intermiten (Urbani et al., 2010). Pemeriksaan anti-hbc relatif murah jika dibandingkan dengan ekstraksi DNA VHB dari hati atau sampel darah, sehingga diharapkan anti-hbc bisa digunakan sebagai alat penapisan OBI. Waria yang merupakan akronim dari wanita pria menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan pria yang bersifat, bertingkah laku, atau mempunyai perasaan sebagai wanita. Kaum waria pada umumnya melakukan seks dengan sejenis (homoseksual) dan juga memiliki lebih dari satu pasangan seksual. Hubungan sejenis melalui cara anal-genital dan oral-anal secara signifikan berhubungan dengan infeksi Hepatitis B (Schreeder et al., 1982). Selain itu waria pada umumnya juga melakukan praktik hubungan seks komersial, dimana hal tersebut juga terkait dengan transmisi virus HBV. Hasil penelitian Russi et al di Uruguay menunjukkan bahwa 50,5% waria pekerja seks komersial terinfeksi VHB.
4 Sementara itu kasus OBI pada waria di dunia maupun Indonesia masih belum mendapatkan perhatian lebih, sehingga data yang tersedia masih sangat kurang jika dibandingkan data infeksi VHB itu sendiri. Mengingat kemungkinan tingginya kasus infeksi hepatitis B, khususnya OBI, pada waria maka diharapkan penelitian ini mampu menjelaskan permasalahan tersebut. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah temuan anti-hbc dalam serum dapat digunakan untuk penapisan (screening) OBI pada waria di LSM Kebaya, Kota Yogyakarta, Provinsi D.I. Yogyakarta 2. Bagaimanakah gambaran prevalensi OBI pada waria di LSM Kebaya, Kota Yogyakarta, Provinsi D.I. Yogyakarta
5 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui gambaran prevalensi OBI pada waria di LSM Kebaya, Kota Yogyakarta, Provinsi D.I. Yogyakarta 2. Mengetahui apakah temuan anti-hbc dalam serum dapat digunakan untuk penapisan (screening) OBI pada waria di LSM Kebaya, Kota Yogyakarta, Provinsi D.I. Yogyakarta D. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian No. Peneliti Kesimpulan Studi dilakukan di Meksiko dengan jumlah sampel 215. Hasilnya ditemukan 11,2% anak dengan klinis hepatitis 1 2 Escobedo- Melendez et al., 2014 Alves et al., 2013 terbukti terinfeksi VHB. Diantara mereka yang terinfeksi VHB 87,5% (21/24) merupakan kasus OBI. Genotipe H adalah yang paling sering (71%) diikuti oleh genotipe G (8%) dan genotipe A (4%) Penelitian dilakukan pada pengguna obat-obatan injeksi.
6 Dengan 149 sampel dengan HBsAg negatif didapatkan 19 diantaranya memiliki DNA VHB positif. Dari 19 sampel positif OBI tersebut diketahui 6 sampel memiliki marker Hepatitis B yaitu anti-hbc dan/atau anti-hbs E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan tentang Hepatitis B dan juga OBI pada khususnya sehingga kasus Hepatitis B dan OBI mengalami penurunan 2. Manfaat praktis a. Bagi tempat penelitian di Kebaya, Kota Yogyakarta Diharapkan LSM Kebaya menjadi lebih memberikan perhatian terhadap kasus hepatitis B dan OBI yang bisa ditularkan melalui hubungan seks yang tidak aman, sehingga kasus tersebut diharapkan akan menurun.
7 b. Bagi waria Para waria mendapatkan wawasan lebih tentang kasus hepatitis B dan OBI, dimana mereka pada umumnya hanya memberikan perhatian terhadap kasus HIV AIDS. Sehingga nantinya mengetahui bagaimana hal tersebut ditularkan dan bagaimana cara mencegah penularannya. c. Bagi peneliti 1. Dapat mengetahui apakah anti-hbc dapat digunakan untuk penapisan (screening) kasus OBI 2. Mengetahui prevalensi OBI khususnya pada waria di Yogyakarta