BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. hubungan antara etnis Tionghoa dan etnis Arab lebih bermanfaat yang kemudian karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. tinggi tingkatan usaha pedagang barang bekas maka memiliki relasi kerja yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, bahasa maupun sikap dan perasaan (Kamanto Sunarto, 2000:149).

sebagai penjembatan dalam berinteraksi dan berfungsi untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya)

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB V PENUTUP. bersumber pada aspek, fragmen atau pada dimensi sosialnya. Di sisi lain, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu ruang penting penunjang terjadinya interaksi sosial

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERJADINYA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA. A. Pemahaman Masyarakat Tentang Kerukunan

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.

6 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I. PENDAHULUAN. hakikat suku bangsa, agama, ras dan golongan dalam masyarakat juga memiliki latar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tidak hanya suami saja yang harus bekerja untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

BAB VI PENUTUP. commit to user

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Latarbelakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara tentu memiliki tujuan dan cita-cita nasional untuk menciptakan

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan. Kesimpulan berikut ini secara rinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINGKAT KESUKAAN PADA IKLAN MARJAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Dimulai dari kehidupan sosial, budaya hingga perekonomiannya. Kesuksesan

MEMBUDAYAKAN COACHING DI TEMPAT KERJA OLEH: SEGER, Widyaiswara Madya pada Pusdiklat PSDM

KONFLIK HORIZONTAL DAN FAKTOR PEMERSATU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelurahan Gadang Kota Banjarmasin adalah masyarakat yang majemuk.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, untuk mengetahui

PEDOMAN OBSERVASI. No Aspek yang diamati Keterangan. dalam menjaga hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi atau instansi dalam melaksanakan program selalu diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. ras, suku, agama dan yang lainnya. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Masjid dalam Islam berfungsi bukan sebagai tempat sholat saja, namun juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunjukkan oleh manusia lain sebagai pelaku komunikasi. berupa ekspresi, gerak tubuh, maupun simbol simbol tertentu yang

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN (Suatu Studi di Desa Kuma Selatan Kecamatan Essang Selatan Kabupaten Kepulauan Talaud) 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI (Studi Deskriptif Iklim Komunikasi Organisasi pada Club Motor Yamaha Mio Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

MODEL DINAMIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN BERDASARKAN PERKEMBANGAN GUNA LAHAN (STUDI KASUS KOTA SEMARANG) TUGAS AKHIR

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk menjaga keharmonisan umat beragama. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. juga multikultural, dimana dalam kehidupan tersebut terdapat berbagai macam

Tingkatan Modal Sosial dalam Masyarakat (berdasarkan Teori Sidu) Masyarakat yang memiliki modal sosial minimum/ rendah

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL. Pada bab enam ini penulis akan mengambil kesimpulan hasil penelitian yang telah

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERJADINYA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA. A. Pemahaman Masyarakat Tentang Kerukunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR KONFIRMASI KOMPETENSI

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV ANALISIS TENTANG PENANAMAN DAN PENERAPAN TOLERANSI BERAGAMA DI SMK THERESIANA SEMARANG

A N A L I S I S K E B I J A K A N P E N A N G G U L A N G A N K E M I S K I N A N K A B U P A T E N K U T A I K A R T A N E G A R A

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan luas, namun tidak cukup sebatas berpengetahuan luas saja,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi itu terjadi kalau satu individu dalam masyarakat berbuat sedemikian rupa,

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai metode yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Sejak di lahirkan, manusia hidup dalam suatu lingkungan tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga tidak memicu terjadinya konflik sosial didalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini mobilitas penduduk di berbagai wilayah Indonesia sering terjadi bahkan di

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan pertumbuhan kota lainnya adalah unsur penduduk.

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

Yenny Naranatha Dewi. Perguruan Tinggi : Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang Fakultas/Jurusan : Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. armada pedagang Cina datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur untuk

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB IV PENUTUP. remaja etnis Jawa di Pasar Kliwon Solo, sejauh ini telah berjalan baik,

BAB I PENDAHULUAN. Krisis harga minyak yang sempat melonjak hingga lebih dari 120 dolar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (2002 : 115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial.

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, perkembangan perekonomian sangat pesat yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

REDESAIN PASAR KOTA KLATEN 3 LANTAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

Transkripsi:

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN IV. 1 Kesimpulan Interaksi sosial yang terjalin karena persamaan wilayah dan tempat tinggal membuat hubungan antara etnis Tionghoa dan etnis Arab lebih bermanfaat yang kemudian karena kebutuhan dan keinginan untuk mendapatkan keuntungan dalam bidang ekonomi yang lebih besar maka relasi yang terjalin antara etnis Tionghoa dan etnis Arab menjadi relasi dagang yang saling menguntungkan tanpa melihat latar belakang, suku dan etnik. Relasi dagang dalam bidang produksi, distribusi dan konsumsi ini tercipta karena ada factor embeddedness dan trust. Embededdness dan trust terbentuk karena relasi social yang sudah lama terjalin dalam perilaku ekonomi keduanya. Relasi dagang yang terjalin keduanya tidak selalu dalam bentuk pertukaran barang tetapi relasi dagang yang terjalin keduanya terkadang dalam bentuk saling tukar menukar informasi mengenai harga, barang, bahan dan saling belajar bagaimana menjalankan usaha yang baik dan cara untuk mengembangkan usahanya. Berkenaan dengan hal tersebut maka, maka dalam penelitian tentang keterlekatan etnis Arab dan etnis Tionghoa dalam relasi dagang di kota Semarang dapat disimpulkan halhal sebagai berikut: 1. Relasi dagang yang terjalin antara etnis Tionghoa dan etnis Arab di kota Semarang ini banyak dipengaruhi sifat dan sikap budaya etnis Tionghoa dan etnis Arab. Sifat dan budaya masing-masing etnis dapat dilihat dari aktivitas ekonomi yang dilakukan masing-masing etnis. Relasi dagang antara etnis Tionghoa dan etnis Arab terlihat jelas dalam aspek distribusi dan produksi. Etnis Tionghoa dan etnis Arab saling membantu dalam cara-cara produksi, hubungan-hubungan produksi, proses produksi, resiprositas, pertukaran dan transportasi. Relasi yang terjalin ini sangat erat karena 285

mereka memiliki kepentingan yang sama yaitu akumulasi keuntungan yang berlipat dari manfaat menjalin relasi dagang. Relasi ini menjadikan kedua etnis saling ketergantungan satu sama lain ditambah lagi kedua etnis bekerja dan hidup di lingkungan yang sama, yaitu di kawasan Pasar Johar. 2. Etnis Tionghoa dan etnis Arab memiliki kepentingan dan orientasi yang sama yaitu memperoleh keuntungan dan keduanya tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonominya sendiri, harus memerlukan dukungan dari pihak atau etnis lain. Mereka bisa saling melengkapi dan belajar untuk semakin mengembangkan usahanya. Relasi dagang yang identik dengan menjalin relasi untuk kepentingan pribadi yakni keuntungan pribadi, berdampak pada pola variasi ekonomi yang mereka lakukan. Dalam realitasnya, relasi dagang yang terjalin antara etnis Tionghoa dan etnis Arab ada embededdness dan trust. Hal tersebut disebabkan karakteristik sifat, budaya dan ajaran yang dianut etnis Tionghoa dan etnis Arab yang berbeda dan dengan perbedaan keduanya etnis Tionghoa dan etnis Arab saling membutuhkan untuk kepentingan ekonomi. 3. Dampak dari relasi dagang etnis Tionghoa dan etnis Arab ini membawa dampak positif bagi relasi sosial dan iklim usaha di kawasan Pasar Johar kota Semarang. Situasi ini tercermin dalam kegiatan sosial contohnya seperti kegiatan keagamaan dan kematian yang ada di lingkungan mereka tinggal. Relasi sosial yang terjalin antara kedua etnis ini memunculkan kolektivitas kedua etnis untuk bisa saling mendukung dan mencari solusi bersama ketika dihadapkan masalah sosial seperti keberadaan preman yang ada mengganggu lingkungan mereka (mengatasi keberadaan preman yan selalu menarik pungutan liar di lingkungan tempat tinggal yang mana juga menjadi tempat dagang mereka sehingga mengganggu kelancaran usaha dan ketentraman mereka. Iklim usaha yang ada di lingkungan di mana mereka tinggal tercermin sangat 286

baik walaupun ada persaingan dalam bidang usaha tetapi hal tersebut tidak membawa kedua etnis pada konflik sosial maupun konflik ekonomi. IV. 2 Saran Untuk etnis Tionghoa dan etnis Arab: 1. Perlu usaha untuk masing-masing etnis mengikuti kegiatan rutin organisasi sosial seperti kegiatan di RT hingga kelurahan yang ada di lingkungan masyarakat. Karena, dengan keikutsertaan etnis Tionghoa maupun etnis Arab akan semakin mempererat relasi sosial keduanya. Sehingga relasi dagang yang sudah terjalin menjadi lebih kuat dan semakin mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi etnis Tionghoa dan etnis Arab sendiri. 2. Relasi dagang yang sudah terjalin antara etnis Tionghoa dan etnis Arab semata-mata bukan terletak pada bidang ekonomi saja, namun perlu adanya kegiatan sosial lain yang didasari atas potensi hasil produksi masing-masing etnis. Contohnya seperti apa yang sudah dilakukan etnis Arab menjelang ramadhan dan selama ramadhan berlangsung yang berpusat di masjid Kauman dengan memberikan kontribusi berupa uang atau barang untuk berbuka umat muslim. Untuk pemerintah, khususnya kelurahan Kauman selaku struktur organisasi tertinggi di lingkungan masyarakat: 1. Perlu mempertimbangkan struktur sosial dan struktur ekonomi berdasarkan relasi dagang yang dilakukan etnis Tionghoa dan etnis Arab. Meskipun relasi yang terbentuk karena interaksi antara etnis Tionghoa dan etnis Arab secara individu bukan secara kelembagaan tetapi perlu adanya dukungan dari pemerintah selaku struktur organisasi tertinggi di masyarakat untuk membantu membuat wadah perkumpulan 287

pedagang antar etnis. Sehingga pedagang antar etnis dapat menjalin interaksi lebih intens yang mana pada akhirnya karena interaksi terjalin cukup baik maka akan berdampak pada terjalinnya relasi dagang antar etnis. 2. Perlu usaha untuk menghidupkan kembali organisasi social di masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang di program oleh pemerintah. Dengan partisipasi dalam proses kegiatan masyarakat tersebut maka akan membawa kebaikan bagi interaksi dan komunikasi antar etnis. Hal tersebut dapat dimulai dari memunculkan kesadaran dalam pendayagunaan organisasi sebagai wahana pengembangan diri dan pengembangan interaksi sosial. IV. 3 Limitasi Penelitian Meskipun secara metodelogis dan teoritis peneliti berusaha memahami realitas fenomenologis relasi dagang etnis Tionghoa dan etnis Arab, namun berbagai hambatan baik yang secara teknis dan nonteknis banyak mempengaruhi realitas yang diungkapkan oleh peneliti. Tanpa mengurangi dalam upaya memberikan konstribusi pemikiran dalam mengkaji realitas fenomena relasi dagang antara etnis Tionghoa dan etnis Arab, peneliti menyadari adanya limitasi dalam penelitian ini, yakni: 1. Secara metodelogis, penelitian ini memiliki kelemahan khususnya dalam mendapatkan informan masing-masing etnis. Banyaknya jumlah masing-masing etnis Tionghoa dan etnis Arab yang ada di pasar Johar yakni sekitar 20% etnis Tionghoa dan sekitar 5000 penduduk beragama Islam yang di dalamnya di pastikan ada 30% dari etnis Arab, banyaknya jumlah etnis Tionghoa dan etnis Arab tersebut tentu akan menghasilkan realitas yang beragam. Lazimnya dalam aktivitas penelitian, jumlah informan atau responden yang banyak diakomodir dengan pendekatan kuantitatif. Penggunaan metode kualitatif tidak terlepas dari sifat dan kebutuhan data yang ingin 288

diungkapkan oleh peneliti. Data mengenai relasi dagang di antara individu etnis Tionghoa dan etnis Arab di harapkan dapat menemukan variasi lain dari pendekatan kuantitatif. 2. Secara teknis, pada sebagian proses pengumpulan informasi penelitian, peneliti di antarkan oleh salah satu rekanan atau hopengnya ketika ingin bertemu dengan etnis Tionghoa dan di antar oleh salah satu pemuka agama bagi etnis Arab. Dengan diantarkan peneliti oleh hopeng dan pemuka agama itu, peneliti mendapatkan informasi data pribadi masing-masing etnis dan mendapatkan informasi mengenai dagang dan relasinya. Tetapi kelemahannya, ketika bertemu kembali di lain waktu dan di lain tempat, dan dengan peneliti menemui sendiri, informasi yang diberikan justru tidak nyaman ketika peneliti datang dengan di dampingi hopeng dan pemuka agama tersebut. Mereka merasa sungkan ketika peneliti di dampingi dengan yang mereka kenal dan sungkani tetapi ketika peneliti berdiri sendiri mereka merasa menjadi seenaknya. Sulitnya peneliti mendapatkan kejujuran informasi dari etnis Tionghoa dan etnis Arab ini yang berdampak pada aktivitas penelitian ini. 289