Modul ke: FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id
Defenisi Eksistensialisme Secara etimologis eksistensialisme memiliki akar kata eksistensi (Latin existentia, dari kata exsistere menjadi ada, dari ex- keluar + sistere mengambil tempat ). Secara umum eksistensi dapat diartikan sebagai berdiri sendiri sebagaimana adanya sembari keluar dari dirinya, atau cara berada manusia. Bdk. (http://oxforddictionaries.com/definition/english/ existence?q=existence)
Pengertian Eksistensialisme Eksistensialisme adalah sebuah paham atau salah satu aliran filsafat yang memusatkan perhatiannya pada makna manusia tentang keberadaan manusia, kebebasan manusia, tanggung jawab pribadi, dan pentingnya seorang individu untuk menentukan pilihannya.
Lahirnya Eksistensialisme Eksistensialisme sebagai salah satu paham/aliran filsafat abad 20 yang muncul sebagai reaksi atas pemikiran-pemikiran filosofis sebelumnya yang menekankan pentingnya upaya filsafat dalam menemukan hakikat/esensi manusia yang tergambar pada aliran idealisme dan materialisme tentang manusia. Bagi eksistensialisme pandangan atau refleksi tentang manusia yang penting bukan mencari esensi/hakikat manusia melainkan makna manusia sebab eksistensi mendahului esensi.
Tipikal Eksistensialisme Sifat: Gerakan Protes Diagnosis: Tentang Kedudukan Sulit dari Manusia Keyakinan Bahwa Eksistensi Adalah Yang Terpenting Tekanan Kepada Pengalaman Subyektif dari Manusia Pengakuan Terhadap Kemerdekaan dan Pertanggungjawaban Tokoh-Tokoh Eksistensialisme Soren Kierkegard, Karl Jaspers, Sartre, Ponty, Marcel dll. Pencetus: Martin Heidegger Eksistensial Sebagai Fenomenologi Filsafat
Defenisi Fenomenologi Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata, phainomenon berarti hal-hal yang menampakkan diri dan logos sebagai pengetahuan/penalaran/ilmu. Dalam bahasa Yunani phainesthai berarti yang menampakkan diri. Pembedaan antara phainomenon atau penampakan realitas kepada kesadaran, dan noumenon atau wujud dari realitas itu sendiri. Hubungan subjek-objek (Emanuel Kant) Fenomenologi adalah daftar kesadaran-kesadaran sebagai tempatnya alam (Marleu Ponty) Fenomenologi merupakan metode penyelidikan filsafat (Edmund Husserl) Fenomenologi merupakan Metafisik/Ontologi sebagai dasar eksistensi (Marthin Heidegger)
Fenomenologi sebagai Metode (Husserl) Semboyan Husserl zuruck zu den sachen selbst (kembali ke hal-hal itu sendiri) dimengerti sebagai upaya untuk mendekati fenomen (gejala) semurni mungkin dan dunia kehidupan se-otentik mungkin sebagai usaha yang terpadu untuk melukiskan isi kesadaran. Suatu usaha yang jelas adalah sangat perlu bagi deskripsi. Dengan deskripsi ini dimaksudkan suatu pandangan hati-hati terhadap struktur yang pokok dari fenomen/gejala/benda, tepat seperti yang tampak. Bersikap seperti pemula dalam hubungan subjek-objek Subjek kesadaran ditandai dengan intensionalitas (kesadaran yang terarah pada fenomen sebagai objek) Cara otentik kesadaran untuk menangkap objek semurni mungkin dengan melakukan reduksi terhadap kesadaran yang intensional (terarah) itu dengan jalan reduksi eidetis dan reduksi transendental.
Fenomenologi sebagai Ontologi (Heidegger) Fenomenologi merupakan dasar eksistensialitas manusia dalam keterlemparannya di dunia. Fenomenologi sebagai eksistensi manusia Membiarkan fenomena/gejala membuka diri dihadapan kesadaran tanpa intensi (keterarahan) ekspresi phenomenologi dapat dirumuskan dalam bahasa Yunani sebagai legein ta phainomena dimana legein berarti arho phainesthai. Maka phenomenologi berarti arho phainesthaita phainomena yang artinya membiarkan apa yang menunjukkan dirinya terlihat dari dirinya sendiri dalam cara yang sebenarnya, sehingga didalamnya Ia menunjukkan diri dari dirinya sendiri (Heidegger, 1962: 52). Dengan ini artinya membiarkan kesadaran merasakan setiap fenomen/gejala secara pasif (memberi sabda). Tidak ada reduksi dalam kesadaran dalam setiap fenomen.
Beda & Bentuk Fenomenologi Husserl dan Heidegger Sebagai metode filsafati, fenomenologi bagi Husserl sama dengan metode lain dalam menangkap fenomen/gejala sedang bagi Heidegger menjadi dasar, akar metode Dalam hubungan subjek-objek, fenomenologi Husserl menekankan pada kesadaran, sedang pada Heidegger kuncinya adalah fenomena (objek diluar kesadaran sejauh disadari) termasuk kesadaran sendiri. Subjek Husserl Reduksi, membiarkan dan merasakan Intensi, Terbuka Objek/fenomena Heidegger Bentuk Fenomenologi Husserl: sebagai metode filsafat Heidegger: ontologi sebagai eksistensialitas manusia
Eksistensialitas Manusia Versi Fenomenologi Heidegger Fenomenologi sebagai eksistensi manusia yang sudah ada di dunia dalam keterlemparannya. 3 eksistensialitas manusia yang mendahului esensi sebagai fenomen dasar 1. Kecemasan 2. Pemahaman 3. Interpretasi
Daftar Pustaka Baker, Anton, 2000, Antropologi Metafisik, Kanisius; Yogyakarta. Caputo, John D,1987, Radical Hermeneutics, Indiana University Press: Bloomington. David, E, Cooper, 1999, Existentialism; Second Edition, Blackwell Publishers; USA. Hasan, Fuad, 1976, Berkenalan dengan Eksistensialisme, Pustaka Jaya; Jakarta. Hardiman, F, Budi,. 2003, Heidegger dan Mistik Keseharian, Suatu Pengantar Menuju Sein und Zeit, Kepustakaan Populer Gramedia: Jakarta. Heidegger, Martin, 1962,. Being and Time (translate. John Macquarrie & Edward Robinson), Harper & Row Publishers: New York. Poesporodjo, W. DR, L.Ph, 1987, Interpretasi, Beberapa catatan pendekatan filsafatinya, Remadja Karya: Bandung. Sartre, Jean, P, 1956, Being and Nothingness (translate Hazel Barnes), Washington Square Press; New York. Sabir, Ahmad, 2007, Metafisika Heidegger dalam Konteks Being and Time, Skripsi strata satu, Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada; Yogyakarta.
Terima Kasih Ahmad Sabir, M.Phil.