Joyopranoto, Rr. Rukmini, dan. Sadikun Tondokusumo. (Kowan, 1978 : 16.) Setelah berdiri organisasi wanita tersebut, ternyata di daerah-daerah lain

dokumen-dokumen yang mirip
KD: Menganalisis Perjuangan Organisasi Pergerakan Kebangsaan. Oleh Zuyyinatul Aslikhah ( ) S1 Pend. Sejarah B 2014

Kajian IPS Mengenai Zaman Pergerakan Nasional

PERKEMBANGAN KONGRES PEREMPUAN INDONESIA PERTAMA TAHUN 1928 DI YOGYAKARTA JURNAL

MAKNA PERJUANGAN R. A. KARTINI

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

PERJUANGAN PERGERAKAN BANGSA INDONESIA. Taat, Nasionalisme dan Jatidiri Bangsa,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Minahasa telah dimulai pada abad ke-17 dengan adanya sebuah laporan

PERJUANGAN EMANSIPASI ORGANISASI WANITA TAMAN SISWA DI YOGYAKARTA TAHUN

SEBAB MUNCULNYA NASIONALISME

I. PENDAHULUAN. memberikan kesempatan lebih luas bagi kaum wanita untuk lebih berkiprah maju

Gambar: Pertemuan pemuda Indonesia

BAB 7: SEJARAH PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA. PROGRAM PERSIAPAN SBMPTN BIMBINGAN ALUMNI UI

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat biasa adalah mahkluk yang lemah, harus di lindungi laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekalahan jepang oleh sekutu memberikan kesempatan bagi kita untuk

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

Bab I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Siti Aisyah We Tenriolle (diangkat menjadi Datuk atau Raja kerajaan Tanette, Sulawesi Selatan

MAKALAH SUMPAH PEMUDA

ZAMAN PERGERAKAN NASIONAL

SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI SELAKU KETUA UMUM PERINGATAN HARKITNAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Sejarah Pendidikan di Kota Medan. dari keluarg, masyarakat sekelilingnya. Perkembangan pendidikan saat ini ini

BAB I PARTAI POLITIK PADA MASA PENJAJAHAN

PERKEMBANGAN PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA

Artikel HARI IBU 22 DESEMBER Mengobarkan Semangat Perjuangan Kaum Perempuan. Drs. Mardiya

Siapa pendiri SDI??? Tirto Adisuryo pernah mendirikan Sarekat Dagang Islamiyah di Bogor 1909 Tirto mendapat dukungan dari keluarga Badjanet

PERKEMBANGAN KONGRES PEREMPUAN INDONESIA PERTAMA TAHUN 1928 DI YOGYAKARTA SKRIPSI

DAFTAR PARA PEREMPUAN2 TERHEBAT INDONESIA

PKN 1 RANGKUMAN SEJARAH SUMPAH PEMUDA, MAKNA DAN ARTI PENTING SUMPAH PEMUDA

PERJUANGAN ORGANISASI PEREMPUAN INDONESIA MENUNTUT HAK PENDIDIKAN PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Historis. Menurut H. Roeslan Abdulgani yang dikutip oleh Hugiono dan P.K.

GERAKAN KEBANGSAAN DI INDONESIA SAKINA MAWARDAH

BAB 6: SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. ini berada dalam genggaman anak bangsa Indonesia sendiri.

Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PNDAHULUAN. Jepang dalam Perang Raya Asia Timur tahun Namun, ditengah tengah

I. PENDAHULUAN. Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun 1596

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN. penjajahan Pemerintah Hindia-Belanda , karena adanya penderitaan

SAMBUTAN BUPATI KULONPROGO PADA ACARA PELANTIKAN PIMPINAN DAERAH AISYIYAH KABUPATEN KULONPROGO PERIODE Wates, 17 April 2011

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Nasionalisme Liberalisme Sosialisme Demokrasi Pan-Islamisme

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 1946 TENTANG PERATURAN TENTANG SUSUNAN DAN PEMILIHAN ANGGOTA KOMITE NASIONAL PUSAT. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

SILABUS DAN RPP MATA KULIAH SEJARAH INDONESIA BARU PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH S1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

UNDANG-UNDANG 1946 NOMOR 12 TENTANG PEMBAHARUAN KOMITE NASIONAL PUSAT. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Para pendiri Tri Koro Dharmo adalah dr. Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman, Sunardi, dan beberapa pemuda lainnya yang semuanya berasal dari Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

B. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

PERJUANGAN MELAWAN PENJAJAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Bicara tentang tokoh pendidikan ataupun pelopor perjuangan kaum

" j''''-'' '' \ I \! -,I;' J '. \" ~ -. ~<// \ "., ...I.,, " ... ~.::;..." 1'11'6,1'1" MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPU BLIK INDONESIA

TINJAUAN HISTORIS TENTANG PERJUANGAN MARIA WALANDA MARAMIS DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN DI MINAHASA TAHUN Skripsi. Oleh : WINDAR WATI

TUJUAN PERKULIAHAN. Mahasiswa memahami hakikat guru

KISI-KISI PENULISAN SOAL ULANGAN TENGAH SEMESTER GENAP XI TAHUN SMA ISLAM AL AZHAR BSD

1.1.1 Peristiwa Penting dalam Perkembangan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I PENDAHULUAN. rekaman kaset, televise, electronic games. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia,

AKHIR PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA DAN PEMERINTAHAN BARU BANGSA INDONESIA ENCEP SUPRIATNA

Komunisme dan Pan-Islamisme

MASA BERTAHAN PERGERAKAN NASIONAL MENJELANG RUNTUHNYA HINDIA BELANDA ( ) PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

Gerwani dan Tragedi 1965

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB II LAHIRNYA ORGANISASI KELASKARAN PEREMPUAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LATIHAN SOAL SEJARAH Perjuangan Bangsa ( waktu : 30 menit)

2015 RELEVANSI PEMIKIRAN R.A. KARTINI TENTANG PENDIDIKAN WANITA INDONESIA DALAM KEMAJUAN BANGSA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ai Rospirawati, 2013

I. PENDAHULUAN. Kebijakan Politik Etis dalam bidang pendidikan yang diberlakukan oleh

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

PENGARUH PERHIMPUNAN INDONESIA TERHADAP PERGERAKAN NASIONAL DI INDONESIA TAHUN SKRIPSI. Oleh. Chita Putri Lustiahayu NIM

Saudara-saudara sebangsa, setanah air Indonesia, terutama ibu-ibu yang tercinta.

BAB IV MAKNA KEBANGKITAN NASIONAL SEBAGAI TONGGAK PERGERAKAN NASIONAL PADA AWAL ABAD KE XX. 4.1 Kebangkitan Nasional dan Pergerakan Nasional

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERENGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

UNDANG -UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG VETERAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Usaha pendudukan yang dilakukan Pemerintahan Militer Jepang untuk menguasai

SEKILAS SEJARAH KEBANGKITAN NASIONAL

MODUL POLA KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL HINGGA KEMERDEKAAN MATERI : HUBUNGAN POLITIK ETIS DENGAN PERGERAKAN NASIONAL

PERISTIWA YANG TERJADI PADA TAHUN A ZIZATUL MAR ATI ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pencatatan sejarah adalah sangat penting,karena tanpa pencatatan sejarah

KIPRAH POLITIK PAGUYUBAN PASUNDAN PERIODE

Disusun Oleh : Kelompok 5. 1.Alma Choirunnisa (02) 2.Anjar Kumala Rani (03) 3.Sesario Agung Bagaskara (31) 4.Umi Milati Chanifa (35) XI MIPA 5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Terbentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dinyatakan dalam pidato

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN. hampir bersamaan muncul gerakan-gerakan pendaulatan dimana targetnya tak

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

Sejarah Penjajahan Indonesia

Transkripsi:

PERJUANGAN WANITA Perjuangan emansipasi yang telah dilakukan oleh R.A. Kartini sebenarnya tidak ditujukan untuk kepentingan wanita saja. Apabila dikaji lebih jauh, sebenarnya dengan kemajuan kaum wanita itu juga mengarah kepada kemajuan bangsa. Bahkan Kartini telah berangan-angan untuk menyadarkan bangsanya dari kehidupan yang gelap, artinya masih dalam cengkeraman penjajah, agar segera bangkit untuk menuju kehidupan yang terang, yang berarti membangun bangsa dalam situasi negara merdeka. Hal itu telah disebutkan oleh Susanto Tirtoprodjo, yang berbunyi sebagai berikut. "Bahwa ibu Kartini sudah memasukkan dalam angan-angannya national bewustzjin (kesadaran berbangsa)... alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-baik. Dan untuk keperluan perempuan itu sendiri berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakain pelajaran dan didikan. Karen inilah yang akan membawa bahagia baginya." (Armin Pane, 1968 : 112). Jadi jelas bahwa Kartini menitikberatkan pendidikan untul memajukan bangsanya. Hal ini sangat tepat, karena dengan pendidikan akan membawa pengaruh sangat luas. Orang akan menjadi cerdas memiliki wawasan jauh ke depan, dan mengerti hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat. Dengan demikian rintisan Kartini tersebut tepat dan dapat dipergunakan dalam perjuangan untuk menghadapi sistem kehidupan kolonial, yang ternyata membuat masyarakat Indonesia menjadi terbelakang, sengsara, dan. bodoh. Itulah yang dirasakan dalam kehidupan pada masa penjajahan kolonial Belanda. Dengan kesadaran seperti tersebut di atas, maka kaum wanita tidak tinggal diam. Sejak kaum pria bangkit untuk menentang penjajahan, dalam bentuk perjuangan moral, maka kaum wanita bangkit pula. Perjuangan moral ini tidak menggunakan kekuatan fisik, melainkan dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini diawali oleh Perkumpulan Budi Utomo yang bergerak melalui bidang sosial-budaya. Walaupun Budi Utomo pada mulanya bersifat organisasi lokal di Jawa, namun tidak lama kemudian meningkat ke luar pulau Jawa, yaitu Sumatera, Sulawesi, Maluku, dan lain-lain, di mana di daerah-daerah tersebut didirikan cabang Budi Utomo. Studiiefonds (dana pendidikan) digalakkan. Di Jakarta pada tahun 1912, berdiri organisasi Puteri Mardika atas prakarsa Budi Utomo. Pada tahun itu pula atas prakarsa Ny. Van Deventer (penganjur Politik Etis) "Kartini Fonds" (Dana Kartini) didirikan. Organisasi-organisasi wanita ini berkembang secara pesat, bertujuan memperbaiki kedudukan sosial dalam perkawinan dan keluarga, serta peningkatan kecakapan sebagai ibu dan pengatur rumah tangga dengan jalan pendidikan dan pengajaran. Mengenai keterampilan khusus wanita, juga mendapat perhatian secara baik, terutama jahit-menjahit, menenun, dan merawat kesehatan anak. Duduk dalam kepengurusan Puteri Mardika, yaitu : R.A. Sabarudin, R.A. Sutinah

Joyopranoto, Rr. Rukmini, dan. Sadikun Tondokusumo. (Kowan, 1978 : 16.) Setelah berdiri organisasi wanita tersebut, ternyata di daerah-daerah lain juga berdiri organisasi wanita dengan tujuan yang sama. Di antara organisasi-organisasi wanita di daerah itu, yang tampak lebih menonjol ialah "Kautamaan Istri" di Tasikmalaya didirikan tahun 1913, dan kemudian diikuti dengan "Kautamaan lstri" di Sumedang, (1916),. Cianjur (1916), Ciamis (1917), Cicurug (1918), Kuningan,(1922), dan Sukabumi (1926). Bahkan pada tahun 1915 'Kautamaan Istri" juga berdiri di Padang Panjang, atas prakarsa lulusan Kautamaan Istri di Jawa Barat. Kalau di Jawa Barat, muncul Dewi Sartika sebagai tokoh wanita yang banyak mengikuti jejak R.A. Kartini, tidak ketinggalan juga Rohanah Kudus yang pada tanggal. 11 Februari 1914 mendirikan "Kerajinan Amai Setia (KAS)" di kota Gedang, Sumatera Barat. Sekolah Kartini didirikan di Semarang dan Jakarta (1913), Madiun (1914), Malang dan Cirebon (1916), Pekalongan, Surabaya, dan Rembang (1917). Sedangkan di Jepara lebih awal telah didirikan Sekolah Kartini, yang dipimpin langsung R.A. Kartini dan saudara-saudaranya. Sejak tahun 1917, mulai berdiri organisasi politik dan tidak ketinggalan. pula wanita ikut terjun dalam perjuangan menuju cita-cita Indonesia merdeka. Oleh karena itu, banyak berdiri organisasi wanita yang mengarah ke perjuangan di bidang politik. Seperti Sarekat Siti Fatimah di Garut, berdiri pada tahun 1918 yang merupakan bagian dari Sarekat Islam (SI), Wanodyo Utomo di Yogyakarta berdiri pada tahun 1920, yang akhirnya menjadi Sarekat Putri Islam (1925). Pada tahun 1920 berdiri "Gorontalosche Mohameddaansche Sumatra" di Bukit Tinggi dan Nahdatul Fa'at sebagai bagian dari Wal Fadjri. Tidak kalah pentingnya dan perlu dicatat, yaitu pada tanggal 22 April 1917 Perguruan Muhammadiyah mendirikan "Aisyiyah" di Yogyakarta dan 8 Juli 1917 didirikan "PIKAT" (Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya) oleh Maria Walanda Maramis di Manado. Pada tahun 1921 di Yogyakarta didirikan "Wanita Utomo" dan tahun 1924 didirikan "Wanita Katholik" juga di kota tersebut. Kalau pergerakan wanita tersebut masih bergerak di bidang sosial-budaya dan sosial-religius, maka di daerah Maluku, yaitu Ambon telah berdiri organisasi wanita yang bergerak dalam bidang kemiliteran dan politik bernama "Ina Tuni", yang berdiri pada tahun 1927. Organisasi wanita ini merupakan bagian dari Sarekat Ambon yang berjuang bersama-sama dengan kalangan militer Ambon. Pergerakan wanita antara tahun 1920-1927, mulai tegas, bahkan ada yang ingin melangkah ke arah pergerakan politik, Seperti Ina Tuni dan pergerakan wanita yang merupakan bagian dari partai-partai politik, yaitu PSI, PKI, PNI, dan Permi (Persatuan Muslimin Indonesia). Sedangkan yang tetap bergerak dalam bidang sosial budaya, yaitu JJM (Jong Java Meinsjeskring), WTS (Wanita Taman Siswa), JIBDA (Jong Islamieten

Bond Dames Afdeeling) dan Putri Indonesia. Kemudian menjelang Sumpah Pemuda, yaitu tahun 1928 berdiri organisasi-organisasi wanita "Perti" (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) dan DHE (Dameskransje Help Elkander) di Jakarta. Untuk DHE ini terus berubah namanya menjadi organisasi wanita Sahati". Di samping itu juga pada tahun yang sama berdiri organisasi wanita "Putri Setia" di Manado. Sejalan dengan pergerakan pemuda, maka setelah terjadinya Kongres Pemuda Kedua, para kaum wanita juga mengadakan suatu Kongres Perempuan Indonesia I pada tanggal 22-25 Desember 1928 di Pendopo Joyodipuran, Yogyakarta. Adapun susunan pengurus Kongres Perempuan Indonesia I, sebagai berikut. Ketua : Ny. R.A. Sukonto dari Wanito Utomo. Wakil Ketua : N. St. Mudjinah dari Aisyiyah. Penulis I : Nn. St. Sukaptinah (Ny. Sunaryo Mangunpuspito) dari JIBDA. Penulis II : Nn. Sunaryati (Ny. Sukemi) dari Putri Indonesia Bendahara I : Ny. Hardjodiningrat dari wanita Katholik. Bendahara II : Nn. R.A. Suyatin (Ny. Kartowiyono) dari Putri Indonesia. Anggota-anggota : Nyi. Hajar Dewantara dari wanita. Taman Siswa. Ny. Drijowongso dari wanita PSII. Ny. Muridan Noto dari wanita PSII. Ny. Umi Salamah dari wanita P'SII. Ny. Djohanah dari Aisyiyah. Ny. Badiah Muryati dari Jong Java Dames Abdeeling. Nn. Hajinah (Ny. Mawardi) dari Aisyiyah. Nn. Ismudijati (Ny. A. Saleh) dari, wanita Utomo. Ny. R.A. Mursandi dari Wanita Katholik Sedangkan yang hadir dalam Kongres Perempuan Indonesia I terdiri dari wakilwakil organisasi. Kongres mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut. 1. Supaya menjadi pertalian antara perkumpulan-perkumpulan wanita Indonesia. 2. Supaya dapat bersama-sama membicarakan soal-soal kewajiban keperluan dan kemajuan wanita. Keputusan-keputusan kongres, sebagai berikut. 1. Mendirikan badan federasi bersama, bernama PPPI (Perserikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia). 2. Menerbitkan surat kabar yang redaksinya dipercayakan kepada PPPI. 3. Mendirikan Studiefonds, untuk menolong gadis-gadis yang tidak mampu 4. Memperkuat pendidikan kepanduan putri. 5. Mencegah perkawinan anak-anak 6. Mengirimkan mosi kepada. Pemerintah agar:

secepatnya mosi diadakan fonds bagi janda dan anak.anak, tunjangan bersifat pension (onderstand) jangan dicabut sekolah putri diperbanyak 7. Mengirimkan mosi kepada Raad Agama, agar tiap, talak dikuatkan secara tertulis sesuai dengan peraturan agama. (Kowani, 1978 : 33-34.) Setelah terjadi Kongres Perempuan Indonesia I itu, kegiatan selanjutnya secara rutin dapat berjalan secara baik. Hubungan antar organisasi lebih dipererat, terutama kegiatan PPPI yang merupakan wadah dari organisasi gabungan- itu, memiliki fungsi dan peranan sangat. besar. Hal ini tampak dalam membahas untuk persiapan Kongres Perempuan Indonesia II, sudah mengarah kepada tujuan dan sasaran yang lebih tegas. Dalam persiapan Kongres Perempuan Indonesia II, dijelaskan tentang maksud kongres adalah: merapatkan persaudaraan antara organisasi-organisasi wanita Indonesia untuk memperbaiki nasib kaum wanita Indonesia dan rakyat Indonesia umumnya. Sedangkan dasar kongres adalah sebagai berikut. Kenasionalan, kesosialan, kenetralan, dan keperempuanan. Kalau dibandingkan dengan kegiatan kaum pemuda dan kaum pergerakan nasional, maka kegiatan kaum wanita lebih terbuka dan tampak berjalan dengan lancar.sedangkan kegiatan kaum pemuda dan kaum pergerakan nasional lebih hati-hati dan mendapat pengawasan dari pihak pemerintah kolonial secara ketat. Hal itu terbukti bahwa hampir seluruh program yang telah dicanangkan kongres dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu, pada tanggal 20-24 Juli 1935 berhasil menyelenggarakan Kongres Perempuan Indonesia II di Jakarta. Keputusan-keputusan dalam kongres tersebut ternyata sangat menyentuh dalam kehidupan berorganisasi untuk perjuangan wanita jauh ke depan, yaitu mengenai berikut ini. 1. Dibentuk badan perikatan dengan nama "Kongres Perempuan Indonesia" (saat ini disebut Kowani). 2. Tiap-tiap tiga tahun sekali diadakan Kongres Perempuan (sampai saat ini tetap dipakai sebagai pedoman Kowani). 3. Pencanangan tentang kewajiban semua wanita Indonesia ialah menjadi "Ibu Bangsa", yang berarti berusaha menumbuhkan generasi baru yang lebih sadar akan kebangsaannya (sampai saat ini tetap diperingati, bahwa setiap tanggal 22 Desember diadakan peringatan "Hari Ibu"). Dengan demikian jelas bahwa pada saat pemerintah Hindia Belanda menghadapi kesulitan ekonomi, karena antara tahun 1929-1933 sedang terjadi krisis ekonomi dunia, maka perhatian pemerintah di bidang ekonomi lebih besar. Sebaliknya perhatian pemerintah di bidang politik rendah. Kaum wanita lebih mendapat kebebasan, sedangkan kaum pria lebih ditekan. Sikap Gubernur jenderal De Jonge terhadap pergerakan

nasional sangat kejam, karena dianggapnya semua yang dilakukan oleh kaum pergerakan nasional hanya akan mengganggu usaha pemerintah untuk mengatasi kesulitan ekonomi. Oleh karena itu, sikap pemerintah terhadap kaum pergerakan nasional acuh tak acuh dan semua yang diusulkan oleh pihak kaum pergerakan nasional ditolak. Banyak kaum, pergerakan nasional ditangkap dan dijebloskan dalam penjara. Melihat perlakuan pemerintah yang demikian itu, kaum wanita juga ikut mengubah taktik perjuangannya. Yaitu dengan cara ikut mendukung aksi kaum pergerakan nasional, baik yang dilancarkan dalam Mosi Soetardjo (1936) dan tuntutan GAPI (1939) tentang "Indonesia Berparlemen". Hal ini sudah tampak pada waktu diselenggarakan Kongres Perempuan Indonesia III di Bandung. Dan Kongres Perempuan Indonesia IV di Semarang. Dalam kongres-kongres tersebut, dijelaskan bahwa rnaksud: dan dasar kongres tetap sama, yaitu merapatkan hubungan antara perkumpulan-perkumpulan perempuan Indonesia, untuk menguatkan usaha memperbaiki nasib kaum perempuan Indonesia, khususnya dan rakyat Indonesia pada umumnya. Untuk selnjutnya setelah masuknya bala tentara Jepang ke Indonesia, karena Jepang hanya menitikberatkan untuk menghadapi perang terhadap pasukan Sekutu, maka pada masa Jepang seluruh organisasi politik dilarang. Selain itu, kegiatan kaum wanita dalam perjuanngan mencapai kemerdekaan Indonesia dapat bekerja sama secara baik dengan kaum pria. Ada yang berperan di garis depan dan ada yang berperan di garis belakang. Yang di garis depan ikut latihan baris-berbaris dan kemiliteran, seperti Barisan Srikandi" ataupun kelaskaran wanita lainnya. Kemudian yang di garis belakang, aktif bekerja di dapur umum dan palang merah. Dengan demikian, kaum wanita. ikut`berperan aktif dalam setiap perjuangan dalam rangka mencapai kemerdekaan Indonesia.