10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori keagenan menurut Brigham & Houston (2006: 26-31) para manajer diberi kekuasaaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan. Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut. Menurut Eisenhardt, 1989 dalam Darmawati, dkk., 2005 teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan. Pertama adalah masalah keagenan yang timbul pada saat (a) keinginan atau tujuan dari prinsipal dan agen berlawanan dan (b) merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi tentang apa yang telah benar- benar dilakukan oleh agen. Permasalahannya adalah bahwa prinsipal tidak dapat memverifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu secara tepat. Kedua, adalah masalah pembagian risiko yang timbul pada saat prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap risiko. Oleh karena itu dibuat kontrak yang diharapkan dapat menyelaraskan kepentingan prinsipal dan agen.
11 2. Pengertian dan Konsep Corporate Social Responsibility Tanggung jawab sosial atau yang disebut juga sebagai Corporate Social Responsibility, secara teoritis masih mengalami kontradiksi. Salah satu definisi CSR yang terkenal adalah yang diungkapkan oleh Carroll (1991). Carroll (1991) mendefinisikan CSR kedalam 4 bagian yaitu : tanggung jawab ekonomi (economic responsibilities), tanggung jawab hukum (legal responsibilities), tanggung jawab etis (ethical responsibilities), tanggung jawab filantropis (philanthropic responsibilities). Carroll menggambarkan keempat bagian CSR itu kedalam sebuah piramid. Piramida CSR dimulai dengan tanggung jawab ekonomi sebagai dasar untuk tanggung jawab yang lain. Pada saat yang sama perusahaan diharapkan untuk mematuhi hukum, karena hukum adalah kodifikasi yang dapat diterima masyarakat atas perilaku yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima. Selanjutnya perusahaan harus bertanggung jawab secara etis. Dan yang terakhir, perusahaan diharapkan untuk menjadi warga perusahaan yang baik (good corporate citizen). Selain itu Mirza dan Imbuh (1997) dalam Indira (2005) mendefinisikan Corporate Social Responsibility sebagi kewajiban organisasi yang tidak hanya menyediakan barang dan jasa yang baik bagi masyarakat, tetapi juga mempertahankan kualitas lingkungan sosial maupun fisik, dan juga memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan komunitas dimana mereka berada. Commission of the European Communities (2001) mendefinisikan CSR sebagai berikut :
12 A concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basis. Dari pengertian diatas konsep CSR adalah perusahaan seharusnya mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder secara sukarela. Sementara menurut WBCSD (World Business Council for Sustainable Development) mendefinisikan CSR sebagai CSR is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large. Ini berarti bahwa perusahaan harus dapat berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi beriringan dengan meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja dan keluarganya serta komunitas lokal dan masyarakat luas. Ini bisa dilakukan dengan cara mengerti aspirasi dan kebutuhan stakeholder dan kemudian berkomunikasi dan berinteraksi dengan para stakeholder. Konsep CSR pada umumnya menyatakan bahwa tanggung jawab perusahaan tidak hanya terhadap pemiliknya atau pemegang saham saja tetapi juga terhadap para stakeholders yang terkait dan/atau terkena dampak dari keberadaan perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori stakeholder yang menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya.
13 3. Pengungkapan CSR di Indonesia Pengungkapan (disclosure) kaitannya dalam laporan keuangan, mengandung arti bahwa laporan keuangan harus memberikan informasi dan penjelasan yang cukup mengenai hasil aktivitas suatu unit usaha. Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas, serta mampu menggambarkan secara tepat, mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil operasi unit usaha (Ghozali dan Chariri, 2007). Pengungkapan (disclosure) dalam Hendriksen dan Breda (2002) didefinisikan sebagai penyediaan atau penyampaian informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya berupa laporan tahunan. Menurut Gray et al. (1995b) dalam Muhamad Rizal Hasibuan (2001: 16-17) menyebutkan tiga studi yaitu : Pertama, Dicision-usefulness studies; penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitan menemukan bukti bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh user seperti; para analisa, banker, dan pihak lain yang terlibat. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa informasi aktivitas sosial perusahaan adalah pada posisi Moderately important. Kedua, Economic theory study; studi dalam corporate responsibility reporting ini mendasari pada economic agency theory dan accounting positive theory yang menganalogikan manajemen adalah agen dari suatu principal. Prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau traditional user lain, namun pengertian users tersebut telah berkembang menjadi seluruh interest group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen, manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai
14 dengan keinginan public (stakeholder). Ketiga, Social and political theory studies. Bidang ini menggunakan teori stakeholder,theory legitimasi organizes dan theory economy public. Teori stakeholder mengasumsikan bahwa perusahaan berusaha mencari pembenaran dari para stakeholder dalam menjalankan operasi perusahaannya. Semakin kuat posisi stakeholder semakin besar pula kecenderungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap keinginan para stakeholdernya. Pengungkapan CSR berpengaruh pada nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan paradigm enlightened self-interest yang menyatakan bahwa stabilitas dan kemakmuran ekonomi jangka panjang hanya dapat dicapai jika perusahaan melakukan tanggung jawab sosial kepada masyarakat (Hartanti, 2006 dalam Ni Wayan Rustiarini, 2010). Menurut Taridi (2009) ada beberapa manfaat dari praktik dan pengungkapan CSR bagi perusahaan, antara lain: a. Pengelolaan sumber daya korporasi secara amanah dan bertanggungjawab, yang akan meningkatkan kinerja korporasi secara sustainable. b. Perbaikan citra korporasi sebagai agen ekonomi yang bertanggungjawab (good corporate citizen) sehingga meningkatkan nilai perusahaan (value of the firm). c. Peningkatkan keyakinan investor terhadap korporasi sehingga menjadi lebih atraktif sebagai target investasi. d. Memudahkan akses terhadap investasi domestik dan asing. e. Melindungi Direksi dan Dewan Komisaris dari tuntutan hukum.
15 Pengukapan CSR di Indonesia sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pasal 74 ayat 1 Undang-undang tersebut menyebutkan bahwa Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, pasal 15 (b) menyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan dan dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas. 4. Pengertian Good Corporate Governance Istilah corporate governance (tata kelola perusahaan) berasal dari suatu analogi antara pemerintahan suatu negara atau kota dengan pemerintahan dalam suatu perusahaan (Becht et al., 2002 dalam Solihin 2008:115). Corporate governance (CG) juga berkaitan dengan penyelarasan masalah tindakan kolektif yang melibatkan berbagai investor dan juga menyangkut rekonsiliasi berbagai kepentingan yang berbeda-beda dari shareholders. Hal tersebut berarti bahwa tanpa adanya good corporate governance (GCG), maka akan terjadi konflik kepentingan yang bisa memberi dampak buruk bagi kinerja perusahaan. Corporate governance didefinisikan sebagai suatu sistem yang digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Selain itu Corporate Governance juga dapat didefinisikan sebagai rangkaian proses terstruktur yang digunakan untuk mengelola serta mengarahkan atau memimpin bisnis dan usaha
16 usaha korporasi dengan tujuan untuk meningkatkan nilai-nilai perusahaan serta kontinuitas usaha. Terdapat beberapa pemahaman tentang pengertian Corporate Governance yang dikeluarkan beberapa pihak baik dalam perspektif yang sempit (shareholder) dan perspektif yang luas (stakeholders), namun pada umumnya menuju suatu maksud dan pengertian yang sama. Organization for Economic Cooperation and Development-OECD mendefinisikan GCG sebagai: The structure through whichshareholders, directors, managers, set of the board objectives of the company, the means ofattaining those objectives and monitoring performance. Suatu sistem yang mengatur hubungan peran Dewan Komisaris, peran Direksi, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya. Tata kelola perusahaan yang baik juga disebut sebagai suatu proses yang transparan atas penentuan tujuan perusahaan, pencapaiannya dan penilaian kinerjanya. Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendangkan return. Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer.
17 5. Prinsip dan Manfaat Good Corporate Governance Menurut Sutedi (2011), ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam Corporate Governance, yaitu : 1. Transparancy (Keterbukaan) Penyediaan informasi yang memadai, akurat, dan tepat waktu kepada stakeholders harus dilakukan oleh perusahaan agar dapat dikatakan transparan. Pengungkapan yang memadai sangat diperlukan oleh investor dalam kemampuannya untuk membuat keputusan terhadap risiko dan keuntungan dari investasinya. Kurangnya pernyataan keuangan yang menyeluruh menyulitkan pihak luar untuk menentukan apakah perusahaan tersebut memiliki uang yang menumpuk dalam tingkat yang mengkhawatirkan. Kurangnya informasi akan membatasi kemampuan investor untuk memperkirakan nilai dan risiko serta pertambahan dari perubahan modal (volatility of capital). 2. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan) Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Pengelolaan perusahaan harus didasarkan pada pembagian kekuasaan diantara manajer perusahaan, yang bertanggung jawab pada pengoperasian setiap harinya, dan pemegang sahamnya yang diwakili oleh dewan direksi. Dewan direksi diharapkan untuk menetapkan kesalahan (oversight) dan pengawasan. 3. Fairness (Kesetaraan) Secara sederhana kesetaraan didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara dalam memenuhi hak-hak stakeholder. Dalam pengelolaan perusahaan perlu
18 ditekankan pada kesetaraan, terutama untuk pemegang saham minoritas. Investor harus memiliki hak-hak yang jelas tentang kepemilikan dan sistem dari aturan dan hukum yang dijalankan untuk melindungi hak-haknya 4. Sustainability (Kelangsungan) Kelangsungan adalah bagaimana perusahaan dapat terus beroperasi dan menghasilkan keuntungan. Ketika perusahaan negara (corporation) exist dan menghasilkan keuntungan dalam jangka mereka juga harus menemukan cara untuk memuaskan pegawai dan komunitasnya agar tetap bisa bertahan dan berhasil. Mereka harus tanggap terhadap lingkungan, memperhatikan hukum, memperlakukan pekerja secara adil, dan menjadi karyawan yang baik. Dengan demikian, akan menghasilkan keuntungan yang lama bagi stakeholder-nya. Dengan diterapkannya sistem good corporate governance dapat memberikan banyak manfaat tidak hanya untuk pemegang saham tapi juga untuk pihak-pihak terkait yang mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan, karena good corporate governance memiliki arti yang sangat penting dalam menjalankan suatu organisasi bisnis. Menurut Kania (2011) manfaat penerapan corporate governance adalah sebagai berikut : 1. Mengurangi agency cost yang merupakan biaya yang harus ditanggung shareholder karena penyalahgunaan wewenang sebagai akibat pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen.
19 2. Mengurangi biaya modal (cost of capital) sebagai dampak dari menurunnya tingkat bunga atas dana dan sumber daya yang dipinjam oleh perusahaan seiring dengan turunnya tingkat risiko perusahaan. 3. Menciptakan dukungan para stakeholder dalam lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan. Sedangkan Manfaat dari penerapan good corporate governance (Andriyanti, 2011) sebagai berikut: 1. Good corporate governance akan memungkinkan dihindarinya atau sekurang kurangnya dapat diminimalkan tindakan penyalahgunaan wewenang oleh pihak direksi dalam pengelolaan perusahaan. Hal ini tentu akan menekankan kemungkinan kerugian berupa agency cost bagi perusahaan maupun pihak berkepentingan lainnya sebagai akibat tindakan tersebut. 2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik oleh manajemen puncak, dan terciptanya budaya kerja yang lebih sehat. 3. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. 4. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia melalui meningkatnya citra perusahaan atas penerapan good corporate governance.
20 5. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham. dengan menciptakan dukungan terhadap para pemangku kepentingan melalui penerapan good corporate governance, mereka mendapat jaminan atas segala tindakan dan operasi perusahaan. Manfaat yang dirasakan oleh masing-masing perusahaan yang menerapkan GCG tentu tidak sama, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti riwayat hidup perusahaan, jenis usaha, struktur permodalan, sistem manajemen dan lain- lain. 6. Kinerja Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimana pun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya (Cahyani, 2009). Menurut Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran- ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Sucipto, 2003). Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengukuran kinerja perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yaitu pengukuran kinerja non keuangan (non financial performance measurement) dan pengukuran kinerja keuangan (financial performance measurement) (Morse dan Davis, 1996). Informasi yang digunakan didalam mengukur kinerja non keuangan adalah Informasi yang disajikan tidak dalam satuan uang atau rupiah (non financial information) namun dengan satuan ukur non keuangan (Kaplan & Atkinson, 1998 dalam Bugshan, 2005). Adapun
21 informasi yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan adalah informasi keuangan (financial information), yaitu informasi akuntansi manajemen dan informasi akuntansi keuangan seperti laba sebelum pajak, tingkat pengembalian investasi dan sebagainya. 7. Kajian Riset Terdahulu Banyak penelitian yang menegaskan bahwa Corporate Governance dan Corporate Social Responbility berpengaruh dan memiliki hubungan positif dengan kinerja perusahaan. Dalam penelitian empiris, beberapa kali peneliti telah mencoba untuk mengungkapkan hal ini dalam berbagai perspektif yang berbeda. Berikut ini mengenai penelitian terdahulu yang telah dilakukan : TABEL 2.1 RINGKASAN PENELITIAN TERDAHULU No Nama Peneliti Hasil Penelitian 1. Anggraini (2006) Faktor kepemilikan manajemen dan jenis industri menjadi bahan pertimbangan oleh perusahaan untuk mengungkapkan CSR. 2. Rosmasita (2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR suatu perusahaan dalam hal ini hanya pada laporan tahunan perusahaan manufaktur antara lain: kepemilikan manajemen, leverage, ukuran perusahaan, dan profitabilitas. 3. Puspitasari (2009) Faktor kepemilikan saham asing, kepemilikan saham publik, ukuran industri dan tipe industri berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR di Indonesia. 4. Supatmi (2007) Belum tentu perusahaan yang memperoleh peringkat penerapan corporate governance baik akan memiliki kinerja keuangan yang baik pula. Corporate governance terbukti secara statistik tidak berpengaruh terhadap rasio keuangan, yaitu profitabilitas, likuiditas, leverage dan aktivitas.
22 5. Reny Dyah dan Denies (2012) GCG dan Pengungkapan CSR berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan, hasil ini menunjukkan bahwa penerapan corporate governance yang baik dan pengungkapan CSR dapat meningkatkan reputasi perusahaan. 6. Meirrisa dan Istianingsih (2012) 7. GCG berpengaruh terhadap kinerja perusahaan yang dilihat dari besarnya abnormal saham. Titi Purwatini (2007) GCG berpengaruh signifikansi positif terhadapa kinerja perusahaan yang dilakukan dengan pendekantan ROA. 8. Lia Parasmitha (2013) Dewan komisaris, kepemilikan institusional, dan kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh siginifikan terhadap kinerja perusahaan. B. Rerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang dikemukakan, maka sebagai acuan untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka pemikiran teoritis yang dituangkan dalam model penelitian seperti yang ditunjukan pada gambar berikut: Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran Good Corporate Governance (GCG) Ukuran Dewan Direksi Dewan Independen H1 Intensitas Dewan Kinerja Perusahaan Corporate Social Responsibility (CSR) H2
23 C. Hipotesis 1. Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Kinerja Perusahaan Teori keagenan dapat menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan akan berperilaku, karena pada dasarnya mereka memiliki kepentingan yang berbeda. Dengan kepentingan yang berbeda itu, antara agen dan prinsipal terjadi konflik yang potensial. Konflik kepentingan yang muncul disebut konflik keagenan. Pada dasarnya, konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Adanya konflik tersebut mengakibatkan perlunya check dan balance untuk mengurangi kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh manajemen. Good corporate governance sebagai mekanisme untuk mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan, bertujuan untuk mengurangi kepentingan pemegang saham dan stakeholder lain. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance seperti transparency, accountability, responsibility dan fairness yang dilakukan oleh perusahaan dan mekanisme corporate governance dapat meminimalisasi konflik kepentingan antara manajer dan para pemegang saham perusahaan. Sistem yang baik akan memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham untuk memperoleh kembali investasinya dengan wajar, tepat dan efisien, serta memastikan bahwa manajemen bertindak sebaiknya untuk kepentingan perusahaan. Kinerja keuangan suatu perusahaan ditentukan oleh sejauh mana keseriusan menerapkan good corporate governance. Jika praktik good corporate
24 governance berjalan dengan efektif dan efisien maka seluruh proses aktivitas perusahaan akan berjalan dengan baik yang selanjutnya dapat meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan dewan dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri. Good corporate governance juga dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya yang juga akan berdampak pada kinerja perusahaan. H1 : Terdapat pengaruh positif Good Corporate Governance (GCG) terhadap kinerja perusahaan. 2. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan. Desakan lingkungan perusahaan menuntut perusahaan agar menerapkan strategi untuk memaksimalkan kinerja perusahaan. Strategi perusahaan seperti tanggungjawab sosial dapat dilakukan untuk memberikan image perusahaan yang baik kepada pihak eksternal. Perusahaan dapat memaksimalkan modal pemegang saham, reputasi perusahaan, dan kelangsungan hidup jangka panjang perusahaan dengan menerapkan tanggungjawab sosial perusahaan. Telah disebutkan dalam UU bahwa perusahaan yang aktivitasnya berhubungan dengan lingkungan alam wajib menerapkan Corporate Social Responsibility. Perusahaan tidak hanya memandang laba sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai tanggung jawab yang lebih luas disbanding hanya mencari laba untuk pemegang saham. Para konsumen akan lebih mengapresiasi perusahaan yang mengungkapkan Corporate Social Responsibility dibandingkan dengan
25 perusahaan yang tidak mengungkapkannya, mereka akan membeli produk yang sebagian laba dari produk tersebut disisihkan untuk kepentingan sosial lingkungan, misalnya untuk beasiswa, pembangunan fasilitas masyarakat, pelestarian lingkungan, dan lain sebagainya. Hal ini akan berdampak positif terhadap perusahaan, selain membangun image yang baik di mata para stakeholder karena kepedulian perusahaan terhadap sosial lingkungan, juga akan menaikkan laba perusahaan melalui peningkatan penjualan. H2 : Terdapat pengaruh positif Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap kinerja perusahaan.