Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki dalam Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika

dokumen-dokumen yang mirip
Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki Berkemampuan Matematika Tinggi dalam Investigasi Matematik

P - 70 PROFIL BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH TIPE INVESTIGASI MATEMATIK DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL PROSES BERPIKIR SISWA DALAM GENERALISASI MASALAH POLA BILANGAN BERDASARKAN GENDER THE PROCESS OF STUDENT S THOUGHT IN GENERALIZING A

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

OLEH : ANISATUL HIDAYATI NPM: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penalaran adaptif siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam proposal ini adalah pendekatan kualitatif. Yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. analisis, yaitu penelitian yang digunakan untuk menggambarkan secara rinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

CONJECTURING DALAM PEMECAHAN MASALAH GENERALISASI POLA

Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA

Bagaimana Mengintegrasikan Kegiatan Eksplorasi di Kelas? Belajar dari Olimpiade Matematika SD

PROFIL BERPIKIR KRITIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNCP YANG BERKEMAMPUAN LOGIKA TINGGI DALAM PEMECAHAN MASALAH OPEN ENDED

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif kualitatif yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. yang diarahkan untuk mendeskripsikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang sesuai, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan

SKRIPSI. Oleh : DANNY EKO WICAKSONO NPM:

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

Bagaimana Cara Guru SD Memfasilitasi Siswanya Agar Dapat Menjadi Siswa yang Mandiri Mempelajari Matematika?

Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN. motivasi, tindakan dan lain secara holistik. 31 Sedangkan disebut deskriptif

Analisis Kemampuan Penalaran Logis Siswa yang Memiliki Gaya Berpikir Sekuensial Abstrak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL KESULITAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA MATERI POKOK BANGUN RUANG SISI DATARDITINJAU DARI KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. diungkapkan sebelumnya. Dalam penelitian ini deskriptif digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOGI PENELITIAN

PENERAPAN STRATEGI GRUP INVESTIGASI DENGAN PENDEKATAN POLYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA.

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR DALAM PENYELESAIAN MASALAH MATEMATIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pemahaman Siswa terhadap Konsep Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan penelitian deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2014:4)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

METODE PENELITIAN. kriteria ketuntasan hasil belajar di MTs Plus Raden Paku Trenggalek.

BAB III METODE PENELITIAN

commit to user 32 BAB III METODE PENELITAN

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif. Istilah penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek misalnya motivasi,

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. beberapa teknik atau metode penelitian yang meliputi:

BAB III METODE PENELITIAN. temuan-temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah, Peneliti sebagai instrument pertama, bersifat deskriptif, lebih

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INTELLIGENCE MAPPING PRESENTATION

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. organisasi dalam badan sosial tersebut. cukup untuk diolah, maka peneliti akan memperpanjang waktu.

LEMBAR KERJA SISWA PADA MATERI HIMPUNAN BERBASIS PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK SISWA SMP/MTs

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena menyajikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Profil Proses Kognitif Siswa SMP Laki-laki dalam Investigasi Matematik Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika Sri Subarinah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram email: s.subarinah@gmail.com PM -73 Abstrak Proses kognitif dalam investigasi matematik terdiri dari empat tahap, yaitu: pengkhususan, pendugaan, pembenaran, dan perumuman. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara mendalam sesaat setelah subjek melakukan investigasi matematik. Data penelitian yang kredibel diperoleh dengan metode triangulasi waktu. Dalam artikel ini akan dibahas hasil penelitian untuk subjek laki-laki yang berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek dengan kemampuan matematika tinggi dan sedang dapat melakukan keempat tahapan tersebut. Perbedaannya terletak pada tahap perumuman dan pembenaran, dimana subjek dengan kemampuan matematika tinggi dapat menemukan dua rumus umum dan berpikirnya lebih konstruktif dibanding kedua subjek lainnya. Sedangkan subjek dengan kemampuan matematika sedang hanya menemukan satu rumus umum dengan membuat rumusan suatu pola induktif. Subjek dengan kemampuan matematika rendah tidak dapat menemukan rumus umum pada tahap perumuman. Kata kunci: Proses kognitif, Investigasi matematik, Siswa SMP laki-laki, Kemampuan matematik I. PENDAHULUAN Dalam pembelajaran matematika, guru perlu mengetahui proses kognitif siswa dalam mengerjakan tugas matematika. Proses kognitif adalah proses aktivitas mental dalam pikiran seseorang, yaitu sesuatu yang tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diukur melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Dengan demikian guru dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dalam pikiran siswa dalam menghadapi tugas yang diberikan guru. Sehingga guru dapat memperbaiki pembelajaran dengan cara menyesuaikan dengan kondisi siswanya. Dan pembelajaran matematika yang baik sebaiknya juga lebih menekankan aktivitas siswa sebagai pusat pembelajaran. Siswa didorong untuk aktif baik secara mental maupun fisik. Menurut Turmudi [1], dalam pembelajaran matematika, siswa harus dirangsang untuk mencari sendiri, melakukan penyelidikan (investigation), melakukan pembuktian terhadap suatu dugaan (conjecture) yang mereka buat sendiri, dan mencari tahu jawaban atas pertanyaan teman atau pertanyaan gurunya. Investigasi matematik adalah suatu kegiatan yang dapat mendorong suatu aktivitas percobaan, mengumpulkan data, melakukan observasi, mengidentifikasi suatu pola, membuat dan menguji kesimpulan/dugaan serta membuat suatu generalisasi [2]. Dengan investigasi matematik siswa dapat mengembangkan rasa ingin tahu, berani bertanya dan mengemukakan pendapat, serta berani mengambil resiko dan percaya diri, sehingga lebih aktif dalam berpikir dan dapat mencetuskan ide-ide dalam mencari jalan keluar permasalahan, terutama yang berkaitan dengan matematika. Kegiatan investigasi terbuka terdiri dari lima tahap, yaitu masuk (entry), penetapan tujuan (goal setting), pemecahan (attack), pemeriksaan (review), dan perluasan (extension) [3], [4]. Dan investigasi matematik dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai suatu tugas, suatu proses dan suatu kegiatan. Selanjutnya proses investigasi matematik dikarakterisasi menggunakan empat istilah proses kognitif inti, yaitu : (1) pengkhususan (specialising), (2) pendugaan (conjecturing), (3) pembenaran (justifying), dan (4) perumuman (generalising). Keempat proses kognitif inti tersebut terjadi pada tahap ketiga dari investigasi matematik terbuka, yaitu pada tahap pemecahan (attack) [3], [4]. Karakterisasi investigasi yang terdiri dari empat proses kognitif inti tersebut dapat membantu untuk mempelajari bagaimana siswa berpikir ketika mereka menyelidiki. Dalam penelitian ini yang dimaksud proses kognitif dalam investigasi MP 495

ISBN. 978-602-73403-1-2 matematik adalah proses aktivitas mental dalam pikiran seseorang dalam tahap ketiga investigasi matematik, yaitu tahap pemecahan (attack), yang meliputi pengkhususan (specialising), pendugaan (conjecturing), pembenaran (justifying), dan perumuman (generalising). Penelitian ini bertujuan untuk mengali dan mendeskripsikan secara kualitatif profil proses kognitif siswa SMP laki-laki dengan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah dalam investigasi matematik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengidentifikasi profil proses kognitif siswa SMP dalam investigasi matematik ditinjau berdasarkan perbedaan kemampuan matematika. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang ditujukan untuk mengungkapkan profil proses kognitif siswa SMP laki-laki dengan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah dalam investigasi matematik. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga siswa SMP laki-laki kelas VIII yang masing-masing mempunyai kemampuan matematika tinggi (subjek-1), sedang (subjek-2), dan rendah (subjek-3). Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu instrumen utama dan instrumen pendukung. 1. Instrumen Utama Instrumen utama penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peran peneliti sebagai instrumen utama adalah mengendalikan seluruh proses pengumpulan data. Data utama yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang diperlukan untuk mengungkap profil proses kognitif siswa laki-laki berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah dalam investigasi matematik. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan tersebut, maka diperlukan wawancara yang mendalam subjek. 2. Instrumen Pendukung Untuk mendukung instrumen utama dalam menjalankan fungsinya diperlukan instrumen-instrumen pendukung. Instrumen pendukung pada penelitian ini meliputi: a. Soal Tes Kemampuan Matematika (TKM) Soal ini berbentuk uraian singkat yang mencakup materi-materi yang telah dipelajari siswa sampai kelas VIII SMP (sesuai dengan subjek penelitian). Soal-soal tes yang dimaksud dipilih dari soal-soal Ujian Nasional (UN) yang telah diujikan pada tahun-tahun sebelumnya. b. Tugas Investigasi Matematik (TIM) Instrumen ini digunakan sebagai instrumen bantu untuk menggali proses kognitif subjek dalam memecahkan tugas investigasi matematik. Masalah matematika yang digunakan terdiri dari satu tugas investigasi matematik untuk setiap siklus triangulasi. Sebelum digunakan dalam penelitian, tugas-tugas tersebut terlebih dahulu divalidasi oleh validator yang dianggap kompeten dan sesuai dengan bidang keahliannya, sampai masalah-masalah tersebut dapat dikatakan layak untuk digunakan dalam penelitian. Tugas investigasi matematik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Perhatikan gambar segi-5 ABCDE di bawah ini. Ruas garis AC adalah salah satu diagonal segi-5 ABCDE. E A B D C MP 496

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 a) Gambarlah semua diagonal segi-5 ABCDE pada gambar di lembar jawaban. Ada berapakah banyaknya semua diagonal segi-5 tersebut? b) (i) Gambarlah segi-4 sembarang dan semua diagonalnya. Ada berapakah banyaknya semua diagonal segi-4? (ii) Gambarlah segi-6 sembarang dan semua diagonalnya. Ada berapakah banyaknya semua diagonal segi-6? (iii) Gambarlah segi-7 sembarang dan semua diagonalnya. Ada berapakah banyaknya semua diagonal segi-7? c) Amati hasil a) dan b), kemudian temukan pola bilangan dari banyaknya diagonal segi-4, segi-5, segi-6, dan segi-7. d) Dari pola yang kamu temukan pada jawaban c), tentukan banyaknya diagonal segi-10 tanpa dengan menggambar segi-10 nya. e) Dari pola yang kamu temukan pada jawaban c), carilah rumus umum banyaknya diagonal segi-n. f) Gambarlah segi-8 sembarang dan semua diagonalnya. Ada berapakah banyaknya semua diagonal segi-8? g) Apakah hasil pada f) sesuai dengan rumus pola yang ditemukan di c)? h) Apakah hasil pada f) sesuai dengan rumus yang ditemukan di e) mengganti n = 8? i) Cocokkan rumus yang ditemukan di e) dengan banyaknya diagonal pada gambar-gambar sebelumnya c. Pedoman wawancara Pedoman wawancara digunakan bertujuan untuk menghimpun data yang diinginkan sesuai tujuan penelitian. Pedoman wawancara tersebut dirumuskan dalam bentuk garis-garis besar mengacu pada fokus penelitian, tidak bersifat kaku, tetapi fleksibel sehingga bagaimana wawancara dilakukan dan isi wawancara bisa berkembang saat wawancara dilakukan. Agar tidak ada informasi yang terlewat dan data yang diperoleh dijamin keabsahannya, maka wawancara direkam dengan perekam gambar dan suara (video). Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara berbasis tugas. Peneliti mewawancara subjek penelitian secara mendalam mengenai hasil penyelesaian TIM yang diberikan. Peneliti sebagai instrumen utama melakukan wawancara untuk mengecek data hasil jawaban siswa dan mengeksplorasi proses kognitif dalam investrigasi matematik yang ada dalam diri siswa. Pengumpulan data dilaksanakan di sekolah dengan waktu yang diatur bersama antara peneliti, subjek penelitian, dan guru mata pelajaran matematika di kelasnya. Wawancara dilakukan dua kali, wawancara pertama dilakukan setelah subjek selesai mengerjakan TIM bagian a) sampai d). Sedangkan wawancara kedua dilakukan setelah subjek menyelesaikan Tim bagian e) sampai i). Dari hasil wawancara tersebut diungkap proses kognitif siswa dalam memecahkan masalah investigasi matematik. Dalam rangka mendapatkan kesimpulan yang sahih, perlu dilakukan pemeriksaan kredibilitas data. Dalam penelitian ini, pengujian kredibilitas data penelitian dilakukan melalui triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data sebagai pembanding terhadap data yang ada. Menurut Sugiyono [5], triangulasi dalam pengujian kredibilitas data diartikan sebagai pemeriksaan data dari berbagai sumber, berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat tiga jenis triangulasi, yaitu: (a) triangulasi sumber; (b) triangulasi metode dan (c) triangulasi waktu. Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi waktu. Triangulasi waktu adalah pengambilan data lagi pada waktu yang berbeda dengan tugas investigasi matematik yang setara. Jika data yang diperoleh pada waktu yang berbeda konsisten, maka data tersebut kredibel. Jika data yang diperoleh belum konsisten, maka perlu diulang sampai ditemukan kekonsistenan data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep Miles dan Huberman [6]. Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif sampai tuntas datanya dan berlangsung terus menerus pada setiap tahap penelitian sampai jenuh. Tahaptahap dalam analisis data yang dilaksanakan pada penelitian meliputi: (1) kategorisasi/klasifikasi data, (2) mereduksi data, (3), penyajian data, (4) penafsiran/interpretasi data, (5) dan penarikan kesimpulan. MP 497

ISBN. 978-602-73403-1-2 III. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil penelitian yang dibahas dalam makalah ini berasal dari hasil tertulis subjek, hasil pengamatan peneliti pada waktu subjek mengerjakan tugas (TIM), dan hasil wawancara setelah subjek mengerjakan tugas (TIM) secara tertulis. Untuk memperoleh data penelitian yang kredibel dilakukan melalui triangulasi waktu, sehingga tugas diberikan lebih dari sekali, sampai diperoleh data yang valid. Dalam penelitian ini tugas diberikan dua kali, yaitu tugas TIM-1 dan tugas TIM-2 yang merupakan tugas yang setara. Paparan data dalam TIM-1 dan TIM-2 dalam setiap tahap divalidasi dengan cara membandingkan data hasil wawancara. Berdasarkan data hasil wawancara pada TIM-1 dan TIM-2 pada setiap tahap, ketiga subjek memperlihatkan beberapa hal yang sama, sehingga data wawancara TIM-1 dan data wawancara TIM-2 dapat dikatakan sebagai data wawancara yang valid. Dengan demikian dapat dilakukan analisis data. Untuk keperluan analisis difokuskan pada data wawancara TIM-1. Berdasarkan hasil analisis data TIM-1, maka diperoleh profil proses kognitif subjek dalam setiap tahap investigasi matematik. Subjek-1 dapat melalui keempat tahap dalam investigasi matematik. Pada tahap pengkhususan, subjek-1 memeriksa contoh-contoh khusus, mencoba beberapa kasus khusus, membuat gambar, membuat catatan-catatan penting, menyederhanakan asumsi, dan membuat daftar sistematis untuk memeriksa kasus-kasus tertentu. Hal ini dapat diketahui dari hasil tertulis, pengamatan dan wawancara dengan subjek-1. Subjek-1 berhasil melakukan dengan benar dengan langkah-langkah yang kontruktif ketika diberi tugas menggambar dan menemukan banyaknya diagonal beberapa segi dengan ukuran kecil. Gambar 1 menunjukkan hasil pekerjaan tertulis subjek-1 pada tahap pengkhususan. Gambar 1. Pekerjaan subjek-1 pada tahap pengkhususan Pada tahap pendugaan, subjek-1 dapat membuat taksiran, mengembangkan sistem pengkodean, memformulasikan hipotesis, mencoba masalah yang terkait, dan memfokuskan perhatian pada hanya satu aspek masalah terlebih dahulu. Hal ini dapat diketahui ketika subjek-1 dapat menemukan pola bilangan pada banyaknya diagonal segi berukuran kecil dan meneruskan polanya sehingga dapat menemukan banyaknya diagonal segi tertentu tanpa membuat gambarnya. Gambar 2 menunjukkan hasil pekerjaan subjek-1 pada tahap pendugaan. Gambar 2. Pekerjaan subjek-1 pada tahap pendugaan Pada tahap perumuman, subjek-1 dapat membuat formula umum dengan mengubah representasi dari pola yang sudah ditemukan sebelumnya dan subjek-1 juga menguji pola umum untuk kasus-kasus khusus yang sudah dikerjakannya. Subjek-1 bahkan dapat menemukan formula umum yang lain yang lebih abstrak setelah melalui tahap pembenaran untuk rumus umum pertamanya. Subjek-1 memahami konsep abstrak tentang banyaknya diagonal segi-n. Hal ini dapat diketahui ketika subjek-1 dapat menemukan dua MP 498

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 rumus umum banyaknya diagonal segi-n dari beberapa kasus khusus yang sudah dikerjakannya. Gambar 3 menunjukkan hasil pekerjaan subjek-1 pada tahap perumuman. Gambar 3. Pekerjaan subjek-1 pada tahap perumuman Pada tahap pembenaran, subjek-1 dapat menggunakan salah satu bagian penyelesaian untuk menyelesaikan bagian lainnya, menggunakan representasi, dan menggunakan penalaran induktif. Hal ini dapat diketahui ketika subjek-1 dapat menguji kebenaran rumus umum yang ditemukannya dengan mencocokkan dengan gambar-gambar segi tertentu yang telah dibuatnya. Gambar 4 menunjukkan hasil pekerjaan subjek-1 pada tahap pembenaran. Gambar 4. Pekerjaan subjek-1 pada tahap pembenaran Subjek-2 dapat melalui keempat tahap dalam investigasi matematik. Pada tahap pengkhususan, subjek-2 memeriksa contoh-contoh khusus, mencoba beberapa kasus khusus, membuat gambar, membuat catatan-catatan penting, menyederhanakan asumsi, dan membuat daftar sistematis untuk memeriksa kasus-kasu tertentu. Hal ini dapat diketahui ketika subjek-2 diberi tugas untuk menggambar dan menemukan banyaknya diagonal beberapa segi dengan ukuran kecil, subjek-2 berhasil melakukan dengan benar.. Gambar 5 menunjukkan hasil pekerjaan subjek-2 pada tahap pengkhususan. Gambar 5. Pekerjaan subjek-2 pada tahap pengkhususan Pada tahap pendugaan, subjek-2 dapat membuat taksiran, nmengembangkan sistem pengkodean, memformulasikan hipotesis, mencoba masalah yang terkait, dan memfokuskan perhatian pada hanya satu aspek masalah terlebih dahulu. Hal ini dapat diketahui ketika subjek-2 dapat menemukan pola bilangan pada banyaknya diagonal segi berukuran kecil dan meneruskan polanya sehingga dapat menemukan banyaknya diagonal segi tertentu tanpa membuat gambarnya. Gambar 6 menunjukkan hasil pekerjaan subjek-2 pada tahap pendugaan. MP 499

ISBN. 978-602-73403-1-2 Gambar 6. Pekerjaan subjek-2 pada tahap pendugaan Pada tahap perumuman, subjek-2 dapat membuat formula umum dengan mengubah representasi dari pola yang sudah ditemukan sebelumnya. Subjek-2 menguji pola umum untuk kasus-kasus khusus yang sudah dikerjakannya. Namun formula umum yang ditemukan subjek-2 masih terikat pada pola bilangan yang belum abstrak. Hal ini dapat diketahui ketika subjek-2 dapat menemukan rumus umum tanpa menyebut banyaknya diagonal segi-n. Gambar 7 menunjukkan hasil pekerjaan subjek-2 pada tahap perumuman. Gambar 7. Pekerjaan subjek-2 pada tahap perumuman Pada tahap pembenaran, subjek-2 dapat menggunakan salah satu bagian penyelesaian untuk menyelesaikan bagian lainnya, menggunakan representasi, dan menggunakan penalaran induktif. Hal ini dapat diketahui ketika subjek-2 dapat menguji kebenaran rumus umum yang ditemukannya dengan mencocokkan dengan gambar-gambar segi tertentu yang telah dibuatnya. Gambar 8 menunjukkan hasil pekerjaan subjek-1 pada tahap pembenaran. Gambar 8. Pekerjaan subjek-2 pada tahap pembenaran Subjek-3 hanya dapat melalui tiga tahap dari keempat tahap dalam investigasi matematik. Pada tahap pengkhususan, subjek-3 memeriksa contoh-contoh khusus, mencoba beberapa kasus khusus, membuat gambar, membuat catatan-catatan penting, menyederhanakan asumsi, dan membuat daftar sistematis untuk memeriksa kasus-kasu tertentu. Hal ini dapat diketahui ketika subjek-3 diberi tugas untuk menggambar dan menemukan banyaknya diagonal beberapa segi dengan ukuran kecil, subjek-3 berhasil melakukan dengan benar.. Gambar 9 menunjukkan hasil pekerjaan subjek-3 pada tahap pengkhususan. Gambar 9. Pekerjaan subjek-3 pada tahap pengkhususan Pada tahap pendugaan, subjek-3 dapat membuat taksiran, nmengembangkan sistem pengkodean, memformulasikan hipotesis, mencoba masalah yang terkait, dan memfokuskan perhatian pada hanya satu aspek masalah terlebih dahulu. Hal ini dapat diketahui ketika subjek-3 dapat menemukan pola bilangan pada banyaknya diagonal segi berukuran kecil dan meneruskan polanya sehingga dapat menemukan MP 500

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 banyaknya diagonal segi tertentu tanpa membuat gambarnya. Gambar 10 menunjukkan hasil pekerjaan subjek-3 pada tahap pendugaan. Gambar 10. Pekerjaan subjek-3 pada tahap pendugaan Pada tahap perumuman, subjek-3 tidak dapat formula umum. Subjek-3 tidak memahami konsep abstrak dari segi-n, namun subjek-3 dapat menguji pola umum untuk kasus-kasus khusus yang sudah dikerjakannya. Hal ini dapat diketahui dari hasil pekerjaan tertulis subjek-3 dan hasil wawancara. Hasil tertulis subjek-3 dapat dilihat pada gambar 11, yaitu ketika subjek-3 dapat menemukan banyaknya diagonal segi yang berukuran besar dengan meneruskan pola bilangan pada tahap pendugaan tanpa menemukan rumus umum. Gambar 11. Pekerjaan subjek-3 menemukan banyaknya diagonal segi yang berukuran besar Meskipun subjek-3 tidak melalui tahap perumuman, namun pada tahap pembenaran, subjek-3 dapat menggunakan salah satu bagian penyelesaian untuk menyelesaikan bagian lainnya, menggunakan representasi, dan menggunakan penalaran induktif. Hal ini dapat diketahui ketika subjek-3 dapat menguji kebenaran pola bilangan yang ditemukannya pada tahap pendugaan dengan mencocokkan dengan membuat gambar segi tertentu. Gambar 12 menunjukkan hasil pekerjaan subjek-3 pada tahap pembenaran. Gambar 12. Pekerjaan subjek-3 pada tahap pembenaran IV. SIMPULAN DAN SARAN Tahap-tahap proses kognitif dalam investigasi matematik yang meliputi pengkhususan (specialising), pendugaan (conjecturing), pembenaran (justifying), dan perumuman (generalising) semuanya dilalui oleh subjek laki-laki dengan kemampuan matematika tinggi dan sedang. Subjek laki-laki dengan kemampuan matematika rendah hanya dapat melakukan tiga tahap dari keempat tahapan tersebut. Pada tahap pengkhususan dan pendugaan ketiga subjek melakukan dengan benar. Sedangkan pada tahap perumuman, subjek laki-laki dengan kemampuan matematika tinggi dapat menemukan dua rumus umum dan memahami konsep abstrak tentang banyaknya diagonal segi-n. Subjek laki-laki dengan kemampuan matematika sedang menemukan rumus umum yang masih terikat pada bilangan tertentu dan kurang memahami konsep abstrak tentang banyaknya diagonal segi-n. Subjek Subjek laki-laki dengan kemampuan matematika rendah tidak dapat melalui tahap perumuman walaupun dapat menguji pola umum untuk kasus-kasus khusus yang sudah dikerjakannya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru SMP untuk mengidentifikasi profil proses kognitif siswa SMP laki-laki dalam investigasi matematik serta dapat digunakan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan memecahkan masalah (investigasi matematik). Untuk melengkapi hasil ini perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk subjek perempuan. MP 501

ISBN. 978-602-73403-1-2 UCAPAN TERIMA KASIH Makalah ini merupakan bagian dari disertasi penulis di Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Promotor Prof. I Ketut Budayasa, Ph.D. dan Kopromotor Dr. Agung Lukito, M.S. DAFTAR PUSTAKA [1] Turmudi, Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika: Paradigma Eksploratif dan Investigatif, Jakarta: Leuser Cita Pustaka, 2008. [2] B. H. Bastow, J. Kissane, and R. Randall., Another 20 Mathematical Investigational Work. Pert: The Mathematical Association of Western Australia (MAWA), 1984. [3] J. B. W. Yeo, and B. H. Yeap, Mathematical Investigation: Task, Process and Activity. Technical Report ME2009-01 January 2009 Mathematics and Mathematics Education National Institute of Education Singapore, 2009. [4] J. B. W. Yeo, and B. H. Yeap, Characterising the Cognitive Processes in Mathematical Investigation, Journal for Mathematics Teaching and Learning (ISSN 1473-0111), 2010. Available on http://www.cimt.plymouth.ac.uk/ journal/jbwyeo.pdf (accessed on October 17, 2012) [5] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2009. [6] M. B. Miles, and M. A. Huberman, Qualitative Data Analysis: an Expanded Sourcebook, 2 nd Edition, New Delhi: Sage Publications, 1994. MP 502