BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan masa yang menggembirakan bagi calon orang tua dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. penuh perjuangan bagi ibu yang menyusui dan bayinya (Roesli, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pemberian ASI dari ibu ke bayi yang dilakukan dengan baik dan benar.

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Air susu ibu (ASI) merupakan cairan yang berisi zat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi yang alamiah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan (Krisnatuti &

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan disertai dengan pemberian air susu ibu (ASI) sejak usia dini, terutama

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melakukan hal yang alamiah tidaklah selalu mudah (Roesli, 2009).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN PELAKSANAAN PERAWATAN PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vitamin dan mineral yang merupakan zat-zat yang dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP-N) tahun

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. rakyat terutama di bidang kesehatan. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. (GBHN) diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan termasuk keadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. Bayi merupakan kelompok umur yang paling rentan terkena penyakit kekurangan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam porsi yang dimakan tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat gizi yang

PENGETAHUAN 1. Apakah ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif? a. Ya b. Tidak 2. Apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif? a.

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan ASI eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan bahwa 57% tenaga kerja Indonesia adalah wanita Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi proses pertumbuhan fisik dan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

Transkripsi:

19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman lain. ASI Eksklusif diberikan sampai 6 bulan pertama kehidupan. Manfaat dari pemberian ASI eksklusif bagi bayi adalah sebagai makanan dengan kandungan gizi yang paling sesuai untuk kebutuhan bayi, melindungi dari berbagai infeksi dan memberikan hubungan kasih sayang yang mendukung semua aspek perkembangan bayi, termasuk kesehatan dan kecerdasan bayi. Bagi ibu, memberikan ASI secara eksklusif dapat mengurangi perdarahan pada saat persalinan, menunda kesuburan dan meringankan beban ekonomi (Roesli, 2013). Banyak keuntungan yang dapat diperoleh terutama untuk kesehatan dan perkembangan bayi ketika ia tetap diberi ASI sampai bayi berusia 6 bulan. Sebagian besar wanita di Inggris berkeinginan untuk menyusui bayinya dan sudah banyak memulainya, namun setelah 2 minggu pertama jumlah wanita yang menyusui menurun dengan cepat. Alasan mereka tidak melanjutkan menyusui adalah karena nyeri, pembengkakan payudara dan puting yang luka. Serta merasa cemas jika jumlah ASI mereka tidak mencukupi. Jika nyeri payudara bukan menjadi penyebab wanita menghentikan pemberian ASI, mungkin ketidaknyamanan yang menyebabkan dan dapat berlangsung selama beberapa minggu (Handerson, 2011). 1

20 Suatu hasil penelitian di Ghana yang diterbitkan oleh jurnal pediatrics menunjukkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah melalui pemberian ASI pada bayi sejak hari pertama dari kelahirannya. Dari 42 negara menunjukkan bahwa ASI ekslusif memiliki dampak terbesar terhadap penurunan angka kematian balita, yaitu 13% dibanding intervensi kesehatan masyarakat lainnya (Roesli, 2013). Berdasarkan hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih di bawah target Millenium Development Goals (MDG s), yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2013). Usaha dalam mencapai target penurunan AKB, dapat dilakukan dengan cara pemberian ASI Eksklusif. Pemberian ASI Eksklusif dapat menekan AKB dan mengurangi 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian bayi di dunia melalui pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan sejak jam pertama kelahirannya tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi (Siregar, 2010). Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, menunjukkan angka cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada bayi umur 0-6 bulan hanya 27 %. Angka cakupan tersebut masih sangat rendah namun setidaknya telah mengalami peningkatan dibandingkan dengan hasil SDKI 2007 yaitu 17 %, (SDKI, 2012). Menurut Anik (2012), kunci keberhasilan pemberian ASI eksklusif adalah inisiasi menyusu dini (IMD) yaitu 1 jam pertama sesudah lahir. Cara menyusui yaitu posisi dan perletakan menyusui yang benar, dan mengenali tanda kecukupan ASI. Berdasarkan UU Nomor 33 tahun 2012 pasal 9 tenaga kesehatan dan penyelanggara

21 fasilitas pelayanan kesehatan wajib melakakukan inisiasi menyusu dini (IMD) terhadap bayi yang baru lahir kepada ibunya paling singkat selama 1 jam. Inisiasi menyusu dini (IMD ) sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan dengan cara meletakkan bayi secara tengkurap di dada ibu atau di perut ibu sehingga kulit bayi melekat di kulit ibu. Peran Millenium Devolepment Goals (MDGs) dalam pencapaian IMD, yaitu IMD dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif dan lama menyusui maka akan membantu mengurangi kemiskinan, membantu mengurangi kelaparan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia dua tahun, membantu mengurangi angka kematian anak balita. Pemberian ASI dikenal sebagai salah satu hal yang berpengaruh paling kuat terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan anak (Anik, 2012). Berdasarkan penelitian Mashudi, (2012) yang berjudul inisiasi menyusu dini awal keberhasilan ASI Eksklusif menerangkan, bahwa bayi yang begitu lahir dilakukan teknik IMD pada usia 50 menit mampu menyusu lebih baik, sedangkan bayi yang tidak dilakukan teknik IMD pada usia yang sama 50% tidak dapat menyusu dengan baik. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi kesempatan menyusu dini, hasilnya 59 % dan 38% yang masih disusui. Sedangkan bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini pada usia yang sama tinggal 29 % dan 8 % yang masih disusui. Menyusui merupakan suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini. Banyak alasan yang dikemukan oleh

22 ibu-ibu antara lain, ibu merasa air susunya tidak cukup dan tidak keluar pada hari-hari pertama kelahiran bayi, hal ini disebabkan karena kurang percaya diri bahwa air susunya cukup untuk bayi dan kurangnya informasi tentang cara-cara menyusui yang baik dan benar. Didaerah pedesaan pada umumnya ibu menyusui, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kebiasaan kurang baik, yaitu memberikan makanan atau minuman untuk mengganti air susu apabila belum keluar pada hari pertama kelahiran. Kebiasaan ini dapat membahayakan kesehatan bayi dan kurangnya kesempatan untuk merangsang produksi air susu ibu sedini mungkin melalui isapan pada payudara ibu (Depkes RI, 2010). Masalah yang sering dikeluhkan oleh para ibu adalah produksi ASI yang kurang, padahal ASI diproduksi berdasarkan kebutuhan bayi. Posisi bayi pada payudara ibu saat menyusui adalah faktor yang harus diperhatikan agar proses menyusui berhasil karena bayi mempunyai refleks alami menghisap puting susu yang akan merangsang produksi ASI. Semakin sering bayi menyusu, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Produksi ASI selalu berkesinambungan, setelah payudara disusukan, maka payudara akan terasa kosong dan melunak. Idealnya bayi secepatnya disusui pada jam-jam pertama setelah lahir saat refleks menghisapnya paling kuat. Hal tersebut yang dikenal dengan Inisiasi Menyusu Dini, (Roesli, 2013) Sekitar 40 tahun silam, jumlah wanita di Indonesia yang memilih menyusui sendiri bayinya mulai berkurang. Jumlah terendah terjadi di tahun-tahun awal 70-an ketika kurang dari 40% yang memilih mmberikan ASI, dan minggu keenam setelah melahirkan, kurang dari 20% memberikan ASI kepada bayinya. Sejak itu kemudian

23 ada kecendrungan untuk kembali memberikan ASI, khususnya diantara wanita kelas menengah, dan sekarang sekitar 75% wanita mulai menyusui bayinya, dan 35% masih menyusui 3 bulan kemudian (Handerson, 2011). Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif disahkan pada 1 Maret 2012. PP itu lahir sebagai jaminan pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan sumber makanan terbaik (ASI) sejak dilahirkan sampai berusia enam bulan. Dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif itu, bayi hanya mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI), tanpa menambah dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Pemberian ASI di Indonesia saat ini memprihatinkan, hal ini di sebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI masih relatif rendah. Pencapaian 6 bulan ASI eksklusif bergantung pada keberhasilan inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama (Depkes, 2011). Data Riskesdas tahun 2013, menunjukkan persentasi pemberian ASI eksklusif berdasarkan usia bayi yaitu bayi Usia 0 bulan 52,7%, Usia 1 bulan 48,7%, Usia 2 bulan 46%, Usia 3 bulan 42,2%, Usia 4 bulan 41,9%, Usia 5 bulan 36,6%, dan Usia 6 bulan 30,2%. Pada sebuah penelitian tentang keberhasilan ibu menyusui, terdapat faktor penting tentang perawatan payudara, hal ini terbukti dengan diperolehnya data dari 115 ibu postpartum yang terbagi dalam dua kelompok, dimana angka keberhasilan menyusui pada 50 ibu yang tidak melakukan perawatan payudara adalah 26,8% Ini sangat rendah jika dibandingkan dengan 98,1% keberhasilan menyusui dari

24 kelompok ibu yang melakukan perawatan payudara yang berjumlah 65 orang (Surrinah, 2010). Perawatan payudara adalah merawat payudara semenjak hamil sampai masa nifas, selain akan menjaga bentuk payudara juga akan memperlancar keluarnya air susu ibu. Dengan dilakukannya perawatan payudara pada ibu diharapkan puting susu calon ibu dalam keadaan bersih, alveoli terbuka, puting menonjol, melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga ASI yang dikeluarkan akan mencukupi kebutuhan bayi, serta masalah-masalah yang dapat menghambat proses pemberian ASI dapat dihindarkan (Fitri, 2011). Perawatan payudara setelah melahirkan bertujuan agar payudara senantiasa bersih dan mudah untuk dihisap oleh bayi. Perawatan payudara juga dapat membantu memperlancar pengeluaran ASI. Banyak ibu yang mengeluhkan bayinya tidak mau menyusu, bisa jadi ini disebabkan faktor teknis seperti puting susu yang masuk ke dalam, lecet atau iritasi, atau posisi yang salah sehingga ibu enggan untuk menyusui terutama pada primi. Hal ini dapat menyebabkan ibu memberikan susu formula atau makanan pengganti. Tentunya, selain faktor teknis ini, air susu ibu juga dipengaruhi asupan nutrisi dan kondisi psikologis ibu. (Kustini, 2011). Menurut Nutrition & Health Surveillance System (NHSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller Internasional tahun 2010, menunjukkan cakupan nutrisi ibu menyusui yang terpenuhi di perkotaan antara 4% sampai 12 % sedangkan di pedesaan 4% sampai 25 %. Sebagai gambaran data pemberian ASI berdasarkan SDKI 2007, Angka Cakupan ASI Eksklusif 6 bulan di Indonesia hanya 32,3%, masih

25 jauh dari rata rata dunia, yaitu 38%. Sementara itu saat ini jumlah bayi dibawah 6 bulan yang di beri susu formula meningkat dari 16,7% pada tahun 2007 menjadi 27,9% pada tahun 2012. (Krisnatuti, 2011). Masalah yang dapat di timbulkan dari ibu menyusui adalah produksi ASI yang tidak maksimal, sehingga banyak bayi yang kebutuhan nutrisinya kurang karena ibu tidak dapat memberikan ASI maksimal yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi bayi. Salah satu penyebab produksi ASI tidak maksimal disebabkan karena asupan nutrisi ibu yang kurang baik, menu makanan yang tidak seimbang dan juga mengkonsumsi makanan yang kurang teratur sehingga produksi ASI tidak mencukupi untuk diberikan pada bayi. Dengan demikian bayi yang tidak mendapatkan ASI yang optimal akan mudah jatuh sakit karena antibody di dalam tubuh bayi yang belum terbentuk dengan sempurna dan optimal. (Krisnatuti, 2011). Makanan yang dikonsumsi pada masa nifas harus bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan yang mengandung sumber tenaga (energi), sumber pembangun (protein), sumber pengatur dan pelindung (mineral, vitamin dan air). Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktifitas, metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi Air Susu Ibu (ASI) serta sebagai ASI itu sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Pemenuhan gizi pada masa nifas bisa dilakukan dengan pengaturan pola makan atau diet (Waryana, 2010). Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi, mencegah konstipasi dan untuk memulai proses laktasi. Asupan kalori yang

26 dibutuhkan per-hari 500 kalori dan dapat ditingkatkan sampai 2700 kalori. Asupan cairan per-hari ditingkatkan sampai 3000 ml dengan asupan susu 1000 ml. Suplemen zat besi dapat diberikan kepada ibu nifas selama 4 minggu pertama setelah kelahiran. Gizi ibu nifas dibutuhkan untuk memproduksi ASI dan memulihkan kesehatan ibu (Bahiyatun, 2010). Pemberian ASI Eksklusif telah terbukti memberikan dampak yang lebih baik terhadap pertumbuhan kesehatan, perkembangan, dan semua dampak jangka pendek maupun panjang (Lestari, 2010). Mengingat pentingnya pemberian ASI Eksklusif bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Kunci utama untuk memulai produksi ASI dengan sukses adalah membuat bayi mengisap payudara secara sering dan teratur, berdasarkan kebutuhan dan dengan posisi yang benar. Bebebrapa faktor yang mempengaruhi kelancaran produksi ASI yaitu rangsangan otot-otot (perawatan payudara), keteraturan bayi mengisap, keadaan ibu, makanan dan istrahat ibu (Sunarsiah, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari profil kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2013) menunjukkan cakupan persentase bayi yang diberi ASI Eksklusif dari tahun 2009-2012 cenderung menurun secara signifikan, walaupun cakupan pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2012, namun masih jauh dibawah pencapaian tahun 2009, sehingga belum mampu mencapai target nasional yaitu 40%. Kabupaten/Kota dengan pencapaian 40% yaitu Deli Serdang (41,4%), Langkat (42,7%), Simalungun (43,6%), Padang Sidempuan (43,9%), Samosir (45,9),

27 Pematang Siantar (46%), Nias Utara (49,1%) dan Nias Selatan (49,9%). Terdapat 5 Kabupaten/Kota dengan pencapaian > 10% yaitu Nias (7,7%), Medan (7,6%), Humbang Hasundutan (7,3%), Tanjung Balai (4,3%) dan Nias Barat (2%). Hasil survey pendahuluan yang di lakukan terhadap 28 ibu nifas, di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan pada bulan Februari sampai bulan Maret tahun 2015. Dari 28 ibu nifas pernah mendapatkan informasi mengenai perawatan payudara tapi hanya 9 orang yang melakukan perawatan payudara, sementara itu, untuk kebiasaan makan semuanya mengalami peningkatan, namun 21 dari 28 orang ibu jarang mengkonsumsi sayur dan buah tapi sering mengkonsumsi daging selama masa nifas, 5 dari 28 ibu orang takut untuk minum karena takut ASInya terbuang. Untuk kelancaran produksi ASI dari 28 orang Ibu nifas 7 orang atau 25% mengatakan ASI ibu lancar, dan dapat memenuhi kebutuhan bayi yang menurut mereka itulah yang dikatakan kelancaran produksi ASI, tapi tidak tahu berapa lama bayinya harus disusukan dan berapa kali dalam satu hari. Sedangkan, 21 orang mengatakan tidak mengerti tentang bagaimana produksi ASI yang lancar dan tidak lancar, yang mereka tahu ketika bayi menangis selalu disusukan jika bayi masih menangis diberi makanan tambahan. Dari 21 orang atau 75% tersebut peneliti menanyakan makanan tambahan apa yang mereka berikan kepada bayi masing-masing, 6 orang ibu mengatakan makanan tambahan yang diberi seperti air putih ataupun air manis. 5 orang ibu lagi mengatakan jika bayinya menangis diberi makanan seperti bubur saring dan air tajin pada hari ke 3 setelah persalinan, dan 10

28 orang ibu lagi mengatakan jika ASI sedikit yang keluar maka diberi makanan tambahan seperti susu formula. Berdasarkan data di atas maka dilakukan penelitian tentang apakah ada hubungan perawatan payudara dan kebiasaan makan dengan kelancaran produksi ASI pada ibu masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2015. 1.2 Permasalahan Banyak ibu nifas yang ASInya tidak lancar di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015, yang diduga berhubungan dengan perawatan payudara dan kebiasaan makan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perawatan payudara dan kebiasaan makan dengan kelancaran produksi ASI pada ibu masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015. 1.4 Hipotesis Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian, hipotesis penelitian ditetapkan sebagai berikut :

29 1. Ada hubungan perawatan payudara dengan kelancaran produksi ASI pada ibu masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015. 2. Ada hubungan kebiasaan makan dengan kelancaran produksi ASI pada ibu masa nifas di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2015. 1.5 Manfaat Penelitian Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat khususnya ibu hamil untuk melakukan perawatan payudara dan kebiasaan makan yang bergizi untuk memperlancar produksi asinya pada masa nifas.