PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

dokumen-dokumen yang mirip
RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN PINUS (Pinus merkusii Jungh et De Vries) DARI BANJARBARU

Mangkurat Banjarbaru 2) Mahasiswa Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

BAB I PENDAHULUAN. non kayu diantaranya adalah daun, getah, biji, buah, madu, rempah-rempah, rotan,

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

BAB I PENDAHULUAN. barang (good product) maupun jasa (services product) dan konservasi. Produk

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Hasil hutan non kayu sebagai hasil hutan yang berupa produk di luar kayu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

METODE DESTILASI AIR MINYAK ATSIRI PADA HERBA SERAI WANGI (Andropogon nardus Linn.) Indri Kusuma Dewi, Titik Lestari Poltekkes Kemenkes Surakarta

RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI JAHE

II. METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN LEDA (Eucalyptus deglupta)

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Bahan Alam Terbarukan

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

DISTILLASI DAUN KAYU PUTIH DENGAN VARIASI TEKANAN OPERASI DAN KEKERINGAN BAHAN UNTUK MENGOPTIMALKAN KADAR SINEOL DALAM MINYAK KAYU PUTIH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra Pramesti Indriyanti, 2013

UJI PENGARUH SUHU UAP PADA ALAT PENYULING MINYAK ATSIRI TIPE UAP LANGSUNG TERHADAP MUTU DAN RENDEMEN MINYAK NILAM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK 2

TUGAS AKHIR METODE DISTILASI VAKUM UNTUK PEMBUATAN MINYAK JERUK PURUT DENGAN MENGGUNAKAN AIR SEBAGAI PELARUT. Solvent)

PENGARUH METODE DAN LAMA PENYIMPANAN DAUN TERHADAP RENDEMEN VOLUME MINYAK EUKALIPTUS (Eucalypt urophylla)

Penetapan Kadar Sari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman cengkeh berasal dari kepulauan Maluku. Pada abad ke-18 Perancis

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM

DESTILASI UAP (PEMBUATAN MINYAK ATSIRI DARI BUNGA MAWAR) Siti Masitoh. M. Ikhwan Fillah, Indah Desi Permana PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

EKSTRAKSI Ekstraksi padat-cair Ekstraksi cair-cair Ekstraksi yang berkesinambungan Ekstraksi bertahap Maserasi metode ekstraksi padat-cair bertahap

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

NURUL MU NISAH AWALIYAH ( ) 3 APRIL 2014 SINTESIS ASAM SALISILAT DARI MINYAK GANDAPURA

Kumpulan Laporan Praktikum Kimia Fisika PERCOBAAN VI

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

Oleh/By : Zulnely, Umi Kulsum & Ahmad Junaedi ABSTRAK ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci: enfleurasi, bunga kamboja cendana, jenis lemak, jenis minyak nabati, Plumeria alba.

BAB III METODE PENELITIAN

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI SEREH DAPUR

Uji Performansi Unit Penyulingan Uap Daun Cengkeh Skala Laboratorium dengan Pretreatment Pencacahan Daun

OPTIMASI PEMBUATAN ASAP CAIR DARI SEKAM PADI DAN APLIKASINYA SEBAGAI PUPUK TANAMAN HIDROPONIK

KINERJA DESTILASI RIMPANG JAHE SECARA KOHOBASI DAN DESTILASI UAP-AIR

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth)

BAB III METODE PENELITIAN

KARAKTERISTIK MINYAK ATSIRI BUNGA KAMBOJA CENDANA (Plumeria alba) PADA PERLAKUAN LAMA PROSES DISTILASI

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH

Kulit masohi SNI 7941:2013

RENDEMEN MINYAK ATSIRI DAUN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia Swingle) DENGAN METODE PENYULINGAN UAP AIR HILAL ANNASHIRU LIDINILLAH NIM.

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A.

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

Disusun oleh: Jamaludin Al Anshori, S.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HALAMAN PENGESAHAN. : Wiendi Antania F NIM : Cengkeh Kering Menggunakan Proses. Distilasi Vakum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Keywords: The Yild, Essential Oil, Pucuk Merah, Drying

METODE EKSTRAKSI MINYAK ATSIRI

PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT FISIS DAN KIMIA PASTA GAMBIR SELAMA PENYIMPANAN

METODE PENELITIAN. Pengolahan Hasil Perkebunan STIPAP Medan. Waktu penelitian dilakukan pada

PENGARUH KELERENGAN, PEMELIHARAAN TANAMAN DAN LAMA PENYIMPANAN DAUN TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK KAYU PUTIH (MELALEUCA LEUCADENDRON LINN.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rut, 2014 Peningkatan Kadar Mentol Pada Minyak Permen Dementolized Menggunakan Katalis Raney Nikel

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

III. METODE PENELITIAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

EFEKTIFITAS PENYULINGAN DAUN NILAM METODE STEAM DESTILLATION DENGAN PERLAKUAN PENDAHULUAN PENGERINGAN SUHU RENDAH TERMODIFIKASI

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

FABRIKASI ALAT DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL PADA MINYAK NILAM

BAB I PENDAHULUAN. dapat menambah devisa negara yang dengan sendirinya akanmeningkatkan

III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga listrik adalah unsur yang paling penting dalam kehidupan modern

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

Transkripsi:

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP (Baeckea frustescens L) DENGAN PENYULINGAN METODE PEREBUSAN The Influence of Growing Site and duration distillation to the level of atsiri oil Rambu Atap (Baeckea frustescens L) with boiling distillation method Oleh/By DIANA ULFAH 1 ; LUCARDA ADI KARSA 2 ABSTRACT This research aim to determine the level of atsiri oil yield from Rambu Atap (Baeckea Frustescens) and cineol content with boiling distillation method based on the growing sites and duration of distillation. The experimental design used is completely randomize design factorial. Growing site factors consist of Ex-situ (A 1 ) and under Ulin tree (A 2 ) and distillation factors consist of 12 hours (B 1 ), 18 hours (B 2 ) and 24 hours (B 3 ). Result of research shows that both factors have effects on the yield of atsiri oil. Treatment A 1 gives averages yields of 0,771%; A 2 gives 0,742%. Treatment B 1 gives 0,689%; B 2 gives 0,679% and B3 0,546%. Cineol content of atsiri oil from Rambu atap plant is 8,7% for oil treatment. Keywords : yields, Rambu Atap (Baeckea frustescens), cineol content I. PENDAHULUAN Minyak Atsiri adalah minyak yang diperoleh dari penyulingan bagian pohon (daun, ranting, akar, kulit, getah dan bunga) yang mempunyai sifat mudah menguap pada suhu kamar dan mempunyai bau yang khas. Minyak atsiri juga dikenal dengan minyak eteris atau minyak terbang. Minyak tersebut mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak atsiri pada umumnya larut pada pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri pada industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik dan lain-lain. Minyak atsiri sendiri merupakan salah satu hasil proses metabolisme dalam tubuh tanaman yang terbentuk karena reaksi berbagai senyawa kimia dengan adanya air di dalam tanaman. Daya tarik minyak atsiri yang dapat diambil dari aneka jenis tanaman ialah aroma yang beraneka ragam. Bahkan suatu jenis tumbuhan yang sama bila ditanam di tempat yang berbeda dapat menghasilkan aroma juga rendemen yang berbeda pula. Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin mencoba meneliti tentang pengaruh tempat tumbuh terhadap rendemen minyak atsiri tumbuhan rambu atap (Baeckea frutescens L). 1) Staf Pengajar Fakultas Kehutanan Unlam, Banjarbaru Alamat korespondensi E-mail : diana_ulfahunlam@yahoo.co.id 2) Mahasiswa Fakultas Kehutanan Unlam, Banjarbaru Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007 84

II. TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya rendemen minyak atsiri dan kadar sineol dari tumbuhan rambu atap (Baeckea frutescens L) pada metode penyulingan dengan air berdasarkan pengaruh tempat tumbuh dan lama waktu penyulingan. Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang besarnya nilai rendemen minyak atsiri dan kadar sineol tumbuhan rambu atap (Baeckea frutescens L) bagi pihak-pihak yang memerlukannya sekaligus menjadi bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Dasar Unlam dan Laboratorium Diploma III (DIII) Fakultas Kehutanan Unlam, Banjarbaru. Lama penelitian sampai dengan pengolahan data dilaksanakan selama 3 bulan. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Daun Rambu Atap dari landasan Ulin dan Tapin, air bersih untuk proses penyulingan (air biasa) dan larutan Resorsinol. Peralatan yang digunakan antara lain seperangkat alat penyulingan skala industri, botol kaca untuk menampung minyak, labu cassia, untuk menampung cairan hasil proses penyulingan, pencatat waktu, labu erlenmeyer, pipet, timbangan, corong, kalkulator, kamera foto dan alat tulis-menulis C. Prosedur Kerja Penelitian ini menggunakan metode penyulingan dengan air, pada metode ini bahan yang akan disuling terjadi kontak langsung dengan air, yaitu seluruh bagian dari bahan yang disuling terendam di dalam air yang mendidih (saat proses penyulingan berlangsung dengan suhu kurang dari 100 o C), sehingga nilai rendemen bahan yang dihasilkan akan lebih baik. Hasil penyulingan berupa uap air didinginkan melalui kondensor/ketel pendingin dan selanjutnya ditampung dalam gelas penampung yang dapat memisahkan antara air dan minyak. Hasil minyak yang didapat dari proses penyulingan kemudian diuji kadar sineolnya. Daun Rambu atap yang diambil adalah yang berasal dari daerah Landasan ulin dan daerah Tapin yang sebelumnya telah dikeringkan, sampel yang diperlukan sebanyak 72 kg, masing-masing 36 kg dari tiap daerah. Masing-masing sampel yang akan disuling beratnya adalah 4 kg dengan perlakuan lama waktu penyulingan, yaitu 12 jam, 18 jam dan 24 jam D. Analisis Data Analisis data yang diterapkan dalam penelitian ini adalah Analisis Varians dengan spesifikasi Rancangan Acak Lengkap (RAL). Faktor-faktor yang akan diuji adalah faktor A (Perlakuan tempat tumbuh yakni daerah Tapin dan Landasan Ulin) dan faktor B (Lama waktu penyulingan yakni 12 jam, 18 jam dan 24 jam). IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan, rendemen minyak atsiri daun rambu atap yang didapatkan adalah sebagai berikut : Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007 85

Tabel 1. Data hasil perhitungan rendemen minyak atsiri daun rambu atap (Baeckea frustescens) Faktor A Faktor B (Lama penyulingan) Ulangan (Tempat tumbuh) B1 (%) B2 (%) B3 (%) Jumlah Rata-rata 1 0,734 0,756 0,757 2,247 0,749 A1 2 0,713 0,759 0,738 2,210 0,737 (Rantau) 3 0,724 0,718 0,760 2,202 0,734 Jumlah 2,171 2,233 2,255 6,659 Rata-rata 0,724 0,744 0,752 0,740 1 0,668 0,724 0,804 2,196 0,732 A2 2 0,667 0,776 0,745 2,188 0,729 (Landasan Ulin) 3 0,666 0,746 0,768 2,180 0,727 Jumlah 2,001 2,246 2,317 6,564 Rata-rata 0,667 0,749 0,772 0,729 Total Jumlah 4,172 4,479 4,572 Total Rata-rata 0,696 0,746 0,762 Berdasarkan nilai rata-rata rendemen tersebut, maka rata-rata rendemen minyak atsiri daun rambu atap daerah Rantau sedikit lebih tinggi dari daerah Landasan Ulin, yaitu berkisar 0,011 %. Selain tempat tumbuh banyak sekali yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai rendemen minyak atsiri, seperti halnya perlakuan atau keadaan sampel, iklim, intensitas cahaya, jenis tanamannya dan yang paling penting juga adalah kondisi/alat penyulingannya. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa daun rambu atap dari daerah Rantau dan Landasan Ulin yang disuling tanpa ranting. Pemungutan daun rambu atap yang berbentuk jarum ini memang disertai rantingnya dan untuk memudahkan rontoknya daun rambu atap ini maka daun yang masih melekat pada rantingnya tersebut dijemur lebih dahulu. Pengambilan sampel dilakukan saat musim panas masih berlangsung dan mendekati musim hujan. Menurut Kasmudjo (1982) nilai rendemen minyak atsiri lebih tinggi jika pemungutan daun atau bunga dilakukan pada saat musim panas dari pada musim hujan. Nilai rata-rata rendemen minyak atsiri daun rambu atap daerah Rantau lebih tinggi dari pada daerah Landasan Ulin, hal ini selain kondisi topografinya yang berbeda juga dipengaruhi oleh faktor iklim dan curah hujan daerah tersebut, seperti halnya yang dikemukakan oleh kasmudjo (1982) kandungan minyak atsiri dari tanaman yang tumbuh di daerah di pegunungan rendemennya lebih rendah dibandingkan dengan yang tumbuh di daerah dataran rendah dan hujan lebih jarang. Faktor lain yang sangat mempengaruhi rendemen minyak atsiri seperti yang disebutkan di atas adalah faktor alat, jika alat mengalami kebocoran uap maka minyak atsiri juga akan menguap sehingga dapat mengurangi nilai rendemennya, karena minyak atsiri itu sendiri adalah minyak terbang yang sifatnya mudah menguap pada suhu kamar. Begitu juga dengan model penyulingan yang digunakan sangat mempengaruhi nilai rendemen minyak atsiri, berdasarkan literatur model penyulingan yang dapat memberikan nilai rendemen yang tinggi adalah model penyulingan uap langsung tetapi karena alat yang tersedia hanya model penyulingan perebusan dengan air dan model tersebut memang cocok/sesuai dengan jenis sampel/bahan penelitian yang digunakan maka model tersebut yang digunakan pada penelitian ini. Alat yang digunakan adalah berskala industri kecil dengan pengapian menggunakan kompor dan bahan bakar minyak tanah sehingga suhu panasnya pun terkadang tidak mutlak stabil karena faktor sumbu ataupun Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007 86

bahan bakar yang hampir habis, jadi tidak seperi alat yang skala laboratorium yang pengaturan suhu/pemanasan diatur secara elektrik hal ini menyebabkan masingmasing pengulangan pada perlakuan terjadi nilai rendemen yang fluktuatif. Data kadar sineol diperoleh dari analisis laboratorium. Data hasil pengujian didapatkan bahwa pada perlakuan tempat tumbuh yang berbeda didapatkan hasil yang berbeda pula. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji kadar sineol dapat di lihat pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2. Uji kadar sineol minyak atsiri daun rambu atap (Baeckea frustescens) Tempat tumbuh Kadar Sineol (%) Rantau 66,7 Landasan Ulin 56 Dari hasil pengujian tersebut kadar sineol rambu atap cukup tinggi, perbedaan kadar sineol pada 2 tempat tumbuh tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh topografi dan keadaan tanah tempat tumbuh tanaman. Output penyulingan yang berupa minyak atsiri daun rambu atap ini berwarna jingga tua (orange) dengan baunya yang khas menyengat karena juga dipengaruhi oleh kadar sineolnya yang cukup tinggi tersebut. Dengan kadar sineol sebesar 66,7 % atau 56 %, ini artinya minyak atsiri daun rambu atap yang murni tidak tercampur dngan unsur yang lain hanya sebesar 66,7 atau 56 % dari jumlah yang didapatkan. Pengujian kadar sineol ini juga dipengaruhi oleh kondisi minyak setelah disuling/perlakuan setelah disuling. Jika botol kaca yang berisi minyak tutupnya sering dibuka atau sengaja dibiarkan terbuka maka kadar sineolnya pun ikut menguap bersama minyak atsiri tersebut begitu juga dengan seringnya memindahan minyak dari tabung yang satu ke tabung lainnya dapat menyebabkan sineolnya menguap karena sineol adalah komponen dari minyak atsiri itu sendiri yang sifatnya mudah menguap dan uji sineol ini penting karena dapat mempengaruhi nilai jual dari minyak atsiri, semakin tinggi kadar sineolnya semakin bagus kualitasnya dan semakin tinggi nilai jualnya. Selain dari kadar sineol, berat jenis dari minyak atsiri juga mempengaruhi kualitas minyak, berat jenis minyak atsiri daun rambu atap berkisar antara 0,785 0,826 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Daun rambu atap (Baeckea frustescens) yang tumbuh di daerah Rantau Nilai rata-rata rendemen minyak atsirinya lebih tinggi yaitu 0,740 % dibandingkan dengan yang tumbuh di daerah Landasan Ulin yaitu sebesar 0,729 %. Untuk perlakuan lama penyulingan nilai rata-rata rendemen minyak atsiri dari yang tertinggi adalah B3 (24 jam) yaitu 0,772 %, B2 (18 jam) 0,749 % dan B1 (12 jam) 0,667 % Minyak atsiri daun rambu atap yang dihasilkan berwarna jingga tua (orange) dengan bau yang khas dan menyengat. Kadar sineol minyak atsiri daun rambu atap daerah Rantau adalah 66,7 % dan daerah Landasan Ulin sebesar 56 % dengan kisaran berat jenis 0,785 0,826 B. Saran Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian tersebut adalah perlu penelitian lebih lanjut terhadap rentang waktu penyulingan sehingga akan didapatkan standart waktu yang bagus bagi penyulingan daun rambu atap dan Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007 87

perlu pula penelitian lebih lanjut untuk hasil rendemen minyak atsiri agar di dapat manfaat dan kegunaan dari minyak atsiri daun rambu atap. DAFTAR PUSTAKA Guenther, Haagen. A. J & Smith. 1987. Minyak Atsiri. Jilid I. Terjemahan Ketaren. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Harris, R. 1987. Tanaman Minyak Atsiri. PT. Penebar Swadaya. Jakarta Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan Cetakan Pertama. Jakarta. Kasmudjo. 1982. Dasar-dasar Pengolahan Minyak Kayu Putih. Yayasan Pembina. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Jurnal Hutan Tropis Borneo Volume 08 No. 21, September 2007 88