BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi tentang pengunduran diri seseorang dan faktor-faktor

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Menurut pakar Jalaludin Rahmat penelitin deskriptif adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bagan 3.1 Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Adanya komunikasi dalam kehidupan manusia sangatlah penting. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berhubungan untuk menghasilkan rasa kepaduan atau rasa kohesi

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berhubungan dengan bahasa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengertian metode berasal dari kata methodos (Yunani) yang dimaksud adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan pengertian antara yang satu dengan yang lain (Rani dkk,

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteliti karena berbeda dengan acara komedi lainnya. WILK merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menjadi bagian penting dalam peristiwa komunikasi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan adanya sarana agar komunikasi tersebut dapat berjalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang selanjutnya disebut WPP yang terdapat di surat kabar Minggu Pagi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan, diperlukan suatu metode

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

B AB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

PRINSIP KERJA SAMA DAN PRESUPOSISI PADA PAPAN NAMA TOKO DAN PAPAN NAMA PENJUAL JASA DI KABUPATEN KEDIRI (TINJAUAN PRAGMATIK) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS WACANA KRITIS : ALTERNATIF MENGANALISIS WACANA

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa, seperti dikemukakan oleh para ahli, memiliki bermacam fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Tiga Semprul Mengejar Surga (TSMS). TSMS merupakan tayangan komedi

BAB 1 PENDAHULUAN. Seringkali kita jumpai dalam ajang peragaan busana banyak memamerkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Teks khotbah Idul Adha yang disampaikan di masjid Agung Surakarta pada

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PRATIWI AMALLIYAH A

Gambar 3.3 Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. disebut: Science Research Method. Metodologi berasal dari kata methodogy,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam berkomunikasi memerlukan sarana yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG PEMBERITAAN SUPORTER PERSIB DAN PERSIJA DALAM MEDIA PIKIRAN RAKYAT ONLINE DAN RAKYAT MERDEKA ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk yang selalu melakukan. komunikasi, baik itu komunikasi dengan orang-orang yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Kajian ini mengungkapkan pemarkah kohesi gramatikal dan pemarkah kohesi

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. dalam (internal) dan unsur luar (eksternal). Unsur internal berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan berkomunikasi. Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia. perasaan, mengungkapakan kejadian yang dialami, bahkan mengungkapkan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III ANALISIS WACANA. analisis teks media diantaranya analisis wacana (discourse analysis), analisis

BAB V PENUTUP. aspek tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. ini terdiri atas tiga, yakni (1) struktur dan keterpaduan Antarunsur dalam Wacana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesantunankesantunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB III METODE PENELITIAN. dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal-hal lain yang sudah

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2015 ANALISIS PRAANGGAPAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di samping views

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. mendalam. Dalam bab ini peneliti akan menggunakan Analisis Wacana yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENANDA KOHESI DAN KOHERENSI PADA KARANGAN. NARASI SISWA KELAS VIII MTs AL-HIDAYAH GENEGADAL TOROH GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan hasil penelitian struktur teks van Dijk.

BAB I PENDAHULUAN. dan situasi tidak resmi akan memberikan kesan menghormati terhadap keadaan sekitar.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bandung Lautan Api untuk nama Stadion Utama Sepakbola (SUS) Gedebage,

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan suatu tindakan yang dilakukan manusia di setiap detik

BAB I PENDAHULUAN. (Wijana, 2011:1). Berdasarkan pengertian tersebut dapat diketahui bahwa peran

BAB I PENDAHULUAN. wacana sangat dibutuhkan untuk mengimbangi perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. panjang daripada sebuah kalimat yang saling berhubungan satu sama lain. Selain

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB III METODE PENELITIAN. latar dan individu secara holistic yang disebut dengan kualitatif.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB 1 PENDAHULUAN. ustaz Maulana pada acara Islam Itu Indah. Satu episode pada tanggal 5

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Raydinda Nacita Ramadhani, 2015

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana pidato pengunduran diri merupakan wacana yang bertujuan untuk menyampaikan informasi tentang pengunduran diri seseorang dan faktor-faktor yang menyertainya. Pidato secara umum bersifat informatif dan bertujuan untuk menanamkan pengertian. Khalayak diharapkan mengetahui, mengerti, dan menerima informasi tersebut. Pengunduran diri dalam bidang politik banyak diekspos karena bersifat nasional. Jabatan seseorang dalam bidang politik memiliki pengaruh yang besar terhadap khalayak secara nasional. Hal ini berbeda dengan pengunduran diri dari jabatan dalam ranah tertentu yang hanya diketahui oleh khalayak ranah tertentu pula dan tidak diketahui khalayak secara nasional. Misalnya dalam bidang pendidikan, informasi pengunduran diri seseorang dari jabatannya sebagai kepala sekolah secara khusus disampaikan di lingkungan sekolah bersangkutan. Bertolak dari model pidato, yang menarik dari wacana pidato pengunduran diri pertama adalah tema pidato dan bagaimana pidato disampaikan. Kedua adalah penggunaan bahasa dalam pidato. Seni penggunaan bahasa dalam pidato dikenal sebagai retorika. Penggunaan bahasa berkaitan dengan pemilihan kosa kata dan kontruksi kalimat. Selain itu, penggunaan bahasa yang menarik adalah gaya bahasa yang digunakan dalam pidato pengunduran diri. Gaya bahasa yang banyak digunakan adalah gaya bahasa yang bertujuan untuk selain menyampaikan 1

2 informasi juga untuk meyakinkan dan mempengaruhi. Hal tersebut menjadi hal menarik ketiga dari pidato pengunduran diri, yaitu maksud tuturan (pragmatik) pidato pengunduran diri. Hal keempat yang menarik adalah konteks yang melatarbelakangi terwujudnya teks pidato pengunduran diri. Konteks pidato pengunduran diri di bidang politik yang paling menonjol ialah keadaan politik pada saat itu yang memiliki permasalahan sangat kompleks. Dari pemaparan di atas, pidato pengunduran diri yang berfungsi untuk menyampaikan informasi pengunduran diri seseorang dan faktor-faktor yang menyertainya akan tepat bila dianalisis dengan pendekatan analisis wacana pragmatik. Analisis wacana berbicara tentang keutuhan wacana dengan melihat strukturnya, sementara pragmatik merupakan kajian mengenai maksud tuturan dengan melihat konteksnya. Penggunaan dua pendekatan ini melihat hal yang menarik dari pidato pengunduran diri, yaitu topik dan bagaimana pidato disampaikan, pemilihan kosakata, kontruksi kalimat, dan gaya bahasa, maksud implisit, dan konteks yang terkandung dalam wacana. 1.2. Ruang Lingkup Penelitian ini berada pada tataran pragmatik tentang analisis wacana. Analisis dalam penelitian ini dibatasi pada struktur wacana. Di dalam struktur wacana terdapat tiga tingkatan, yaitu makro struktur, superstruktur, dan mikro struktur. Mikro struktur merupakan makna lokal dalam wacana yang sangat bergantung pada latar/konteks. Bagian mikro struktur akan dibatasi pada konteks dan fungsi wacana yang berkaitan dengan pragmatik. Objek kajian dalam

3 penelitian ini ialah wacana pengunduruan diri tiga tokoh politik, yaitu pidato pengunduran diri Anas Urbaningrum, pidato pengunduran diri Andi Mallarangeng, dan pidato pengunduran diri Soeharto Dengan demikian, penelitian ini membatasi kajiannya pada (a.) struktur wacana pidato pengunduran diri, (b.) konteks yang terkadung dalam wacana pidato dan (c.) fungsi pidato tersebut disampaikan. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Seperti apakah struktur wacana pidato pengunduran diri tersebut? 2. Konteks apa saja yang terkandung dalam wacana pidato pengunduran diri tersebut? 3. Bagaimana fungsi pidato diaplikasikan dalam pengunduran diri tersebut? 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.Mendeskripsikan struktur wacana yang ditunjukkan dalam pidato pengunduran diri. 2.Menguraikan konteks yang terkandung dalam wacana pidato pengunduran diri.

4 3. Menjelaskan fungsi tuturan pidato pengunduran diri. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini mencakup dua hal, yaitu manfaat teoretis dan praktis. Secara teoretis, penelitian ini dapat mengaplikasikan teori pragmatik Yule dan Van Djik tentang analisis wacana untuk menganalisis objek penelitian. Secara praktis, penelitian dapat menguraikan struktur wacana, konteks, dan fungsi pidato pengunduran diri tiga tokoh politik tersebut. 1.6. Tinjauan Pustaka Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian tentang analisis wacana pidato atau di bidang politik sudah banyak ditemukan, baik dengan kajian pragmatik maupun lainnya. Nurhidayati (2002) dalam skripsinya berjudul Pidato Alua Pasambahan, Ritual Antar Jemput dalam Perkawinan Masyarakat Minangkabau: Analisis Wacana menyimpulkan bahwa wacana Pidato Alua Pasambahan merupakan wacana yang sistematis atau teratur. Keteraturan ini bisa dilihat dari hubungan yang kohesif dan hubungan paralelisme yang saling berurutan, sambung menyambung, sahut bersahutan, yang disampaikan dalam tatanan kata-kata kalimat yang tersusun dengan baik sehingga membentuk sebuah wacana yang baik dan utuh. Sedangkan hubungan paralelisme dilihat dari paralelisme leksikal berdasarkan hubungan sinonimi, hiponimi, dan antonimi, paralelisme frase dan paralelisme klausa, dalam suatu wacana atau antar wacana. Saddhono (2011) dalam disertasinya yang berjudul Wacana Khotbah Jumat di Kota Surakarta (Sebuah Kajian Sosiopragmatik) memaparkan bahwa

5 kekhasan khotbah Jumat dapat dilihat dari struktur wacana, bentuk beserta fungsi kode dan alih kode, tindak tutur, dan karakteristik bahasa dan diksi. Pengolahan topik dalam khotbah jumat dapat berupa 1) pengutipan yang terdiri dari firman Allah, sabda nabi, kisah dialog, perkataan seseorang, 2) penceritaan yang terdiri dari kisah nabi, kisah sahabat nabi, kisah sejarah lain, kisah masa kini, dan 3) pemanfaatan ungkapan populer yang terdiri dari Bahasa Arab Bahasa Indonesia, Bahasa Jawa, dan Bahasa Inggris. Adapun pemilihan topik berdasarkan lingkungan masjid. Ekawati (2002) dalam skripsi berjudul Wacana Humor Politik menyimpulkan bahwa Wacana humor politik mempunyai beberapa fungsi yaitu sebagai sarana protes sosial atau sindiran terhadap subjek-subjek politik maupun kebijakan-kebijakan politik, sebagai peredam konflik antar elite politik atau antara elite politik dengan rakyat yang mempunyai aspirasi berbeda, sebagai alat propaganda politik dan sebagai wahana katarsis atau pencucian jiwa bagi elite politik dan rakyat. Munazharoh (2011) dalam skripsinya berjudul Humor Politik: Kajian Wacana Pragmatik pada Tayangan Sentilan Sentilun memaparkan bahwa berdasarkan aspek wacana, struktur wacana humor politik Sentilan Sentilun tidak berbeda dengan wacana pada umumnya. Adapun perbedaan struktur bagianbagian wacana disebabkan oleh pengembangan alur permasalahan yang dikemukakan pada bagian pengantar, sentilan politik, maupun isi wacana. Pengembangan ini berkaitan dengan permasalahan-permasalahan politik yang marak diberitakan media, baik berkaitan dengan subjek politik, kebijakan politik,

6 maupun sasaran kebijakan politik. Aspek politik sebagai latar belakang humor dan latar belakang penutur sebagai pelaku seni dan budaya menjadi kekhasan dalam wacana ini. Pemanfaatan nama-nama seniman, budayawan, dan paranormal lebih dekat dengan latar belakang penutur Sentilan Sentilun sebagai pelaku seni dan budaya. Kusumawati (2012) dalam tesisnya yang berjudul Analisis Wacana Naskah Pidato Internasional SBY: Tinjauan Linguistik Kritis menyimpulkan bahwa penelitian ini telah membahas struktur naskah pidato internasional SBY, yang secara umum dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama, pembukaan pidato, terdiri dari salam, penghormatan kepada yang hadir, dan pengantar pidato. Bagian kedua, isi pidato, terdiri dari tahapan argumentasi, yang panjang dan detail, yang terdiri dari argumentasi, deskripsi, narasi, dan persuasi. Bagian ketiga, penutup pidato, terdiri dari kesimpulan, penegasan kembali isi pidato, ucapan salam dan terima kasih, ditambah dengan persuasi, argumentasi, dan harapan sebagai pelengkap. Dalam penelitian ini, struktur, tata naskah, dan tata bahasa menjadi fokus dalam mengungkapkan usaha pencitraan diri yang memiliki kemahiran berbahasa. Penelitian-penelitian di atas kurang dilakukan secara mendalam. Hal itu ditunjukkan dengan penelitian yang lebih fokus pada struktur wacana, bukan maksud dari wacana tersebut dibuat. Penelitian pidato pengunduran diri ini diharapkan dapat menyeimbangkan antara struktur wacana dan maksud wacana itu dibuat. Selain itu, penelitian tentang wacana pidato dalam bidang politik, penulis hanya menemukan penelitian Kusumawati (2002). Penelitian Nurhidayati

7 (2002) dan Suddhono (2011) tentang wacana pidato/khotbah sementara penelitian Ekawati(2002) dan Munazharoh (2011) tentang wacana humor di bidang politik. Pidato yang diteliti Kusumawati merupakan pidato internasional SBY. Dengan demikian, wacana pidato tersebut digunakan dalam ranah internasional. Sementara itu, penulis belum menemukan penelitian mengenai wacana pengunduran diri dalam ranah nasional. Padahal, pengunduran diri seseorang dalam bidang politik secara nasional banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia secara luas. 1.7. Landasan Teori Penelitian ini akan menggunakan teori analisis wacana dan memanfaatkan kajian pragmatik sebagai tuntunan kerja. Pragmatik (Yule, 2006: 3) adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Mengenai sebab dan akibat pragmatik, studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi (dalam pengertian yang lebih luas) yang disampaikan melalui bahasa yang dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, tetapi yang juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada

8 makna-makna yang dikodekan secara konvensional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut (Cruise dalam Ibrahim, 2007:2). Menurut Cummings (dalam Ibrahim, 2007:3), dalam enkoding linguistik, yaitu bagaimana bahasa diproduksi, pikiran diubah menjadi bentuk linguistik yang kemudian dapat menjalankan komunikasi. Proses enkoding ini hanya dapat dipahami bila ada konteks komunikasi yang lebih luas, ada seorang penerima yang dapat mendekodekan bentuk linguistik yang dikomunikasikan tersebut. Enkoding berkaitan dengan dekoding. Dekoding adalah proses bagaimana bahasa dipahami. Dekoding merupakan aktivitas psikolinguistik yang kompleks dan melibatkan sejumlah proses yang saling berhubungan. Selain itu, sebagian proses ini memanfaatkan pengetahuan tentang makna kata-kata agar dapat memperoleh makna semantik bentuk linguistik. Gagasan tentang konteks dalam pragmatik berada di luar pengejawantahannya, seperti latar fisik tempat dihasilkannya suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor linguistik dan sosial. Menurut Keraf (1980:32) bahasa dipengaruhi oleh konteks linguistis dan nonlinguistis. Konteks nonlinguis mencakup dua hal, yaitu hubungan antara kata dan barang atau hal dan hubungan antara bahasa dan masyarakat atau disebut konteks sosial. Sementara konteks dalam pragmatik menurut Wijana dan Muhammad (2011: 15) pada hakikatnya ialah semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang dipahami bersama oleh penutur dan lawan tutur sehingga maksud dan tujuan tuturan tercapai.

9 Menurut Tarigan (1987: 25), wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan proposisi yang lainnya, membentuk satu kesatuan, sehingga terbentuklah makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu. Selain itu, masih menurut Tarigan, wacana adalah kesatuan bahasa yang terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi yang tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara lisan atau tertulis. Van Dijk (dalam Eriyanto, 20012: 227) melihat suatu teks atau wacana terdiri atas beberapa struktur/tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga tingkatan. Pertama ialah struktur makro, yaitu makna global atau umum dari suatu teks yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu wacana. Kedua adalah superstruktur, yaitu struktur yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam wacana secara utuh. Ketiga adalah struktur mikro, yaitu makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks, yaitu kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, dan parafrase. Ketiga tingkatan ini dapat dijabarkan sebagai berikut (Eriyanto, 2012: 228-229): Tabel 1. Struktur Wacana STRUKTUR WACANA HAL YANG DIAMATI ELEMEN Struktur Makro Tematik Topik Tema atau topik yang dikedepankan dalam suatu wacana. Superstruktur Skematik Bagaimana bagian dan urutan wacana diskemakan dalam wacana utuh. Skema

10 Struktur Mikro Semantik Makna yang ingin ditekankan dalam wacana. Misal dengan memberi detail pada satu sisi atau membuat ekplisit satu sisi dan mengurangi detail sisi lain Sintaksis Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih. Stilistik Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam wacana. Retoris Bagaimana dan dengan cara apa penekanan dilakukan Latar, Detail, Maksud, Praanggapan, Bentuk Kalimat, Koherensi, Kata Ganti Leksikon Gaya bahasa, Ekspresi Selain itu, dalam analisis wacana juga menggunkan ilmu sintaksis sebagai tuntunan kerja. Satuan wacana terdiri dari unsur-unsur yang berupa kalimat; satuan kalimat terdiri dari unsur atau unsur-unsur yang berupa klausa; satuan klausa terdiri dari unsur-unsur yang berupa frasa; dan frasa terdiri dari unsurunsur yang berupa kata. Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa berusaha menjelaskan unsur-unsur suatu satuan serta hubungan antara unsur-unsur itu dalam suatu satuan, baik hubungan fungsional maupun hubungan maknawi (Ramlan, 1986:22). Dengan demikian, penelitian ini menggunakan teori analisis wacana yang nantinya berkaitan dengan struktur wacana dan kajian pragmatik yang nantinya berkaitan dengan konteks dan maksud tuturan pidato pengunduran diri. 1.8. Data dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu penyediaan data, analisis data, dan penyajian data (Sudaryanto, 1993:5). Pada tahap penentuan objek

11 penelitian, karena keterbatasan penulis, pencarian data hanya dilakukan dengan media internet, yaitu browsing dengan kata kunci pidato pengunduran diri. Pencarian data dilakukan di perpustakaan FIB UGM pada bulan September Oktober 2013. Dari hasil browsing tersebut ditemukan dua belas pidato pengunduran diri. Akan tetapi, penulis hanya mengambil lima pidato pengunduran diri dalam bidang politik. Pidato-pidato pengunduran diri tersebut meliputi: (1) Pidato pengunduran diri Andi Malarangeng sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). (2) Pidato pengunduran diri Soeharto sebagai presiden Rebublik Indonesia. (3) Pidato pengunduran diri Anas Urbaningrum sebagai ketua umum Partai Demokrat. (4) Pidato pengunduran diri Lutfi Hasan Ishaq sebagai ketua umum Partai Keadilan Sejahtera. (5) Pidato pengunduran diri Hari Tanoesudibyo sebagai dewan pakar partai Nasional Demokrat. Dari kelima pidato pengunduran diri tersebut, pidato tiga pidato pengunduran diri dijadikan objek penelitian berdasarkan kelengkapan struktur, yaitu pidato (1), pidato (2), dan pidato (3). Dalam penyediaan data teknik penjaringan dilakukan dengan teknik simak bebas libat cakap, yaitu dengan menyimak penggunaan bahasa tanpa ikut berpartisipasi dalam proses pembicaraan. Data yang diambil adalah data lisan yang telah diunduh dari internet tadi (dalam bentuk video). Dalam video tersebut, panjang pidato (1) ialah 31 menit 2 detik, pidato (2) ialah 6 menit 30 detik, dan pidato (3) ialah 4 menit 53 detik. Data lisan kemudian ditranskipsi dalam bentuk tulisan. Data yang telah diperoleh kemudian diklasifikasi menurut kebutuhan, seperti fungsi tindak tutur, konteks bersangkutan, dan bagian lain dalam pidato.

12 Pengklasifikasian ini dilakukan per pidato pengunduran diri. Pengelompokan klasifikasi per pidato pengunduran diri diperlukan untuk menjaga keutuhan wacana dalam tahap analisis. Dari hasil klasifikasi ditemukan populasi berjumlah 110 dan yang digunakan sampel berjumlah 80. Pada tahap analisis metode yang digunakan ialah metode padan pragmatis. Metode padan pragmatis adalah metode padan yang alat penentunya merupakan lawan atau mitra wicara. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, misalnya, satuan kebahasaan menurut reaksi atau akibat yang terjadi atau timbul pada lawan atau mitra wicaranya ketika satuan kebahasaan itu dituturkan oleh pembicara. Teknik yang digunakan kebanyakan ialah teknik baca markah. Teknik baca markah adalah teknik analasis data dengan cara membaca pemarkah dalam suatu konstruksi. Pemarkah/penanda itu adalah alat seperti imbuhan, kata penghubung, kata depan, dan artikel yang menyatakan ciri ketatabahasaan, fungsi kata, atau konstruksi. Pada tahap penyajian data, hasil analisis yang telah diperoleh kemudian disajikan dengan metode penyajian formal (perumusan dengan tabel, dan bagan) dan informal (perumusan dengan kata-kata biasa). 1.9. Sistematika Penyajian Penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab pertama berupa pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, cara penelitian, jadwal penelitian, dan sitematika penyajian.

13 Bab kedua berisi tentang struktur wacana dalam pidato pengunduran diri. Bab ketiga berisi konteks yang terkandung dalam pidato pengunduran diri tersebut. Bab keempat berisi pembahasan mengenai fungsi pidato pengunduran diri. Bab kelima adalah penutup yang berisi simpulan dan saran. Sementara itu, penomoran data, tabel, dan bagan disajikan berulang setiap pergantian subbab.