9 II. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah biakan murni Spirulina platensis yang diambil dari stok murni Laboratorium Pakan Alami Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara, gulma air Salvinia molesta, pupuk M-Bio, akuades, gula pasir, dan garam. 1.2 Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bak kultur, plastik hitam, kertas label, blender, timbangan analitik digital, hand-counter, hand-refractometer, sedgewich rafter, gelas ukur, pipet, objec glass, cover glass, kertas ph, kertas saring, termometer, kain filter, aerator, selang, batu aerator dan alat tulis. 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Green House Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Untuk analisis N dan P Salvinia molesta dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober 2012.
10 B. Metode Penelitian 1. Rancangan percobaan Penelitian ini dilakukan secara experimental dengan menggunakan rancangan dasar yaitu rancangan acak lengkap (RAL). Penelitian kultur Spirulina platensis menggunakan media yang dipupuk dengan ekstrak Salvinia molesta dengan 5 perlakuan A (0 ppm), B ( 200 ppm), C ( 400 ppm), D (600 ppm), dan E (800ppm). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, dengan penempatan secara acak. 1.1 Parameter Penelitian Parameter penelitian terdiri dari parameter utama dan parameter pendukung. Sebagai parameter utama adalah kepadatan dan produksi gel S. platensis. Parameter pendukungnya meliputi suhu, ph, salinitas, serta nutrien N dan P. 1.2 Tehnik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan setiap hari dengan menggunakan alat becker glass dan dimasukan kedalam botol sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara destruktif, sampel yang sudah diambil dan diamati tidak dikembalikan lagi kedalam bak kultur. 2. Cara Kerja 2.1. Sterilisasi (Isnansetyo dan Kurniastuty 1995) Media yang digunakan berasal dari air sumur yang disaring dan disterilisasi dengan cara dididihkan terlebih dahulu sebelum diberi perlakuan. Peralatan yang terdiri dari bak kultur, saringan, gelas ukur, becker glass, selang dan batu aerator yang sudah dicuci bersih
11 direndam dalam larutan chlorin 150 mg/l selama 12-24 jam, kemudian dinetralisis dengan 40-50 mg/l Natrium Thyosulfat untuk menghilangkan bau chlorin. 2.2. Pembuatan pupuk dari ekstrak Salvinia molesta (Suharto 1998) a. Pembuatan larutan stater Akuades sebanyak 2 l dicampur dengan 40 ml pupuk M- Bio dan gula pasir 20 g dalam wadah yang tertutup. Setelah itu didiamkan selama 2x24 jam. b. Pembuatan ekstrak Salvinia molesta Salvinia molesta seberat 1000 g dicuci dan dibersihkan lalu ditiriskan. Selanjutnya dihaluskan dan ditambahkan akuades secara bertahap untuk membantu proses penghalusan, kemudian disaring menggunakan kain filter. Hasilnya dikurangi jumlah akuades yang ditambahkan untuk mengetahui jumlah ekstrak yang dihasilkan oleh gulma S. molesta dan dimasukan ke dalam wadah bersama ampas nya. c. Pencampuran larutan stater dengan gulma Salvinia molesta Larutan stater dihomogenkan dengan S. molesta yang sudah dihaluskan dan dimasukan ke dalam wadah yang ditutup dengan plastik hitam, lalu difermentasi selama 7 x 24 jam. Setelah itu disaring kembali menggunakan kain filter dan dimasukan ke dalam wadah. Pupuk ekstrak S. molesta siap digunakan.
12 2.3. Perbanyakan Bibit Spirulina platensis Perbanyakan bibit dilakukan secara bertahap dimulai dari volume 100-500 ml dengan pemberian bibit S. platensis sebanyak 1/3 dari air media. Setelah bibit dimasukan ke dalam bak kultur yang berisi air media diberi pupuk Conway dan diaerasi. Pergantian air media dilakukan setiap 4-5 hari. Perbanyakan biakan murni dilakukan secara bertahap hingga mencapai volume minimal 12 liter, untuk persiapan kultur semi massal. 2.4. Persiapan Kultur Semi Massal Spirulina platensis Bak kultur volume 40 l diisi air sebanyak 30 liter, kemudian diatur salinitasnya mencapai 11 o / oo dengan diberi garam dapur dan diaduk hingga homogen. Penambahan ekstrak S. molesta sehingga mencapai tingkat konsentrasi 0ppm, 200ppm, 400ppm, 600ppm dan 800ppm. Menggunkan rumus sebagai berikut : N1.V1 = N2.V2 Keterangan : N1 : konsentrasi media kultur (ppm) N2 : konsentrasi ekstrak gulma (ppm) V1 : volume media kultur yang digunakan untuk penelitian (liter) V2 : volume ekstrak gulama yang diperlukan (liter) Tiap bak kultur diberi S. platensis sebanyak 1 l, dengan kepadatan awal 10 sel/ml. Sebelum S. platensis dimasukan, air media di kurangi terlebih dahulu sebanyak volume S. platensis dan volume perlakuan ekstrak gulma S. molesta. Bak kultur ditempatkan di Green House yang telah disiapkan dengan pencahayaan sinar matahari.
13 Kultur S. platensis skala semi massal dilakukan hingga akhir penelitian. 2.5. Perhitungan Kepadatan Populasi dengan Sedgewich Rafter Sel mikroalga Spirulina platensis dihitung kepadatannya, diteteskan dengan menggunakan pipet pada Sedgewich rafter kemudian ditutup menggunakan cover glass. Selanjutnya diamati di bawah mikroskop. Kepadatan dihitung per 1 ml. Perhitungan kepadatan populasi dilakukan setiap hari selama 7 hari masa kultur. Rumus perhitungan kepadatan menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995) sebagai berikut : N = Jbp x n sel/ml = (1000/Lbp) n = (1000) n 3,14 (d/2)2 Keterangan : N = Kepadatan Jbp = Jumlah bidang pandang Lbp = Luas bidang pandang n = Banyaknya mikroalga yang teramati d = Diameter bidang pandang yang diukur ( 0,354 mm) 2.6. Perhitungan Produksi Gel Spirulina platensis Perhitungan gel dilakukan setelah mencapai puncak populasi. Perhitungan dilakukan dengan menyaring S. platensis pada tiap wadah kultur menggunakan kain filter. S. platensis yang tersaring dipindahkan pada kertas saring. Setelah itu, sampel dan kertas saring ditimbang dengan timbangan digital kemudian berat sampel dikurangi dengan berat kertas saring awal untuk mendapatkan berat gel mikroalga S. platensis.
14 C. Metode analisis Data pertumbuhan populasi S. platensis dianalisis menggunakan uji F untuk mengetahui pengaruh perlakuan yang dicobakan dan apabila berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan.