KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II URAIAN SEKTORAL. definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, sumber data, dan cara

BAB III URAIAN SEKTORAL

BAB II URAIAN SEKTORAL

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode tahun dari

1.1 Pengertian Produk Domestik Regional Bruto 1.2 Kegunaan Statistik Pendapatan Regional 1.3 Perubahan Tahun Dasar

DAFTAR ISI... SAMBUTAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL POKOK...

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

BAB. III. URAIAN SEKTORAL

SAMBUTAN KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG. Drs.HADI PURWONO Pembina Utama Muda NIP

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

PENDAHULUAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Tahun 2010

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA JAYAPURA 2010/2011. Gross Regional Domestic Product Of Jayapura Municipality

II.1. SEKTOR PERTANIAN

Katalog BPS :

DRB menurut penggunaan menggambarkan penggunaan barang. dan jasa yang diproduksi oleh berbagai sektor dalam masyarakat.

III. METODE PENELITIAN

B U P A T I T E M A N G G U N G S A M B U T A N

KATA PENGANTAR. Bandung, November 2013 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. K e p a l a,

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

Tinjauan Ekonomi Berdasarkan :

III. METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN

BAB III URAIAN SEKTORAL

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Kerjasama : KATALOG :

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Nesparnas 2014 (Buku 2)

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional


BAB I PENDAHULUAN 1.1 U M U M

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

KATA PENGANTAR. Kata Pengantar

KABUPATEN KUNINGAN Gross Regional Domestic Product Kuningan Regency

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

Statistik KATA PENGANTAR

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Trenggalek Menurut Lapangan Usaha

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MINAHASA UTARA MENURUT LAPANGAN USAHA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU TAHUN 2016

P D R B KABUPATEN KERINCI MENURUT LAPANGAN USAHA

Statistik KATA PENGANTAR

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2011

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu

V. DESKRIPSI PROVINSI ACEH Keadaan Geografis dan Wilayah Administrasi

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA BANDA ACEH TAHUN

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. 2.1 Produk Domestik regional Bruto Kota Medan. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Sumatera Utara

COVER DALAM Indikator Ekonomi Kota Ternate 2015 i

KATA SAMBUTAN. Kepada semua pihak, baik pemerintah maupun swasta yang telah memberikan data demi terwujudnya publikasi ini kami ucapkan terima kasih.

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

KLASIFIKASI BAKU LAPANGAN USAHA INDONESIA 1997

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut. Dalam menghitung

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN PIDIE JAYA (Menurut Lapangan Usaha)

SAMBUTAN. Assalamu alaikum Wr. Wb.

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN KUTAI TIMUR GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT KUTAI TIMUR REGENCY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

M E T A D A T A INFORMASI DASAR

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

TINJAUAN PEREKONOMIAN KOTA BANDA ACEH TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN MAMUJU

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

Produk Domestik Regional Bruto Kota Probolinggo Menurut Lapangan Usaha

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bengkulu Tengah Tahun 2010 BAB I PENDAHULUAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 49/PJ/2011 TENTANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

pekanbarukota.bps.go.id

BERITA RESMI STATISTIK

Informasi lebih lanjut : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Balai Pusat Data dan Analisa Pembangunan (PUSDALISBANG)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Ini sesuai dengan pembagian yang digunakan dalam penghitungan Produk

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr. Wb.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO


BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

KATA PENGANTAR. Malang, September 2014 Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Malang

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

Transkripsi:

PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 KERJASAMA ANTARA BPS KABUPATEN ROKAN HILIR DENGAN BAPPEDA KABUPATEN ROKAN HILIR BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ROKAN HILIR

PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN ROKAN HILIR TAHUN 2013 Ukuran Buku : 21 cm x 28 cm Jumlah Halaman : x + 63 halaman Naskah Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan Hilir Diterbitkan Oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Rokan Hilir Kerjasama Dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Rokan Hilir Boleh Dikutip Dengan Menyebutkan Sumbernya Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 i

BUPATI ROKAN HILIR KATA SAMBUTAN Data statistik yang dikumpulkan berdasarkan konsep dan definisi yang tepat dan benar merupakan sarana yang ampuh untuk berkomunikasi dalam persepsi yang sama, terutama dalam era teknologi informasi sekarang ini. Data statistic yang dimuat dalam publikasi ini bukan saja berguna bagi perencanaan pembangunan di instansi pemerintah, namun juga dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang memerlukan. Saya menghimbau kepada semua pihak untuk membantu penyusunan publikasi Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 yang dilakukan oleh BPS Kabupaten Rokan Hilir dimasa yang akan dating, mengingat terjaganya kesinambungan penyajian dan muatan data yang harus dijaga dari tahun ke tahun. Akhirnya, saya mengharapkan agar penerbitan publikasi yang berkesinambungan ini makin ditingkatkan lagi baik dalam hal penyajian maupun kualitas data yang digunakan. Sehingga kita senantiasa memiliki data yang tepat dan benar untuk diinformasikan kepada masyarakat dan instansi yang memerlukan. Bagansiapiapi, Oktober 2014 BUPATI ROKAN HILIR dto. H. SUYATNO Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 ii

PEMERINTAH KABUPATEN ROKAN HILIR BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KATA SAMBUTAN Dalam menentukan arah dan strategi pembangunan daerah guna mencapai Visi dan Misi Kabupaten Rokan Hilir, diperlukan berbagai data statistik yang akurat, lengkap, tepat waktu dan relevan, oleh karena itu informasi seperti ini sangat ditunggu keberadaannya, terutama oleh para perencana dan pembuat keputusan untuk digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap hasil pembangunan yang telah dicapai sebelumnya. Kami menyambut baik terbitnya publikasi Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 yang dapat menggambarkan profil dan corak pembangunan ekonomi Rokan Hilir. Publikasi ini merupakan yang pertama kali disusun atas kerjasama Bappeda Kabupaten Rokan Hilir dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Rokan Hilir. Akhirnya kepada BPS Kabupaten Rokan Hilir beserta jajarannya yang telah mewujudkan publikasi ini, kami ucapkan terima kasih, dan diharapkan terus berupaya meningkatkan kualitas data dan penyajian Pendapatan Regional Rokan Hilir di masa mendatang. Bagansiapiapi, Oktober 2014 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR K e p a l a, dto M. JOB KURNIAWAN, AP. M. Si NIP. 19750525 199412 1 001 Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 iii

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN ROKAN HILIR KATA PENGANTAR Perencanaan, implementasi dan evaluasi hasil-hasil pembangunan, akan berjalan dengan lancer manakala ditangani oleh para ahli yang mengetahui keadaan medan dengan baik. Data dan informasi Perkembangan Ekonomi dibutuhkan untuk memberikan gambaran proses dan hasil pembangunan sebagai bahan umpan balik bagi para ahli tersebut. Data dan informasi Perkembangan Ekonomi ini juga dibutuhkan oleh lapisan masyarakat lainnya. Publikasi Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 merupakan hasil kompilasi data dari PDRB, Sakernas dan Susenas yang disajikan dalam bentuk tabel dan ulasan sehingga memudahkan para pengguna data. Diharapkan dengan terbitnya publikasi ini, kebutuhan akan informasi mengenai perkembangan ekonomi Kabupaten Rokan Hilir terpenuhi. Kepada semua pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam mengusahakan terwujudnya publikasi ini, baik langsung maupun tidak langsung, diucapkan terima kasih. Bagansiapiapi, Oktober 2014 BPS KABUPATEN ROKAN HILIR K e p a l a, dto. G U S W A N D I, S. S T NIP. 19700818 199412 1 001 Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 iv

DAFTAR ISI Halaman KATA SAMBUTAN BUPATI ROKAN HILIR KATA SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN ROKAN HILIR KATA PENGANTAR KEPALA BPS KABUPATEN ROKAN HILIR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN ii iii iv v vii viii ix BAB I. PENDAHULUAN 1 A. LATAR BELAKANG 1 B. GAMBARAN UMUM 1 C. SUMBER DATA 2 BAB II. KONSEP DAN DEFINISI 3 A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) 3 1. Sektor Pertanian 4 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian 6 3. Sektor Industri Pengolahan 7 4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih 9 5. Sektor Bangunan 10 6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 10 7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 12 8. Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 14 9. Sektor Jasa-Jasa 15 B. KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN 16 1. Kependudukan 16 1.1 Penduduk 16 1.2 Pertumbuhan Penduduk 17 1.3 Rasio Ketergantungan 17 Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 v

Halaman 2. Ketenagakerjaan 18 2.1 Tenaga Kerja 18 2.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 19 2.3 Tingkat Pengangguran 20 3. Kemiskinan 3.1 Garis Kemiskinan 20 3.2 Penduduk Miskin (P0) 21 3.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) 21 3.4 Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) 21 BAB III. KEADAAN EKONOMI 22 A. UMUM 22 B. PERKEMBANGAN EKONOMI 22 1. Nilai Produk Domestik Regional Bruta (PDRB) 22 2. Struktur Ekonomi 25 3. Pertumbuhan Ekonomi 28 4. Pergeseran Struktur Ekonomi 31 5. Laju Implisit 33 6. Pendapatan Perkapita 34 7. Sumber Pertumbuhan EKonomi 35 BAB IV. PENDUDUK, TENAGA KERJA, DAN KEMISKINAN 36 A. PENDUDUK 36 1. Laju Pertumbuhan Penduduk 36 2. Rasio Ketergantungan 37 B. TENAGA KERJA 38 1. Indikator Ketenagakerjaan 39 C. KEMISKINAN 40 Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 vi

Tabel DAFTAR TABEL Halaman 3.1 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB atas Dasar Harga Berlaku Menurut 26 Sektor Tanpa Migas Tahun 2011-2013 (Persen) 3.2 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB atas Dasar Harga Berlaku Menurut 27 Sektor Dengan Migas Tahun 2011-2013 (Persen) 3.3 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011-2013 35 (Persen) 4.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Rokan Hilir Tahun 37 2011-2013 4.2 Rasio Ketergantungan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011-2013 38 4.3 Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2012-2013 40 Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 vii

Gambar DAFTAR GAMBAR Halaman 3.1 Perkembangan PDRB Rokan Hilir Atas Dasar Harga Berlaku Tanpa Migas Tahun 2011-2013 (Triliun Rupiah) 23 3.2 Kontribusi PDRB Rokan Hilir terhadap PDRB Provinsi Riau Tanpa Migas Tahun 2011 2013 (persen) 23 3.3 Perkembangan PDRB Rokan Hilir Atas Dasar Harga Berlaku Dengan Migas Tahun 2011-2013 (Triliun Rupiah) 24 3.4 Kontribusi PDRB Rokan Hilir terhadap PDRB Provinsi Riau Dengan Migas Tahun 2011 2013 (persen) 25 3.5 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Tanpa Migas, Tahun 2013 25 3.6 Peranan Sektor Ekonomi dalam PDRB Dengan Migas, Tahun 2013 27 3.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tanpa Migas Tahun 2011-2013 28 3.8 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Menurut Sektor Tanpa Migas, Tahun 2011-2013 29 3.9 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Dengan Migas Tahun 2011-2013 30 3.10 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Menurut Sektor Dengan Migas, Tahun 2011-2013 31 3.11 Peranan Kegiatan Ekonomi dalam PDRB Tanpa Migas, Tahun 2011-2013 (persen) 32 3.12 Peranan Kegiatan Ekonomi dalam PDRB Dengan Migas, Tahun 2011-2013 (persen) 33 3.11 Laju Implisit Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011-2013 (Persen) 33 3.12 Pendapatan Regional Per Kapita, Tahun 2011-2013 (Juta Rupiah) 34 4.1 TPAK Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011-2013 39 4.2 Garis Kemiskinan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011-2013 (Rupiah) 42 4.3 Kemiskinan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2011-2013 (persen) 42 Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 viii

DAFTAR TABEL LAMPIRAN Tabel Halaman 1. PDRB Kabupaten Rokan Hilir Atas Dasar Harga Berlaku menurut lapangan usaha, 2009-2013 43 2. PDRB Kabupaten Rokan Hilir Atas Dasar Harga Konstan 2000 menurut lapangan usaha, 2009-2013 44 3. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Rokan Hilir atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, 2009-2013 (Termasuk Migas)... 45 4. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Rokan Hilir atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha, 2009-2013 (Termasuk Migas) 46 5. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Rokan Hilir atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, 2009-2013 (Tanpa Migas).. 47 6. Distribusi persentase PDRB Kabupaten Rokan Hilir atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha, 2009-2013 (Tanpa Migas). 48 7. Indeks perkembangan PDRB Kabupaten Rokan Hilir atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, 2009-2013... 49 8. Indeks perkembangan PDRB Kabupaten Rokan Hilir atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha, 2009-2013. 50 9. Indeks berantai PDRB Kabupaten Rokan Hilir atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha, 2009-2013. 51 10. Indeks berantai PDRB Kabupaten Rokan Hilir atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha, 2009-2013... 52 11. Indeks implisit PDRB Kabupaten Rokan Hilir menurut lapangan usaha, 2009-2013... 53 12. Pendapatan regional dan Angka per kapita Kabupaten Rokan Hilir atas dasar harga berlaku, 2009-2013 (Termasuk Migas)... 54 13. Pendapatan regional dan Angka per kapita Kabupaten Rokan Hilir atas dasar harga konstan 2000, 2009-2013 (Termasuk Migas) 55 14. Pendapatan regional dan Angka per kapita Kabupaten Rokan Hilir atas dasar harga berlaku, 2009-2013 (Tanpa Migas)...... 56 15. Pendapatan regional dan Angka per kapita Kabupaten Rokan Hilir atas dasar harga konstan 2000, 2009-2013 (Tanpa Migas). 57 Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 ix

Tabel Halaman 16 Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota Terhadap PDRB Riau ADHB Tahun 2013 (Milyar Rupiah).. 58 17 Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota Terhadap PDRB Riau ADHK Tahun 2013 (Milyar Rupiah).. 59 18 Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2013 60 19 Indikator Ketenagakerjaan Laki-Laki Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2013. 61 20 Indikator Ketenagakerjaan Perempuan Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2013 62 21 Indikator Kemiskinan Kabupaten/Kota Provinsi Riau Tahun 2013 63 Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 x

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan termasuk juga dalam bidang ekonomi. Pembangunan yang bertujuan mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Untuk mewujudkan tujuan tersebut diperlukan upaya-upaya seperti peningkatan pendapatan masyarakat, memperluas lapangan kerja, meningkatkan hubungan ekonomi, dan lain sebagainya. Dengan perkataan lain bahwa tujuan pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara bertahap dan semakin merata. Untuk menunjang keberhasilan pembangunan ekonomi daerah tersebut dibutuhkan ketersediaan data yang baik dan akurat sebagai dasar perencanaan, pengawasan dan evaluasi dalam pembangunan daerah. Pada tahap perencanaan, data merupakan salah satu dasar pertimbangan dalam menentukan berbagai skala prioritas dan memetakan persoalan yang harus diselesaikan melalui program pembangunan. Dalam tahap pembangunan, data dapat dijadikan sebagai salah satu alat untuk melakukan pengawasan dan pengendalian dari suatu program pembangunan. Sedangkan pada tahap evaluasi, data dapat memenuhi kebutuhan informasi untuk melakukan penilaian apakah suatu pembangunan telah memberikan hasil seperti yang diharapkan atau belum. Tersedianya data dalam publikasi ini sangat dibutuhkan untuk menggambarkan perkembangan kemajuan ekonomi di Kabupaten Rokan Hilir. Diharapkan dengan publikasi ini dapat menghasilkan indikator-indikator yang dapat mendukung program pemerintah daerah Kabupaten Rokan Hilir dan mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pembangunan pemerintah daerah yang telah tercapai. B. GAMBARAN UMUM Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir yang disajikan secara berkala akan memberikan gambaran kinerja ekonomi makro dan arah perekonomian regional dari waktu ke waktu. Bagi pengguna data hal tersebut akan lebih memberikan manfaat untuk berbagai kepentingan, seperti untuk perencanaan, evaluasi maupun kajian. Adanya laporan makro tentang perkembangan perekonomian merupakan informasi yang sangat bermanfaat sebagai bahan perencanaan dan evaluasi pembangunan. Salah satu data statistik yang diperlukan untuk perencanaan dan evaluasi ekonomi makro tersebut adalah Produk Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 1

Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan PDRB, baik harga/indikator harga dan produksi/indikator produksi setiap tahun mengalami perubahan yang biasa dikenal dengan perubahan struktur ekonomi. C. SUMBER DATA Sumber data utama yang dipakai untuk penghitungan publikasi Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir tahun 2013 ini adalah dari pengolahan PDRB dimana merupakan hasil pengolahan survei khusus, maupun data dari instansi pemerintah terkait dan instansi swasta di Kabupaten Rokan Hilir yang berkaitan dengan penghitungan pendapatan regional dalam publikasi ini dan beberapa indikator-indikator ekonomi lainnya. Sumber data penunjang lain yang dipakai adalah data di bidang kependudukan, bidang ketenakerjaan dan data kemiskinan. Data tersebut berasal dari proyeksi penduduk, survei angkatan kerja nasional (SAKERNAS) dan survei sosial ekonomi nasional (SUSENAS) yang rutin dilaksanakan setiap tahun. Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 2

BAB II KONSEP DAN DEFINISI A. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) Salah satu indikator untuk melihat perkembangan ekonomi secara makro adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Melalui data PDRB yang disajikan secara berkala akan memberikan gambaran kinerja ekonomi regional makro waktu ke waktu. Untuk itu dalam bab ini akan dijelaskan tentang ruang lingkup dan definisi PDRB dari masing-masing sektor dan subsektor, cara-cara penghitungan nilai tambah, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta sumber data yang digunakan. Untuk menghitung angka PDRB ada tiga pendekatan yang dapat digunakan, yaitu: Pendekatan Produksi PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha, yaitu: a. Pertanian, Perternakan, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan b. Pertambangan dan Penggalian c. Industri Pengolahan d. Listrik, Gas dan Air e. Bangunan/Konstruksi f. Angkutan dan Komunikasi g. Keuangan, Sewa Bangunan, dan h. Jasa Perusahaan. i. Jasa jasa. Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. Komponen balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semua komponen tersebut dijumlahkan sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak tak langsung lainnya. Dalam pengertian PDRB, kecuali faktor pendapatan, termasuk pula komponen penyusutan dan pajak tidak langsung neto. Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah penjumlahan semua komponen permintaan akhir, yaitu: Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 3

a. Pengeluaran konsumsi rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung; b. Pengeluaran Konsumsi pemerintah; c. Pembentukan modal tetap domestik bruto; d. Perubahan stok; dan e. Ekspor neto yang dihitung dari ekspor dikurangi impor. Dari ketiga pendekatan penghitungan tersebut, secara konsep seyogyanya jumlah pengeluaran tadi harus sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor faktor produksinya. Selanjutnya PDRB yang telah diuraikan di atas disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena mencakup komponen pajak tidak langsung neto. Pada publikasi ini angka PDRB yang digunakan adalah PDRB yang memakai pendekatan produksi. Berikut konsep dan definisi masing-masing sektor PDRB menurut pendekatan produksi atau berdasarkan lapangan usaha. 1. Sektor Pertanian 1.1 Ruang Lingkup Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan benda atau barang biologis (hidup). Termasuk dalam kegiatan ini: Subsektor Tanaman Bahan Makanan Yaitu meliputi semua kegiatan ekonomi yang menghasilkan komoditas tanaman bahan makanan seperti padi, jagung, ketela rambat, ketela pohon, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedelai, kacang-kacangan lainnya, sayur-sayuran, buah-buahan, padi-padian dan tanaman bahan makanan lainnya. Subsektor Tanaman Perkebunan Yaitu meliputi semua jenis kegiatan tanaman perkebunan, baik yang diusahakan rakyat maupun yang diusahakan perusahaan perkebunan. Adapun komoditas yang dihasilkan seperti: cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kelapa sawit, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, serat karung, tebu, tembakau, teh, serta tanaman perkebunan lainnya. Subsektor Peternakan Yaitu meliputi semua kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dengan tujuan untuk dikembangbiakkan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasil-hasilnya, baik yang dilakukan Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 4

oleh rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Komoditas hasil peternakan antara lain: sapi, kerbau, kambing, babi, ayam, itik, telur ayam, telur itik, susu sapi, sarang burung walet serta hewan peliharaan lainnya. Subsektor Kehutanan Yaitu meliputi kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan dan akar-akaran. Termasuk juga kegiatan perburuan. Komoditas hasil kehutanan di antaranya adalah kayu gelondongan, baik yang berasal dari hutan rimba maupun hutan budidaya, kayu bakar, rotan, arang, bambu, terpentin, kopal, menjangan, babi hutan, dan hasil hutan lainnya seperti madu lebah hutan, sarang burung walet hutan. Subsektor Perikanan Yaitu meliputi semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya se-gala jenis ikan dan biota air lainnya, baik yang berada di air tawar maupun di air asin. Komoditas perikanan antara lain seperti ikan tuna dan jenis ikan laut lainnya, ikan mas dan jenis ikan darat lainnya, ikan bandeng dan jenis ikan air payau lainnya, udang dan binatang berkulit keras lainnya, cumi-cumi dan binatang lunak lainnya, rumput laut serta tumbuhan laut lainnya. 1.2 Metode Estimasi Pendekatan yang digunakan adalah melalui pendekatan dari sudut produksi. Secara umum, nilai output diperoleh dari hasil perkalian antara seluruh produksi yang dihasilkan terhadap harga produsennya. NTB suatu subsektor diperoleh dari penjumlahan NTB tiap-tiap komoditas. NTB ini didapat dari pengurangan nilai output atas dasar harga produsen terhadap seluruh biaya antara, yang dalam prakteknya biasa juga dihitung melalui perkalian antara rasio NTB terhadap output komoditas tertentu. Untuk keperluan penyajian data NTB atas dasar harga konstan 2000, digunakan metode revaluasi, yaitu suatu metode yang menilai seluruh faktor produksi dan biaya-biaya antara berdasarkan harga tahun 2000. Khusus untuk subsektor peternakan, penghitungan produksi tidak dapat dilakukan secara langsung, melainkan harus diperoleh melalui suatu rumus persamaan yang menggunakan tiga peubah, yakni: banyaknya ternak yang dipotong ditambah selisih populasi ternak dan selisih antara ekspor dan impor ternak. 1.3 Sumber Data Jenis data yang digunakan untuk penyusunan output dan NTB sektor pertanian adalah data produksi, harga, dan rasio NTB. Data produksi Tanaman Bahan Makanan bersumber dari BPS dan Dinas Peternakan dan Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 5

Pertanian, data perkebunan dari Dinas Perkebunan, data peternakan dari BPS dan Dinas Pertanian dan Peternakan, data kehutanan dari Dinas Kehutanan, dan data perikanan bersumber dari Dinas Perikanan dan Kelautan. Data harga untuk tiap-tiap komoditas selain bersumber dari BPS, juga diperoleh dari dinas-dinas terkait. Rasio NTB terhadap output didasarkan pada hasil yang disajikan dalam Publikasi Tabel Input-Output Provinsi Riau. 2 Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor ini mencakup kegiatan penggalian, pengeboran, penyaringan, pencucian, pemilihan dan pengambilan segala macam barang tambang, mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik berupa benda padat, benda cair maupun gas, yang dilakukan di bawah tanah maupun di atas permukaan bumi. Sifat dan tujuan kegiatan tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, dijual atau diproses lebih lanjut. Kegiatan lain yang termasuk dalam sektor ini adalah pembuatan garam kasar dengan cara menguapkan air laut. 2.1 Ruang Lingkup Seluruh jenis komoditas yang dicakup dikelompokkan ke dalam tiga subsektor, yaitu: pertambangan migas, pertambangan tanpa migas dan penggalian. Subsektor Minyak dan Gas Bumi Meliputi kegiatan pencarian kandungan minyak dan gas bumi, penyiapan pengeboran, penambangan, penguapan, pemisahan serta penampungan untuk dapat dijual atau dipasarkan. Kegiatan ini menghasilkan minyak bumi, kondensat dan gas bumi. Pada penghitungan series 2000, cakupan komoditas subsektor ini bertambah dengan adanya uap panas bumi. Subsektor Pertambangan Non Migas Meliputi pengambilan dan persiapan pengolahan lanjutan benda padat, baik di bawah maupun di atas permukaan bumi serta seluruh kegiatan lainnya yang bertujuan untuk memanfaatkan bijih logam dan hasil tambang lainnya. Hasil kegiatan ini berwujud batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, fero nikel, nikel mattes, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas dan perak, bijih mangan, belerang, yodium, fosfat, aspal alam, serta komoditas lainnya. Subsektor Penggalian Mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian yang umumnya berada di permukaan bumi. Hasil kegiatan ini berupa batu gunung, batu kali, batu kapur, koral, kerikil, Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 6

batu karang, batu marmer, pasir untuk bahan bangunan, pasir silika, pasir kwarsa, koalin, tanah liat dan sebagainya. 2.2 Metode Estimasi Untuk memperoleh estimasi output dan nilai tambah atas dasar harga berlaku, dilakukan perkalian antara kuantum barang yang dihasilkan dengan harga per unit produksi pada masing-masing tahun. NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan mengalikan output tersebut dengan rasio NTB terhadap output di masing-masing tahun. Sedangkan output atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan metode revaluasi, yaitu mengalikan kuantum barang yang dihasilkan di masing-masing tahun dengan harga per unit produksi pada tahun 2000. Lalu, melalui perkalian antara output tersebut dengan rasio NTB terhadap output tahun 2000 diperoleh NTB atas dasar harga konstan 2000. 2.3 Sumber Data Data yang diperlukan untuk penghitungan sektor ini adalah data produksi diperoleh dari BPS, perusahaan pertambangan/penggalian dan Dinas Pertambangan. Data harga diperoleh dari BPS dan perusahaan penggalian. Rasio NTB terhadap output diperoleh dari Publikasi Tabel Input-Output Indonesia 2000 dan Tabel Input-Output Provinsi Riau. 3 Sektor Industri Pengolahan Kegiatan sektor industri pengolahan mencakup 3 (tiga) subsektor yaitu: a) Industri pengilangan minyak bumi, b) Industri pengolahan non-migas, dan c) Industri pengilangan gas alam cair (LNG) Untuk industri non-migas dirinci lagi menjadi industri non-migas besar/sedang, non-migas kecil, dan kerajinan rumah tangga. 3.1 Ruang Lingkup Industri Pengilangan Minyak Bumi Penyajian subsektor ini tidak berbeda sama sekali antara seri lama dengan seri baru. Industri Non-migas Besar/Sedang Dalam penghitungan seri baru ini (2000=100) dengan seri lama (1993=100) tetap mengacu kepada pembagian kelompok subsektor Industri Besar Sedang (IBS) pada KLUI 2 dijit yakni menjadi 9 (sembilan) kelompok, seperti: 31. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau; 32. Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit; Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 7

33. Industri Kayu, Bambu, Rotan dan Perabot Rumahtanggga; 34. Industri Kertas dan Barang-barang dari Kertas, Percetakan dan Penerbitan; 35. Industri Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia, Minyak Bumi, Batu Bara, Karet dan Plastik; 36. Industri Barang-barang Galian Bukan Logam, kecuali Minyak Bumi dan Batu Bara. 37. Industri Logam Dasar. 38. Industri Barang dari Logam, Mesin dan Peralatannya. 39. Industri Pengolahan lainnya. Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga Subsektor ini sama dengan cakupan dan definisi kegiatan Industri Besar/ Sedang Non-migas. Perbedaannya terletak pada jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan industri tersebut. Perusahaan dikatakan sebagai Industri Kecil jika jumlah tenaga kerjanya antara 5 sampai 19 orang, sedangkan Industri Kerajinan Rumah Tangga jika jumlah tenaga kerjanya kurang dari 5 orang. Menurut kegiatan utama yang dihasilkan, kegiatan subsektor IKKR dikelompokan menjadi sembilan kelompok komoditas, yaitu: 31. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau; 32. Industri Tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit; 33. Industri Kayu, Bambu, Rotan dan Perabot Rumahtanggga; 34. Industri Kertas dan Barang-barang dari Kertas, Percetakan dan Penerbitan; 35. Industri Kimia dan Barang-barang dari Bahan Kimia, Minyak Bumi, Batu Bara, Karet dan Plastik; 36. Industri Barang-barang Galian Bukan Logam, kecuali Minyak Bumi dan Batu Bara. 37. Industri Logam Dasar. 38. Industri Barang dari Logam, Mesin dan Peralatannya. 39. Industri Pengolahan lainnya. Industri Pengilangan Gas Alam Cair (LNG) Penyajian subsektor ini tidak berbeda sama sekali antara seri lama dengan seri baru, karena disamping komoditasnya tunggal (LNG), produknya juga hanya ada di dua tempat yaitu Provinsi Nangro Aceh Darussalam dan Provinsi Kalimantan Timur. 3.2 Metode Estimasi Dalam penghitungan subsektor industri pengolahan non-migas besar/sedang digunakan pendekatan produksi, yaitu output dihitung lebih dahulu. Kemudian, output dikurangi dengan Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 8

biaya antara menghasilkan nilai tambah bruto. Untuk mendapatkan NTB atas dasar harga konstan dipakai metode deflasi dimana output dan jumlah tenaga kerja digunakan sebagai deflator. Untuk penghitungan subsektor pengilangan minyak menggunakan pendekatan produksi seperti halnya industri pengolahan non migas, sedangkan untuk harga konstan digunakan cara revaluasi. Sedangkan untuk subsektor industri kecil dan kerajinan rumah tangga penghitungan output dan NTBnya menggunakan pendekatan tenaga kerja, yang dihitung secara rinci menurut kegiatan industri yang dikelompokkan dalam 3 digit KLUI. Untuk menghitung NTB atas dasar harga konstan menggunakan metode deflasi, dan sebagai deflatornya adalah jumlah output dan tenaga kerja. 3.3. Sumber Data Data yang digunakan dalam penghitungan sektor ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu: 1. Tabel Input-Output Indonesia (BPS) 2. Publikasi Tahunan Statistik Industri Besar/Sedang (BPS) 3. Publikasi Indikator Ekonomi (BPS) 4. Publikasi Indeks Harga Perdagangan Besar Indonesia (BPS) 5. Publikasi Tahunan Pertambangan dan Energi, Deptamben. 6. Publikasi Tahunan Statistik Pertambangan Minyak & Gas Bumi (BPS) 7. Tabel Input-Output Rokan Hilir (BPS) 4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih 4.1 Ruang Lingkup Subsektor Listrik Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh PT. PLN (Persero) maupun oleh perusahan Non-PLN, dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan atau yang diproduksi meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dalam transmisi dan listrik yang dicuri. Subsektor Air Bersih Kegiatan subsektor air minum mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa dan alat lain ke rumah tangga, instansi pemerintah dan swasta. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh Perusahaan Air Minum (PAM) maupun bukan PAM. Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 9

4.2 Metode Estimasi Metode penghitungan subsektor listrik menggunakan pendekatan produksi. Output dan NTB subsektor ini diperoleh dari penjumlahan output/ntb dari PLN dan Non-PLN. Untuk penghitungan subsektor air bersih menggunakan pendekatan produksi, dimana output dan NTB atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan metode revaluasi. 4.3 Sumber Data Data produksi, harga dan biaya antara subsektor listrik untuk PLN diperoleh dari PT. PLN (Persero) Wilayah Riau daratan, sedangkan untuk perusahaan listrik Non-PLN dari Dinas Pertambangan, data sekunder dan SKS. Data produksi, harga dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan air minum diperoleh dari hasil survei tahunan Perusahaan Air Minum. 5 Sektor Bangunan 5.1 Ruang Lingkup Pada umumnya kegiatan sektor ini terdiri atas bermacam kegiatan yang meliputi: pembuatan, pembangunan, pemasangan, dan perbaikan berat maupun ringan semua jenis konstruksi yang keseluruhan kegiatan tersebut dapat dirinci menurut standar KLUI. Sektor bangunan terbagi 5 bagian yaitu: Bangunan Tempat Tinggal dan Bangunan Bukan Tempat Tinggal, Prasarana Pertanian, Jalan-Jembatan-Pelabuhan, Bangunan Instalasi Listrik-Gas-Air Minum dan Komunikasi, serta bangunan lainnya. 5.2 Metode Estimasi Metode penghitungan sektor bangunan menggunakan pendekatan pendapatan untuk NTB atas dasar harga berlaku, dan metode deflasi untuk penghitungan atas dasar harga konstan. 5.3 Sumber Data Sumber data yang digunakan didapat dari hasil SUSENAS Riau, Publikasi AKI dan Publikasi Non-AKI, serta Publikasi Proyeksi Penduduk Indonesia. 6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 6.1 Ruang Lingkup Subsektor Perdagangan Kegiatan yang dicakup dalam sub-sektor perdagangan meliputi kegiatan membeli dan menjual barang, baik barang baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/ pendistribusian tanpa merubah sifat barang tersebut. Dalam penghitungannya kegiatan ini dikelompokan ke dalam dua Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 10

jenis kegiatan, yaitu kegiatan perdagangan besar dan perdagangan eceran. Perdagangan besar mencakup kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali barang baru atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan, dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga tanpa merubah sifat, baik barang baru atau barang bekas. Subsektor Hotel Subsektor ini mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini adalah hotel berbintang maupun tidak, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk menginap seperti losmen, motel dan sebagainya. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan minuman, serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap di mana kegiatan-kegiatan tersebut berada dalam satu kesatuan manajemen dengan penginapan yang datanya sulit dipisahkan. Subsektor Restoran Kegiatan subsektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan. Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam subsektor ini seperti rumah makan, warung sate, warung kopi, katering, dan kantin. 6.2 Metode Estimasi Penghitungan nilai tambah sub sektor perdagangan menggunakan metode arus barang (commodity flow), sedangkan untuk sub sektor hotel menggunakan metode estimasi dengan pendekatan produksi. Dan untuk sub sektor restoran menggunakan pendekatan pengeluaran konsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah. Untuk penghitungan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan untuk sektor ini dihitung masing-masing dengan metode revaluasi dan atau deflasi. 6.3 Sumber Data 1. Publikasi Susenas dan pola konsumsi Provinsi Riau. 2. Publikasi Direktori Hotel Riau. 3. Publikasi tingkat penghunian kamar malam hotel Riau. 4. Buletin Ekonomi BPS. 5. Data sekunder dan SKS. Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 11

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 7.1 Ruang Lingkup Subsektor Pengangkutan Kegiatan yang dicakup dalam sub-sektor pengangkutan terdiri dari atas Jasa Angkutan Jalan Raya, Angkutan Laut, Ang-kutan Udara, dan Jasa Penunjang Angkutan Kegiatan pengangkutan meliputi kegiatan dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor. Sedangkan jasa penunjang angkutan mencakup kegiatan yang sifatnya menunjang kegiatan pengangkutan seperti terminal, pelabuhan dan pergudangan. Angkutan Jalan Raya meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan alat angkut kendaraan jalan raya, baik bermotor maupun tidak bermotor. Termasuk di sini kegiatan lainnya seperti carter/sewa kendaraan baik dengan atau tanpa pengemudi. Tidak termasuk kegiatan lainnya yang diusahakan sebagai satu satuan usaha dengan kegiatan ini seperti jasa bongkar muat, keagenan barang dan penumpang, perbaikan dan pemeliharaan. Angkutan Laut meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan menggunakan kapal laut yang beroperasi di dalam dan ke luar daerah domestik. Tidak termasuk kegiatan pelayaran laut yang diusahakan oleh perusahaan lain yang berada dalam satu satuan usaha, di mana kegiatan pelayaran ini sifatnya hanya menunjang kegiatan induknya, dan disamping itu data yang tersedia juga sulit untuk dipisahkan. Misalnya tangker-tangker yang diusahakan oleh Pertamina untuk angkutan di dalam negeri, kapal milik perusahaan penangkapan ikan dan angkutan khusus lainnya. Angkutan Udara meliputi kegiatan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di daerah tersebut. Termasuk disini kegiatan lainnya yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang datanya sulit untuk dipisahkan, seperti EMKU (Ekspedisi Muatan Kapal Udara) dan lain-lain, baik untuk angkutan penerbangan dalam negeri maupun angkutan penerbangan luar negeri. Tidak termasuk kegiatan penerbangan yang dilakukan oleh instansi/perkumpulan yang sifatnya tidak terbuka untuk umum. Jasa Penunjang Angkutan mencakup kegiatan yang bersifat menunjang dan memperlancar kegiatan pengangkutan, yaitu jasa pelabuhan udara, laut, sungai, darat, termi-nal dan parkir, bongkar muat laut dan darat, keagenan penumpang, ekspedisi laut, jalan tol, dan jasa penunjang lainnya seperti pengerukan dan pengujian kelayakan angkutan laut. Subsektor Komunikasi Subsektor ini terdiri dari kegiatan pos dan giro, telekomunikasi, dan jasa penunjang Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 12

komunikasi. Pos dan giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel dan paket pos yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro. Telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon, faksimile, dan telex yang diusahakan oleh PT Telekomunikasi dan PT Indosat. Jasa penunjang komunikasi meliputi kegiatan lainnya yang menunjang kegiatan komunikasi seperti warung telekomunikasi (wartel), warung internet (warnet) dan telepon seluler (ponsel). 7.2 Metode Estimasi Nilai tambah subsektor angkutan jalan raya atas dasar harga berlaku dengan menggunakan pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang wajib uji yang diperoleh dari laporan tahunan Dinas Perhubungan, dan hasil SKS sektor angkutan, serta data sekunder kecamatan. Penghitungan nilai tambah subsektor angkutan laut dilakukan melalui pendekatan alokasi dari angka nasional subsektor angkutan laut, karena kegiatan angkutan laut merupakan kegiatan multiregional, di mana kegiatannya bisa sekaligus merupakan pengangkutan penumpang dan barang dengan menggunakan kapal yang diusahakan oleh perusahaan milik nasional, baik yang melakukan trayek dalam negeri maupun internasional. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara deflasi dengan menggunakan indeks angkutan/transpor. Kemudian, nilai tambah atas dasar harga berlaku subsektor angkutan udara diperoleh dari laporan tahunan tiap bandar udara. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan cara deflasi. Nilai tambah subsektor jasa penunjang angkutan seperti terminal, parkir, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi, bongkar-muat, pergudangan diperoleh dari SKS. Sedangkan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi. Subsektor komunikasi mencakup jasa pos dan giro, serta telekomunikasi. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku didasarkan pada data produksi dan struktur biaya yang diperoleh dari laporan keuangan PT. POSINDO. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 memakai metode ekstrapolasi dengan menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim. Penghitungan nilai tambah subsektor telekomunikasi atas dasar harga berlaku berdasarkan data yang bersumber dari laporan keuangan Kantor Wilayah Usaha Telekomunikasi Riau Daratan. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan indeks produksi Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 13

gabungan tertimbang yang meliputi jumlah menit percakapan lokal/interlokal. 7.3 Sumber Data 1. Dinas Perhubungan Riau. 2. Data SKS. 3. Data Sekunder. 4. Kandatel Riau Daratan. 8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor bank dan lembaga keuangan lainnya disebut sebagai sektor finansial, karena secara umum kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan berupa penarikan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali pada masyarakat. Secara garis besar sektor ini terbagi atas 3 kelompok kegiatan utama yaitu: usaha perbankan dan moneter (otoritas moneter), lembaga keuangan bukan bank, jasa penunjang keuangan, serta usaha persewaan bangunan dan tanah. Namun, dalam klasifikasi tahun dasar 2000 sektor bank dan lembaga keuangan lainnya berubah menjadi Sektor Keuangan, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan. 8.1 Ruang Lingkup Subsektor bank, meliputi Bank Indonesia (BI) dan bank non BI (bank umum pemerintah dan bank umum swasta) dan BPR. Subsektor lembaga keuangan bukan bank mencakup kegiatan asuransi seperti asuransi jiwa, asuransi sosial, asuransi kerugian dan asuransi lainnya, mencakup juga koperasi, KUD dan Non KUD, pegadaian dan dana pensiun. Kemudian, subsektor jasa penunjang keuangan mencakup pedagang valuta asing, pasar modal dan sebagainya. 8.2 Metode Estimasi Penghitungan nilai tambah subsektor bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari Bank Indonesia. Kemudian nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara deflasi dengan menggunakan IHK Umum. Penghitungan nilai tambah asuransi atas dasar harga berlaku diperoleh melalui SKS dan data sekunder. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan cara metode deflasi, juga dengan menggunakan IHK Umum. Penghitungan nilai tambah Koperasi berasal dari data SKS. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan menggunakan metode deflasi, dan deflatornya adalah IHK Umum. Nilai tambah subsektor sewa bangunan baik untuk tempat tinggal dan bukan, diperoleh dari selisih antara output dengan biaya antaranya. Penghitungan nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi, sebagai deflatornya adalah IHK Umum. Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 14

Selain subsektor tersebut, subsektor jasa penunjang keuangan, seperti pedagang valas, dihitung dengan cara yang sama seperti subsektor asuransi maupun koperasi. 8.3 Sumber Data 1. Publikasi/Laporan Tahunan BI 2. Publikasi Susenas 3. Data Sekunder 4. Data SKS. 9 Sektor Jasa-Jasa Sektor ini mencakup subsektor jasa pemerintahan umum dan subsektor jasa swasta. Subsektor pemerintah umum meliputi pemerintahan dan hankam, sedangkan subsektor jasa swasta meliputi subsektor jasa sosial dan kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayaan, jasa perorangan dan rumah tangga. 9.1 Ruang Lingkup Subsektor jasa sosial dan kemasyarakatan mencakup jasa pendidikan yang dikelola oleh swasta meliputi TK, SD, SLTP, SLTA dan Universitas/ Akademi. Juga termasuk jasa pendidikan keterampilan berbentuk kursus. Jasa kesehatan oleh swasta seperti: rumah sakit, rumah bersalin, dokter dan sebagainya. Kemudian jasa kemasyara-katan lainnya seperti panti asuhan dan panti jompo. Terakhir jasa lainnya, adalah jasa yang tidak termasuk dalam cukupan di atas namun masih tergolong dalam sub-sektor jasa sosial dan kemasyarakatan. Subsektor jasa hiburan mencakup kegiatan bioskop, panggung kesenian, radio swasta, taman hiburan, dan sebagainya. Subsektor jasa perorangan dan rumah tangga mencakup kegiatan perbengkelan (mobil, motor, sepeda, alat-alat elektronik), dan jasa perorangan (tukang binatu, salon, tukang semir, tukang jahit dan sebagainya). 9.2 Metode Estimasi Nilai tambah subsektor pemerintahan dan hankam terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai pemerintah pusat dan daerah. Upah dan gaji yang dihitung mencakup upah dan gaji dari belanja rutin dan sebagian dari belanja pembangunan. Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks jumlah pegawai negeri. Penghitungan nilai tambah subsektor jasa sosial dan kemasyarakatan atas dasar harga berlaku melalui pendekatan produksi, sedangkan penghitungan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara/metode ekstrapolasi. Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 15

Penghitungan nilai tambah subsektor jasa hiburan dan kebudayaan atas dasar harga berlaku juga melalui pendekatan produksi. Sedangkan atas dasar harga konstan 2000 menggunakan cara deflasi dan sebagai deflatornya adalah IHK aneka dan jasa. Kemudian untuk penghitungan nilai tambah atas dasar harga berlaku subsektor jasa perorangan dan rumah tangga juga melalui pendekatan produksi, sekaligus penghitung-an nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 menggunakan metode deflasi. Sebagai deflatornya adalah IHK aneka dan jasa. 9.3 Sumber Data 1. Data belanja pegawai pusat dan ABRI dari BPS. 2. Data belanja Pemerintah Daerah Propinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dari BPS. 3. Data sekunder dan SKS. 4. Data Podes SP/ST. B. KEPENDUDUKAN, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN 1. Kependudukan Indikator penting tentang umur dan jenis kelamin maupun jumlah penduduk adalah: - Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) dan - Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio). - Tingkat pertumbuhan penduduk 1.1. Penduduk Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Kabupaten Rokan Hilir selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Kegunaan Informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia tertentu penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan penduduk sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau informasi tentang penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan, sangat penting dan dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan kependudukan terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal dalam pembangunan. Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok umur, dapat Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 16

diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu penduduk yang belum produktif (usia 0-14 tahun) termasuk bayi dan anak (usia 0-4 tahun) dan penduduk yang dianggap kurang produktif (65 tahun ke atas). Juga dapat dilihat berapa persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam pembangunan yaitu penduduk usia produktif atau yang berusia 15-64 tahun. Selain itu, dalam pembangunan berwawasan jender, penting juga mengetahui informasi tentang berapa jumlah penduduk perempuan terutama yang termasuk dalam kelompok usia reproduksi (usia 15-49 tahun), partisipasi penduduk perempuan menurut umur dalam pendidikan, dalam pekerjaan dll. 1.2. Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Misalnya pertumbuhan penduduk Rokan Hilir dari tahun 2000 ke tahun 2010 adalah perubahan jumlah penduduk Rokan Hilir dari tahun 2000 sampai 2010. Kegunaan Indikator laju pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah atau negara dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, tidak hanya di bidang sosial dan ekonomi tetapi juga di bidang politik misalnya mengenai jumlah pemilih untuk pemilu yang akan datang. Tetapi prediksi jumlah penduduk dengan cara seperti ini belum dapat menunjukkan karakteristik penduduk dimasa yang akan datang. Untuk itu diperlukan proyeksi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang membutuhkan data yang lebih rinci yakni mengenai tren fertilitas, mortalitas dan migrasi. 1.3. Rasio Ketergantungan Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 17

berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua. Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15-64 tahun. Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun. Kegunaan Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. 2. Ketenagakerjaan Penduduk dipandang dari sisi ketenagakerjaan merupakan suplai bagi pasar tenaga kerja di suatu negara. Namun tidak semua penduduk mampu melakukannya karena hanya penduduk yang berusia kerjalah yang bisa menawarkan tenaganya di pasar kerja. Penduduk usia kerja dibagi menjadi dua golongan yaitu yang termasuk angkatan kerja dan yang termasuk bukan angkatan kerja. Penggolongan usia kerja di Indonesia mengikuti standar internasional yaitu usia 15 tahun atau lebih. Angkatan kerja sendiri terdiri dari mereka yang aktif bekerja dan mereka yang sedang mencari pekerjaan. Mereka yang terakhir itulah yang dinamakan sebagai pengangguran terbuka. Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah mereka yang masih bersekolah, ibu rumah tangga, pensiunan dan lain-lain. Pembahasan mengenai ketenagakerjaan ini menarik karena beberapa alasan. Pertama, kita dapat melihat berapa besar jumlah penduduk yang bekerja. Kedua, kita dapat mengetahui jumlah pengangguran dan pencari kerja. Ketiga, apabila dilihat dari segi pendidikan maka hal ini akan mencerminkan kualitas tenaga kerja. Keempat, dilihat dari statusnya dapat terlihat berapa jumlah penduduk, yang bekerja di sektor formal yang jaminan sosialnya baik, dan berapa yang bekerja di Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 18

sektor informal. Kelima, pengetahuan tentang karakteristik dan kualitas tenaga kerja akan berguna sebagai dasar pengembangan kebijakan ketenagakerjaan, terutama pengembangan kesempatan kerja dan peningkatan kualitas SDM yang akan dapat meminimalkan jumlah pengangguran di suatu negara. Hal ini penting karena tingginya angka pengangguran akan menimbulkan konsekuensi negatif bagi masyarakat misalnya meningkatnya kriminalitas. Terkait dengan hal ini, diperlukan indikator-indikator yang mampu menggambarkan keadaan angkatan kerja dan tenaga kerja untuk selanjutnya dijabarkan sebagai dasar penentuan arah kebijakan ketenagakerjaan. Indikator-indikator ini antara lain tenaga kerja, angka partisipasi angkatan kerja (APAK) menurut kelompok umur, tingkat pengangguran terbuka, tingkat setengah pengangguran, APAK menurut lapangan usaha, APAK menurut status pekerjaan dan APAK menurut tingkat pendidikan. Dari besaran indikator-indikator tersebut dapat diketahui keadaan ketenagakerjaan saat ini dan hal apa saja yang memerlukan perbaikan di masa depan. 2.1 Tenaga Kerja Tenaga kerja (manpower) adalah seluruh penduduk dalam usia kerja (berusia 15 tahun atau lebih) yang potensial dapat memproduksi barang dan jasa. Sebelum tahun 2000, Indonesia menggunakan patokan seluruh penduduk berusia 10 tahun ke atas. Namun sejak Sensus Penduduk 2000 dan sesuai dengan ketentuan internasional, tenaga kerja adalah penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih. Kegunaan Indikator ini bermanfaat sebagai wacana bagi pengambil kebijakan di tingkat nasional maupun daerah dalam pembuatan rencana ketenagakerjaan di wilayahnya. Disamping itu, indikator ini digunakan untuk mengetahui berapa banyak tenaga kerja atau penduduk usia kerja potensial yang dapat memproduksi barang dan jasa. Namun indikator ini hanya menghasilkan jumlah penduduk yang bisa bekerja sehingga kurang tepat untuk digunakan sebagai dasar perencanaan. 2.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah bagian dari penduduk usia kerja, 15 tahun keatas yang mempunyai pekerjaan selama seminggu yang lalu, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti menunggu panenan atau cuti. Disamping itu, mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan juga termasuk dalam kelompok angkatan kerja. Sementara itu, penduduk yang bekerja atau mempunyai pekerjaan adalah mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja untuk memperoleh atau Perkembangan Ekonomi Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2013 19