MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGANTAR SUMBERDAYA PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL. SUKANDAR, IR, MP, IPM

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor 09/PRT/M/2010 Tentang PEDOMAN PENGAMANAN PANTAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Model Genesi dalam Jurnal : Berkala Ilmiah Teknik Keairan Vol. 13. No 3 Juli 2007, ISSN

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 08/SE/M/2010. tentang. Pemberlakukan Pedoman Penilaian Kerusakan Pantai Dan Prioritas Penanganannya

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

Penataan Ruang Berbasis Bencana. Oleh : Harrys Pratama Teguh Minggu, 22 Agustus :48

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

MENCEGAH KERUSAKAN PANTAI, MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

Kementerian PPN/Bappenas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BASIS SUBSTANSI: RENCANA AKSI NASIONAL ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM (RAN-API)

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

PERUBAHAN IKLIM DAN STRATEGI ADAPTASI NELAYAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sebagai implikasi pemanasan global, yang disebabkan. oleh kenaikan gas-gas rumah kaca terutama gas karbondioksida (

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 3. Peta Resiko Banjir Rob Karena Pasang Surut

92 pulau terluar. overfishing. 12 bioekoregion 11 WPP. Ancaman kerusakan sumberdaya ISU PERMASALAHAN SECARA UMUM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG BATAS SEMPADAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir merupakan wilayah yang sangat dinamis serta kaya akan

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

BAB I. Indonesia yang memiliki garis pantai sangat panjang mencapai lebih dari

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa indikasi dari meningkatnya muka air laut antara lain adalah :

3.1 PERSIAPAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

Kajian Hidro-Oseanografi untuk Deteksi Proses-Proses Dinamika Pantai (Abrasi dan Sedimentasi)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN. Pesisir merupakan daratan pinggir laut yang berbatasan langsung dengan

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Risiko

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

ANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan menjadi lebih baik, wilayah pesisir yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

Kata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi

BAB VI ALTERNATIF PENANGGULANGAN ABRASI

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan suatu negara kepulauan terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

BAB I PENDAHULUAN. Potensi wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi. pembangunan adalah sebagai berikut ; pertama, sumberdaya yang dapat

MANAGEMENT OF THE NATURAL RESOURCES OF SMALL ISLAND AROUND MALUKU PROVINCE

BAB III METODOLOGI. Studi pustaka terhadap materi desain. Mendata nara sumber dari instansi terkait

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat pulih (seperti minyak bumi dan gas serta mineral atau bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mangrove. Sebagai salah satu ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

3.1 Metode Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI. Sambutan Rektor Institut Teknologi Bandung i. Prakata- Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung iii. Sambutan-Dewan Editorial v

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan garis pantai sepanjang

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

Adaptasi Perikanan Tangkap terhadap Perubahan dan Variabilitas Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Pulau Jawa Berbasis Kajian Resiko MODUL TRAINING

ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAMPAK POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA DAS TERHADAP PRODUKTIVITAS TAMBAK DI PERAIRAN PESISIR LAMPUNG SELATAN

Transkripsi:

MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung

DAERAH PESISIR Perubahan Iklim dan Sistem Pesisir Menunjukkan Faktor Utama Perubahan Iklim Termasuk Pengaruh Eksternal dari Laut dan Daratan (Sumber: Nicholls, R.J., et.al, IPCC-AR4, 2007 WG2-Ch.6)

Bahaya Pesisir Akibat Terkait Perubahan Iklim Melalui Fenomena Perubahan Muka Laut (Sea Level Change) dan Gelombang Laut (Sea waves) LAPI-ITB untuk Kementerian PU-Ditjen Tata Ruang, 2015

Bahaya Rendaman Pesisir Faktor Variabilitas Alamiah Variabilitas Iklim Perubahan Iklim Pemanasan Global Pasang Surut (Gravitasional) Perubahan Monsoonal Fenomena La Nina Banjir Muara Sungai Kenaikan Muka Laut Global Penurunan Muka Tanah Perubahan Muka Laut di Pesisir Rendaman Pesisir LAPI-ITB untuk Kementerian PU-Ditjen Tata Ruang, 2015

Bahaya Abrasi dan Sedimentasi Pesisir Faktor Alami Variabilitas Iklim Perubahan Iklim Pemanasan Global Pasang Surut (Gravitasional) Perubahan Monsoonal Fenomena La Nina Banjir Muara Sungai Gelombang Badai/Pasang Gelombang Angin Abrasi Pesisir Hempasan Gelombang di Pesisir Sedimentasi Pesisir LAPI-ITB untuk Kementerian PU-Ditjen Tata Ruang, 2015

Dampak Perubahan Iklim Terhadap Daerah Pesisir Dampak negatif perubahan iklim terhadap daerah pesisir: 1. Peningkatan temperatur muka laut peningkatan coral bleaching dan kematian terumbu karang. 2. Peningkatan sedimentasi, ancaman bagi ekosistem wetland di pesisir. 3. Degradasi ekosistem pesisir (wetlands dan terumbu karang), dampak terhadap kesejahteraan masyarakat. 4. Peningkatan frekuensi banjir dan degradasi ketersedian air bersih, perikanan, dan sumberdaya alam lainnya. 5. Dampak terhadap masyarakat dan sistem sosial-ekonominya, dampak terhadap hilangnya property, sumberdaya alam, dan lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk yang tinggal di daerah pesisir akan meningkatkan tekanan terhadap daerah pesisir tersebut. Peningkatan tekanan terhadap perubahan guna lahan dan hidrologi di daerah tangkapan air akan mengurangi suplai sedimen ke daerah pesisir.

1. Bahaya Rendaman Pesisir

Skenario Bahaya : Pengaruh dari Kombinasi Faktor-faktor Terkait Rendaman Pesisir Kenaikan Muka Laut Fenomena La Nina Rendaman Pesisir Gaya Pasang Surut Gelombang Laut Skenario Bahaya Run-up Gelombang Badai Tsunami Pasang Tertinggi Muka Laut Ratarata ENSO Kenaikan Muka Laut Dasar Laut Laut LAPI-ITB untuk Kementerian PU-Ditjen Tata Ruang, 2015

Skenario Bahaya : Pengaruh dari Kombinasi Faktor-faktor Terkait Rendaman Pesisir Komponen Bahaya Frekuensi Kejadian Tingkat Kepercayaan Periode Ulang Keterangan Pasang Surut (HHWL) Sering Rendah Bulanan Prediksi Pasang Surut Gelombang yang Dibangkitkan Angin Kenaikan Permukaan Laut Global Komponen Bahaya Terkait Perubahan Permukaan Laut Sering Sedang Musiman Prediksi Meningkat Rendah Meningkat Proyeksi ENSO/La Nina Kurang sering Rendah 2-3 tahunan Prediksi Banjir Sungai Sering Rendah Tahunan Statistik Gelombang Badai Kurang sering Tinggi Tahunan Statistik Estimasi Bahaya untuk Daerah Pesisir Cirebon Berdasarkan Skenario RCP4.5 Item/Tahun 2010 2030 Pasang Tertinggi Astronomis 45 cm relatif terhadap MSL 48cm relatif terhadap MSL Kenaikan Permukaan Laut 6,5±2,5cm relatif terhadap tahun 2000 19,5±7,5cm relatif terhadap tahun 2000 La Nina 20±5cm relatif terhadap MSL 20±5cm relatif terhadap MSL Gelombang Badai 41cm relatif terhadap tinggi pasang surut 41cm relatif terhadap tinggi pasang surut Gelombang yang Dibangkitkan Oleh Angin 1,5 m 2,2 m LAPI-ITB untuk Kementerian PU-Ditjen Tata Ruang, 2015

Skenario Akumulasi Bahaya Kombinasi Skenario Muka Air Tinggi Paling Tinggi (HHWL) Dengan Komponen Bahaya Lain Skenario Kode Angka Bahaya Singkatan Kode Bahaya Warna Skenario-1b 0+1+3+4 MSL+HHWL+SLR Skenario-2b 0+1+3+4+5 MSL+HHWL+SLR+SS Skenario-3b 0+1+3+4+6 MSL+HHWL+SLR+LN Skenario-4b 0+1+3+4+7 MSL+HHWL+SLR+FL Skenario-5b 0+1+3+4+5+6 MSL+HHWL+SLR+SS+LN Skenario-6b 0+1+3+4+5+6+7 MSL+HHWL+SLR+LN+FL Keterangan Nomor, Kode dan Jenis Bahaya serta Tinggi Mka Air di Pesisir Kode Angka Bahaya Kode Bahaya Catatan 0 reference Rata-rata Tinggi Permukaan Laut 1 MSL Rata-rata Tinggi Permukaan Laut Bulanan 2 MHWL Muka Air Tinggi Rata-rata 3 HHWL Muka Air Tinggi Tertinggi 4 SLR Kenaikan Permukaan Laut 5 SS Gelombang Badai 6 LN La Nina 7 FL Banjir LAPI-ITB untuk Kementerian PU-Ditjen Tata Ruang, 2015

Skenario Bahaya Akumulasi Kombinasi Skenario Muka Air Tinggi Paling Tinggi (HHWL) Dengan Komponen Bahaya Lain di Kota Cirebon Skenario Warna 2015-2019 2020-2024 2025-2029 2030-2034 2035-2039 2040 freq WL (cm) freq WL (cm) freq WL (cm) freq WL (cm) freq WL (cm) freq WL (cm) Skenario-1b 16 55,67 14 59,17 16 62,67 20 66,17 20 69,67 4 73,17 Skenario-2b 18 93,97 19 97,47 16 100,97 25 104,47 25 107,97 5 111,47 Skenario-3b 4 76,37 6 80,57 4 160,77 - - - - - - Skenario-4b 14 154,17 10 157,67 9 161,17 15 164,67 15 168,17 3 171,67 Skenario-5b 7 109,17 6 118,87 9 121,67 - - - - - - Skenario-6b 1 176,97 5 179,07 6 181,87 - - - - - - LAPI-ITB untuk Kementerian PU-Ditjen Tata Ruang, 2015

Peta Rendaman Pesisir Kota Cirebon Skenario 4b Tahun 2015 Skenario 4b Tahun 2030 LAPI-ITB untuk Kementerian PU-Ditjen Tata Ruang, 2015

Peta Rendaman Pesisir Pulau Selayar LAPI-ITB untuk Kementerian PU- Ditjen Tata Ruang, 2015 Tingkat Bahaya Sangat Tinggi (>3 m) Tinggi (2 3 m) Sedang (1 2 m) Rendah (0,3 1 m) Sangat Rendah (0 0,3 m) Luas (Ha) - 542,60 17,52 16,11 347,90 Tingkat Bahaya Sangat Tinggi (>3 m) Tinggi (2 3 m) Sedang (1 2 m) Rendah (0,3 1 m) Sangat Rendah (0 0,3 m) Luas (Ha) 548,99 15,20 21,04 348,58 22,69

2. Bahaya Abrasi dan Sedimenasi Pesisir

EROSI DAN SEDIMENTASI PESISIR Ketidakseimbangan antara pasokan dan kehilangan sedimen merupakan penyebab terjadinya erosi dan sedimentasi di daerah pesisir. Proses ini umumnya dipicu oleh faktor alami maupun karena campur tangan manusia. Pasokan Sedimen ke Pantai (Sumber: Bird, 1993) Kehilangan Sedimen dari Pantai (Sumber: Bird, 1993)

KERUSAKAN LINGKUNGAN PESISIR Kerusakan Lingkungan Pesisir Faktor Umum Erosi/Abrasi Sedimentasi Penambangan pasir di kawasan pesisir/gumuk pantai. Penebangan hutan pesisir/ tanaman mangrove untuk dijadikan tambak. Pengambilan/perusakan terumbu karang. Banjir akibat rob air pasang. Pencemaran lingkungan di perairan pantai. Intrusi air laut

KERUSAKAN LINGKUNGAN PESISIR Kerusakan Lingkungan Pesisir Faktor Umum Erosi/Abrasi Sedimentasi Faktor alamiah: akibat hempasan gelombang. Faktor aktivitas manusia: penambangan pasir pesisir, perusakan mangrove dan terumbu karang

KERUSAKAN LINGKUNGAN PESISIR Kerusakan Lingkungan Pesisir Faktor Umum Erosi/Abrasi Sedimentasi Penutupan muara sungai. Pendangkalan muara sungai. Proses transpor sedimen sepanjang pesisir

FENOMENA EROSI/ABRASI DAN SEDIMENTASI PESISIR Pola Ruang dan Waktu Erosi Pantai Akibat Faktor Alam (Sumber: Bird, 1993) Pola Ruang dan Waktu Erosi Pantai Akibat Faktor Manusia (Sumber: Bird, 1993)

Kondisi Abrasi dan Sedimentasi Pesisir Kota Cirebon Tanggul penahan abrasi; Sedimentasi pesisir membawa serta sampah dari daerah lain Tanggul membatasi sedimentasi; Suplai sedimen sungai; Sedimentasi yang meluas LAPI-ITB untuk Kementerian PU-Ditjen Tata Ruang, 2015

Gelombang Penyebab Transpor Sedimen di Pesisir Cirebon Tinggi, Arah, dan Periode Gelombang pada Saat Terjadi Angin Timur dan Angin Timur Laut LAPI-ITB untuk Kementerian PU-Ditjen Tata Ruang, 2015

Gelombang Penyebab Transpor Sedimen di Pesisir Cirebon Tinggi, Arah, dan Periode Gelombang pada Saat Terjadi Angin Utara dan Angin Barat Laut LAPI-ITB untuk Kementerian PU-Ditjen Tata Ruang, 2015

TERIMA KASIH Disusun oleh: M.S. Fitriyanto (0811226725; ms_fitri2002@yahoo.com) Djoko Santoso Abi Suroso (0811116530; surosodjoko@gmail.com) M. Rizky Ramadhan (081315358336; mrizzkyramadhan@gmail.com)