UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA MIKRO ORGANISME LOKAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki

EFEKTIFITAS PUPUK ORGANIK AIR CUCIAN BERAS TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L) Rahman Hairuddin

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan September November 2016.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK N (ZA) TERHADAP PERTUMBUHAN SERTA PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L)

Volume 11 Nomor 2 September 2014

III. BAHAN DAN METODE

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

PROPOSAL PENELITIAN. PENGGUNAAN BUNGA MATAHARI MEKSIKO (Tithonia diversifolia) SEBAGAI PUPUK HIJAU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracea L.

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME LOKAL (MOL) DAN PUPUK KANDANG AYAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK ORGANIK CAIR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merill)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

PEMANFAATAN URINE KELINCI UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN. DAN PRODUKSI TANAMAN SAWI (Brassica juncea L) VARIETAS TOSAKAN.

PENDAHULUAN. pangan nasional. Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI EFEKTIVITAS PUPUK ORGANIK CAIR PLUS HI-TECH 19 PADA TANAMAN SAWI HIJAU DI SULSEL

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

ADAPTASI BEBERAPA GALUR TOMAT (Lycopersicon esculentum Mill.) DI LAHAN MEDIUM BERIKLIM BASAH DI BALI DENGAN BUDIDAYA ORGANIK

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

KARYA ILMIAH TENTANG PENGARUH WAKTU PEMBERIAN PUPUK KANDANG PADA BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea L.) SECARA ORGANIK. Oleh : Ika Kartika Wati

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

I. PENDAHULUAN. Tingkat konsumsi sayuran rakyat Indonesia saat ini masih rendah, hanya 35

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksankan di Lahan Fakultas Peternakan dan Pertanian dan

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA MACAM BOKASHI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) di POLYBAG

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

Tata Cara penelitian

TATA CARA PENELTIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

APLIKASI PUPUK ORGANIK KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL CAISIM (BRASSICA JUNCEA L.) DI KECAMATAN TIGARAKSA KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kandungan karotin, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Oleh karena itu,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

KARYA ILMIAH TENTANG. BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

Magrobis Journal 28. PENGARUH PUPUK ROSASOL-N TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL SELEDRI (Apium graveolens L.) ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAYAM (AmaranthusSp) AKIBAT PEMBERIAN MULSA ORGANIK *) Oleh : Wirnawati Paris (1), Nurdin (2) (3) **)

Transkripsi:

Volume 17, Nomor 2, Hal. 68-74 Juli Desember 2015 ISSN:0852-8349 UJI EFEKTIFITAS BEBERAPA MIKRO ORGANISME LOKAL TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) Miranti Sari Fitriani, Evita, Jasminarni Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat Jambi 36361 e-mail: miranti_sari@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas beberapa Mikroorganisme Lokal (MOL) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau sehingga didapat tanaman yang sehat dan bebas dari pupuk sintesis untuk menuju pertanian organik. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang terletak di Desa Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muara Jambi dengan Ketinggian ± 35 m dpl. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan November 2014. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor, yaitu pemberian mol yang terdiri dari 5 taraf perlakuan yaitu:m0 = tampa pemberian mol, M1 = pemberian mol bongkol pisang, M2 = pemberian mol tape, M3 = pemberian mol nasi, M4 = pemberian mol keong mas, M5 = pemberian mol sayur-sayuran, M6 = pemberian mol buah-buahan, M7 = pemberian mol sabut kelapa, M8 = Pemberian mol rebung. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, bobot segar tanaman bobot kering tanaman dan hasil tanaman sawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian beberapa macam MOL pada tanaman sawi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering tanaman, berat segar tanaman dan hasil. Hal ini diduga konsentrasi MOL yang diberikan sangat kecil, seharusnya dapat langsung diberikan pada tanaman tanpa adanya pengenceran terlebih dahulu. kecilnya konsentrasi tersebut tidak mencukupi kebutuhan pertumbuhan tanaman apalagi jika dicermati MOL ini sangat rendah kandungan unsur haranya. Kata Kunci: Uji efektifitas, Mikroorganisme Lokal (MOL), Sawi PENDAHULUAN Tanaman sawi hijau ( Brassica juncea L.) merupakan jenis sayuran yang cukup popular, dikenal pula sebagai caisim, atau sawi bakso, sayuran ini mudah dibudidayakan dan dapat dimakan segar atau diolah menjadi asinan. Sawi dapat hidup di berbagai tempat, baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun, sawi hijau kebanyakan dibudidayakan di dataran rendah dengan ketinggian antara 5-1200 m dpl, baik di sawah, ladang, maupun pekarangan rumah. Sawi termasuk tanaman yang tahan terhadap cuaca, pada musim hujan tahan terhadap terpaan air hujan, sedang pada musim kemarau juga tahan terhadap panasnya cuaca yang menyengat, asalkan dibarengi juga dengan penyiraman secara rutin (Sunarjono, 2008) Menurut Zulkarnain (2010), sawi hijau dapat dikategorikan kedalam sayuran daun berdasarkan bagian yang dikonsumsi. Sawi hijau memiliki nilai ekonomis tinggi setelah kubis crop, kubis bunga dan brokoli. Kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, vitamin B, dan vitamin C Menurut data Badan Pusat Statistik Propinsi Jambi (2012) bahwa produksi sawi hijau pada tahun 2011 mencapai 3.210 ton dengan luas areal lahan 376 ha dan hasil rata-rata produksi 8,5 ton/ha. Produksi tanaman sawi hijau di Provinsi Jambi ini masih termasuk rendah apabila 68

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains dibandingkan dengan produksi sawi nasional mencapai 580.969 ton dengan hasil rata-rata 9,44 ton/ha. Upaya peningkatan produksi sawi hijau salah satunya adalah dengan penggunaan pupuk, termasuk pupuk organik cair untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik, dimana penggunaan pupuk anorganik dalam jangka relatif lama berakibat buruk pada kondisi tanah. Pupuk organik yaitu pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yang telah melapuk mempunyai kelebihan antara lain meningkatkan kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, serta mengandung zat pengatur tumbuh yang penting untuk pertumbuhan tanaman (Marsono dan Sigit, 2000). Penggunaan pupuk cair dengan memanfaatkan jenis Mikroorganisme Lokal (MOL) menjadi alternatif penunjang kebutuhan unsur hara dalam tanah. Larutan MOL mengandung unsur hara makro, mikro, dan mengandung mikroorganisme yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan, dan agen pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga baik digunakan sebagai dekomposer, pupuk hayati, dan pestisida organik (Purwasasmita, 2009). Pengelolaan Mikro Organisme Lokal (MOL) ini selain dapat digunakan sebagai dekomposer juga sebagai pupuk organik cair. Menurut Purwasasmita dan Kunia (2009), larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari berbagai sumberdaya yang tersedia setempat. MOL berperan sebagai pengurai selulotik, dapat memperkuat tanaman dari infeksi penyakit, dan berpotensi sebagai fungisida hayati. Pemanfaatan pupuk cair MOL lebih murah, ramah lingkungan, dan menjaga kesimbangan alam. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Jambi yang terletak di Desa Mendalo Darat Kecamatan Jambi Luar Kota Kabupaten Muara Jambi dengan ketinggian ± 35 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan November 2014 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari benih sawi hijau, pupuk kandang, bahn untuk pembuatan mol : bongkol pisang, tape, nasi, keong mas, sayur-sayuran, buah-buahan busuk, sabut kelapa dan rebung. Alat yang digunakan adalah alat-alat untuk budidaya daya pertanian dan alat-alat tulis yang dibutuhkan. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor, yaitu pemberian mol yang terdiri dari 5 taraf perlakuan yaitu: M0 = tampa pemberian mol M1 = pemberian mol bongkol pisang M2 = pemberian mol tape M3 = pemberian mol nasi M4 = pemberian mol keong mas M5 = pemberian mol sayur-sayuran M6 = pemberian mol buah-buahan M7 = pemberian mol sabut kelapa M8 = Pemberian mol rebung Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga didapat 27 petak percobaan. Ukuran petak percobaan 1,5 m x 1,5 m, jarak antar petak 50 cm, Jarak antar ulangan 1 meter dengan ketinggian petakan + 20 meter. Jarak tanam 25 cm x 20 cm sehingga dalam petak percobaan terdapat 36 tanaman, 16 tanaman dalam petak ubinan dan 10 diantaranya sebagai tanaman sampel. Pelaksanaan Percobaan Persiapan Areal Pertanaman Sebelum tanah diolah, dilakukan pembersihkan lahan dari semak yang ada, akar - akar tumbuhan, dan kotoran lainnya. Kemudian dilakukan olah lahan dengan 73

Miranti Sari Fitriani., dkk: Uji Efektifitas Beberapa Mikro Organisme Lokal Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (brassica juncea L.) menggunakan traktor, digemburkan dan diratakan. Selanjutnya dibuat petakan dengan ukuran 1,5 m x 1,5 meter sebanyak 27 petak dengan ketinggian 20 cm. Setiap petakan diberi pupuk kandang dengan dosis 20 ton ha -1. Areal penelitian diberi pagar untuk menghindari gangguan dari luar. Persiapan Media Semaian Media semai yang digunakan adalah campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2 : 1. Pembibitan dilakukan dengan menaburkan benih sawi hijau ke tempat media semai. Tempat persemaian diberi naungan yang terbuat dari atap rumbia dengan ketinggian 100 cm di sebelah timur dan 75 cm disebelah barat. Penanaman Penanaman bibit ke lapangan dilakukan setelah bibit berumur 3 minggu dan telah mempunyai 3 4 helai daun. Penanaman dilakukan dengan cara mencabut bibit dengan hati-hati, usahakan waktu mencabut bibit tanahnya terbawa. Setelah bibit selesai ditanam, maka tanah yang berada disekitarnya ditimbun dan ditekan sampai padat, sehingga kedudukan bibit menjadi mantap. Penyemprotan pupuk cair mikroorganisme lokal Penyemprotan pupuk cair mikroorganisme lokal dilakukan pada pagi hari atau sore hari dengan dosis anjuran. Penyemprotan dilakukan merata pada seluruh permukaan daun sampai basah. Penyemprotan pertama dilakukan saat tanaman berumur 1 MST. Pemberian selanjutnya dilakukan dengan interval waktu satu minggu sampai sebelum panen. Pemeliharaan Pemeliharaan meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan gulma. Penyiraman dilakukan sejak benih mulai ditanam samapai saat pemanenan dilakukan sebanyak dua kali sehari pada waktu pagi hari dan sore hari kecuali apabila hari hujan. Penyulaman dilakukan setelah tanaman berumur 7 hari yaitu untuk pengganti bibit yang tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan untuk pengganti tanaman yang mati atau terserang hama dan penyakit dengan tanaman baru. Penyiangan dilakukan secara manual selama masa tanam atau disesuaikan dengan keberadaan gulma pada petakan. Pemanenan Pemanenan pada tanaman sawi dilakukan berdasarkan kriteria umur dan sifat fisik pada tanaman. Panen dilakukan ketika tanaman telah berumur 25 hari setelah tanam ditandai dengan dengan ciri daun terbawah telah mulai menguningdan tanaman akan memasuki fase generatif. Variabel yang diamati 1. Tinggi tanaman 2. Jumlah daun 3. Bobot segar tanaman 4. Bobot kering tanaman 5. Hasil tanaman sawi. Analisis data Untuk melihat pengaruh masingmasing perlakuan yang diberikan, data yang diperoleh pada hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan Uji Beda Jarak Berganda Duncan (Duncan New Multiple Range Test DNMRT) pada taraf nyata α = 5 % HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman sawi hijau. Rata-rata tinggi tanaman sawi hijau setelah dilakukan uji lanjut BNT 74

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains taraf 5 % pada dapat dilihat pada Tabel 1 Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman sawi hijau dengan pemberian beberapa jenis Mikro Oranisme Lokal (MOL) Tinggi Tanaman 28,08 a 28,36 a 27,42 a 26,79 a 28,70 a 30,07 a 29,02 a 28,91 a 27,89 a Tabel 1. menunjukkan bahwa perlakuan antar perlakuan terhadap tinggi tanaman. Jumlah Daun berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman sawi hijau. Rata-rata jumlah daun tanaman sawi hijau setelah dilakukan uji lanjut BNT taraf 5 % pada beberapa macam MOL yang diberikan dapat dilihat Hasil analisis ragam menunjukkan pada Tabel 2 Tabel 2. Rata-rata jumlah daun tanaman sawi hijau dengan pemberian beberapa jenis Mikro Oranisme Lokal (MOL) Tinggi Tanaman 7,33 a 7,70 a 7,53 a 7,57 a 7,77 a 7,60 a 7,60 a 6,60 a 7,27 a Tabel 2. menunjukkan bahwa perlakuan antar perlakuan terhadap jumlah daun.. Bobot Segar Tanaman berpengaruh nyata terhadap bobot segar tanaman sawi hijau. Rata-rata bobot segar tanaman sawi hijau setelah dilakukan uji lanjut BNT taraf 5 % pada beberapa macam MOL yang diberikan dapat dilihat Hasil analisis ragam menunjukkan pada Tabel 3 73

Miranti Sari Fitriani., dkk: Uji Efektifitas Beberapa Mikro Organisme Lokal Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (brassica juncea L.) Tabel 3. Rata-rata bobot segar tanaman sawi hijau dengan pemberian beberapa jenis Mikro Oranisme Lokal (MOL) Bobot segar tanaman (gram) 93,54 a 100,16 a 94,86 a 81,49 a 87,98 a 103,30 a 94,64 a 83,92 a 79,72 a Tabel 3. menunjukkan bahwa perlakuan antar perlakuan terhadap berat segar tanaman. Bobot Kering Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan berpengaruh nyata terhadap bobot kering tanaman sawi hijau. Rata-rata bobot kering tanaman sawi hijau setelah dilakukan uji lanjut BNT taraf 5 % pada beberapa macam MOL yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rata-rata bobot kering tanaman sawi hijau dengan pemberian beberapa jenis Mikro Oranisme Lokal (MOL) Bobot kering tanaman (gram) 14,18 a 14,62 a 11,49 a 12,21 a 15,33 a 11,04 a 9,97 a 9,01 a 8,37 a Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan Hasil Tanaman Sawi. Hasil analisis ragam menunjukkan antar perlakuan terhadap berat kering berpengaruh nyata terhadap hasil tanaman tanaman. sawi hijau. Rata-rata hasil tanaman sawi hijau setelah dilakukan uji lanjut BNT taraf 5 % pada beberapa macam MOL yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 5 74

Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains Tabel 5. Rata-rata hasil tanaman sawi hijau dengan pemberian beberapa jenis Mikro Oranisme Lokal (MOL) Hasil tanaman sawi (gram) 5742,52 a 6625,76 a 6320,96 a 6098,69 a 6260,97 a 999,68 a 969,54 a 869,73 a 891,11 a berbeda nyata menurut uji BNT 5% Tabel. 5 menunjukkan bahwa perlakuan antar perlakuan terhadap hasil tanaman. Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian beberapa macam MOL pada tanaman sawi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, berat kering tanaman, berat segar tanaman dan hasil. Hal ini diduga konsentrasi MOL yang diberikan sangat kecil, seharusnya dapat langsung diberikan pada tanaman tanpa adanya pengenceran terlebih dahulu. kecilnya konsentrasi tersebut tidak mencukupi kebutuhan pertumbuhan tanaman apalagi jika dicermati MOL ini sangat rendah kandungan unsur haranya. MOL adalah cairan yang berbahan dari berbagai sumber daya alam yang tersedia setempat. MOLmengandung unsur hara makro dan mikro dan juga mengandung mikroba yang berpotensi sebagai perombak bahan organik, peransang pertumbuhan dan sebagai agen pengendalian hama penyakit tanaman. Berdasarkan kandungan yang terdapatdalam MOL tersebut, maka MOLdapat digunakan sebagai pendekomposer, pupuk hayati, dan sebagai pestisida organic. Tabel. 1 menunjukkan perlakuan beberapa MOL tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman sawi hijau, tinggi tanaman tertinggi terdapat pada MOL nasi dan terendah terdapat pada MOL bongkol pisang. Menurut Setianingsih (2009) MOL bonggol pisang memiliki peranan dalam masa pertumbuhan vegetatif tanaman dan tanaman toleran terhadap penyakit. Kadar asam fenolat yang tinggi membantu pengikatan ion-ion Al, Fe dan Ca sehingga membantu ketersediaan P tanah yang berguna pada proses pembungaan dan pembentukan buah, sedangkan tanaman sawi adalah tanaman berumur pendek, jadi mol yang diberikan belum terserap, tanaman sudah dipanen. Faktor-faktor yang menentukan kualitas larutan MOL antara lain media fermentasi, kadar bahan baku atau substrat, bentuk dan sifat mikroorganisme yang aktif di dalam proses fermentasi, ph, temperatur, lama fermentasi, dan rasio C/N larutan MOL (Suriawiria,1996; Hidayat, 2006). Penelitian Muriani (2011) menyimpulkan bahwa perlakuan konsentrasi 300 g daun gamal dan fermentasi tiga minggu memberikan kualitas larutan MOL yang terbaik sebagai pupuk cair dan konsentrasi 300 g daun gamal dengan lama fermentasi dua minggu memberikan kualitas yang terbaik sebagai aktivator. 73

Miranti Sari Fitriani., dkk: Uji Efektifitas Beberapa Mikro Organisme Lokal Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (brassica juncea L.) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan dapat diambil kesimpulan Bahwa pemberian berbagai macam MOL tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi hijau. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada tanaman sawi, jenis MOL yang berbeda dengan konsentrasi yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Cahyono, B. 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Tanaman Hortikultura Indonesia, http:www.bps.go.id (diakses 24 Februari 2014). Fonendi, B, 2014. Respon Pertumbuhan Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L) Varietas Boko Terhadap Berbagai jenis MOL (Mikroorganisme Lokal). Universitas Jambi Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal Http://Ivanhadinata.blogspot.com/.T anggal akses 20 Februari 2014 Haryanto, E., T. Suhartini dan E. Rahayu, 2002. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya, Jakarta. Heru, P dan Yovita, H., I. 2003. Hidroponik Sayuran Semusim Untuk Hobi dan Bisnis. Gramedia, Jakarta. Marsono dan Sigit, 2000. Pupuk dan cara Pemupukan. Penetbit Bathara Karya Aksara. Jakarta Purwasasmita, M. 2009. Mikroorganisme Lokal Sebagai Pemicu Siklus Kehidupan Dalam Bioreaktor Tanaman. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia, 19-20 Oktober 2009. Suhendar, H. 2007. Bertanam 15 Sayuran Organik dalam Pot. Niaga Swadaya. JakartaPurwasasmita dan Kunia (2009) Mikro Organisme Lokal (Mol) http://madanioke.blogspot.com/2013 /07/mikro-organisme-lokalmol.html/ Tanggal akses 25 Februari 2014 Rukmana R, 2002. Bertanam Sawi dan Petsai. Penebar Swadaya. Jakarta Sunarjono, 2008.Bertanam 30 Jenis Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta. Sari, D, Ni, S Kurniasih, R. Dan T, Rostikawati, 2012. Pengaruh Pemberian Mikroorganisme Lokal (Mol) Bonggol Pisang Nangka Terhadap Produksi Rosella (Hibiscus Sabdariffa L). Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Suhastyo, Arum Asriyanti. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Lokal (MOL) yang Digunakan Pada Budidaya Padi Metode Sri. Tesis Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Zulkarnain. 2009. Dasar Dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta. 74