BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori Neighborhood unit muncul pertama kalinya pada tahun 1929 dari pemikiran Clarence Arthur Perry. Gagasan tersebut membuat dunia seolah sepakat bahwa Neighborhood unit adalah model pemukiman yang paling ideal. Sejak Perang Dunia II usai, dibarengi dengan adanya newtown movement, lahirlah kotakota baru yang mengacu pada konsep Neighborhood unit dengan berbagai varian dan modifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan lokalnya. Mulai dari Harlow di Inggris sampai Park Forest di Amerika, dari Tapiola di Finlandia sampai Senri New Town di Jepang. Seiring dengan perkembangan teori Neighborhood unit, ide kota berkelanjutan kemudian dimunculkan pertama kali oleh Register (1987) dalam bukunya yang berjudul Ecocity Barkeley: Building Cities for Healthy Future, berkembang hingga pada integrasi sosial. Salah satu ide tersebut adalah terciptanya Integral Neighborhood Area, yaitu terintegrasinya area yang berdekatan secara lokasi dan fungsi. Dalam area ini, semua rencana dilandasi prinsip human first and life priority basis, yaitu pemukiman yang dikembangkan sedemikian rupa untuk menampung kegiatan hidup sehari-hari, dalam suasana yang nyaman, manusiawi, serta mementingkan hubungan komunitas antar sesama warganya. Sebagai variabel evaluasi integrasi, ide Integral Neighborhood Area dapat menggunakan elemen permukiman dari Doxiadis (1971) dalam bukunya bertajuk EKISTIC, An Introduction to the Science of Human Settlement yang menyatakan bahwa permukiman dibentuk dari lima unsur. Unsur-unsur tersebut adalah alam, lindungan, jejaring, manusia, dan masyarakat. Dengan alam yang berupa air, udara, tanah, hewan dan tumbuhan merupakan unsur dasarnya. Di alam inilah terciptanya lindungan seperti rumah sebagai tempat tinggal manusia dengan 1
kegiatannya dan jejaring seperti jalan ataupun jaringan utilitas yang memfasilitasi hubungan antar unsur, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa permukiman merupakan perpaduan antara manusia, alam, dan unsur buatan. Doxiadis menggolongkan berdasarkan skala ruang dengan kegiatan yang ditampung dengan proses pembentukan dan perkembangan yang menghasilkan tipe permukiman. Dengan menggunakan lima unsur Doxiadis pada masa kini, kita dapat mengenali dan menganalisis pola integrasi antara perumahan-perumahan baru yang umumnya kini berbentuk klaster dengan perumahan yang dibangun dengan konsep lama juga perkampungan-perkampungan yang berkembang secara inkremental oleh penduduk dengan mandiri. Pada masa-masa ini, terutama di kota-kota besar Indonesia, perumahan-perumahan baru yang dibuat ditengah permukiman dan perkampungan membentuk suatu pola keruangan antara perumahan baru dengan permukiman yang sudah ada sebelumnya. Pengaruh akibat adanya perumahan dan perkampungan adalah adanya infrastruktur dan fasilitas umum maupun sosial. Fasilitas-fasilitas tersebut digunakan bersama oleh penduduk di perumahan maupun perkampungan yang memungkinkan adanya integrasi di dalamnya. Selain infrastruktur dan fasilitas lain tentunya ada komponen lain yang telah terintegrasi akibat adanya perumahan dan perkampungan. Integrasi yang terjadi antara perumahan dengan permukiman ini sangat menarik untuk dikaji terutama mengenai integrasi neighborhood yang terjadi di dalamnya. Lokasi penelitian dipilih di sebagian wilayah di Kota Bekasi. Kota Bekasi sebagai bagian dari megapolitan Jabodetabek, memiliki posisi yang strategis terhadap pengembangan kota-kota sekitarnya terutama dalam bidang penyediaan perumahan, yang juga memiliki potensi perekonomian daerah dengan dinamika masyarakatnya yang tumbuh dan berkembang sebagai kota perdagangan dan jasa serta industri. Potensi tersebut berimplikasi terhadap meningkatnya kebutuhan dan pemanfaatan lahan kota, utamanya sebagai lahan permukiman karena Kota Bekasi menjadi salah satu kota tujuan bagi para kaum migran untuk bermukim. Hal ini membuat Kota Bekasi mengalami kemajuan pesat terutama dalam jumlah 2
penduduk. Menurut data yang diperoleh dari BKKBN Jawa Barat, pertumbuhan penduduk terbesar se-jawa Barat adalah Kota Bekasi yaitu sebesar + 4%/tahun atau setara dengan 71 ribu jiwa/tahun. Meningkatnya jumlah penduduk di kota ini membuat Kota Bekasi harus menyediakan sarana permukiman baru yang dibangun secara individu, melalui developer, maupun non-developer. Dengan adanya pembangunan yang lebih berorientasi pada daerah perkotaan, pembangunan yang demikian, menjadikan laju urbanisasi berjalan dengan begitu cepatnya. Hal ini dibuktikan oleh data dari dinas Kimpraswil Kota Bekasi mengenai jumlah unit rumah penduduk yang mengalami angka lonjakan kenaikan cukup tinggi dalam jangka waktu 10 tahun dimana rata-rata pembangunan rumah meningkat sebanyak + 23 ribu unit rumah tiap tahunnya. Seiring dengan itu, pemerintah Kota Bekasi memiliki misi yaitu dengan Membangun Kota yang Serasi dengan Dinamika dan Pertumbuhan Kota secara Berkelanjutan. Pada perkembangan yang terjadi, arah pembangunan cenderung menyebabkan kawasan permukiman di kota ini meluas secara acak dan tidak terkendali. Hal ini dapat menghambat terlaksananya misi tersebut, sehingga perlu adanya penelitian yang bertujuan untuk dapat memberikan dasar dalam memberi arahan pembangunan perumahan yang terintegrasi di Kota Bekasi. Kelurahan Pejuang dipilih karena memiliki posisi paling strategis dan memiliki berbagai macam tipe perumahan yang cukup lengkap seperti perumahan klaster dan perumahan lama serta perkampungan dengan lokasi saling berdekatan dan menempel, serta berbagai varietas lain yang cukup beragam untuk dikategorikan sehingga sesuai dengan tema penelitian. 1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Menyikapi kondisi pertumbuhan penduduk di Kota Bekasi sebagai kota dengan pertumbuhan penduduk terbesar se-jawa Barat sesuai dengan data BKKBN yaitu 71ribu jiwa/tahun, meyebabkan adanya pertumbuhan 3
pembangunan pemukiman yang pesat di Kota Bekasi. Hal ini membuat kota Bekasi memiliki kemungkinan yang sangat besar dalam menghadapi masalah faktual perkembangan kawasan perkotaan yang dapat menghambat adanya integrasi area yang berdekatan secara lokasi dan fungsi, yaitu berlangsung perkembangan secara acak, ekspansif, dan bersifat tak terarah. Sebab hal tersebut adalah bukti bahwa belum terintegrasinya secara positif antar perumahan terutama perumahan lama dengan yang baru. Kelurahan Pejuang dipilih secara khusus sebagai lokasi penelitian ini sebab kelurahan Pejuang memiliki karakteristik perumahan lama dan baru yang saling menempel. Selain itu, kelurahan Pejuang merupakan kelurahan yang memiliki arahan pembangunan sebagai kota kompak dengan perumahan Harapan Indah sebagai pelopor perkembangan kota kompak dalam pembangunan perumahan dikelurahan Pejuang yang berimplikasi pada perkembangan dan arah pembangunan perumahan selanjutnya. Kondisi ini menyebabkan sangat besarnya kemungkinan terjadinya integrasi antar perumahan. Alasan-alasan tersebut menjadikan kelurahan Pejuang sangat menarik untuk dikaji perkembangan integrasi neighborhood yang ada. Belum adanya kajian empirik mengenai seperti apa proses dan pola integrasi keruangan yang terjadi, maka diperlukan adanya penelitian untuk menjawab pertanyaan : 1. Seperti apa pola integrasi neighborhood unit di kelurahan Pejuang, Bekasi? 2. Bagaimana proses integrasi neighborhood unit di kelurahan Pejuang, Kota Bekasi? 4
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menjelaskan pola dan proses integrasi sistem keruangan yang terjadi pada perumahan baru dan perumahan lama di Kelurahan Pejuang. 1.4 Manfaat Penelitian Pemahaman tentang proses dan pola integrasi keruangan yang terjadi pada perkembangan perumahan perkotaan diharapkan dapat mendukung upaya monitoring dan evaluasi perkembangan permukiman perkotaan agar memiliki sifat keberlanjutan secara fisik, ekonomi, dan sosial. Pemahaman kasus secara khusus akan dapat menjadi panduan integrasi neighborhood sebagai dasar dalam memberi arahan pembangunan perumahan di Kota Bekasi agar dapat menjadi lebih baik. 1.5 Batasan Penelitian Agar penelitian lebih terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan dibuat batasan atau lingkup dari penelitian yang akan dilakukan yaitu: I.1.1 Fokus Fokus penelitian ini adalah untuk mengamati proses integrasi sistem keruangan dari adanya perkembangan dan perubahan sektor fisik lingkungan kota yang dibagi dalam kluster-kluster perumahan baru dan perumahan lama. Sehingga pola integrasi sistem keruangan yang terdapat pada integrasi klaster perumahan baru dan perumahan lama dapat diidentifikasi dan dirumuskan melalui pengembangan dari variabel evaluasi integrasi sistem keruangan yang telah disediakan. I.1.2 Lokus Dalam penelitian ini, yang dipilih sebagai wilayah amatan adalah Kelurahan Pejuang. Kelurahan ini memiliki klaster-klaster perumahan baru 5
dan perumahan lama dengan sifat saling menempel antar klaster perumahan baru, perumahan lama, serta perkampungan. 1.6 Keaslian Penelitian Tema penelitian yang dilakukan adalah mengenai integrasi klaster perumahan dengan perkampungan di Kelurahan Pejuang, Bekasi. Untuk mengetahui apakah topik penelitian ini sudah pernah diteliti atau belum, maka dilakukan pencarian beberapa referensi yang memiliki topik yang sama mengenai integrasi keruangan perumahan dengan perkampungan. Dengan hasil pencarian referensi dengan tema terkait melalui internet dan melihat referensi di perpustakaan, sepengetahuan penulis tidak dan belum pernah menemukan penelitan dengan judul yang serupa yaitu mengenai Integrasi Sistem Keruangan Perumahan Baru dengan Perumahan Lama di Kelurahan Pejuang, Bekasi. Baik itu kesamaan fokus maupun lokusnya. Sebab itu, penelitian ini menjadi penting untuk diteliti mengingat pentingnya keberlanjutan suatu kota untuk masa depan. Tabel 1.1 Penelitian Lain Mengenai Integrasi dalam Konteks Keruangan No. Nama Tahun Judul Metode Hasil 1. Muh. Irsyad Cahyadi 2010 Model Integrasi Permukiman Pengungsi Kedalam Sistem Permukiman Kota Deskriptif Kualitatif Sumber : Analisis Penulis, 2013 Model integrasi permukiman pengungsi kedalam sistem perukiman kota yang dilihat dari pola jaringan jalan, jaringan drainase, jaringan listrik, sarana air bersih, sarana drainase, dan sarana prasarana sosial. 6