DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

dokumen-dokumen yang mirip
DRUG RELATED PROBLEMS

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS POTENSIAL KATEGORI DOSIS PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

SKRIPSI FITRIA ARDHITANTRI K Oleh :

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG, DAN OBAT SALAH DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya perubahan orientasi pada kefarmasian dari drug oriented menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. dengan diagnosis utama Congestive Heart Failure (CHF) yang menjalani

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

Menurut PP 51 pasal 1 ayat 4 tahun 2009 tentang Pelayanan Kefarmasian yaitu suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT ISLAM AMAL SEHAT SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan formal yaitu di puskesmas, rumah sakit, dan di apotek. Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. naiknya kadar glukosa darah karena ketidakmampuan tubuh untuk. memproduksi insulin (IDF, 2015). DM adalah suatu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. dan air dalam bentuk urine (Stein, 2007). Gagal Ginjal Kronik (GGK)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

IDENTIFIKASI DRUG RELATED

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) merupakan kumpulan gejala klinis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian non eksperimental dengan

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

KAJIAN DRUG RELATED PROBLEMs PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PEDIATRIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi energi yang dibutuhkan oleh otot dan jaringan. Orang yang menderita DM

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh: Sri Adi Sumiwi PENGGUNAAN OBAT RASIONAL

PHARMACEUTICAL CARE. DALAM PRAKTEK PROFESI KEFARMASIAN di KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB III METODE PENELITIAN. Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta pada periode Januari 2014

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran. Diajukan Oleh : KIRNIA TRI WULANDARI J

BAB 1 : PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. insulin secara relatif maupun absolut (Hadisaputro & Setyawan, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan informasi tentang

BAB I PENDAHULUAN. secara paripurna, menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, ataupun. terhadap pasiennya (UU No 44 Tahun 2009).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kardiovaskuler dan kanker. Di pusat-pusat pelayanan neurologi di

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Tujuan Instruksional:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Community Acquired Pneumonia (CAP) adalah penyakit saluran

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

INTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN INFORMASI OBAT APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluaran klinik yang diharapkan. Kesalahan pemberian obat (drug administration)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 2010). Penyakit hipertensi dikenal dengan sebutan silent killer karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dua jenis pelayanan kepada masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rumah sakit yang didefinisikan sebagai kejadian tidak diinginkan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan lebih terkait pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PANDUAN CARA IDENTIFIKASI DAN PENYIMPANAN OBAT YANG DIBAWA OLEH PASIEN

Bagaimana Penulisan SOAP oleh Farmasi? Tim KARS

Lampiran 1. Struktur organisasi RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

Transkripsi:

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: TOUDA KURNIA ANDRIYA K 100 040 180 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2009 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pada umumnya tidak mengetahui mengenai banyaknya kejadian Drug Related Problems yang terjadi di sekitar mereka, sebagaimana yang terdapat dalam sebuah artikel yang menyebutkan bahwa masyarakat umum terdapat kekurangan pengetahuan mengenai bagaimana DRPs biasanya terjadi pada tiap kelompok pasien yang berbeda (Anonim, 2004). Drug Related Problems (DRPs) didefinisikan sebagai kejadian atau keadaan yang benar-benar atau berpotensi bertentangan dengan hasil kesehatan yang diinginkan. DRPs dapat mendorong ke arah farmakoterapi yang tidak efektif dan dapat menyebabkan kematian atau keadaan tidak sehat yang berhubungan dengan obat. Drug Related Problems tidak dapat dihindari dalam kehidupan sehingga farmasi komunitas diharapkan dapat memiliki peran aktif dalam mencegah dan memecahkan DRPs (Anonim, 2007). Kesalahan dalam proses pengobatan, meliputi kesalahan dalam meresepkan, membagikan dan mengatur obat, yang bertanggungjawab terhadap 14 % kematian berkaitan dengan obat (Malone et al., 2001). Tahun 2005, telah diadakan suatu survei secara nasional di Jerman dalam komunitas farmasi untuk mengidentifikasikan Drug Related Problems. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa dalam kurun waktu 3 bulan telah tercatat kasus DRPs sebanyak 10.427 (9,1 DRPs per farmasis per minggu) (Anonim, 2007). 2

Kategori dosis menempati urutan kedua dari kategori DRPs berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Minnesota Pharmaceutical Care Project selama 3 tahun terhadap 9399 pasien. Diketahui jumlah DRPs yang terjadi sebanyak 5544 yang terbagi atas, 23% membutuhkan terapi obat tambahan, 15% diidentifikasi dari pasien yang menerima obat salah, 8% karena obat tanpa indikasi medis yang valid, 6% diantaranya menyangkut dosis yang terlalu tinggi dan dosis yang terlalu rendah sebesar 16%. Sedangkan penyebab umum lainnya Adverse Drug Reaction (Cipolle et al, 1998). Sebuah survei di Amerika tahun 2001 yang dilakukan di Rumah Sakit John Hopkins menunjukkan bahwa setiap tahun sebanyak 5 juta orang masuk ke dalam ICU, dimana 70% hingga 90% tidak dikelola oleh tim kesehatan darurat dikarenakan terbatasnya tenaga kesehatan dan banyaknya orang yang masuk ke ICU sehingga terjadinya DRPs sangat mungkin terjadi (Anonim, 2001). Penelitian mengenai DRPs di Indonesia juga menunjukkan angka yang signifikan. Hasil analisis DRPs dari 109 orang pasien hipertensi di RSUD Ulin Banjarmasin berdasarkan data sekunder tahun 2003 ditemukan pasien yang mengalami DRPs 49 orang atau 44,95% (Anonim b, 2008). Sedangkan penelitian di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta dihasilkan 78,2% pasien geriatrik mengalami DRPs, dan 248 DRPs telah diidentifikasi (Anonim a, 2008). Di Yogyakarta analisis DRPs pada resep dokter diketahui DRPs yang paling sering terjadi adalah over dose yaitu sebesar 66,6% dari 42 3

resep dan untuk dosis kurang sebanyak 11,90%, jadi dengan angka sebesar tersebut dapat dilakukan penelitian DRPs kategori dosis (Pagiling et al, 2005). Melihat banyaknya angka kejadian DRPs yang terjadi, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di berbagi rumah sakit baik itu rumah sakit negeri maupun swasta di Indonesia. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta adalah rumah sakit milik Pemerintah Propinsi Jawa Tengah yang terletak di Kota Surakarta dan merupakan rumah sakit tipe A (Pendidikan), disamping itu RSDM sebagai rumah sakit rujukan wilayah Eks Karesidenan Surakarta dan sekitarnya, juga Jawa Timur bagian Barat dan Jawa Tengah bagian Timur. Di Rumah Sakit ini setelah dilakukan survei, tiap resep pasien mendapat obat lebih dari 5 item obat jadi kemungkinan terjadinya DRPs sangat besar. Berdasarkan hal tersebut di atas maka dilakukan penelitian tentang Drug Related Problems kategori dosis lebih, dosis kurang di Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan seberapa besar kejadian Drug Related Problems kategori dosis lebih, dosis kurang di Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta periode tahun 2007. 4

C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi Drug Related Problems kategori dosis lebih, dosis kurang di Intensive Care Unit Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta periode tahun 2007. D. Tinjauan Pustaka 1. Drug Related Problems ( DRPs ) Drug related problems (DRPs) adalah sebuah kejadian atau problem yang melibatkan terapi obat penderita yang mempengaruhi pencapaian outcome. Drug related problems terdiri dari aktual DRPs dan potensial DRPs. Aktual DRPs adalah problem yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi obat yang sedang diberikan pada penderita. Sedangkan potensial DRPs adalah masalah yang diperkirakan akan terjadi yang berkaitan dengan terapi obat yang sedang digunakan oleh penderita (Soerjono et al, 2004 ). Drug Related Problems (DRPs) merupakan suatu kejadian yang tidak diharapkan dari pengalaman pasien atau diduga akibat terapi obat sehingga potensial mengganggu keberhasilan penyembuhan yang dikehendaki (Cipolle et al, 1998). DRPs dapat diatasi atau dicegah ketika penyebab dari masalah tersebut dipahami dengan jelas. Dengan demikian perlu untuk mengidentifikasi dan mengkategorikan DRPs dan penyebabnya. Jenis-jenis DRPs dan penyebabnya menurut standar disajikan sebagai berikut : 5

a. Terapi Obat Tambahan 1) Pasien dengan kondisi terbaru membutuhkan terapi obat yang terbaru. 2) Pasien yang kronik membutuhkan lanjutan terapi obat. 3) Pasien dengan kondisi kesehatan yang membutuhkan kombinasi farmakoterapi untuk mencapai efek sinergis atau potensiasi. 4) Pasien dengan resiko pengembangan kondisi kesehatan baru dapat dicegah dengan penggunaan therapy prophylactic drug atau premedication. b. Terapi Obat yang Tidak Perlu 1) Pasien yang mendapatkan obat yang tidak tepat indikasi. 2) Pasien yang keracunan karena obat atau hasil pengobatan. 3) Pengobatan pada pasien pengkonsumsi obat, alkohol dan rokok. 4) Pasien dalam kondisi pengobatan yang lebih baik diobati dengan non drug therapy. 5) Pasien dengan multiple drugs untuk kondisi dimana hanya single drug therapy dapat digunakan. 6) Pasien dengan terapi obat dengan penyembuhan dapat menghindari reaksi yang merugikan dengan pengobatan lainnya. c. Salah Obat 1) Pasien dimana obatnya tidak efektif. 2) Pasien alergi. 3) Pasien penerima obat yang paling tidak efektif untuk indikasi pengobatan. 6

4) Pasien dengan faktor resiko pada kontraindikasi penggunaan obat. 5) Pasien menerima obat efektif tetapi harga lebih mahal. 6) Pasien menerima obat efektif tetapi tidak aman. 7) Pasien yang terkena infeksi resisten terhadap obat yang digunakan. d. Dosis Terlalu Rendah 1) Pasien menjadi sulit disembuhkan dengan terapi obat yang digunakan. 2) Pasien menerima kombinasi produk yang tidak perlu dimana obat tunggal dapat memberikan pengobatan yang tepat. 3) Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menimbulkan respon. 4) Konsentrasi obat dalam serum pasien di bawah range terapeutik yang diharapkan. 5) Obat prophylaxis (presugikal) anti biotik diberikan terlalu cepat. 6) Dosis dan flexibility tidak cukup untuk pasien. 7) Terapi obat berubah sebelum terapeutik percobaan cukup untuk pasien. 8) Pemberian obat terlalu cepat. 9) Pasien alergi e. Reaksi Obat yang Merugikan 1) Pasien dengan faktor resiko yang berbahaya bila obat digunakan. 2) Ketersediaan dari obat dapat menyebabkan interaksi dengan obat lain atau makanan pasien. 3) Efek dari obat dapat diubah oleh substansi makanan pasien. 4) Efek dari obat diubah enzym inhibitor atau induktor dari obat lain. 7

5) Efek dari obat diubah dengan pemindahan obat dari binding cite oleh obat lain. 6) Hasil laboratorium dapat berubah karena gangguan obat lain. f. Dosis Terlalu Tinggi 1) Dosis terlalu tinggi. 2) Konsentrasi obat dalam serum pasien diatas therapeutic range obat yang diharapkan. 3) Dosis obat meningkat terlalu cepat. 4) Obat, dosis rute, perubahan formulasi yang tidak tepat. 5) Dosis dan interval flexibility tidak tepat g. Kepatuhan 1) Pasien tidak menerima aturan pemakaian obat yang tepat (penulisan obat, pemberian, pemakaian). 2) Pasien tidak menuruti (ketaatan) rekomendasi yang diberikan untuk pengobatan. 3) Pasien tidak mengambil obat yang diresepkan karena harganya mahal. 4) Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan karena kurang mengerti. 5) Pasien tidak mengambil beberapa obat yang diresepkan secara konsisten karena merasa sudah sehat. (Cipolle et al, 1998). Faktor yang memberi kecenderungan terjadinya DRPs antara lain umur (pediatrik dan geriatrik), pasien dengan multiple drug therapy, jenis 8

kelamin, dan pasien dengan penyakit dalam misalnya penyakit ginjal dan hati yang dapat mempengaruhi eliminasi obat (Walker and Edwards, 2003). 2. Rumah Sakit Rumah sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan masyarakat yang menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan medik, rehabilitasi medik, dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut dilakukan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap (Muninjaya, 2004). Dalam perawatan penderita rawat inap di rumah sakit ada lima unsur tahap pelayanan : a. Perawatan Intensif, adalah perawatan bagi penderita kesakitan hebat yang memerlukan pelayanan khusus selama waktu kritis kesaktianya atau lukanya, suatu kondisi apabila ia tidak mampu melakukan kebutuhannya sendiri. b. Perawatan Intermediet, adalah perawatan bagi penderita setelah kondisi kritis membaik, yang dipindahkan dari ruang perawatan intensif ke ruang perawatan biasa. c. Perawatan Swarawat, adalah perawatan yang dilakukan penderita yang dapat merawat diri sendiri, datang ke rumah sakit untuk diagnostik saja, penderita sudah cukup pulih kesakitan, dapat tinggal dalam suatu unit perawatan sendiri. 9

d. Perawatan Kronis, adalah perawatan penderita dengan kesakitan atau ketidakmampuan jasmani jangka panjang. e. Perawatan Rumah, adalah perawatan penderita di rumah yang dapat menerima layanan seperti biasa di rumah sakit, dibawah suatu program yang disponsori oleh rumah sakit. (Siregar et al, 2007). 3. Intensive Care Unit ICU adalah salah satu bagian Rumah Sakit yang secara khusus menyediakan pelayanan yang menyeluruh dan berkelanjutan kepada pasien yang menderita penyakit kritis dan memerlukan penanganan yang lebih. Kriteria pasien yang dirawat di ICU : a. Pasien berpenyakit kritis dengan tingkatan medis yang tidak stabil dan memerlukan perawatan dengan tingkat yang lebih tinggi. b. Pasien yang memerlukan monitoring intensif dan mungkin juga memerlukan penanganan darurat. c. Pasien berpenyakit kritis atau secara medis tidak stabil yang kemungkinan besar kesempatan untuk sembuh karena keparahan penyakitnya atau luka traumatik. d. Pasien yang secara umum tidak memenuhi syarat untuk masuk ke ICU karena tidak memiliki harapan untuk selamat. Pasien dengan kategori ini memerlukan persetujuan dari direktur bagian ICU untuk memperoleh ijin perawatan di ICU (Anonim, 2005). 10

4. Rekam Medik Rekam Medik (RM) atau medical record merupakan komponen penting dalam pelaksanaan kegiatan managemen rumah sakit yang menyajikan informasi lengkap tentang proses pelayanan medik dan kesehatan di rumah sakit, baik di masa lalu, masa kini maupun perkiraan di masa tentang apa yang akan terjadi (Muninjaya, 2004). Rekam medik adalah sejarah ringkas, jelas, dan akurat dari kehidupan dan kesakitan penderita, ditulis dari sudut pandang medik. Definisi rekaman medik menurut Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas, anamnesis, pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang diberikan kepada seorang penderita selama dirawat di rumah sakit, baik rawat jalan maupun rawat tinggal/inap (Siregar, 2007). 11