Jurnal Einstein 2 (2) (2015): Jurnal Einstein. Available online

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat.

Available online Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. demikian, masyarakat akan memakai air yang kurang atau tidak bersih yang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh manusia untuk keperluan sehari-harinya yang memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah keadaan lingkungan. Salah satu komponen lingkungan. kebutuhan rumah tangga (Kusnaedi, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan komponen utama untuk kelangsungan hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN % air. Transportasi zat-zat makanan dalam tubuh semuanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia di dunia ini. Air digunakan untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. keperluaan air minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan komponen yang sangat penting dalam kehidupan. Bagi

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. sehingga tidak akan ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Ada tiga

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. yang memenuhi syarat kesehatan. Kualitas air dapat ditinjau dari segi fisika,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V ANALISIS PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Hasil Uji Lab BBTKLPP Yogyakrta. Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penelitian Terdahulu

PENGARUH MEDIA FILTRASI ARANG AKTIF TERHADAP KEKERUHAN, WARNA DAN TDS PADA AIR TELAGA DI DESA BALONGPANGGANG. Sulastri**) dan Indah Nurhayati*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. transportasi baik di sungai maupun di laut. Air juga dipergunakan untuk. meningkatkan kualitas hidup manusia (Arya W., 2001).

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akses terhadap air

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JURNAL EINSTEIN Jurnal Hasil Penelitian Bindang Fisika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dan semua makhluk hidup butuh air. Air merupakan material

Mn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air merupakan unsur yang penting di dalam kehidupan.tidak ada satu pun makhluk

Air merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

APLIKASI TEKNOLOGI FILTRASI UNTUK MENGHASILKAN AIR BERSIH DARI AIR HASIL OLAHAN IPAL DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

BAB IV TINJAUAN SUMBER AIR BAKU AIR MINUM

UJI KEMAMPUAN SLOW SAND FILTER SEBAGAI UNIT PENGOLAH AIR OUTLET PRASEDIMENTASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

Peningkatan Kualitas Air Bersih Desa Makamhaji Dengan Alat Penjernih Air

Penurunan Kandungan Zat Kapur dalam Air Tanah dengan Menggunakan Media Zeolit Alam dan Karbon Aktif Menjadi Air Bersih

BAB I PENDAHULUAN. memasak, mandi, mencuci dan kebutuhan lainnya. Secara biologis air

BAB I PENDAHULUAN. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertahan hidup tanpa air. Sebanyak 50 80% di dalam tubuh manusia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air (Sutrisno dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bohulo. Desa Talumopatu memiliki batas-batas wilayah sebelah Utara berbatasan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL & PEMBAHASAN

Air menjadi kebutuhan utama bagi makhluk hidup, tak terkecuali bagi manusia. Setiap hari kita mengkonsumsi dan memerlukan air

PENURUNAN KADAR BESI (FE) PADA AIR SUMUR SECARA PNEUMATIC SYSTEM ABSTRAK

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

Pengaruh Ukuran Efektif Pasir Dalam Biosand Filter Untuk Pengolahan Air Gambut

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan makhluk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Perubahan Kualitas Air. Segmen Inlet Segmen Segmen Segmen

IRWNS Kinerja Alat Pengolahan Air Minum Portable

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

Promotif, Vol.5 No.2, April 2016 Hal PENGARUH JUMLAH KARBON AKTIF PADA FILTER AIR TERHADAP TEKANAN KELUARAN HASIL FILTER

BAB III METODE PENELITIAN

APLIKASI BIOSAND FILTER DENGAN PENAMBAHAN MEDIA KARBON (ARANG KAYU) UNTUK PENGOLAHAN AIR SUMUR DAERAH GAMBUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

dengan kemiringan yang cukup landai yaitu 2 % dan untuk panjang aliran permukaan

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA I IDENTIFIKASI AIR TERCEMAR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Studi Kinerja Slow Sand Filter dengan Bantuan Lampu Light Emitting-Diode (LED) Putih

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRASI CaCo3 DAN KARBON AKTIF TERHADAP KUALITAS AIR DI DESA NELAYAN I KECAMATAN SUNGAILIAT KABUPATEN BANGKA

PENGOLAHAN AIR SUMUR GALI MENGGUNAKAN SARINGAN PASIR BERTEKANAN (PRESURE SAND FILTER) UNTUK MENURUNKAN KADAR BESI (Fe) DAN MANGAN (Mn)

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air

LOGO. Studi Penggunaan Ferrolite sebagai Campuran Media Filter untuk Penurunan Fe dan Mn Pada Air Sumur. I Made Indra Maha Putra

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh manusia itu sendiri (Mulia, 2005). fungsi tersebut dengan sempurna. Konsumsi air rata-rata setiap orang adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi kehidupan manusia

PRAKARYA. by F. Denie Wahana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

Uji Model Fisik Water Treatment Bentuk Pipa dengan Media Aerasi Baling-Baling

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

AIR SUMUR SUNTIK DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PNEUMATIC SYSTEM

PEMBUATAN PENGOLAH AIR KOTOR MENJADI AIR BERSIH PADA DAERAH BANJIR DI DUSUN KALIDENGEN II TEMON KULON PROGO

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2012

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

Penurunan Kadar Besi (Fe) Dengan Sistem Aerasi dan Filtrasi Pada Air Sumur Gali (Eksperimen)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perhitungan kadar Fe metode titrasi sederhana : Pagi, WIB : a. Kadar Fe lantai dasar : Fe = 1000

Efektifitas Backwashing Untuk Menjaga Kinerja Rapid Sand Filter Di Daerah Gambut Hugo Pratama 1), Yohanna Lilis Handayani 2), Bambang Sujatmoko) 3

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Kajian Pengolahan Air Gambut Dengan Upflow Anaerobic Filter dan Slow Sand Filter. Oleh: Iva Rustanti Eri /

Jurnal Einstein 4 (3) (2016): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NASKAH SEMINAR ¹ ANALISIS KUALITAS AIR DENGAN FILTRASI MENGGUNAKAN PASIR SILIKA SEBAGAI MEDIA FILTER (Dengan parameter kadar Fe, ph dam Kadar Lumpur)

Penggunaan Filter Tembikar Untuk Meningkatkan Kualitas Air Tanah Dangkal Dekat Sungai (Studi Kasus Air Sumur Dekat Sungai Kalimas, Surabaya)

Transkripsi:

Jurnal Einstein 2 (2) (215): 22-32 Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unimed.ac.id/212/index.php/einstein PENGARUH UKURAN BUTIRAN DAN KETEBALAN LAPISAN PASIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR YANG BERWARNA KUNING DAN DEBIT OUTLET PADA SARINGAN PASIR LAMBAT SEDERHANA Fika Aryani, Khairul Amdani* Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan, Indonesia Diterima April 214; Disetujui Mei 214; Dipublikasikan Juni 214 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ukuran butiran dan ketebalan lapisan pasir terhadap kualitas air sumur yang berwarna kuning sebelum dan sesudah pengolahan pada saringan pasir lambat sederhana. Media filter yang digunakan terdiri dari pasir, kerikil dan sabut kelapa. Ketebalan setiap media berbeda-beda. Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua media filter dengan parameter uji kadar Fe, kelarutan zat padat (TDS), kekeruhan, daya hantar listrik (DHL), ph dan debit outlet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saringan pasir lambat mampu menurunkan kadar Fe, TDS, kekeruhan, DHL dan mampu meningkatkan kualitas ph air. Debit outlet yang dihasilkan memenuhi syarat perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat. Kata Kunci: saringan pasir lambat, media filter How to Cite : Fika Aryani, Khairul Amdani (214), Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Air Sumur Yang Berwarna Kuning Dan Debit Outlet Pada Saringan Pasir Lambat Sederhana Jurnal Einsten Prodi Fisika FMIPA Unimed,2 (2): 22-32 *Corresponding author: E-mail: fikaariani67@yahoo.com p-issn : 2338-1981 22

Jurnal Einstein 2 (2) (215): 22 32 PENDAHULUAN Air bersih merupakan salah satu dari sarana dasar yang paling dibutuhkan oleh masyarakat. Kebutuhan air bersih di daerah pedesaan dan pinggiran kota untuk air minum, memasak, mencuci, dan sebagainya harus diperhatikan. Air yang akan digunakan untuk kehidupan sehari-hari harus memenuhi syarat, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 145/MENKES/SK/XI/199 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri terdapat pengertian air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan seharihari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Parameter kualitas air bersih yang ditetapkan dalam PERMENKES 416/199 terdiri atas parameter fisik, parameter kimiawi dan parameter mikrobiologis. Permasalahan yang mungkin timbul pada air sumur adalah tingginya angka kandungan Total Dissolved Solids (TDS), besi (Fe), mangan (Mn) dan lain sebagainya. Kadar maksimum yang diperbolehkan untuk zat padat terlarut menurut PERMENKES 416/199 untuk air bersih adalah 15 mg/l. Sedangkan untuk kadar maksimum yang diperbolehkan untuk kandungan zat besi (Fe) untuk air bersih adalah 1, mg/l. Masyarakat Kelurahan Sitirejo III tepatnya di Jalan Selamat Pulau Gg. Mawar, banyak sekali warga yang mengeluh tentang sumber air mereka, apa lagi yang banyak digunakan warga disana adalah air sumur. Air sumur umumnya masih mengandung racun dan zat-zat berbahaya lainnya, seperti misalnya besi (Fe). Menurut Sugiharto (1985), adanya Fe akan memberikan warna coklat kekuning-kuningan dan baunya tidak enak. Hal ini terlihat jelas pada kasus air sumur bor Bapak Yusuf 23 Siregar yang secara kasat mata kondisi air sumur bor nya terlihat berwarna kuning, berbau, menimbulkan endapan pada bak tempat penampungan air, menimbulkan warna merah karat pada peralatan rumah tangga, menimbulkan noda-noda pada pakaian berwarna putih bila dipakai untuk mencuci dan menyebabkan warna kuning pada dinding bak dan latai kamar mandi. Dari pemeriksaan awal zat padat terlarut (TDS) yang terkandung dalam air sumur bor pada kasus air sumur bor bapak Yusuf Siregar yang diperoleh tinggi yang hasilnya melampaui kadar maksimum yang telah ditetapkan disebabkan karena letak sumur bor dekat dengan parit busuk dimana masyarakat disana sering membuang sampah di parit busuk tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, perlu dilakukan pengolahan misalnya proses penjernihan, agar air sumur menjadi bersih dan berkualitas. Tujuan utama proses penjernihan air sumur adalah mengurangi kadar/konsentrasi bahanbahan metal terlarut seperti Fe, Ca, Na, Mg, partikel tercampur serta mikroorganisme patogen dan nonpatogen (Fauziah, 211). Sesuai dengan fakta lapangan dan studi kasus air sumur bapak Yusuf Siregar di atas, maka perlu dilakukan upaya untuk mengatasi hal tersebut, yaitu membuat suatu alat proses penjernihan air sumur yang murah, sederhana, teknologinya baik dan bahannya mudah didapat di pasaran untuk digunakan meminimasi permasalahan air sumur yang kurang baik mutunya dengan menggunakan media bahan penjernih pasir, kerikil dan sabut kelapa. Salah satu teknologi pengolahan air adalah Saringan Pasir Lambat. Pengolahan dengan saringan pasir lambat merupakan salah satu proses pengolahan air yang efektif, murah dan sederhana. Efektif karena hanya dengan satu macam pengolahan saja dapat

Fika Aryani, Khairul Amdani, Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Air Sumur Yang Berwarna Kuning Dan Debit Outlet Pada Saringan Pasir Lambat Sederhana dihasilkan pemisahan atau pengurangan kekeruhan air sampai pada tingkat yang dapat ditoleransi untuk air bersih, penurunan derajat warna, dan konsentrasi bakteri yang cukup tinggi, serta penurunan kandungan zat organik dan besi. Murah karena pada dasarnya proses tersebut tidak memerlukan energi dan bahan kimia, serta pembuatannya tidak memerlukan biaya besar. Sederhana karena operasinya tidak memerlukan tenaga khusus yang terdidik dan trampil (Suryana, 213) lebih baik. Berdasarkan kecepatan saringan ini dapat ditentukan volume air yang ditampung dan waktu air yang mengalir selama ditampung. Air dilewatkan pada media filter dengan dua variasi yang disebutkan di atas. Untuk masing-masing variasi dilakukan tiga kali pengulangan. Parameter yang diamati adalah kadar Fe, TDS, kekeruhan, DHL, ph dan debit outlet. Pemeriksaan dilakukan pada sampel air sebelum dan sesudah melewati media filter. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dimulai dengan pengambilan sampel air sumur yang berwarna kuning. Air sumur diambil dari sumur bor salah satu rumah masyarakat yang ada di Kelurahan Sitirejo III, Medan. Pengukuran debit dilakukan 1 kali 1 hari untuk menghindari penyumbatan pada saringan pasir lambat sederhana. Pada penelitian ini digunakan pipa paralon berdiameter 4 inci dengan ketinggian 1 m sebagai saringan pasir lambat sederhana. Media filter yang digunakan adalah pasir, kerikil, dan sabut kelapa, pasir dengan diameter,2,8 mm, kerikil dengan diameter 3 15 mm, dan ijuk berupa sabut kelapa. Ketebalan masing-masing media adalah pasir 2, 3, 4, 5, 6 cm, kerikil 5 cm dan sabut kelapa 3 cm. Peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1. Media tersebut divariasikan seperti berikut: Variasi 1 ukuran butiran 7 mesh dengan ketebalan lapisan pasir 2, 3, 4, 5, 6 cm. Variasi 2 ketebalan lapisan pasir 6 cm dengan ukuran butiran 2, 3, 4, 5, 7 mesh. Selanjutnyadilakukan pengoperasian unit saringan pasir lambat sederhana bermedia. Penentuan debit outlet pada saringan didasari oleh kecepatan saringan pasir lambat dengan kecepatan (v),1,4 m/jam (SNI, 28), untuk mendapatkan hasil yang 24 Gambar 1. Desain Saringan Pasir Lambat Sederhana (Idaman, 21) HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Air Baku Sebelum Perlakuan/Diolah Diperoleh hasil pemeriksaan dan pengukuran air sumur bor sebelum dilakukan pengolahan untuk beberapa parameter yang diuji di antaranya dapat dilihat pada Tabel 1: Tabel 1 Pengukuran Air Baku Sebelum Perlakuan/Diolah Parameter Hasil Uji PERMENKES 416/199 Kadar Fe 2, mg/l 1, mg/l TDS 1932 mg/l 15 mg/l Kekeruhan 9,85 NTU 25 NTU DHL 1167 µs - ph 2,9 6,5 9, Debit Outlet - -

Jurnal Einstein 2 (2) (215): 22 32 Berdasarkan Tabel 1 diperoleh: 1. Pemeriksaan kadar Fe, dan kandungan TDS diperoleh hasil yang melampaui kadar maksimum standar mutu yang ditetapkan PERMENKES 416/199. 2. Pengukuran DHL yang diperoleh tinggi sesuai dengan ion terlarut yang terkandung dalam air sumur bor yaitu Fe. 3. Pada pengukuran kekeruhan, air sumur bor tidak memiliki masalah karena hasil yang diperoleh masih jauh dari nilai ambang batas yang ditetapkan. 4. Untuk pengukuran ph diperoleh nilai ph yang sangat rendah dan tidak memenuhi persyaratan air bersih. 3.2 Air Baku Sesudah Perlakuan/Diolah Diperoleh hasil pemeriksaan dan pengukuran air sumur bor sesudah dilakukan pengolahan untuk beberapa parameter yang diuji di antaranya dapat dilihat pada Tabel 2: Tabel 2 Pengukuran air baku sesudah perlakuan/diolah (perhitungan rata-rata) Variasi Variasi Ukuran Ketebalan PERM Butira Lapisan ENKE Parameter n Pasir S Yang Diuji (2, 3, (2, 3, 416/19 4, 5, 4, 5,6 9 7 cm) mesh) Kadar Fe - 1,9, 1,7, 1,5, 1,43, 1,3 Kelarutan Zat Padat (TDS) Kekeruha n Daya Hantar Listril (DHL) - 1243, 196, 165, 617, 42 6,7, 4,6, 3,3, 1,3, 1,1 915,9, 661,4, 644,7, 448,2, 372,7 µmho/c m,25 C 3,9, 3,4, 2,9, 1,9,,8 99,3, 687,3, 64,, 453,4, 424,5 µmho/cm, 25 C 1, mg/l 15 mg/l 25 NTU - 25 ph 3,7, 4,1, 4,9, 5,4, 6,5 Debit Outlet,6,,49,,47,,2,,1 4,1, 4,4, 5,1, 6,7, 6,9,6,,5,,4,,1,,1 6,5 9, Berdasarkan Tabel 2 diperoleh: 1. Pemeriksaan kadar Fe belum memenuhi persyaratan air bersih. 2. TDS sudah memenuhi persyaratan air bersih sesudah mengalami perlakuan/diolah. 3. Kekeruhan masih jauh dari nilai ambang batas yang ditetapkan maka memenuhi persyaratan air bersih. 4. DHL air baku sesudah mengalami perlakuan/diolah masih tinggi dan melampaui kadar maksimum klasifikasi air berdasarkan DHL menurut Davis dan Wiest, 1996. 5. ph air baku mengalami peningkatan pada ukuran butiran 7 mesh dan ketebalan 5, 6 cm yang memenuhi persyaratan air bersih 6. Debit outlet memenuhi SNI 28 tentang perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat ditinjau dari persyaratan teknisnya pada ukuran butiran 5, 7 mesh dan ketebalan 4, 5, dan 6 cm. 3.2.1 Pemeriksaan Kadar Fe Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium BTKL PPM yang dilihat pada Tabel 1 dan 2, air sumur bor sebelum perlakuan/diolah diperoleh kandungan besi (Fe) sebesar 2, mg/l, sedangkan sesudah mengalami perlakuan/diolah diketahui bahwa saringan pasir lambat sederhana dapat mengurangi kandungan besi (Fe) pada air baku sebesar 35%. Hasil ini diperoleh pada air olahan hasil maksimum yaitu pada ukuran butiran 7 mesh dengan variasi ketebalan lapisan pasir 6 cm diperoleh 1,3 mg/l. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kandungan besi pada air sumur bor sangat tinggi, ini disesuaikan dengan -

Kadar Fe (mg/l) Fika Aryani, Khairul Amdani, Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Air Sumur Yang Berwarna Kuning Dan Debit Outlet Pada Saringan Pasir Lambat Sederhana standar baku mutu air bersih PERMENKES 416/199 maka air tersebut melampaui kadar maksimum standar mutu yang ditetapkan yakni 1, mg/l maka air tersebut belum memenuhi persyaratan air bersih. Untuk itu perlu dilakukan penambahan ketebalan pada media filter dan pemambahan media penjernih berupa zeolit. Dari data tersebut di atas, kita dapat melihat pengaruh antara ketebalan lapisan pasir terhadap kandungan besi (Fe). Pengaruh tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Pengaruh Variasi Ketebalan Lapisan Pasir Dengan Ukuran Butiran 7 mesh Terhadap Kadar Fe (mg/l) 2 1,5 1,5 2 cm 3 cm 4 cm 5 cm 6 cm Variasi Ketebalan Lapisan Pasir (cm) Gambar 2 Pengaruh Variasi Ketebalan Lapisan Pasir dengan Ukuran Butiran 7 mesh terhadap Kadar Fe (mg/l) variasi ketebalan lapisan pasir terhadap kandungan besi (Fe). Semakin tebal pasir saringan, maka semakin rendah kandungan Fe air nya, sebaliknya semakin kecil tebal pasir saringan, maka semakin tinggi kandungan Fe air nya. Menurut Ricard Feachem (dalam Ridwan 27), tingginya kadar Fe disebabkan karena air tanah/sumur mempunyai konsentrasi karbondioksida yang tinggi yang menyebabkan zat besi sukar larut dalam bentuk ion menjadi konsentrasi yang mudah larut dalam bentuk ion yang bervalensi dua (Fe 2+ ) karena FeO yang ada dalam air tanah/sumur akan bereaksi dengan CO2 membentuk Fe (HCO)2 yang larut dalam air. Jumlah zat besi yang berlebihan dalam air dapat menurunkan kualitas air tersebut dimana air menajdi berwarna kuning, dapat menimbulkan noda pada pakaian yang berwarna putih/terang apabila dipakai untuk mencuci, dan meninggalkan noda kecoklatan juga pada peralatan rumah tangga. 3.2.2 Pemeriksaan Kelarutan Zat Padat (TDS) Berdasarkan hasil pemeriksaan di laboratorium BTKL PPM yang dilihat pada Tabel 1 dan 2, air sumur bor sebelum perlakuan/diolah diperoleh hasil TDS sebesar 1932 mg/l, sedangkan sesudah mengalami perlakuan/diolah diketahui bahwa saringan pasir lambat sederhana dapat mengurangi kelarutan zat padat (TDS) pada air baku sebesar 79,19%. Hasil ini diperoleh pada air olahan hasil maksimum yaitu pada ukuran butiran 7 mesh dengan variasi ketebalan lapisan pasir 6 cm diperoleh sebesar 42 mg/l. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kelarutan zat padat pada air sumur bor sangat tinggi sebelum mengalami perlakuan/diolah disebabkan karena letak sumur bor dekat dengan parit busuk dimana masyarakat disana sering membuang sampah di parit busuk tersebut,sedangkan sesudah mengalami perlakuan/diolah kelarutan zat padat pada air sumur bor mengalami penurunan kadar zat padat terlarut yang hasilnya memenuhi syarat yang disesuaikan dengan standar baku mutu air bersih. Dibandingkan dengan standar baku mutu air bersih PERMENKES 416/199, maka air tersebut tidak melampaui kadar maksimum standar mutu yang ditetapkan yakni 15 mg/l. Dari data tersebut di atas, kita dapat melihat pengaruh antara ketebalan lapisan pasir terhadap kelarutan zat padat (TDS). Pengaruh tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. 26

DHL Rata-Rata ((µmho/cm, 25 C) Kelarutan Zat Padat (mg/l) Jurnal Einstein 2 (2) (215): 22 32 Pengaruh Variasi Ketebalan Lapisan Pasir Dengan Ukuran Butiran 7 mesh Terhadap Kelarutan Zat Padat (mg/l) 2 2 cm 3 cm 4 cm 5 cm 6 cm Variasi Ketebalan Lapisan Pasir (cm) Gambar 3 Pengaruh Variasi Ketebalan Lapisan Pasir dengan Ukuran Butiran 7 mesh terhadap Kelarutan Zat Padat (mg/l) antara ketebalan lapisan pasir terhadap kelarutan zat padat (TDS). Semakin tebal pasir saringan, maka kualitas TDS air sumur bor semakin baik, sebaliknya semakin kecil tebal pasir saringan, maka kualitas TDS air sumur bor kurang baik. Menurut Situmorang (27), zat padat terlarut di dalam air perlu dilakukan untuk mengetahui produktivitas air, karena produktivitas air terhadap kehidupan air sangat ditentukan oleh kelarutan zat padat di dalamnya. Zat padat terlarut di dalam air juga merupakan indikasi ketidaknormalan air, yaitu terjadi penyimpangan air dari keadaan yang sebenarnya. Penyimpangan keadaan air ini paling banyak disebabkan oleh kegiatan manusia seperti bungan berupa limbah industri, kotoran manusia dan hewan, limbah rumah tangga, dan lain sebagainya. 3.2.3 Pengukuran Daya Hantar Listrik (DHL) Berdasarkan Tabel 1 dan 2 di atas, hasil pengukuran DHL yang dilakukan di laboratorium Fisika UNIMED, sebelum perlakuan/diolah diperoleh sebesar 1167 µs, sedangkan sesudah perlakuan/diolah nilai tertinggi DHL berdasarkan variasi ukuran butiran 2 mesh sebesar 915,97 µmho/cm,25 C, sedangkan terendah pada ukuran butiran 7 mesh sebesar 372,71 µmho/cm,25 C dan DHL tertinggi berdasarkan variasi ketebalan lapisan pasir sebesar 99,33 µmho/cm,25 C pada ketebalan 2 cm, sedangkan terendah sebesar 424,57 µmho/cm,25 C pada ketebalan 6 cm. Dalam hal ini diketahui bahwa saringan pasir lambat dapat menurunkan DHL sebesar 68,6% pada variasi ukuran butiran dan 63,661% pada variasi ketebalan lapisan pasir. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa nilai DHL pada air sumur bor sangat buruk, ini disesuaikan dengan klasifikasi air berdasarkan Daya Hantar Listrik (DHL) menurut buku Daviest dan Wiest maka air tersebut melampaui kadar maksimum yang ditetapkan yakni 3-2 µmho/cm,25 C, sedangkan dibandingkan dengan PERMENKES 416/199 standar baku mutu air bersih untuk DHL tidak ada. Dari data tersebut di atas kita dapat melihat pengaruh antara variasi ukuran butiran dan ketebalan lapisan pasir terhadap nilai DHL. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5. Pengaruh Variasi Ukuran Butiran Dengan Ketebalan Lapisan Pasir 6 cm terhadap DHL Rata-Rata (µmho/cm, 25 C) 1 5 2 3 4 5 7 mesh mesh mesh mesh mesh Variasi Ukuran Butiran (mesh) Gambar 4 Pengaruh Variasi Ukuran Butiran dengan Ketebalan Lapisan Pasir 6 cm terhadap DHL RataRrata µmho/cm,25 C menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara variasi ukuran butiran (mesh) pasir terhadap nilai DHL. Semakin halus butiran pasir, maka semakin rendah konduktivitas ioniknya, dan sebaliknya semakin kasar butiran pasir maka semakin tinggi konduktivitas ioniknya. 27

Kekeruhan Rata-Rata (NTU) DHL Rata-Rata (µmho/cm, 25 C) Fika Aryani, Khairul Amdani, Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Air Sumur Yang Berwarna Kuning Dan Debit Outlet Pada Saringan Pasir Lambat Sederhana Pengaruh Variasi Ketebalan Lapisan Pasir Dengan Ukuran Butiran 7 mesh Terhadap DHL Rata-Rata (µmho/cm, 25 C) 1 8 6 4 2 2 3 4 5 6 Variasi Ketebalan Lapisan Pasir (cm) Gambar 5 Pengaruh Variasi Ketebalan Lapisan Pasir Dengan Ukuran Butiran 7 mesh Terhadap DHL Rata-Rata (µmho/cm, 25 C) menunjukkan bahwa adanya pengaruh antara ketebalan lapisan pasir terhadap nilai DHL. Semakin tebal pasir saringan maka semakin rendah konduktivitas ioniknya, dan sebaliknya semakin kecil tebal pasir saringan maka semakin tinggi konduktivitas ioniknya. 3.2.4 Penurunan Kekeruhan Berdasarkan hasil pengukuran di laboratorium Fisika UNIMED yang dilihat pada Tabel 1 dan 2, diketahui bahwa saringan pasir lambat sederhana dapat menurunkan kekeruhan air sumur bor sebesar 88,83% untuk variasi ukuran butiran dan 91,87% untuk variasi ketebalan lapisan pasir. Hasil pengukuran kekeruhan sebelum perlakuan/diolah diperoleh sebesar 9,85 NTU, sedangkan hasil pengukuran kekeruhan sesudah perlakuan/diolah diperolehhasil terbaikuntuk variasi ukuran butiran 7 mesh 1,1 NTU dan variasi ketebalan lapisan pasir 6 cm,8 NTU. Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa kekeruhan pada air sumur bor tidak bermasalah dan dalam kondisi yang sudah baik, ini disesuaikan dengan standar mutu air bersih. Dibandingkan dengan standar mutu air bersih PERMENKES 416/199 maka air tersebut tidak melampaui kadar maksimum standar mutu yang ditetapkan yakni 25 NTU sehingga air 28 tersebut mempunyai kualitas yang baik dan layak digunakan oleh masyarakat. Dari data tersebut di atas, kita dapat melihat pengaruh ukuran butiran dan ketebalan lapisan pasir terhadap penurunan tingkat kekeruhan. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7. Pengaruh Variasi Ukuran Butiran Dengan Ketebalan Lapisan Pasir 6 cm Terhadap Kekeruhan Rata-Rata (NTU) 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 Variasi Ukuran Butiran (mesh) 7 Gambar 6 Pengaruh Variasi Ukuran Butiran Dengan Ketebalan Lapisan Pasir 6 cm Terhadap Kekeruhan Rata-Rata (NTU) antara ukuran butiran terhadap penurunan kekeruhan. Semakin kecil pori-pori pasir atau semakin halus butiran pasir maka semakin baik penurunan kekeruhan. Hal ini dikarenakan kecilnya celah air memasuki pori-pori pasir sehingga kotoran-kotoran yang ada dalam air sumur bor terhambat oleh pasir dan hasil air yang disaring baik. Sebaliknya, semakin besar pori-pori pasir atau semakin kasar butiran pasir maka semakin tinggi kekeruhannya. Hal ini dikarenakan mudah lolosnya air melewati butiran-butiran pasir sehingga kotoran-kotoran yang ada dalam air sumur bor tidak tertahan oleh butiranbutiran pasir tersebut dan air yang disaring kurang baik hasilnya.

ph Rata-Rata Kekeruhan Rata-Rata (NTU) Jurnal Einstein 2 (2) (215): 22 32 Pengaruh Variasi Ketebalan Lapisan Pasir Dengan Ukuran Butiran 7 mesh Terhadap Kekeruhan Rata-Rata (NTU) 4,5 4 3,5 3 2,5 2 1,5 1,5 2 3 4 5 6 Variasi Ketebalan Lapisan Pasir (cm) Gambar 7 Pengaruh Variasi Ketebalan Lapisan Pasir Dengan Ukuran Butiran 7 mesh Terhadap Kekeruhan Rata-Rata (NTU) juga menunjukkan adanya pengaruh antara ketebalan lapisan pasir terhadap penurunan kekeruhan. Semakin tebal pasir saringan maka semakin baik penurunan kekeruhannya, dan sebaliknya semakin kecil tebal pasir saringan maka semakin tinggi kekeruhannya. Penurunan kekeruhan ini terjadi melalui kombinasi mechanical straining, sedimentasi dan adsorpsi. Pada proses mechanical straining, dalam lapisan suatu saringan pasir terdapat ronggarongga kecil yang memungkinkan air lewat sebagai aliran dalam tanah. Partikel halus yang tidak dapat lolos dari rongga-rongga ini akan tertahan dan dengan demikian dapat membebaskan air dari kandungan kotornya. Selain itu juga terjadi mekanisme sedimentasi dan adsorpsi. Rongga antara butiran tanah/pasir akan berlaku sebagai kolam sedimentasi, selanjutnya kotoran halus akan mengendap di situ dan tidak akan lolos lagi karena adanya daya adhesi dari butiran tanah/pasir yang mengikat kotoran. Selain itu proses penangkapan kotoran ini dapat pula dipercepat oleh adanya gelatine yang menyelimuti butiran pasir sebagai akibat adanya 29 bakteri atau bahan kimia yang ikut terbawa dalam aliran. 3.2.5 Derajat Keasaman (ph) Berdasarkan hasil pengukuran ph air sumur bor di laboratorium Fisika UNIMED yang dilihat pada Tabel 1 dan 2 di atas, sebelum perlakuan/diolah diperoleh sebesar 2,9 sedangkan sesudah perlakuan/diolah untuk variasi ukuran butiran dan ketebalan lapisan pasir diperoleh sebesar 6,9 pada ukuran butiran 7 mesh dan 6,5 pada ketebalan lapisan pasir 6 cm. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa saringan pasir lambat dapat meningkatkan kualitas ph air, ph air sumur bor yang diperoleh sudah baik, ini disesuaikan dengan standar mutu air bersih. Dibandingkan dengan standar mutu air bersih PERMENKES 416/199 maka air tersebut memenuhi persyaratan kualitas air bersih. Dari data tersebut di atas, kita dapat melihat pengaruh antara ukuran butiran dan ketebalan lapisan pasir terhadap ph air. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9. Pengaruh Variasi Ukuran Butiran Dengan Ketebalan Lapisan Pasir 6 cm Terhadap ph Rata-Rata 8 6 4 2 2 3 4 5 7 Variasi Ukuran Butiran (mesh) Gambar 8 Pengaruh Variasi Ukuran Butiran Dengan Ketebalan Lapisan Pasir6 cm Terhadap ph Rata-Rata antara ukuran butiran pasir terhadap ph air. Semakin halus butiran pasir, maka semakin baik kualitas ph air nya, sebaliknya semakin kasar butiran pasir,

Debit Outlet Rata-Rata (m/jam) ph Rata-Rata Fika Aryani, Khairul Amdani, Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Air Sumur Yang Berwarna Kuning Dan Debit Outlet Pada Saringan Pasir Lambat Sederhana maka semakin menurun kualitas ph air nya. Pengaruh Variasi Ketebalan Lapisan Pasir Dengan Ukuran Butiran 7 mesh Terhadap ph Rata-Rata 1 5 2 3 4 5 6 Variasi Ketebalan Lapisan Pasir (cm) Gambar 9 Pengaruh Variasi Ketebalan Lapisan Pasir Dengan Ukuran Butiran7 mesh Terhadap ph Rata-Rata antara ketebalan lapisan pasir terhadap ph air. Semakin tebal pasir saringan, maka kualitas ph air nya semakin baik, dan sebaliknya semakin kecil tebal pasir saringan maka kualitas ph air nya kurang baik. Peningkatan ph pada sampel air disebabkan oleh bertambahnya jumlah oksigen terlarut yang berasal dari difusi udara ke dalam air saat penyaringan, sehingga ion H + teroksidasi menjadi ion OH - pada air hasil saringan. 3.2.6 Perhitungan Debit Outlet Hasil perhitungan debit outlet diperoleh dengan persamaan: Q = V t dengan : Q V t = Debit = Volume Air = waktu (1) Volume air yang ditampung setelah penyaringan adalah 6 ml, untuk masing-masing variasi ukuran butiran dan ketebalan lapisan pasir. Dan waktu yang diperoleh menggunakan stopwatch sebagai penentu waktu. Berdasarkan percobaan di lapangan yang dilihat pada Tabel 2 di atas, hasil perhitungan debit outlet air sumur bor untuk variasi ukuran butiran dan ketebalan lapisan pasir diperoleh 3 debit air yang memenuhi kecepatan filtrasi saringan pasir lambat sederhana yakni,1-,4 m/jam. Pada variasi ukuran butiran diperoleh pada ukuran butiran 5 dan 7 mesh sebesar,2 dan,1 m/jam, dan pada variasi ketebalan lapisan pasir yakni di ketebalan 4, 5, dan 6 cm sebesar,4,,1 dan,1 m/jam. Maka bisa dikatakan saringan pasir lambat yang dibuat penulis memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) 3981:28 Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat. Dari data tersebut di atas, kita dapat melihat pengaruh antara ukuran butiran dan ketebalan lapisan pasir terhadap debit outlet. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 dan 11. Pengaruh Variasi Ukuran Butiran Dengan Ketebalan Lapisan Pasir 6 cm Terhadap Debit Outlet Rata-Rata (m/jam),8,6,4,2 2 3 4 5 Variasi Ukuran Butiran (mesh) 7 Gambar 1 Pengaruh Variasi Ukuran Butiran Dengan Ketebalan Lapisan Pasir 6 cm Terhadap Debit Outlet Rata-Rata (m/jam) antara ukuran butiran dan debit outlet. Semakin halus butiran pasir maka semakin kecil debit dan semakin lambat kecepatan filtrasinya, sebaliknya semakin kasar butiran pasir maka semakin besar debit dan semakin cepat kecepatan filtrasinya.

Debit Ouutlet Rata-Rata (m/jam) Jurnal Einstein 2 (2) (215): 22 32 Pengaruh Ketebalan Lapisan Pasir Dengan Ukuran Butiran 7 mesh Terhadap Debit Outlet Rata-Rata (m/jam),8,6,4,2 2 3 4 5 6 Variasi Ketebalan Lapisan Pasir (cm) Gambar 11 Pengaruh Ketebalan Lapisan Pasir Dengan Ukuran Butiran 7 mesh Terhadap Debit Outlet Rata-Rata (m/jam) antara ketebalan lapisan pasir dan debit outlet. Semakin tebal pasir saringan, maka semakin kecil debit dan semakin lambat kecepatan filtrasinya, sebaliknya semakin kecil tebal pasir saringan maka semakin besar debit dan semakin cepat kecepatan filtrasinya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan terhadap kualitas air sumur bor di Kelurahan Sitirejo III Kecamatan Medan Amplas tepatnya di Jalan Selamat Pulau Gg. Mawar diperoleh: 1. Pengaruh ukuran butiran pasir terhadap kualitas air sumur bor dengan parameter yang diuji DHL, kekeruhan, ph dan debit outlet pada saringan pasir lambat sederhana mampu meningkatkan kualitas air tersebut dan memenuhi persyaratan PERMENKES 416/199 dan SNI 28 tentang perencanaan instalasi saringan pasir lambat. 2. Pengaruh ketebalan lapisan pasir terhadap kualitas air sumur bor dengan parameter yang diuji kadar Fe, TDS, DHL, kekeruhan, ph dan debit outlet pada saringan pasir lambat sederhana juga mampu meningkatkan kualitas air tersebut dan memenuhi persyaratan PERMENKES 416/199 dan SNI 28 31 tentang perencanaan instalasi saringan pasir lambat kecuali kadar Fe. SARAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan: 1. Kadar Fe masih belum memenuhi persyaratan air bersih, untuk itu perlu ditambahkan bahan penjernih lain yang mampu menurunkan kadar Fe yaitu penambahan zeolit. 2. Agar hasil air olahan lebih berkualitas, disarankan untuk menambah ketebalan dari masingmasing bahan penjernih. 3. Sebaiknya dilakukan pengukuran parameter-parameter lainnya sebagai persyaratan kualitas air bersih. DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. 28. Perencanaan Instalasi Saringan Pasir Lambat. SNI 3981. Davis, S.N, dan Wiest, R.J.M, (1996), Hydrogeology, Jhon Willey dan Sons, Inc, New York Departemen Kesehatan RI, 199. Permenkes RI No. 416 Tahun 199 Tentang Syarat- SyaratPengawasan Kualitas Air. Jakarta Depkes. Fauziah, Adelina (211), Efektifitas Saringan Pasir Cepat Dalam Menurunkan Kadar Mangan (Mn) Pada Air Sumur DenganPenambahan Kalium Permanganat (KmnO4) 1%., Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan Idaman, Nusa (21), Pengolahan Air Bersih Dengan Proses Saringan Pasir Lambat Up Flow, Karya Ilmiah, Kelompok Teknologi Pengelolaan Air Bersih Dan Limbah Cair, Jakarta Pusat Situmorang Manihar, (27), Kimia Lingkungan, FMIPA UNIMED. Medan.

Fika Aryani, Khairul Amdani, Pengaruh Ukuran Butiran Dan Ketebalan Lapisan Pasir Terhadap Kualitas Air Sumur Yang Berwarna Kuning Dan Debit Outlet Pada Saringan Pasir Lambat Sederhana Ridwan, Saifudin (27), Kombinasi Media Filter Untuk Menurunkan Kadar Besi (Fe)., Skripsi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta Sugiharto. 1985. Penyediaan Air Bersih Bagi Masyarakat. Proyek Pengembangan Suryana, Rifda (213), Analisis Kualitas Air Sumur Dangkal Di Kecamatan Biringkanayya Kota Makassar., Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makasar 32